0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
47 tayangan9 halaman
Teks ini membahas pembuatan minyak kelapa menggunakan metode pemanasan langsung dan tidak langsung. Perlakuan yang digunakan adalah kelapa parut segar, kukus, oven selama 24 jam, dan oven selama 4 jam dengan sangrai. Hasilnya menunjukkan rendemen tertinggi diperoleh dari kelapa parut oven selama 24 jam, sedangkan kualitas terbaik dari warna dan aroma minyak diperoleh dari kelapa parut segar.
Teks ini membahas pembuatan minyak kelapa menggunakan metode pemanasan langsung dan tidak langsung. Perlakuan yang digunakan adalah kelapa parut segar, kukus, oven selama 24 jam, dan oven selama 4 jam dengan sangrai. Hasilnya menunjukkan rendemen tertinggi diperoleh dari kelapa parut oven selama 24 jam, sedangkan kualitas terbaik dari warna dan aroma minyak diperoleh dari kelapa parut segar.
Teks ini membahas pembuatan minyak kelapa menggunakan metode pemanasan langsung dan tidak langsung. Perlakuan yang digunakan adalah kelapa parut segar, kukus, oven selama 24 jam, dan oven selama 4 jam dengan sangrai. Hasilnya menunjukkan rendemen tertinggi diperoleh dari kelapa parut oven selama 24 jam, sedangkan kualitas terbaik dari warna dan aroma minyak diperoleh dari kelapa parut segar.
Jurnal Minyak Kelapa Secara Tradisional, September 2014
PEMBUATAN MINYAK KELAPA MENGGUNAKAN METODE
PEMANASAN LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG Oleh : Dwi Rischa Mufitasari 1 , Sulihati Jannah 2 , Siti Tausyatul Maulidia 3 , Yanuar rizaldi 4
1 Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember, http://www.unej.ac.id. ABSTRAK Tanaman kelapa (cocos nucifera) mendapat julukan pohon kehidupan, karena mulai dari akar, batang, daun, bunga dan buah dapat di manfaatkan untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan manusia. Daging buah kelapa kaya akan kandungan lemak, karbohidrat, protein, dan vitamin. Kelapa memiliki banyak manfaat salah satunya yaitu sebagai bahan pembuatan minyak kelapa. Mengkonsumsi minyak kelapa dapat mencegah beberapa penyakit di antaranya kanker usus, kanker payudara, kanker prostat, dan jantung serta perbaikan dari serangan HIV. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode pemanasan langsung dan tidak langsung. Dari hasil praktikum didapat nilai analisa untuk rendemen minyak kelapa dengan perlakuan kelapa parut segar sebanyak 11,889 %, kelapa parut kukus sebanyak 13,790 %, kelapa parut oven selama 24 jam sebanyak 26,39%, dan kelapa parut oven selama 4 jam dengan sangrai sebanyak 25,24182%. Berat jenis minyak kelapa yang dihasilkan dengan metode pemanasan langsung sebanyak 0,955 g/ml dan metode pemansan tidak langsung sebanyak 0,957 g/ml. Warna dan aroma minyak kelapa yang dihasilkan dengan kualitas terbaik yaitu metode pemanasan langsung dengan perlakuan kelapa parut segar. Dari praktikum ini menunjukkan bahwa kualitas minyak kelapa terbaik yaitu dengan perlakuan kelapa parut segar. Kata kunci : Kelapa, Pemanasan, Minyak Kelapa.
Jurnal Minyak Kelapa Secara Tradisional, September 2014
PENDAHULUAN Tanaman kelapa (cocos nucifera) mendapat julukan pohon kehidupan, karena mulai dari akar, batang, daun, bunga dan buah dapat di manfaatkan untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan manusia (banzon and velasco, 1982 dalam Fajri, 2010). Walaupun manfaat tanaman kelapa beranekaragam, namun dalam kenyataannya masih terbatas pada produk tradisional diantaranya pembuatan minyak goreng atau minyak makan (soma atmadja, 1984). Daging buah kelapa kaya akan kandungan lemak, karbohidrat, protein, dan vitamin (ketaren dan djatmiko, 1978). Jumlah protein terbesar terkandung dalam daging buah (endosperm) kelapa yang setengah tua, sedangkan kandungan kalori dan lemak mencapai maksimal pada buah kelapa tua (heryana dkk, 2000). Minyak goreng atau minyak makan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Minyak goreng yang umum digunakan berasal dari kelapa dan kelapa sawit. Pengolahan minyak kelapa dengan bahan baku kelapa segar telah lama dilakukan secara tradisional oleh petani kelapa. Akan tetapi dengan perkembangan industri pengolahan minyak kelapa, pengolahan secara tradisional dapat tersaingi dengan pengolahan secara modern. Minyak melalui pengolahan secara tradisional siap dikonsumsi, hanya masih ditemukan kelemahan-kelemahan antara lain: kadar air masih cukup tinggi yaitu sekitar 1,6% dan asam lemak bebas 1,9% sehingga cepat menjadi tengik, dan warna minyak agak kekuningan serta daya simpannya kurang dari dua bulan (lay dan rindengan, 1989 dalam jurnal Barlina, 2010). Mutu minyak kelapa yang dihasilkan dengan cara fisika maupun fermentasi sangat dipengaruhi oleh bahan baku (tingkat ketuaan kelapa, jenis buah kelapa, kualitas buah kelapa dan cara pemerasan untuk pemisahan santan). Tingkat ketuaan kelapa dan jenis varietas buah kelapa dapat mempengaruhi rendemen minyak yang di hasilkan. Sedangkan kualitas minyak kelapa hasil proses secara fisika maupun fermentasi pada umumnya memenuhi syarat untuk standar mutu minyak goreng. Bahkan dalam hal kandungan asam lemak bebas cukup rendah dibanding dengan minyak goreng konvensional lainnya (heryana dkk, 2000). Jurnal Minyak Kelapa Secara Tradisional, September 2014
Karouw, dkk (2002) dalam Barlina (2014) mengemukakan bahwa mengkonsumsi minyak kelapa dapat mencegah beberapa penyakit di antaranya kanker usus, kanker payudara, kanker prostat, dan jantung serta perbaikan dari serangan HIV. Dalam jurnal ini akan di terangkan tentang teknik pengolahan minyak secara tradisional dengan berbagai perlakuan yaitu bahan baku kelapa parut segar, kelapa parut kukus, kelapa parut oven 70 0 C, 24 jam dan kelapa parut oven 70 0 C, 4 jam. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui berapa berat minyak yang dihasilkan, volume minyak, warna minyak, rendemen, berat jenis minyak serta untuk mendapatkan perlakuan yang lebih baik dari minyak kelapa yang dihasilkan dari berbagai jenis perlakuan. BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Peralatan utama yang digunakan dalam praktikum pembuatan minyak goreng yaitu timbangan analitik, piknometer, beakerglass, saringan, serbet, wajan, kompor, alat pengepress, sendok, colourreader, baki, oven, botol dan alat pemarut. Bahan yang digunakan yaitu bahan baku kelapa dan air. Parameter Pengamatan Parameter yang diamati pada praktikum produksi minyak goreng dari kelapa adalah rendemen minyak kelapa, rendemen blondo, berat jenis minyak kelapa, warna dengan menggunakan colourreader, serta sifat-sifat organoleptik yang meliputi warna dan aroma. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pemanasan secara langsung dan tidak langsung. Kelapa yang sudah dicungkil kemudian dicuci untuk membersihkan kotoran-kotoran yang menempel, setelah itu kelapa segar yang sudah bersih dikecilkan ukurannya untuk mempermudah pengambilan santan kelapa, kemudian ditimbang masing-masing sebanyak 1100 gram untuk beberapa perlakuan, pertama kelapa parut fresh, kedua kelapa parut dikukus, ketiga kelapa parut di oven pada suhu 70C selama 24 jam dan keempat kelapa parut di oven 70C Jurnal Minyak Kelapa Secara Tradisional, September 2014
selama 4 jam kemudian disangrai. Untuk perlakuan kelapa parut fresh dan kelapa parut kukus kemudian ditambahkan air dengan perbandingan 1: dari bahan awal, penambahan air dilakukan hingga tiga kali. Setelah itu diperas hingga diperoleh santan. Kemudian santan dipanaskan hingga didapatkan minyak dan blondo terpisah. Kemudian untuk perlakuan kelapa parut oven pada suhu 70C selama 24 jam dan kelapa parut di oven 70C selama 4 jam dan disangrai, kemudian masing- masing dilakukan pengepresan hingga diperoleh minyak dan blondo. Setelah itu dihitung hasil rendemen minyak kelapa. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari praktikum pembutan minyak kelapa diperoleh data hasil pengamatan sebagai berikut: Hasil Pengamatan Tabel 1. Hasil data pengamatan minyak kelapa Perlakuan Berat awal (g) Rendemen Minyak (%) Rendemen Blondo (%) Berat Minyak (g) Volume Minyak (ml) Berat Jenis (g/ml) Kelapa Parut Fresh 1100 11,889 14,815 130,78 149 0,878 Kelapa Parut Kukus 1100 13,790 7.77 153,80 170 0,904 Kelapa Parut Oven 70 o C, 24 jam 1100 26,39 26,83 290,28 350 0,829 Kelapa Parut Oven 70 o C, 4 jam + Sangrai 1100 25,24182 24,33364 277,66 314 0,8843
Tabel 2. Hasil data analisis warna dan aroma pada minyak atsiri. Perlakuan Parameter Warna Aroma Fisik Organoleptik Kelapa Parut fresh L = 47,3 a = - 5,4 b = + 25,3 +++++ +++++ Kelapa Parut Kukus L = 53,6 a = - 7,0 b = + 15,4 ++++ ++++ Kelapa Parut Oven 70 o C, 24 jam L = 46,7 a= -56 b= +23,7 ++ ++ Kelapa Parut Oven 70 o C, 4 jam + Sangrai L = 50,6 a = -8,3 b = +16,0 +++ +++ Jurnal Minyak Kelapa Secara Tradisional, September 2014
Keterangan : Aroma = semakin + maka semakin baik Warna = semakin + maka semakin kuning jernih Pembahasan Berat jenis Pengukuran berat jenis minyak kelapa menggunakan phiknometer. Nilai berat jenis minyak kelapa berkisar antara 0,955 g/ml sampai dengan 0,957 g/ml. Hasil pengukuran berat jenis minyak kelapa pada berbagai jenis perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil data pengamatan berat jenis minyak kelapa menggunakan alat phiknometer Perlakuan Berat Jenis Minyak (g/ml) Kelapa Parut Fresh 0,955 Kelapa Parut Kukus 0,955 Kelapa Parut Oven 70 o C, 24 jam 0,957 Kelapa Parut Oven 70 o C, 4 jam + Sangrai 0,957
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat terdapat perbedaan hasil berat jenis yang diperoleh tidak nyata. Untuk kelapa parut segar dan kukus berat jenisnya sebesar 0,955 g/ml sedangkan untuk kelapa parut Oven 24 jam dan Oven 4 jam+sangrai sebesar 0,957 g/ml. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa berat jenis tertinggi diperoleh dari perlakuan oven selama 24 jam dan oven selama 4 jam dengan sangrai. Menurut Ketaren (1986) dalam Winarni, dkk (2010) standart mutu berat jenis minyak kelapa (SII) adalah berkisar antara 0.917-0.919 g/ml. ternyata dari semua perlakuan didapatkan hasil yang tidak sesuai dengan standart mutu tersebut, Hal ini dikarenakan dalam penyaringan minyak menggunakan saringan biasa, sehingga memungkinkan adanya zat-zat yang lolos pada saat penyaringan. Kadar air minyak serta zat-zat yang lolos pada saat penyaringan minyak seperti kotoran, protein, garam mineral, dapat mempengaruhi besarnya berat jenis minyak.
Jurnal Minyak Kelapa Secara Tradisional, September 2014
Rendemen Semakin tinggi nilai rendemen menunjukkan bahwa semakin banyak minyak yang dihasilkan (Armando, 2009). Hasil pengamatan rendemen minyak dan rendemen blondo dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil data pengamatan rendemen minyak kelapa dan blondo Perlakuan Rendemen Minyak (%) Rendemen Blondo (%) Kelapa Parut Fresh 11,889 14,815 Kelapa Parut Kukus 13,790 7,77 Kelapa Parut Oven 70 o C, 24 jam 26,39 26,83 Kelapa Parut Oven 70 o C, 4 jam + Sangrai 25,24182 24,33364
Rendemen minyak kelapa yang dihasilkan dari berbagai jenis perlakuan dihasilkan data perlakuan kelapa parut segar sebanyak 11,889%, kelapa parut kukus sebanyak 13,790% kelapa parut oven selama 24 jam sebanyak 26,39% dan kelapa parut oven selama 4 jam dengan sangrai sebanyak 25,24182%. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa rendemen minyak kelapa maupun blondo tertinggi yaitu pada perlakuan kelapa parut oven selama 24 jam. Hal ini dikarenakan kandungan minyak yang terdapat didalam kelapa terhidrolisis pada saat pemanasan, sehingga minyak keluar dan pada saat pengepresan diperoleh minyak yang lebih banyak dan begitu juga blondo yang dihasilkan. Bil as Warna Pengukuran warna minyak kelapa menggunakan dua cara yaitu menggunakan colourreader dan secara visual. Nilai warna minyak kelapa berkisar antara 46,7 L sampai dengan 53,6 L. Semakin tinggi nilainya maka warna minyak kelapa semakin cerah. Hasil uji warna minyak kelapa pada berbagai jenis perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2. Namun, berdasarkan uji warna secara visual pada tabel diketahui bahwa warna dari minyak kelapa yang terbaik adalah dengan perlakuan parut segar. Hal ini dikarenakan Warna kuning jernih selain disebabkan oleh adanya karoten yaitu zat warna alamiah juga dapat terjadi akibat proses absorbsi dalam minyak tidak jenuh. Warna pada minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh kandungan karotenoid di dalam minyak tersebut (Serlahwaty, 2007 dalam Samsons, 2013). Sedangkan untuk perlakuan kelapa parut oven warnanya jauh Jurnal Minyak Kelapa Secara Tradisional, September 2014
lebih gelap atau kuning keruh hal ini dikarenakan terjadinya degredasi karoten oleh panas. Semakin tinggi suhu dan lama pemanasan, semakin pucat pula warna minyak yang dihasilkan (Nienaber et al., 1996 dalam Helly, dkk, 2013). Aroma Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa aroma minyak yang baik adalah dengan perlakuan parut segar. Hal ini dikarenakan lemak yang terdapat di dalam kelapa parut segar tidak rusak atau teroksidasi. Sedangkan aroma minyak yang jelek yaitu tengik pada perlakuan kelapa parut oven selama 24 jam. Hal ini dikarenakan terjadi kerusakan lemak dalam minyak kelapa selama proses pemanasan dan penyimpanan. Kerusakan pada minyak berupa ketengikan yang menyebabkan bau dan rasa yang tidak enak pada minyak. Ketengikan disebabkan oleh otooksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak. Otooksidasi dimulai dengan pembentukan radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh faktor- faktor yang dapat mempercepat reaksi seperti cahaya, panas, peroksida lemak atau hidroperoksida, logam-logam berat seperti Cu, Fe, Co, dan Mn, logam porfirin seperti hematin, hemoglobin, mioglobin, klorofil, dan enzim-enzim lipoksidase (Alamsyah, 2005 dalam Balqis dan Marwiyah, 2014). Selain itu, senyawa- senyawa asam lemak, aldehida dan keton yang bersifat volatil dapat menimbulkan bau tengik pada minyak (FG Winarno, 1992 dalam Winarni, 2010). KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat diambil beberpa kesimpulan sebagai berikut : 1. Rendemen minyak kelapa yang paling banyak diperoleh dengan perlakuan Kelapa Parut Oven 70 o C, 24 jam. 2. Semakin tinggi nilai rendemen menunjukkan bahwa semakin banyak minyak kelapa atau blondo yang dihasilkan. 3. Warna dan aroma dari minyak kelapa terbaik diperoleh dari perlakuan kelapa parut segar.
Jurnal Minyak Kelapa Secara Tradisional, September 2014
DAFTAR PUSTAKA Balqis, U. R. dan Marwiyah. 2014. Gambaran Histopatologis Penyembuhan Luka Bakar Menggunakan Daun Kedondong (Spondias Dulcis F.) Dan Minyak Kelapa Pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus). Banda aceh: Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Jurnal Medika Veterinaria. ISSN : 0853-1943
Fajri. P. M. 2010. Tepung Ampas Kelapa pada Umur Panen 11-12 Sebagai Bahan Pangan Sumber Kesehatan. Semarang: Universitas Negeri Semarang
Helly. D. F., AB Susanto, Budhi P., Heriyanto, Tatas H. P. B dan Leenawaty. L. 2012. Estimasi Produk Degradasi Ekstrak Kasar Pigmen Alga Merah Kappaphycus alvarezil (Doty) Doty Varian Merah, Cokelat dan Hijau: Telaah Perbedaan Spektrum Serapan. Semarang: Universitas Kristen Satya Wacana
Ketaren, S dan B. Djatmiko. 1978. Minyak Atsiri Bersumber Dari Bunga Dan Buah. Departemen Teknologi Hasil Pertanian, Fatemeta IPB : Bogor.
Rindengan Barlina, A. Lay dan Novarianto Hengky. 2010. Karakteristik Daging Buah Kelapa Dan Kesesuaiannya Dengan Produk. Jakarta: Balai Penelitian Tanaman Kelapa Dan Palma Lain
Rindengan Barlina. 2014. Pengaruh Penambahan Virgin Coconut Oil (VCO) dan Minyak Kedelai terhadap Mutu dan Gizi Biskuit Bayi. Manado: Balai Penelitian Tanaman Palma. Jurnal Littri 20 (1), Maret 2014. Hlm 35- 44.ISSN 0853-8212
Rochim, Armando. 2009. Memproduksi 15 Minyak Berkualitas. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. Jurnal Minyak Kelapa Secara Tradisional, September 2014
Samson, Efraim, Etwin,. T. A dan Deliwakano. 2013. Analisa Lama Waktu Pemanasan terhadap Stabilitas Pigmen Katenoid Buah Pisang Tongka Langit (Musa troglodytarum) Ukuran Panjang. Ambon: FMIPA Universitas Pattimura
Winarni, Wisnu Sunarno dan Sri Mantini. 2010. Penetralan dan Absorbansi Minyak Goreng Bekas menjadi Minyak Goreng Layak Konsumsi. Surabaya: FMIPA UNNESA