Anda di halaman 1dari 22

VIRGIN COCONUT OIL (VCO)

1. Tujuan Percobaan
- Agar dapat mengetahui cara pembuatan VCO secara fermentasi
dengan bantuan ragi.
- Agar dapat menjelaskan pengaruh jumlah penambahan ragi
terhadap VCO yang dihasilkan
- Agar dapat menentukan kadar asam lemak bebas dan air dari
VCO yang dihasilkan.

2. Perincian Kerja
- Membuat media starter dengan penambahan fermipan
- Membuat media fermentasi VCO
- Melakukan analisa terhadap VCO yang dihasilkan untuk
penentuan kadar asam lemak bebas dan air.

3. Alat dan Bahan


- Alat:
a. Baskom plastik
b. Saringan
c. Gelas kimia 1000 ml, 500 ml, dan 250 ml
d. Kain saring
e. Erlenmeyer 250 ml dan 500 ml
f. Autoklaf
g. Botol bekas UC
h. Corong pisah
i. Gelas ukur
j. Corong biasa
k. Statif dan klem
l. Oven
m. Hot plate

- Bahan:
a. Kelapa parut
b. Air kelapa
c. Fermipan
d. Aquadest

4. Dasar teori
Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki banyak pulau
dan merupakan negara produsen kelapa utama di dunia. Hampir di
semua propinsi di Indonesia dijumpai tanaman kelapa yang
pengusahaannya berupa perkebunan rakyat. Hal ini merupakan
peluang untuk pengembangan kelapa menjadi aneka produk yang
bermanfaat.
Pohon kelapa sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia
karena hampir semua bagian kelapa dapat dimanfaatkan. Buah
kelapa yang terdiri atas sabut, tempurung, daging buah dan air kelapa
tidak ada yang terbuang dan dapat dibuat untuk menghasilkan produk
industri, antara lain sabut kelapa dapat dibuat keset, sapu, dan
matras. Tempurung dapat dimanfaatkan untuk membuat karbon aktif
dan kerajinan tangan. Dari batang kelapa dapat dihasilkan bahan-
bahan bangunan baik untuk kerangka maupun untuk dinding serta
atap. Daun kelapa dapat diambil lidinya yang dapat dipakai sebagai
sapu, serta barangbarang anyaman.
Daging buah dapat dipakai sebagai bahan baku untuk
menghasilkan kopra, minyak kelapa, coconut cream, santan dan
parutan kering, sedangkan air kelapa dapat dipakai untuk membuat
cuka dan nata de coco. Santan adalah cairan yang diperoleh dengan
melakukan pemerasan terhadap daging buah kelapa parutan. Santan
merupakan bahan makanan yang dipergunakan untuk mengolah
berbagai masakan yang mengandung daging, ikan, ayam, dan untuk
pembuatan berbagai kuekue, es krim, gulagula. Selain itu, kelapa juga
menghasilkan produk olahan yang populer belakangan ini yaitu Virgin
Coconut Oil (VCO) yang bermanfaat bagi kehidupan manusia
(Suhardiyono, 1993).
Minyak kelapa murni atau lebih dikenal dengan Virgin Coconut
Oil (VCO) merupakan merupakan modifikasi proses pembuatan
minyak kelapa sehingga dihasilkan produk dengan kadar air dan
kadar asam lemak bebas yang rendah, berwarna bening, berbau
harum, serta mempunyai daya simpan yang cukup lama yaitu lebih
dari 12 bulan. Pembuatan minyak kelapa murni ini memiliki banyak
keunggulan yaitu tidak membutuhkan biaya yang mahal karena bahan
baku mudah didapat dengan harga yang murah, pengolahan yang
sederhana dan tidak terlalu rumit, serta penggunaan energi yang
minimal karena tidak menggunakan bahan bakar sehingga kandungan
kimia dan nutrisinya tetap terjaga terutama asam lemak dalam
minyak. Jika dibandingkan dengan minyak kelapa biasa atau sering
disebut dengan minyak goreng (minyak kelapa kopra) minyak kelapa
murni mempunyai kualitas yang lebih baik. Minyak kelapa kopra akan
berwarna kuning kecoklatan, berbau tidak harum dan mudah tengik
sehingga daya simpannya tidak bertahan lama (kurang dari dua
bulan). Dari segi ekonomi minyak kelapa murni mempunyai harga jual
yang lebih tinggi dibanding minyak kelapa kopra sehingga studi
pembuatan VCO perlu dikembangkan (anonim, 2009).VCO sangat
kaya dengan kandungan asam laurat (laurat acid) berkisar 5070 %. Di
dalam tubuh manusia asam laurat akan diubah menjadi monolaurin
yang bersifat antivirus, antibakteri dan antiprotozoa serta asamasam
lain seperti asam kaprilat, yang didalam tubuh manusia diubah
menjadi monocaprin yang bermanfaat untuk penyakit yang
disebabkan oleh virus HSV2 dan HIV1 dan bakteri neisseria
gonnorhoeae.
Virgin Coconut Oil juga tidak membebani kerja pankreas serta
dalam energi bagi penderita diabetes dan mengatasi masalah
kegemukan/obesitas. Oleh karena pemanfaatannya yang cukup luas,
maka dengan pembuatan minyak kelapa murni ini dapat menjadi salah
satu obat alternatif, selain itu juga dapat meningkatkan nilai ekonomi
(anonim, 2009).

 Kelapa
Kelapa (Cocos nucifera L) merupakan salah satu hasil pertanian
Indonesia yang cukup potensial. Hampir semua bagian dari tanaman
tersebut dapat dimanfaatkan. Banyak kegunaan yang dapat diperoleh
dari kelapa dan salah satu cara untuk memanfaatkan buah kelapa
adalah mengolahnya menjadi minyak makan atau minyak goreng.
Produk kelapa yang paling berharga adalah minyak kelapa, yang
dapat diperoleh dari daging buah kelapa segar atau dari kopra
(Suhardiyono, 1995).
Kelapa (coconut) dikenal dengan berbagai sebutan seperti Nux
indica, al djanz al kindi, ganz ganz, nargil, narle, tenga, temuai dan
pohon kehidupan. Buah kelapa (cocos nucifera) termasuk famili
palmae dari genus cocos. Pohon kelapa mempunyai tinggi ratarata
12,3 meter dan sejak ditanam sampai berbuah hingga siap dipetik
pohon kelapa membutuhkan waktu 12 bulan (Suhardiyono, 1993).
Pada dasarnya dikenal dua varietas kelapa, yaitu varietas Nana
yang umum disebut kelapa genjah dan varietas Typica yang umum
disebut kelapa dalam. Kelapa genjah berdasarkan sifatnya dibagi 5
yaitu : kelapa gading, kelapa raja, kelapa puyuh, kelapa raja malabr,
kelapa hias. Kelapa dalam berdasarkan sifatnya dibagi 6 yaitu : kelapa
hijau, kelapa merah, kelapa manis, kelapa bali, kelapa kopyor, kelapa
lilin (Wahyuni, Mita, Ir., 2000). Buah kelapa terdiri dari bagianbagian
seperti:
- Epicarp (Kulit Luar)
Yaitu kulit bagian luar yang berwarna hijau, kuning, atau jingga
permukaannya licin, agak keras dan tebalnya 0,14 mm.

- Mesocarp (Sabut)

Yaitu kulit bagian tengah yang disebut serabut terdiri dari bagian
berserat tebalnya 3 5 mm.

- Endocarp (Tempurung)

Yaitu bagian tempurung yang keras sekali tebalnya 3 5 mm, bagian


dalam melekat pada kulit luar biji.

- Testa ( Kulit Daging Buah )

Yaitu bagian dari warna kuning sampai coklat.

- Endosperm (Daging Buah )

Yaitu bagian yang berwarna putih dan lunak, sering disebut daging
kelapa yang tebalnya 8 10 mm.

- Air Kelapa

Yaitu bagian yang berasa manis, mengandung mineral 4%, gula 2%,
dan air.

- Lembaga Yaitu bakal tanaman setelah buah

 Buah Kelapa
Satu pohon kelapa dapat berbuah mulai dari 10 hingga 13 kali
dalam setahun. Buah kelapa tumbuh dalam rumpun, bisa mencapai
12 buah per rumpun. Daging buah kelapa merupakan bagian yang
paling penting dari komoditi asal pohon kelapa. Daging buah
merupakan lapisan tebal berwarna putih. Bagian ini mengandung
berbagai zat gizi. Kandungan zat gizi tersebut beragam sesuai dengan
tingkat kematangan buah.
Selama perkembangannya, buah kelapa secara kontinyu
mengalami kenaikan berat. Ukuran berat maksimum tercapai pada
bulan ketujuh. Pada saat itulah jumlah air kelapa mencapai maksimal.
Setelah periode tersebut, air kelapa berkurang jumlahnya dan
daging kelapa mengalami penebalan. Penebalan daging mencapai
puncaknya pada bulan ke9. Di atas bulan ke10, kelapa dapat
dikatakan tua. Pada periode tersebut, kadar air semakin berkurang.
Itulah yang menyebabkan kelapa tua akan berbunyi jika dikocokkocok.
Buah kelapa tua terdiri dari empat komponen utama, yaitu: 35
persen sabut, 12 persen tempurung, 28 persen daging buah, dan 25
persen air kelapa. Daging buah tua merupakan bahan sumber minyak
nabati (kandungan minyak 30 persen).
Perbedaan mendasar antara daging buah kelapa muda dan tua
adalah kandungan minyaknya. Kelapa muda memiliki rasio kadar air
dan minyak yang besar. Kelapa disebut tua jika rasio kadar air dan
minyaknya optimum untuk menghasilkan santan dalam jumlah
terbanyak. Sebaliknya, bila buah kelapa terlalu tua, kadar airnya akan
semakin berkurang. Pada kondisi tersebut, hasil santan yang
diperoleh menjadi sedikit.

 Daging Buah kelapa


Daging buah kelapa yang sudah masak dapat dijadikan kopra dan
bahan makanan, daging buah merupakan sumber protein yang
penting dan mudah dicerna. Komposisi kimia daging buah kelapa
ditentukan oleh umur buah. Pada tabel 4.1 dapat dilihat komposisi
kimia buah kelapa pada berbagai tingkat kematangan.

Tabel 4.1. Komposisi Kimia Daging Pada Berbagai Tingkat


Kematangan
Buah Buah Buah
Analisa
Muda Setengah Tua
( dalam 100 gr )
Tua

Kalori
68 kal 180 kal 359 kal

Protein 1 gr 4 gr 3,4 gr

Lemak 0,9 gr 13,0 gr 34,7 gr

Karbohidrat 14 gr 10 gr 14 gr

Kalsium 17 mg 10 mg 21 mg

Fosfor 30 mg 8 mg 21 mg

Besi 1 mg 1,3 mg 2 mg

Aktivitas vit. A 0,01 IU 10,0 IU 0,01 IU

Thiamin 0,0 mg 0,5 ng 0,1 mg

Asam Askorbat 4,0 mg 4,0 mg 2,0 mg

Air 83,3 gr 70 gr 46,9 gr

Bagian yang dapat 53,0 gr 53,0 gr 53,0 gr


dimakan

Sumber : Thieme, J. G. ( 1968 ) dikutip dari Ketaren, 1986

 Minyak Kelapa
Minyak kelapa berdasarkan kandungan asam lemak digolongkan
ke dalam minyak asam laurat, karena kandungan asam lauratnya
paling besar jika dibandingkan dengan asam lemak lainnya.
Berdasarkan tingkat ketidakjenuhannya yang dinyatakan dengan
bilangan Iod (iodine value), maka minyak kelapa dapat dimasukkan ke
dalam golongan non drying oils, karena bilangan iod minyak tersebut
berkisar antara 7,510,5.
Komposisi asam lemak minyak kelapa dapat dilihat pada tabel 2.2.
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa asam lemak jenuh minyak
kelapa kurang dari 90 persen. Minyak kelapa mengandung 84 persen
trigliserida dengan tiga molekul asam lemak jenuh, 12 persen
trigliserida dengan dua asam lemak jenuh dan 4 persen trigliserida
dengan satu asam lemak jenuh.

 Minyak Kelapa Murni


Minyak kelapa murni atau bahasa ilmiahnya virgin coconut oil
adalah minyak perawan yang berasal dari sari pati kelapa, diproses
secara higienis tanpa sentuhan api secara langsung dan bahan kimia
tambahan. Dilihat dari warnanya, minyak kelapa murni jauh lebih
bening seperti air mineral. Selain itu kadar air dan asam lemak
bebasnya kecil, serta kandungan asam lauratnya tinggi. Minyak
kelapa murni mengandung anti oksidan bebas sehingga mampu
menjaga kekebalan tubuh.
Proses pembuatan minyak kelapa murni ini sama sekali tidak
menggunakan zat kimia organis dan pelarut minyak. Dari proses
seperti ini, rasa minyak yang dihasilkan lembut dengan bau khas
kelapa yang unik. Jika minyak membeku, warna minyak kelapa ini
putih murni. Sedangkan jika cair, VCO tidak berwarna ( bening ).
Minyak kelapa murni tidak mudah tengik karena kandungan asam
lemak jenuhnya tinggi sehingga proses oksidasi tidak mudah terjadi.
Namun, bila kualitas VCO rendah, proses ketengikan akan berjalan
lebih awal. Hal ini disebabkan oleh pengaruh oksigen, keberadaan air,
dan mikroba yang akan mengurangi kandungan asam lemak yang
berada dalam VCO menjadi komponen lain.
Secara fisik, VCO harus berwarna jernih. Hal ini menandakan
bahwa di dalamnya tidak tercampur oleh bahan dan kotoran lain.
Apabila didalamnya masih terdapat kandungan air, biasanya akan ada
gumpalan berwarna putih. Keberadaan air ini akan mempercepat
proses ketengikan. Selain itu, gumpalan tersebut kemungkinan juga
merupakan komponen blondo yang tidak tersaring semuanya.
Kontaminasi seperti ini secara langsung akan berpengaruh terhadap
kualitas VCO.:
Minyak kelapa murni (VCO) mempunyai banyak manfaat terutama
dalam bidang kesehatan (anonim, 2009) , diantaranya :
- Merupakan antibakteri ,antivirus , antijamur dan antiprotozoa
alamiah

- Membantu meredakan gejalagejala dan mengurangi resiko


kesehatan yang dihubungkan dengan diabetes.

- Membantu melindungi diri terhadap serangan penyakit


osteoporosis.

- Membantu mencegah tekanan darah tinggi.

- Membantu mencegah penyakit liver.

- Menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah.

- Membantu mencegah penyakit kanker.

- Membantu menurunkan berat badan.

- Menjaga stamina tubuh.

- Memelihara kesehatan kulit dan rambut.

 Prinsip Pembuatan Minyak Kelapa Murni (Setiaji, B dan Surip, P,


2006)
Membuat VCO tidak sesulit yang dibayangkan. Bahkan, teknologi
pembuatan VCO telah dilakukan oleh nenek moyang kita secara turun
temurun. Namun, cara tradisional perlu dibenahi agar kualitas VCO
yang dihasilkan lebih baik. Disamping teknologi yang diterapkan
sangat sederhana, bahan baku pun tersedia melimpah di Indonesia.
Oleh karenanya pembuatan VCO sangat memungkinkan untuk
diterapkan oleh petani di pedesaan sekalipun.
Kandungan kimia yang paling utama (tinggi) dalam sebutir kelapa
yaitu air, protein, dan lemak. Ketiga senyawa tersebut merupakan
jenis emulsi dengan protein sebagai emulgatornya. Emulsi adalah
cairan yang terbentuk dari campuran dua zat atau lebih yang sama, di
mana zat yang satu terdapat dalam keadaan terpisah secara halus
atau merata di dalam zat yang lain. Sementara yang dimaksud
dengan emulgator adalah zat yang berfungsi untuk mempererat
(memperkuat) emulsi tersebut.
Dari ikatan tersebut protein akan mengikat butirbutir minyak
kelapa dengan suatu lapisan tipis sehingga butir butir minyak tidak
akan bisa bergabung, demikian juga dengan air. Emulsi tersebut tidak
akan pernah pecah karena masih ada tegangan muka protein air yang
lebih kecil dari protein minyak. Minyak kelapa (VCO) baru bisa keluar
jika ikatan emulsi tersebut dirusak. Untuk merusak emulsi tersebut
banyak sekali cara, yaitu dengan sentrifugasi, pengasaman,
enzimatis, dan pancingan. Masingmasing cara tersebut memilki
kelebihan dan kekurangan. Namun, secara umum teknologi tersebut
sangat aplikatif.
 Pembuatan Minyak Kelapa Murni dengan Fermentasi
Pembuatan minyak secara fermentasi pada prinsipnya adalah
pengrusakan protein yang menyelubungi globula lemak menggunakan
menggunakan enzim enzim proteolitik. Enzim yang dimaksud adalah
enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau tanaman sebagai
inokulum. Pada pembuatan minyak kelapa dengan fermentasi, krim
yang didapatkan dicampurkan dengan laru atau ragi tempe yang
mengandung Rhizopus Oligosporus. Mikroba ini mempunyai
kemampuan menghasilkan enzim protease dan lipase yang dapat
menghidrolisis minyak dengan didukung oleh kadar air yang tinggi.

Pembuatan VCO dengan fermentasi memiliki kelebihan dan


kekurangan :
 Kelebihan
- Berwarna jernih dan beraroma harum khas minyak kelapa.

- Penggunaan energi yang minimal karena tidak menggunakan bahan


bakar.

- Pengolahan sederhana dan tidak terlalu rumit.

- Tingkat ketengikan rendah dan daya simpan lebih lama.

 Kekurangan
- Proses fermentasi lama karena membutuhkan waktu 24 jam.

5. Cara Kerja
- Membuat media starter dengan penambahan fermipan
a. Ditimbang kelapa parut sebanyak 100 gram
b. Ditambahkan aquadest sebanyak 100 ml
c. Campuran kelapa dan aquadest diperas-peras hingga
membentuk santan
d. Disaring santan untuk memisahkannya dari ampas kelapa
e. Diukur santan dan air kelapa muda. Masing-masing dengan
perbandingan 3:7 dari volume total 100 ml
f. Baik santan dan air kelapa dimasukkan ke dalam erlenmeyer
250 ml
g. Ditambahkan gula sebanyak 10 gram
h. Erlenmeyer ditutup menggunakan kapas yang dibalut kain
kasa, aluminium foil dan diisolasi menggunakan plester.
i. Dimasukkan erlenmeyer ke dalam autoklaf
j. Dioperasikan autoklaf dan ditunggu hingga selesai.
k. Didinginkan erlenmeyer.
l. Dibuka penutupnya lalu ditambahkan fermipan sebanyak 5%
m. Erlenmeyer ditutup kembali.
n. Terakhir, erlenmeyer dimasukkan ke dalam shaker. Dibiarkan
selama 24 jam.

- Membuat media fermentasi VCO


a. Erlenmeyer berisi starter dikeluarkan dari dalam shaker lalu
dimasukkan kembali ke dalam kulkas. Didiamkan selama satu
minggu.
b. Setelah seminggu starter dikeluarkan dari dalam kulkas dan
dibiarkan di ruang terbuka selama beberapa saat.
c. Sambil menunggu, ditimbang dua kelapa tua berukuran besar
yang telah diparut
d. Diukur aquadest sebanyak 50% dari berat kelapa
e. Dicampur kelapa dan aquadest, diperas-peras, dan disaring
guna mendapatkannya santannya
f. Diukur volume santan yang dihasilkan
g. Santan lalu dimasukkan ke dalam corong pisah dan ditunggu
hingga 1,5 jam
h. Jika lapisan bawah dan atas (krim) telah terpisah, maka yang
diambil hanya krimnya saja
i. Diukur volume krim yang didapat
j. Krim dimasukkan ke dalam empat gelas ukur 250 ml dengan
volume yang sama.
k. Masing-masing gelas ukur berisi krim tersebut ditambahkan
starter (yang telah dibuat) dengan variasi 1%, 3%, 5%, dan
10% dari volume setiap krim
l. Setiap gelas kimia ditutup menggunakan aluminium foil dan
diberi label sebagai penanda
m. Dibiarkan gelas-gelas kimia tersebut selama seminggu di ruang
terbuka

- Melakukan analisa terhadap VCO yang dihasilkan untuk


penentuan kadar asam lemak bebas dan airnya
a. Setelah semingu, gelas kimia berisi krim dibuka kembali dan
akan tampak dua lapisan. Lapisan atas adalah padatan krim
minyak sedangkan lapisan bawah berupa air.
b. Diambil lapisan atas.
c. Disaring menggunakan corong biasa yang berisi kapas berbalut
kasa.
d. Setelah semua krim dari ke-empat gelas kimia disaring, volume
minyak yang dihasilkan diukur, dan dimasukkan ke dalam botol
bekas UC.
e. Sedangkan sisanya dimasukkan ke dalam kulkas selama
sehari. Hal ini dilakukan karena mungkin saja masih ada
minyak yang terkandung di dalamnya yang keesokannya akan
membeku di atas permukaan. Sehingga setelah disaring
kembali masih bisa diperoleh tambahan VCO.
f. Untuk analisa kadar air, dimasukkan petridis berisi kapas ke
dalam oven dengan suhu 105oC selama satu jam.
g. Dikeluarkan petridis, dimasukkan ke dalam desikator selama 15
menit, dan ditimbang.
h. Ditimbang kosong petridis berisi kapas tersebut lalu
ditambahkan VCO sebanyak 2 gram.
i. Masukkan kembali ke dalam oven.
j. Setiap interval waktu satu jam, dikeluarkan kembali,
dimasukkan ke dalam desikator, dan ditimbang lagi. Dilakukan
terus-menerus hingga didapatkan berat konstan
k. Adapun antuk analisa kadar asam lemak bebas, ditimbang
sebanyak 5 gram VCO di dalam erlenmeyer 250.
l. Ditambahkan 25 ml alkohol.
m. Dipanaskan selama 10 menit.
n. Didinginkan lalu ditambahkan indikator PP sebanyak tiga tetes.
o. Dititrasi dengan NaOH hingga berubah warna menjadi merah
muda.
p. Dihitung volume penitar.
q. Dilakukan secara duplo.

6. Data pengamatan
- Pada saat pembuatan media starter

Kelas Berat Kelapa Berat Gula Berat Fermipan

2a 50,0334 10,0324 5,0117

2b 100,2844 10,0653 3,0022

2c 100,0245 10,0100 5,0038


- Pada saat pembuatan media fermentasi

Berat Volume Volume Volume Volume VCO (ml)*


Kelas kelapa Aquades Santan Krim
(gram) t (ml) (ml) (ml) 1% 2% 3% 4%

2a 1003,5 500 672 335 26 29 31 32


14,
2b 1050,3 525 400 500 21 17 24
5
23,
2c 1200 600 1200 600 35 38 39
5

*: Volume VCO yang dihasilkan setelah penambahan starter


dengan persen yang berbeda.

- Pada saat analisa VCO

Kelas 2a 2b 2c

Berat Total VCO (gr) - - 104,3036


- 5,0282
Berat VCO untuk FFA (gr) 5,0336 5,0064
- 5,0327
Berat Sampel Bandingan (gr) - - 5,0029
- 0,7
Volume Penitar (ml) 1,6 1,7 - 0,8
- 0,5
Berat Petridis + Kapas
(sebelum pemanasan) 49,4557 48,3395 50,0025
(gr)
Berat VCO untuk Kadar air
2,0856 2,0076 2,0113
(gr)
Berat petridis+kapas+VCO
(setelah pemanasan) 49,4101 50,2969 49,9949
(gr)
- 0,28
Kadar FFA (%) 0,64 0,67 - 0,32
- 0,20
Kadar Air (%) 2,1864 2,5005 0,3729

7. Perhitungan
Kelas 2a:
Penambahan Starter (%) Volume VCO (ml)
1 26
3 29
5 31
10 32

35

30

25

20

15

10

0
0 2 4 6 8 10 12

Kelas 2b:
Penambahan Starter (%) Volume VCO (ml)
1 14,5
3 21
5 17
10 24
30

25

20

15

10

0
0 2 4 6 8 10 12

Kelas 2c:
Penambahan Starter (%) Volume VCO (ml)
1 35
3 38
5 39
10 23,5

45

40

35

30

25

20

15

10

0
0 2 4 6 8 10 12

8. Pembahasan:
Pada praktikum kali ini kami mencoba untuk membuat Virgin
Coconut Oil (VCO) secara fermentasi. Dewasa ini VCO banyak
dimanfaatkan dalam dunia medis karena dipercaya mampu
menurunkan berat badan, menjaga stamina tubuh, mempercantik kulit
dan rambut, serta berbagai manfaat lainnya. VCO sendiri adalah
minyak kelapa murni atau minyak perawan yang berasal dari sari pati
kelapa, diproses secara higienis tanpa sentuhan api secara langsung
dan bahan kimia tambahan. Sehingga dilakukanlah pembuatan VCO
dengan menambahkan fermipan atau dengan kata lain memanfaatkan
mikroba Saccharomyces cerevisia. Cara ini digunakan karena
prosesnya tidak rumit, lebih hemat karena tidak menggunakan bahan
bakar, dan dapat disimpan untuk waktu yang lebih lama.
Dalam praktikum ini sebenarnya yang ingin diketahui adalah
bagaimana pengaruh jumlah penambahan starter terhadap volume
VCO yang dihasilkan. Sehingga yang divariasikan adalah
penambahan starternya yakni, 1%, 3%, 5%, dan 10% dari volume
krim masing-masing. VCO yang dihasilkan dari praktikum yang
dilakukan kelas 2a adalah 26 ml, 29 ml, 31 ml, dan 32 ml. Hal ini
menunjukkan bahwa besar penambahan starter berpengaruh
terhadap volume rendemen VCO yang dihasilkan. Semakin banyak
starternya, semakin besar pula volume VCO nya. Namun, hasil yang
diperoleh kelas 2b, menunjukkan hasil yang tidak sama. Di mana
mereka mendapatkan VCO bervolume 14,5 ml; 21 ml; 17 ml; dan 24
ml. Volume VCO terlihat mengalami fluktuasi. Berbeda pula dengan
hasil yang kelas 2c dapatkan. Kami memperoleh VCO dengan volume
35 ml, 38 ml, 39 ml, dan 23,5 ml. Jika pada kelas 2a dan 2b,
mendapatkan volume VCO terbanyak setelah penambahan starter
10%, hasil serupa tak terjadi pada praktikum kami. Justru pada
penambahan starter 10% volume VCO yang kami dapat paling sedikit.
Data-data yang berbeda ini menyebabkan kami tak dapat
menjelaskan secara pasti bagaimana pengaruh penambahan starter
terhadap volume VCO yang dihasilkan. Hal ini mungkin saja terjadi
akibat perlakuan-perlakuan yang tak seragam. Seperti pada
penambahan fermipan untuk pembuatan starter, dimana kelas 2a dan
2c menambahkan sekitar 5 gram, sedangkan kelas 2b hanya kurang
lebih 3 gram. Berat kelapa parut yang dipakai juga berbeda. Kelas 2a
hanya sekitar 50 gram, sedangkan kelas 2a dan 2c memakai 100
gram. Juga pada pemakaian kelapa parut untuk pembuatan fementor.
Jika kelas 2a dan 2b hanya menggunakan sekitar 1 kg, lain halnya
dengan kelas 2c yang memakai 1,2 kg. Selain diakibatkan oleh
perlakuan yang tak seragam, data-data yang beragam ini mungkin
disebabkan pula oleh ketidaktelitian praktikan. Misalnya saja pada
saat penyaringan masih ada VCO yang tidak tersaring sehingga
hanya sejumlah kecil saja yang mampu dihasilkan. Juga ketika
pemisahan krim, dimana praktikan tidak jeli melihat lapisannya. Atau
mungkin alat-alat yang digunakan sebelumya tidaklah bersih.
Selanjutnya, pada VCO yang dihasilkan masing-masing kelas
melakukan analisa terhadapnya. Analisa ini berupa kadar asam lemak
bebas dan kadar air. Lagi-lagi terlihat perbedaan antara data-data
yang diambil dari lapangan. Kelas 2a memperoleh VCO dengan kadar
FFA sekitar 0,64%. Tidak jauh berbeda dengan hasil yang didapatkan
oleh kelas 2b yakni sekitar 0,67%. Sedangkan kelas 2c memiliki VCO
berkadar FFA 0,28% dan 0,32%. Jika dibandingkan dengan kadar FFA
yang terdapat dalam minyak kemasan, maka VCO milik kamilah yang
paling mendekati dengan sampel bandingan tersebut. Lagipula
menurut SNI 01-3741-2002 tentang standar mutu minyak, nilai
ambang batas untuk kadar asam lemak bebas hanya 0,3%. Sehingga
dapat dikatakan bahwa VCO yang diperoleh kelas 2c memiliki kualitas
yang baik. Hal ini dibuktikan pula dengan kadar airnya yang hanya
berkisar 0,3729%. Sesuai dengan standar SNI yang berambang batas
0,3% saja. Adapun kadar air yang terdapat dalam VCO kelas 2a dan
2b masing-masing adalah 2,1864% dan 2,5005%.
Dari data-data kelas 2a dan 2b menunjukkan VCO dengan
kualitas yang tidak terlalu baik. Hal ini disebabkan karena
ketidakcermatan pada saat praktikum. Misalnya saja pada saat
penyaringan bukan hanya ada VCO nya saja, namun terdapat pula air.
Ketika menitrasi titik end point telah tercapai tetapi praktk tidak jeli
melihat sehingga melewati dan terus melakukan titrasi. Juga mungkin
alat dan bahan telah terkontaminasi dengan zat atau mikroba yang
lain.

9. Kesimpulan
- Di antara berbagai macam metode dalam pembuatan VCO, kami
menggunakan metode fermentasi.
- Berdasarkan grafik pengamatan dari tiga kelas, diperoleh grafik
yang berbeda-beda sehingga tak dapat disimpulkan secara pasti
mengenai pengaruh penambahan starter terhadap volume VCO
yang dihasilkan.
- Kadar FFA dalam VCO yang kami dapat adalah 0,28% dan 0,32%.
Sedangkan kadar airnya sebesar 0,3729%. Sehingga diperoleh
VCO dengan kualitas yang baik.

10. Lampiran:
- Kelas 2a:
 Menghitung kadar FFA dalam VCO
Volume NaOH X N X BM Asam Lemak Bebas
¿ X 100
Berat Sampel
1,6 ml X 0,1 N X 200
¿ X 100
5033,6 mg
¿ 0,64%

 Menghitung kadar air dalam VCO


Berat sampel yang hilang
= x 100
Berat sampel
( 49,4557 – 49,4101 ) gram
= X 100
2,0856 gram
= 2,1864%

- Kelas 2b:
 Menghitung kadar FFA dalam VCO
Volume NaOH X N X BM Asam Laurat
¿ X 100
Berat Sampel
1,7 ml X 0,1 N X 200
¿ X 100
5006,9m g
¿ 0,67%

 Menghitung kadar air dalam VCO


Berat sampel yang hilang
= x 100
Berat sampel
(50,3471−50,2969 ) gram
= X 100
2,0076 gram
= 2,5005%

- Kelas 2c:
 Menghitung kadar FFA dalam VCO (simplo)
Volume NaOH X N X BM Asam Laurat
¿ X 100
Berat Sampel
0,7 ml X 0,1 N X 200
¿ X 100
5028,2m g
¿ 0,28%

 Menghitung kadar FFA dalam VCO (Duplo)


Volume NaOH X N X BM Asam Laurat
¿ X 100
Berat Sampel
0,8 ml X 0,1 N X 200
¿ X 100
5032,7 m g
¿ 0,32%

 Menghitung kadar FFA dalam VCO (sampel bandingan)


Volume NaOH X N X BM Asam Laurat
¿ X 100
Berat Sampel
0,5ml X 0,1 N X 200
¿ X 100
5002,9m g
¿ 0,20%

 Menghitung kadar air dalam VCO


Berat sampel yang hilang
= x 100
Berat sampel
(50,0024−49,9949 ) gram
= X 100
2,0113 gram
= 0,3729%

Anda mungkin juga menyukai