TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa
Kelapa (Cocos nucifera) adalah tanaman yang sangat banyak ditemukan di
daerah tropis. Kelapa sangat popular di masyarakat karena memiliki banyak
manfaat bagi kehidupan manusia. Beragam manfaat tersebut diperoleh dari kayu,
daun, daging buah, air kelapa, sabut, dan tempurung (Muhammad dan Joko,
2012). Berikut klasifikasi beserta gambaran dari buah kelapa yang ditampilkan
pada Gambar 2.1 dibawah ini.
Klasifikasi dari kelapa adalah:
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Order : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera (Listianawati, 2009).
4
5
didalamnya (Arwizet dkk, 2012). Berikut beberapa produk turunan dari buah
kelapa:
Tempurung 12 – 13,1
Daging Buah 28 – 34,9
Air Buah 19,2 - 25
Sumber : Palungkun, 2004
Daging buah kelapa adalah salah satu bagian yang sering digunakan oleh
masyarakat maupun industri. Dalam pemanfaatannya, daging buah kelapa dapat
diolah menjadi kopra kemudian diproses lebih lanjut menjadi minyak. Daging
buah kelapa dipergunakan juga dalam keadaan segar yaitu sebagai santan, kelapa
parut, maupun pembuatan minyak (Palungkun, 2004). Buah kelapa yang menjadi
bahan baku minyak disebut kopra. Dimana kandungan minyaknya berkisar antara
60-65 %. Sedang daging buah segar (muda) kandungan minyaknya sekitar 43%.
Kandungan asam lemak dari minyak kelapa adalah asam lemak jenuh yang
diperkirakan 91% terdiri dari Caproic, Caprylic, Capric, Lauric, Myristic,
Palmatic, Stearic, dan Arachidic, dan asam lemak tak jenuh sekitar 9% yang
terdiri dari oleat dan linoleat. (Warisno, 2003) Komposisi kimia daging buah
kelapa dapat dilihat Tabel 2.4.
dijadikan tempe bonkrek untuk makanan, di desa- desa Provinsi Jawa Timur
(Hutasoit, 1988). Produksi kelapa mencapai 15,2 milyar butir atau 28%
produksi kelapa dunia (Hengky Novarianto,2004). Untuk pengolahan minyak
kelapa cara basah, dari 100 butir kelapa diperoleh ampas 19,50 kg (Rindengan
Barlina, 2004).
Untuk menghasilkan Virgin Coconut Oil (minyak kelapa murni) yang
berkualitas baik perlu mempertimbangkan berbagai faktor antara lain umur buah
kepala, karena kadar dan mutu minyak kelapa murni sangat ditentukan oleh
tingkat kematangan buah kelapa. Kadar minyak maksimal yaitu ± 60,3% akan
diperoleh setelah 11-12 bulan pembuahan, dan ditandai oleh tempurung yang
berwarna coklat kehitaman, tiga lubang tempat tumbuh bakal tanaman berwarna
hitam dan pada kulit ari berwarna kehitaman (Barlina, 2004). Buah yang terlalu
tua serta pada kondisi yang mulai berkecambah tidak dianjurkan untuk dibuat
minyak kelapa murni. buah kelapa yang sesuai untuk diolah menjadi VCO harus
berumur 12 bulan (Rindengan, B dan Novarianto, H. 2004).
Daging buah kelapa yang sudah masak dapat dijadikan kopra dan bahan
makanan, daging buah merupakan sumber protein yang penting dan mudah
dicerna. Kandungan protein yang tinggi akan sebanding dengan jumlah asam
amino esensial yang banyak, dimana enam dari delapan asam amino esensial
terdapat didalamnya. Kandungan minyak yang ada di dalam daging buah kelapa
akan naik dengan bertambahnya umur buah kelapa. Kadar air akan menurun
dengan bertambahnya umur buah kelapa (Somaatmadja, 1978). Pada Tabel 2.5
dapat dilihat komposisi asam amino dalam daging buah kelapa, dimana enam dari
delapan asam amino esensial terdapat didalamnya. Daging buah kelapa dalam
merupakan bahan baku dalam industri minyak kelapa dan dalam pengolahan lebih
lanjut minyak kelapa dalam dapat menghasilkan minyak goreng untuk konsumsi.
Pengalaman petani menunjukkan bahwa satu liter minyak kelapa ekivalen dengan
4-5 butir kelapa, dan satu ton kopra ekivalen dengan 350 – 400 biji kelapa.
Tabel 2.5 Komposisi Asam Amino dalam Protein Daging Buah Kelapa
Asam Amino Jumlah (%)
Lisin 5,80
Methionin 1,43
9
Fenilalanin 2,50
Triptofan 1,25
Valin 3,57
Leusin 5.96
Histidin 2,42
Tirosin 3,18
Cistin 1,44
Arginin 15,92
Prolin 5,54
Serin 1,76
Asam Aspartat 5,12
Asam Glutamat 19,07
Sumber: Thieme, 1968
(Trinidad t al., 2001). Serat pangan dalam jumlah yang cukup didalam makanan
sangat bagus untuk pencernaan yang baik dalam usus. Penambahan buah-buahan
dan sayuran kedalam diet reguler bagi penderita infark yang selamat,
menghasilkan suatu penurunan angka kematian dan timbul infark berikutnya.
Oleh karena itu, serat pangan sangat berperan dalam kesehatan dan kondisi
penyakit didalam berbagai kelompok populasi (Ramulu & Rao, 2003).
tepung.
Tabel 2.6 Syarat Mutu Tepung Terigu sebagai Bahan Makanan
Jenis Uji Satuan Persyaratan
Keadaan:
a. Bentuk - Serbuk
b. Bau - Normal (bebas dari bau asing)
c. Warna - Putih, khas terigu
Benda asing - Tidak ada
Serangga dalam semua - Tidak ada
bentuk stadia dan
potongan-potongannya
yang tampak
Kehalusan, lolos ayakan % Min 95
212 µm (mesh No.70)
(b/b)
Kadar Air (b/b) % Maks. 14,5
Kadar Abu (b/b) % Maks. 0,70
Kadar Protein (b/b) % Min. 7,0
Keasaman mg KOH/100 gr Maks 50
Falling number (atas detik Min. 300
dasar kadar air 14%)
Besi (Fe) mg/kg Min. 50
Seng (Zn) mg/kg Min. 30
Vitamin B1 (tiamin) mg/kg Min. 2,5
Vitamin B2 (riboflavin) mg/kg Min. 4
Asam folat mg/kg Min. 2
Cemaran logam :
a. Timbal (Pb) mg/kg Maks. 1,0
b. Raksa (Hg) mg/kg Maks 0,05
c. Kadmium (Cd) mg/kg Maks. 0,1
Cemaran Arsen mg/kg Maks. 0,50
Cemaran Mikroba
a. Angka lempeng total Koloni/g Maks. 1 x 106
b. E. coli APM/g Maks. 10
c. Kapang Koloni/g Maks. 1 x 104
d. Bacillus careus Koloni/g Maks. 1 x 104
Sumber : Standar Nasional Indonesia (SNI) Tepung No 3751:2009
ampas kelapa hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak, padahal dengan modal
yang relatif kecil ampas kelapa dapat diolah menjadi produk lainnya seperti
tepung. Seiring perkembangan teknologi, ampas kelapa tidak hanya dimanfaatkan
sebagai pakan ternak melainkan sebagai bahan pangan manusia. Ampas kelapa
kering atau bebas lemak mengandung 93% karbohidrat yang terdiri dari 61%
galaktomanan, 26% manosa dan 13% selulosa (Balasubramanian, 1976).
Tepung ampas kelapa dibuat secara langsung dari hasil samping ampas
kelapa. Tepung ampas kelapa ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam
industri makanan seperti roti, biskuit, dan sereal. Roti merupakan makanan yang
dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat karena praktis, mudah didapatkan,
mudah diolah, mudah disajikan dan memiliki harga yg relatif terjangkau.
Menurut Putri (2010) faktor yang mempengaruhi kualitas tepung ampas
kelapa adalah sebagai berikut :
1. Derajat Keputihan (Tingkat Keputihan)
Pada derajat atau tingkat keputihan ini dipengaruhi dari penentuan atau
pemilihan bahan baku, proses pembuatan, kualitas air (selama proses
pembuatan), tingkat kebersihan pada saat proses produksi, serta
pengemasan dan penyimpanan (sebaiknya ditempatkan di tempat yang
kedap udara dan bebas dari bau tak sedap atau bau menyengat lainnya.
2. Tingkat Kehalusan (Ukuran Mesh)
Proses pembuatan ampas kelapa secara manual mempunyai karakteristik
tekstur yang agak kasar karena menggunakan ayakan ukuran yang kurang
sesuai dibandingkan ayakan tepung pada umumnya, yaitu dibawah 40
mesh. Pada tingkat kehalusan tekstur tepung dapat ditentukan dari ukuran
ayakan dengan satuan ukuran mesh.
No. Komposisi Gizi Skim Kelapa a Ampas kelapa b Tepung Kelapa c Blondo d Air kelapa e
1. Kadar air 85,89 4,65 5,00 6,48 91,23
2. Lemak (%bk) 2,00 15,89 14,00 10,23 0,15
3. Protein (%bk) 35,00 4,11 7,60 21,6 0,29
4. Abu (%bk) 9,00 0,66 2,10 1,65 1,6
Karbohidrat
5. 55,00 79,34 71,00 17,02 -
(%bk)
Gula reduksi
6. 2,20 - - 32,40* 5,34*
(%bk)
7. Serat kasar (%bk) 0,20 30,58 17,00 17.10 -
Tabel 2.6 Komposisi Gizi dan Hasil Samping Kelapa
Sumber : a dan c, Hagenmaier (1980), b. Rindengan et al. (1977), d. Utari (1989), e. Grimwood
(1975) dan Thampan (1981)
bk = berat kering, *gula total
Protein 4,12 %
Lemak 12,0 %
Serat Kasar 37,1 %
Kadar Air 0,33 %
Sumber : (Yulvianti, 2015)
2.4 Fermentasi
Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah substrat menjadi
produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba.
Produk-produk tersebut biasanya dimanfaatkan sebagai minuman atau makanan.
Fermentasi merupakan suatu cara yang telah dikenal dan digunalan sejak lama
sejak jaman kuno. Proses fermentasi memerlukan :
1. Mikroba sebagai inokulum.
2. Tempat atau wadah untuk menjamin proses fermentasi berlangsung
dengan optimal.
3. Substrat sebagai tempat tumbuh medium dan sumber nutrisi bagi mikroba.
(Nur, 2009)
Fermentasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu spontan dan tidak
spontan. Fermentasi spontan adalah yang tidak ditambahkan mikroorganisme
dalam bentuk starter atau ragi dalam proses pembuatannya, sedangkan fermentasi
tidak spontan adalah yang ditambahkan starter atau ragi dalam proses
pembuatannya. Mikroorganisme tumbuh dan berkembang secara aktif merubah
bahan yang difermentasi menjadi produk yang diinginkan pada proses fermentasi
(Suprihatin, 2010).
Keuntungan proses fermentasi dengan memanfaatkan jasa mikroba
dibandingkan melalui proses kimiawi adalah selain prosesnya sangat spesifik,
suhu yang diperlukan relatif rendah dan tidak memerlukan katalisator logam yang
mempunyai sifat polutan (Bachruddin, 2014). Menurut Judoamidjojo dkk. (1989)
menyatakan bahwa beberapa langkah utama yang diperlukan dalam melakukan
suatu proses fermentasi diantaranya adalah :
1. Seleksi mikroba atau enzim yang sesuai dengan tujuan.
2. Seleksi media sesuai dengan tujuan.
16
2.6 Protein
Protein adalah zat makanan berupa asam-asam amino yang berfungsi
sebagai pembangun dan pengatur bagi tubuh. Protein mengandung unsur karbon,
hidrogen, oksigen dan nitrogen yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat.
Molekul protein juga mengandung posfor, belerang serta beberapa protein
memiliki unsur logam seperti besi dan tembaga (Budianto, 2009). Protein berasal
dari bahasa yunani yaitu proteos, artinya yang utama atau yang di dahulukan.
Protein ditemukan oleh ahli kimia Belanda, Geraldus Mulder (1802–1880).
Kata protein pertama kali diberikan oleh Gerardus Mulder yang
menganggap protein merupakan zat yang paling penting dari semua molekul
organik pada kehidupan. Protein (berasal dari kata “protos” dari bahasa Yunani
yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot
molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino
yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Bahan baku protein terdiri
dari molekul – molekul asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan unsur N
(Toha, 2001). Selain itu, juga dikenal istilah protein kasar yaitu nilai hasil bagi dari
total nitrogen ammonia dengan faktor 16% atau hasil kali dari total nitrogen
ammonia dengan faktor 6,25. Faktor 16% berasal dari asumsi bahwa protein
18
mengandung nitrogen 16%. Protein mempunyai fungsi bagi tubuh ikan yaitu
sebagai berikut :
1. Membentuk jaringan baru untuk pertumbuhan dan mengganti jaringan yang
rusak
2. Protein merupakan penyusun enzim dan hormon yang mengatur berbagai
proses metabolisme tubuh (Sahwan, 2002). Protein terdiri dari asam amino
yang berhubungan satu dengan yang lain oleh ikatan peptida. Asam amino
pada umumnya mempunyai rangka yang terdiri dari gugus asam
karboksilat dan gugus yang terikat secara kovalen pada atom pusat (karbon
alfa). Gugus lainnya pada karbon alfa adalah hidrogen dan gugus R yang
merupakan rantai samping asam amino (Wilbraham and Matta, 1992).
Tubuh akan mengubah protein dalam makanan menjadi protein yang sesuai
dengan kebutuhannya. Secara kimia ada dua proses dasar untuk sintesis protein
yaitu sintesis asam amino dan konjugasi asam amino yang sesuai untuk
membentuk masing-masing jenis protein pada setiap sel. Proses ini merupakan
pertumbuhan yang paling mendasar sebab tanpa adanya produksi protein secara
besar-besaran, maka pertumbuhan tidak mungkin terjadi. Jaringan hati merupakan
salah satu organ besar yang mempunyai sistem khusus untuk mengolah asam
amino dan menyimpan protein dalam jumlah besar.
Protein terdiri atas rantai-rantai asam amino (20 jenis asam amino) yang
terikat satu sama lain dalam ikatan peptida. Dari dua puluh macam asam amino,
tubuh orang dewasa membutuhkan delapan jenis asam amino esensial yaitu lisin,
leusin, isoleusin, valin, triptofan, fenilalanin, metionin, treonin, sedangkan untuk
anak-anak yang sedang tumbuh, ditambahkan dua jenis lagi yaitu histidin dan
arginin. Adapun contoh asam amino non esensial yaitu prolin, serin, tirosin, sistein,
glisin, asam glutamat, alanin, asam aspartat, aspargin, ornitin (Irianto dan Waluyo,
2004).
Komposisi rata-rata unsur kimia yang terdapat dalam protein adalah karbon
55%, hidrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 16%, sulfur 1% dan kurang dari 1%
fosfor. Unsur nitrogen adalah unsur utama protein, karena terdapat di dalam semua
protein akan tetapi tidak terdapat pada karbohidrat dan lemak. Molekul protein
lebih kompleks daripada karbohidrat dan lemak dalam hal berat molekul dan
19
pencernaan dan absorpsi pada usus halus dengan fermentasi lengkap atau partial
pada usus besar. Serat makanan tersebut meliputi pati, polisakharida,
oligosakharida, lignin dan bagian tanaman lainnya (AACC, 2001).
Beberapa karbohidrat tidak dapat dihidrolisa oleh enzim-enzim pencernaan
pada manusia. Sisa yang tidak dicerna ini dikenal dengan diet serat kasar yang
kemudian melewati saluran pencernaan dan dibuang dalam feses. Serat makanan
ini terdiri dari dinding sel tanaman yang sebagian besar mengandung 3 macam
polisakharida yaitu sellulosa, zat pectin dan hemisellulosa. Selain itu juga
mengandung zat yang bukan karbohidrat yakni lignin (Piliang dan Djojosoebagio,
2002).
dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan
kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi
mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak,
sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan (Winarno, 1997).
Air ada yang berbentuk bebas, ada pula yang terikat baik didalam matriks
bahan maupun didalam jaringannya. Air yang berbentuk bebas sangat mudah
menguap karena biasanya terdapat pada permukaan bahan pangan. Kadar air perlu
diukur untuk menentukan umur simpan suatu bahan pangan. Dengan demikian,
suatu produsen makanan olahan dapat langsung mengetahui umur simpan
produknya tanpa harus menunggu sampai produknya busuk.
Beberapa cara untuk menetapkan kadar air suatu bahan makanan misalnya
dengan metode pemanasan langsung dan dengan metode destilasi (Azeotroph).
Metode destilasi menggunakan pelarut yang tidak bercampur dalam air dan
mempunyai titik didih sedikit diatas titik didih air, sehingga ketika dilakukan
destilasi, air akan terkumpul dan jatuh dalam tabung Aufhauser. Hal ini dapat
terjadi karena berat jenis air lebih besar dari pada berat jenis pelarut.
Ketika semua air telah terdestilasi, volume air dapat dibaca pada skala
tabung Aufhauser. Pada percobaan ini kami menggunakan pelarut toluene dan
xylene. Penentuan kadar air bahan pangan. Penetapan kadar air bahan pangan
dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung dari sifat bahannya. Pada
umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan sejumlah sampel
dalam oven pada suhu 105-110° C selama 3 jam atau hingga didapat berat yang 6
konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah pengeringan adalah banyaknya air
yang diuapkan.
Penentuan kadar air untuk berbagai bahan berbeda-beda metodenya
tergantung pada sifat bahan. Misalnya:
1. Untuk bahan yang tidak tahan panas, berkadar gula tinggi, berminyak dan
lain-lain penentuan kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan oven
vakum dengan suhu rendah.
2. Untuk bahan yang mempunyai kadar air tinggi dan mengandung senyawa
volatil (mudah menguap) penentuan kadar air dilakukan dengan cara
destilasi dengan pelarut tertentu yang berat jenisnya lebih rendah daripada
23
berat jenis air. Untuk bahan cair yang berkadar gula tinggi, penentuan
kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan reflaktometer,dsb
(Winarno, 1997).
Kadar air dalam suatu bahan seperti kacang hijau, kacang tanah, kacang
merah, dan susu termasuk juga tepung-tepungan. Metode yang digunakan adalah
oven pengering. Pengeringan adalah suatu metode untuk mengeluarkan atau
menghilangakan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air
tersebut dengan menggunakan energi panas. Biasanya kandungan air bahan
tersebut dikurangi sampai suatu batas agar mikroba tidak dapat tumbuh lagi
didalamnya. Prinsip dari metode oven pengering adalah bahwa air yang
terkandung dalam suatu bahan akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan 7
pada suhu 105o C selama waktu tertentu. Perbedaan antara berat sebelum dan
sesudah dipanaskan adalah kadar air (Astuti, 2010).
Kadar air keseimbangan (equilibrium moisture content) adalah kadar air
minimum yang dapat dicapai pada kondisi udara pengeringan yang tetap atau pada
suhu dan kelembaban relatif yang tetap. Suatu bahan dalam keadaan seimbang
apabila laju kehilangan air dari bahan ke udara sekelilingnya sama dengan laju
penambahan air kebahan dari udara di sekelilingya. Kadar air pada keadaan
seimbang disebut juga dengan kadar air keseimbangan atau keseimbangan
higroskopis untuk menentukan kadar air keseimbangan (Henderson, 1952).
Pengukuran kandungan air yang berada dalam bahan ataupun sediaan yang
dilakukan dengan cara yang tepat diantaranya cara titrasi, destilasi atau
gravimetrik yang bertujuan memberikan batasan minimal atau rentang tentang
besarnya kandungan air dalam bahan , dimana nilai maksimal atau rentang yang
diperbolehkan terkait dengan kemurniaan dan kontaminasi (Dirjen POM, 2000).