Anda di halaman 1dari 18

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelapa (Cocos nucifera) merupakan tanaman yang memiliki buah yang
berbentuk sedikit bulat dan berukuran besar. Kelapa memiliki batang pohon yang
besar dan tidak bercabang, bagian dahannya banyak dan keras serta panjangnya
bisa mencapai 3-4 meter dengan sirip-sirip lidi yang menopang tiap helaian.
Buahnya terbungkus dengan serabut dan batok sehingga untuk memperoleh
daging kelapa harus dilakukan pemecahan atau menguliti buah kelapa. Kelapa
yang sudah besar dan subur dapat menghasilkan 2-10 buah kelapa setiap
tangkainya.
Kandungan minyak pada kelapa segar yaitu sekitar 30-50% minyak,
apabila kelapa dikeringkan menjadi kopra kadar lemak didalamnya dapat
mencapai 63-65%. Umur buah kelapa dapat mempengaruhi kadar kandungan
minyak di dalamnya sehingga semakin tua umur kelapa maka semakin tinggi pula
kandungan minyaknya. Buah kelapa yang sudah tua atau matang umumnya
dipanen pada umur 11-12 bulan (Rindengan et al., 1995).
Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil atau VCO) merupakan produk
yang dibuat dari daging kelapa segar yang yang diberikan perlakuan pada suhu
rendah atau tanpa melalui pemanasan, sehingga kandungan yang penting dalam
minyak tetap dapat dipertahankan (Tanasale, 2013). Minyak kelapa murni
merupakan hasil olahan kelapa yang bebas dari transfatty acid (TFA) atau asam
lemak-trans sehingga tidak bersifat karsiogenik. Asam lemak trans ini dapat
terjadi akibat proses hidrogenasi. Agar tidak mengalami proses hidrogenasi, maka
ekstraksi minyak kelapa ini dilakukan dengan proses dingin. Misalnya, secara
fermentasi, pancingan, pemanasan terkendali, pengeringan parutan kelapa secara
cepat dan lain-lain (Darmoyuwono, 2006). Oleh karena itu dilakukan praktikum
ini untuk mengetahui proses pengolahan VCO dan juga minyak mentah
menggunakan beberapa metode.
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. mengetahui pengaruh perbendaan metode pembuatan minyak terhadap
minyak yang dihasilkan.
2. mengetahui pengaruh perbendaan metode pembuatan vco terhadap vco yg
dihasilkan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa
Kelapa (Cocos nucifera) merupakan tanaman yang memiliki buah yang
berbentuk sedikit bulat dan berukuran besar. Kelapa memiliki batang pohon yang
besar dan tidak bercabang, bagian dahannya banyak dan keras serta panjangnya
bisa mencapai 3-4 meter dengan sirip-sirip lidi yang menopang tiap helaian.
Buahnya terbungkus dengan serabut dan batok sehingga untuk memperoleh
daging kelapa harus dilakukan pemecahan atau menguliti buah kelapa. Kelapa
yang sudah besar dan subur dapat menghasilkan 2-10 buah kelapa setiap
tangkainya. Pohon kelapa biasa disebut dengan pohon 1001 manfaat karena
hampir semua bagian dari tanaman kelapa bermanfaat bagi kehidupan manusia
(Rindengan dan Novarianto, 1995).
Buah kelapa berbentuk bulat panjang dengan ukuran kurang lebih sebesar
kepala manusia. Buah terdiri dari sabut, tempurung, daging buah dan air buah.
Tebal sabut kelapa kurang lebih 5 cm dan tebal daging buah sekitar 1 cm atau
lebih. (Ketaren, 2005). Komposisi dari daging buah kelapa yang sudah tua yaitu
memiliki sabut sebesar 35%, tempurung buah 12%, daging buah 28% dan air buah
sekitar 25%. Daging buah kelapa yang sudah masak dapat dijadikan kopra dan
bahan makanan, Daging buah kelapa merupakan sumber protein dimana
komposisi kimia dari buah kelapa dipengaruhi oleh umur buah kelapa. Daging
buah kelapa dapat diolah menjadi santan (Juice extract). Santan kelapa ini dapat
diolah menjadi minyak. Kandungan gula santan daging buah kelapa tidak kurang
dari 1 persen sehingga santan kelapa tidak dapat dijadikan alkohol. Raffinosa,
sukrosa, fruktosa, galaktosa dan glukosa dapat diisolasi dari daging buah kelapa
(Ketaren, 2005).
2.2 Komposisi Kimia Kelapa
Semakin tua umur dari buah kelapa memiliki kandungan lemak yang
semakin tinggi. Buah yang masih muda, setengah tua dan tua memiliki komposisi
kimia yang berbeda diantaranya; kandungan kalori dalam 100 gram buah muda
berjumlah 68kal, setengah tua 180 kal dan buah tua 359 kal. Protein pada buah
muda sebesar 1 gram, setengah tua 4 gram dan buah tua 3,4gram, lemak yang
terdapat di dalamnya juga mengalami peningkatan, pada buah muda lemak yang
terkandung 0,9 gram, setengah tua 13 gram dan buah tua 34,7 gram, kandungan
karbohidrat pada buah muda sebesar 14 gram, buah setengah tua 10 gram dan
buah tua 14 gram. Kandungan kalsium pada buah muda 17mg, buah setengah tua
8 mg dan buah tua 21mg, kandungan fosfor pada buah muda 30mg, buah setengah
tua 35mg dan buah tua 21mg. Kandungan besi pada daging kelapa mengalami
peningkatan yaitu pada buah muda 1mg, buah setenah tua 1,3mg dan buah tua
2mg, kandungan thiamin dan asam askorbat pada masing-masing umur buh yitu
buah muda mengandung 0 dan 4mg, buah setengah tua 0,5mg dan 4mg dan pada
buah tua 0,2mg dan 2mg sedangkan untuk bagian yang dapat dimakan masing-
masing memiliki kandungan sebesar 53gram ( Thieme,1968 ).
2.3 Metode dan Prinsip Pembuatan Minyak Kelapa
Pembuatan minyak kelapa dapat dilakukan dengan cara basah atau cara
kering (Samson, et al 1971 dalam Susanto, 2012). Metode pembuatan minyak
kelapa dengan menggunakan cara kering yaitudapat dilakukan dengan daging
kelapa dikeringkan dengan menggunakan pemanasan minimum dengan suhu
dibawah 100oC yang kemudian dilanjutkan dengan pengepresan terhadap buah
kelapa. Metode ini menghasilkan rendemen minyak yang rendah dan biasanya
sanitasi pengeringan kopra kurang sehingga rentan ditumbuhi jamur sehingga
kopra tidak dapat langsung dikonsumsi sebelum melalui proses seperti pemurnian,
bleaching, penghilangan aroma dan deodorized (Ketaren, 1986 dalam Susanto,
2012).
Pembuatan minyak kelapa juga dapat dilakukan dengan cara basah yaitu
dengan pembuatan santan. Santan merupakan pengemulsi minyak sehingga perlu
dilakukan pemecahan emulsi untuk memperoleh minyak (Ketaren, 1986 dalam
Susanto, 2012). Pembuatan minyak dengan cara basahantara lain: pemanasan,
penguapan, pemanasan bertingkat,sentrifugasi, lava, pancingan, dan enzimatik
(Rindengan, dkk, 2005 dalam Susanto, 2012).Pembuatan minyak kelapa dengan
cara pemanasan merupakan pengolahan yang masih tradisional dan cukup mudah
akan tetapi minyak yang dihasilkan kurang baik karena pada metode ini
pemanasan yang dilakukan menggunakan suhu yang tinggi yaitu 100oC – 110 °C
sehingga menyebabkan protein, lemak, dan antioksidan yang terdapat dalam
minyak akan rusak. Selain itu minyak yang dihasilkan tidak jernih dan tidak tahan
lama, hanya bertahan sekitar 2 - 3 minggu (Setiaji, dkk., 2006 dalam Susanto,
2012).

2.4 Metode dan Prinsip Pembuatan VCO dan Faktor yang mempengaruhi
2.4.1 Metode Fermentasi
Fermentasi merupakan kegiatan mikroba pada bahan pangan sehingga
dihasilkan produk yang dikehendaki. Santan yang diperoleh dari proses
pemerasan dimasukkan ke dalam wadah dan dilakukan pendiaman selama 1 jam
sehingga terbentuk dua lapisan, yaitu krim santan pada bagian atas dan air pada
bagian bawah. Kemudian krim santan difermentasi. Fermentasi telah selesai
ketika santan membentuk 3 lapisan yaitu lapisan minyak paling atas, lapisan
tengah berupa protein dan 8 lapisan paling bawah berupa air. Pemisahan ketiga
lapisan tersebut dilakukan dengan menggunakan kertas saring. Enzim yang
digunakan untuk fermentasi memutus rantai-rantai peptida dari protein berat
molekul tinggi menjadi molekul-molekul sederhana dan akhirnya menjadi
peptida-peptida dan asam amino yang tidak berperan lagi sebagai emulgator
dalam santan kelapa sehingga antara minyak dan air memisah. Ketika proses
fermentasi berlangsung juga terjadi penurunan pH. Pada pH tertentu akan dicapai
titik isoeletrik dari protein. Protein akan menggumpal sehingga mudah dipisahkan
dari minyak (Cahyono dan Untari, 2009).
Proses fermentasi alami dapat bergantung pada tingkat kematangan dan
kesegaran buah kelapa sehingga kelapa yang telah masuk fase matang harus
segera dilakukan pengolahan 3 hari sejak dilakukannya pemanenan. Pemisahan
lapisan secara alami dilakukan dengan pendiaman santan setelah 16 jam.
Kandungan protein yang tinggi menyebabkan ikatan protein di dalamnya sulit
dipecahkan sehingga perlu dilakukan pendiaman. Lamanya pendiaman juga
memberikan efek yang negatif pada minyak yaitu menyebabkan resiko
pembusukan dan kontaminasi. Setelah dilakukan pendiaman terdapat 3 lapisan
yaitu minyak, blondo dan skim fermentasi. Blondo dipisahkan dari lapisan.
Filtrasi minyak dengan VCO dilakukan dengan memasukkan cotton swab yang
telah disterilakan. Minyak yang terserap dalam bola kapas yang disterilkan dapat
diperoleh dengan memeras dan mencampurkannya dengan grade dua dan VCO
untuk diproses lebih lanjut ( Divina, 2011 ).
2.4.2 Metode Pancingan
Cara pembuatan minyak kelapa murni dengan metode pancingan
dilakukan dengan menggunakan umpan minyak kelapa murni yang telah jadi.
Ikatan lemak-protein pada santan akan diputus dengan pancingan minyak kelapa
murni yang telah jadi. Minyak yang telah didiamkan beberapa lama akan keluar
dengan sendirinya. Kelebihan yang diperoleh dengan menggunakan pengolahan
pancingan minyak kelapa murni yaitu kandungan asam lemak rantai sedang dan
antioksidannya tidak mengalami denaturasi (Prayugo dan Setiaji, 2006).
2.4.3 Metode enzimatis
Pengolahan VCO dapat dilakukan dengan metode enzimatis. Proses
pembuatan ini dilakukan dengan menambahankan enzim pada santan. Enzim
yang digunakan pada pembuatan minyak kelapa murni adalah papain dari getah
papaya, enzim bromelin dari nanas dan enzim protease dari kepiting sungai.
Kelebihan yang diperoleh dari pengolahan secara enzimatis yaitu prosesnya lebih
singkat dibandingkan cara fermentasi. Kekurangan cara ini adalah dapat
menyebabkan enzim-enzim yang terkandung dalam minyak kelapa keluar
(Baswardojo, 2005).
2.4.4 Metode Sentrifugasi
Sentrifugasi merupakan salah satu cara pembuatan minyak kelapa secara
mekanik dengan tujuan untuk memutuskan ikatan lemak protein yang terdapat
pada santan. Minyak kelapa yang dihasilkan dengan menggunakan metode ini
memiliki kelebihan diantaranya berwarna jernih dan bau khas minyak kelapa,
daya simpan yang cukup lama, proses pembuatannya yang relatif singkat,
kandungan asam lemak rantai sedang dan kandungan antioksidannya yang tidak
mengalami denaturasi (Prayugo dan Setiaji, 2006).
2.4.5 Metode Pemanasan Bertahap
Metode pemanasan bertahap merupakan proses lanjutan atau proses
penyempurnaan dari metode pemanasan biasa yang dilakukan dengan cara
tradisional. Suhu merupakan faktor yang mempengaruhi kedua metode tersebut.
Suhu yang digunakan dalam pembuatan minyak kelapa cara pemanasan bertahap
adalah 60-75oC.Ketika proses pengolahan berlangsung dilakukan kontrol
pemanasan untuk menjaga agar suhu tetap konstan sehingga apabila suhu
pengolahan telah mencapai 75oC maka kompor yang digunakan harus dimatikan
dan apabila suhu turun mencapai 60oC maka kompor perlu dinyalakan kembali.
(Prayugo dan Setiaji, 2006).

2.5.SNI VCO
No. Jenis uji Persyaratan
1. Keadaan :
1. Bau Khas kelapa segar, tidak tengik
2. Rasa Normal, khas minyak kelapa
3. Warna Tidak berwarna hingga kuning
pucat
2. Air dan senyawa yang menguap Maks. 0,2
3. Bilangan Iod 4,1-11,0 ( g iod/100g)
4. Asam lemak bebas ( dihitung sebagai Maks. 0,2
asam laurat )
5. Bilangan penyabunan 248-265 ( mg KOH/gr )
6. Bilangan Peroksida Maks. 2,0 ( mg ek/kg )
7. Asam lemak :
Asam kaproat ( C6:0) ND-0,7 (%)
Asam Kaprilat ( C8:0) 4,6-10,0 (%)
Asam Kapriat ( C10:0) 5,0-8,0 (%)
Asam Laurat ( C12:0) 45,1-53,2(%)
Asam Miristat ( C14:0) 16,8-21,0 (%)
Asam Palmintat ( C16:0) 7,5-10,2 (%)
Asam Stearat ( C18:0) 2,0-4,0 (%0
Sumber : SNI 7381 : 2008
2.6 SNI Minyak Kelapa Mentah
No. Kriteria Persyaratan
1. Kadar air (%) Maks. 0,5
2. Kadar kotoran (%) Maks. 0,05
3. Bilangan iod ( mg jod/100g contoh) 8-10
4. Bilangan peroksida(mg KOH/g Maks. 5
contoh)
Bilangan penyabunan (mg KOH/g 255-265
5.
contoh)
6 Asam Lemak bebas Maks. 5

7 Warna,aroma,bau Normal

Sumber: SNI 01-2902-1992


BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Beaker glass
b. Baskom
c. Saringan
d. Gelas ukur
e. Pipet volume
f. Selang
g. Alat press
h. Neraca digital
i. Sutil
j. Kompor
k. Wajan
l. Mixer
m. Oven

3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Kelapa parut
b. Plastik
c. Air
d. Label
3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
3.2.1 Metode Pemanasan

500 gr kelapa parut

+ Air 100 ml
Pemerasan Ampas
sebanyak 6 kali

Santan

Pendiaman hingga terbentuk 2 lapisan

Pengambilan lapisan

Pemanasan

Penyaringan

Pemerasan

Pengamatan

Sampel yang digunakan yaitu kelapa yang telah diparut sebanyak


500gram. Parutan kelapa kemudian dilakukan pemerasan dengan ditambahkannya
air 100ml sebanyak 6 kali. Tujuan dilakukan penambahan sebanyak 6kali yaitu
untuk memperoleh hasil santan yang lebih baik.Setelah itu santan dimasukkan ke
dalam beaker glass besar dan didiamkan selama 1 jam hingga terbentuk 2 lapisan
yaitu skim dan krim. Skim dan krim kemudian dipisahkan dengan menyedot skim
dengan selang. Krim atau santan lapisan atas kemudian dipanaskan dengan api
sedang sambil terus dilakukan pengadukan hingga terbentuklah blondo. Setelah
itu, blondo dipisahkan dengan minyak dengan disaring. Blondo diperas dengan
kain saring sehingga minyaknya keluar dan blondo yang dihasilkan menjadi
kering. Minyak yang dihasilkan kemudian dicampur dengan hasil penyaringan
pertama. Blondo ditimbang dan dilakukan pengamatan mengenai warna dan
aroma dari minyak kelapa yang dihasilkan.
3.2.3 Metode Fermentasi

500 gr kelapa parut

+ Air 100 ml
Pemerasan Ampas
sebanyak 6 kali

Santan

Pendiaman hingga terbentuk 2 lapisan

Pengambilan lapisan atas

Masukkan dalam plastik serta pendiaman 24 jam

Panen + pengamatan

Sampel yang digunakan yaitu kelapa yang telah diparut sebanyak


500gram. Parutan kelapa kemudian dilakukan pemerasan dengan ditambahkannya
air 100ml sebanyak 6 kali. Tujuan dilakukan penambahan sebanyak 6kali yaitu
untuk memperoleh hasil santan yang lebih baik.Setelah itu santan dimasukkan ke
dalam beaker glass besar dan didiamkan selama 1 jam hingga terbentuk 2 lapisan
yaitu skim dan krim. Skim dan krim kemudian dipisahkan dengan menyedot skim
dengan selang. Krim yang diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam plastik dan
dilakukan pendiaman selama 24 jam. Tujuan dilakukannya pendiaman fermentasi
yaitu menurunkan pH sehingga dapat mencapai titik isoelektrik dan enzim
protease yang terdapat dalam santan dapat memutus rantai-rantai peptida dari
protein berat molekul tinggi menjadi molekul-molekul sederhana dan akhirnya
menjadi peptida-peptida sehingga antara minyak dan air memisah. Setelah itu
dilakukan pemanenan minyak dan dilakukan pengamatan warna, aroma dan
rendemennya.
3.2.3 Metode Press

500 gr kelapa parut

Blanching 5 menit

Pengeringan

Pengepresan

Pengamatan

Sampel yang digunakan yaitu kelapa yang telah diparut sebanyak


500gram yang kemudian dilakuan blanching dengan uap selama 5 menit.
Selanjutnya dilakukan pengeringan sementara dengan menggunakan sinar
matahari dan dilanjutkan dengan menggunakan oven menggunakan suhu 40-60oC
selama 24jam. Tujuan dilakukannya pengovenan yaitu untuk mengurangi
kandungan air pada kelapa. Kemudian hasil pengovenan dipress dengan press
hidrolik sehingga diperoleh minyak dan dilakuan pengamatan minyak yang telah
dihasilkan mengenai warna, aroma dan rendemen.
3.2.4 Metode Agitasi

500 gr kelapa parut

+ Air 100 ml
Pemerasan Ampas
sebanyak 6 kali

Santan

Pendiaman hingga terbentuk 2 lapisan

Pengambilan lapisan atas & mixer selama 30 menit

Masukkan dalam plastik & pendiaman 24 jam

Panen & pengamatan

Sampel yang digunakan yaitu kelapa yang telah diparut sebanyak


500gram. Parutan kelapa kemudian dilakukan pemerasan dengan ditambahkannya
air 100ml sebanyak 6 kali. Tujuan dilakukan penambahan sebanyak 6kali yaitu
untuk memperoleh hasil santan yang lebih baik. Setelah itu santan dimasukkan ke
dalam beaker glass besar dan didiamkan selama 1 jam hingga terbentuk 2 lapisan
yaitu skim dan krim. Lapisan atas atau krim dipisahkan dengan skim dengan
menggunakan selang. Krim kemudian diaduk dengan menggunakan mixer selama
30 menit. Tujuan dilakukannya pengadukan yaitu untuk mengganggu rantai
protein dan merusak emulsi. Setelah itu, dimasukkan ke dalam plastik dan
dilakukan pendiaman selama 24jam. Minyak dipanen dan dilakukan pengamatan
mengenai warna, aroma dan rendemen yang dihasilkan.
BAB 4. DATA PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN

4.1 Data Pengamatan


Metode Kelompok Berat Krim Skim Minyak Aroma Warna
Kelapa (ml) (ml) (ml)
Parut
(gr)
Pemanasan 1 500,35 510 270 87 Khas Kuning
kelapa muda
2 400,99 470 250 62 Khas Kuning
kelapa keruh
Fermentasi 3 500,92 500 300 70 Gurih Bening
dominan agak
asam kuning
4 460 510 290 13,5 Khas Bening
kelapa keruh
guriih
agak
kecut
Pengepresan 5 500,03 - - 130 Lebih Lebih
tengik keruh
6 446,13 - - 120 Sedikit Sedikit
tengik jernih
Agitasi 7 400 320 400 21 Khas Bening
kelapa
8 500 400 350 58 Khas Bening
kelapa
tapi
agak
kecut
4.2 Hasil Perhitungan
Metode Kelompok Rendemen (%) Rata-rata
Pemanasan 1 11,15 9,88
2 8,61
Fermentasi 3 8,75 5,215
4 1,68
Pengepresan 5 25,98 26,39
6 26,80
Agitasi 7 2,91 5,32
8 7,73
BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan minyak dilakukan dengan menggunakan metode pemanasan
dan pengepresan. Pada metode pemanasan menghasilakan minyak dan
rendemen yang lebih sedikit dibandingkan pengepresan. Warna yang
dihasilkan dari metode pemanasan yaitu kuning sedangkan pengepresan
berwarna keruh serta aroma yang dihasilkan oleh metode pemanasan
beraroma khas kelapa dan pada metode pengepresan tengik.
2. Pembuatan VCO dilakukan dengan menggunakan metode fermentasi dan
agitasi. Pada metode fermentasi menghasilkan rendemen dan jumlah
minyak yang sama rendahnya dengan agitasi. Warna yang dihasilkan dari
proses fermentasi bening agak keruh dan pada agitasi menghasilkan warna
yang bening serta aroma yang dihasilkan pada metode fermentasi terdapat
rasa asam sedangkan agitasi menghasilkan aroma khas kelapa.

6.2 Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Membersihkan dan merapikan kembali alat laboraturium yang telah
digunakan.
2. Menambah alat-alat laboraturium sehingga mempermudah ketika proses
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah,N.A.2005. Pengenalan Virgin Coconut Oil . Jakarta: Badan Penelitian


dan Pengembangan Pertanian.

Anwar, C. dan R. Salima. 2016. Perubahan Rendemen dan Mutu Virgin Coconut
Oil ( VCO ) pada Berbagai Kecepatan Putar dan Lama Waktu Sentrifugasi.
Jurnal Teknotan. 10(2) : 51-60.

Badan Standardisasi Nasional. 1992. SNI 01-2902-1992 Minyak Kelapa Mentah


. Jakarta : Badan Standardisasi Nasional.

Badan Standardisasi Nasional. 2008. SNI 7381:2008 Minyak Kelapa Virgin


(VCO). Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

Baswardojo, D. 2005. Seluk Beluk Pembuatan Minyak Kelapa & VICO. Jakarta :
Indo Coco .

Cahyono and Untari .2009. “Proses Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO)
dengan Fermentasi menggunakan Stater Ragi Tempe”. Skripsi.
Teknik Kimia UNDIP, Jurusan Teknik Kimia UNDIP.

Darmoyuwono, W. 2006. Gaya hidup Sehat Dengan Virgin Coconut Oil. Jakarta:
PT. Indeks.

Divina.2011. Processing Manual for Virgin Coconut Oil, its Products and By-
products for Pacific Island Countries and Territories. Fiji : SPC Suva
Office.

Fachry, H.A.R., Serlis Arta, Fadma Dewi. 2007. Pengaruh Pemanasan dan
Derajat Keasaman Emulsi pada Pembuatan Minyak Kelapa .
Sriwijaya press.

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan . Cetakan


Pertama. Jakarta: UI-Press

Ketaren,S. 2005. Minyak Dan Lemak Pangan. Jakarta; Universitas.

Lisna A dan Purnama NM. 2010. Analisis metode efektif penghasil vitamin a (β-
karoten) dalam VCO (Virgin Coconut Oil). Jurnal Ilmiah Agropolitan .3:
547:551.
Ngatemin, Nurrahman dan Joko. 2013. Pengaruh Fermentasi pada Produksi
Minyak Kelapa Murni ( Virgin Coconut Oil ) Terhadap Sifat Fisik, Kimia
dan Organoleptik. Jurnal Pangan dan Gizi. 4(8) : 9-18.

Rindengan, B.A., Lay, H., Novarianto, H., Kembuyan dan Mahmud, Z., 1995.
Karakterisasi daging buah Kelapa Hibrida untuk bahan baku industri
makanan, Laporan Hasil Penelitia., Kerjasama Proyek Pembinaan
Kelembagaan Penelitian Pertanian nasional, Badan Litbang.

Setiaji, B., Prayugo, S., 2006, Membuat VCO Berkualitas Tinggi, Penebar
Swadaya, Jakarta.

Susanto, Tri. 2012. Perbandingan Mutu Minyak Kelapa yang Diproses


melalui Pengasamandan Pemanasan Sesuai SNI 2902-2011 .Palembang:
Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang

Tanasale M.L.P. 2013. Aplikasi Starter Ragi Tape Terhadap Rendemen dan
Mutu Virgin Coconut Oil (VCO). Fakultas Pertanian Universitas Patimura
Ambon.

Thieme, J.G. 1968. Coconut Oil Processing. Rome: Food Agriculture


Organization of The United Nation.

Winarno, F.G., 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai