PENDAHULUAN
2.1 Kelapa
Kelapa (Cocos nucifera) merupakan tanaman yang memiliki buah yang
berbentuk sedikit bulat dan berukuran besar. Kelapa memiliki batang pohon yang
besar dan tidak bercabang, bagian dahannya banyak dan keras serta panjangnya
bisa mencapai 3-4 meter dengan sirip-sirip lidi yang menopang tiap helaian.
Buahnya terbungkus dengan serabut dan batok sehingga untuk memperoleh
daging kelapa harus dilakukan pemecahan atau menguliti buah kelapa. Kelapa
yang sudah besar dan subur dapat menghasilkan 2-10 buah kelapa setiap
tangkainya. Pohon kelapa biasa disebut dengan pohon 1001 manfaat karena
hampir semua bagian dari tanaman kelapa bermanfaat bagi kehidupan manusia
(Rindengan dan Novarianto, 1995).
Buah kelapa berbentuk bulat panjang dengan ukuran kurang lebih sebesar
kepala manusia. Buah terdiri dari sabut, tempurung, daging buah dan air buah.
Tebal sabut kelapa kurang lebih 5 cm dan tebal daging buah sekitar 1 cm atau
lebih. (Ketaren, 2005). Komposisi dari daging buah kelapa yang sudah tua yaitu
memiliki sabut sebesar 35%, tempurung buah 12%, daging buah 28% dan air buah
sekitar 25%. Daging buah kelapa yang sudah masak dapat dijadikan kopra dan
bahan makanan, Daging buah kelapa merupakan sumber protein dimana
komposisi kimia dari buah kelapa dipengaruhi oleh umur buah kelapa. Daging
buah kelapa dapat diolah menjadi santan (Juice extract). Santan kelapa ini dapat
diolah menjadi minyak. Kandungan gula santan daging buah kelapa tidak kurang
dari 1 persen sehingga santan kelapa tidak dapat dijadikan alkohol. Raffinosa,
sukrosa, fruktosa, galaktosa dan glukosa dapat diisolasi dari daging buah kelapa
(Ketaren, 2005).
2.2 Komposisi Kimia Kelapa
Semakin tua umur dari buah kelapa memiliki kandungan lemak yang
semakin tinggi. Buah yang masih muda, setengah tua dan tua memiliki komposisi
kimia yang berbeda diantaranya; kandungan kalori dalam 100 gram buah muda
berjumlah 68kal, setengah tua 180 kal dan buah tua 359 kal. Protein pada buah
muda sebesar 1 gram, setengah tua 4 gram dan buah tua 3,4gram, lemak yang
terdapat di dalamnya juga mengalami peningkatan, pada buah muda lemak yang
terkandung 0,9 gram, setengah tua 13 gram dan buah tua 34,7 gram, kandungan
karbohidrat pada buah muda sebesar 14 gram, buah setengah tua 10 gram dan
buah tua 14 gram. Kandungan kalsium pada buah muda 17mg, buah setengah tua
8 mg dan buah tua 21mg, kandungan fosfor pada buah muda 30mg, buah setengah
tua 35mg dan buah tua 21mg. Kandungan besi pada daging kelapa mengalami
peningkatan yaitu pada buah muda 1mg, buah setenah tua 1,3mg dan buah tua
2mg, kandungan thiamin dan asam askorbat pada masing-masing umur buh yitu
buah muda mengandung 0 dan 4mg, buah setengah tua 0,5mg dan 4mg dan pada
buah tua 0,2mg dan 2mg sedangkan untuk bagian yang dapat dimakan masing-
masing memiliki kandungan sebesar 53gram ( Thieme,1968 ).
2.3 Metode dan Prinsip Pembuatan Minyak Kelapa
Pembuatan minyak kelapa dapat dilakukan dengan cara basah atau cara
kering (Samson, et al 1971 dalam Susanto, 2012). Metode pembuatan minyak
kelapa dengan menggunakan cara kering yaitudapat dilakukan dengan daging
kelapa dikeringkan dengan menggunakan pemanasan minimum dengan suhu
dibawah 100oC yang kemudian dilanjutkan dengan pengepresan terhadap buah
kelapa. Metode ini menghasilkan rendemen minyak yang rendah dan biasanya
sanitasi pengeringan kopra kurang sehingga rentan ditumbuhi jamur sehingga
kopra tidak dapat langsung dikonsumsi sebelum melalui proses seperti pemurnian,
bleaching, penghilangan aroma dan deodorized (Ketaren, 1986 dalam Susanto,
2012).
Pembuatan minyak kelapa juga dapat dilakukan dengan cara basah yaitu
dengan pembuatan santan. Santan merupakan pengemulsi minyak sehingga perlu
dilakukan pemecahan emulsi untuk memperoleh minyak (Ketaren, 1986 dalam
Susanto, 2012). Pembuatan minyak dengan cara basahantara lain: pemanasan,
penguapan, pemanasan bertingkat,sentrifugasi, lava, pancingan, dan enzimatik
(Rindengan, dkk, 2005 dalam Susanto, 2012).Pembuatan minyak kelapa dengan
cara pemanasan merupakan pengolahan yang masih tradisional dan cukup mudah
akan tetapi minyak yang dihasilkan kurang baik karena pada metode ini
pemanasan yang dilakukan menggunakan suhu yang tinggi yaitu 100oC – 110 °C
sehingga menyebabkan protein, lemak, dan antioksidan yang terdapat dalam
minyak akan rusak. Selain itu minyak yang dihasilkan tidak jernih dan tidak tahan
lama, hanya bertahan sekitar 2 - 3 minggu (Setiaji, dkk., 2006 dalam Susanto,
2012).
2.4 Metode dan Prinsip Pembuatan VCO dan Faktor yang mempengaruhi
2.4.1 Metode Fermentasi
Fermentasi merupakan kegiatan mikroba pada bahan pangan sehingga
dihasilkan produk yang dikehendaki. Santan yang diperoleh dari proses
pemerasan dimasukkan ke dalam wadah dan dilakukan pendiaman selama 1 jam
sehingga terbentuk dua lapisan, yaitu krim santan pada bagian atas dan air pada
bagian bawah. Kemudian krim santan difermentasi. Fermentasi telah selesai
ketika santan membentuk 3 lapisan yaitu lapisan minyak paling atas, lapisan
tengah berupa protein dan 8 lapisan paling bawah berupa air. Pemisahan ketiga
lapisan tersebut dilakukan dengan menggunakan kertas saring. Enzim yang
digunakan untuk fermentasi memutus rantai-rantai peptida dari protein berat
molekul tinggi menjadi molekul-molekul sederhana dan akhirnya menjadi
peptida-peptida dan asam amino yang tidak berperan lagi sebagai emulgator
dalam santan kelapa sehingga antara minyak dan air memisah. Ketika proses
fermentasi berlangsung juga terjadi penurunan pH. Pada pH tertentu akan dicapai
titik isoeletrik dari protein. Protein akan menggumpal sehingga mudah dipisahkan
dari minyak (Cahyono dan Untari, 2009).
Proses fermentasi alami dapat bergantung pada tingkat kematangan dan
kesegaran buah kelapa sehingga kelapa yang telah masuk fase matang harus
segera dilakukan pengolahan 3 hari sejak dilakukannya pemanenan. Pemisahan
lapisan secara alami dilakukan dengan pendiaman santan setelah 16 jam.
Kandungan protein yang tinggi menyebabkan ikatan protein di dalamnya sulit
dipecahkan sehingga perlu dilakukan pendiaman. Lamanya pendiaman juga
memberikan efek yang negatif pada minyak yaitu menyebabkan resiko
pembusukan dan kontaminasi. Setelah dilakukan pendiaman terdapat 3 lapisan
yaitu minyak, blondo dan skim fermentasi. Blondo dipisahkan dari lapisan.
Filtrasi minyak dengan VCO dilakukan dengan memasukkan cotton swab yang
telah disterilakan. Minyak yang terserap dalam bola kapas yang disterilkan dapat
diperoleh dengan memeras dan mencampurkannya dengan grade dua dan VCO
untuk diproses lebih lanjut ( Divina, 2011 ).
2.4.2 Metode Pancingan
Cara pembuatan minyak kelapa murni dengan metode pancingan
dilakukan dengan menggunakan umpan minyak kelapa murni yang telah jadi.
Ikatan lemak-protein pada santan akan diputus dengan pancingan minyak kelapa
murni yang telah jadi. Minyak yang telah didiamkan beberapa lama akan keluar
dengan sendirinya. Kelebihan yang diperoleh dengan menggunakan pengolahan
pancingan minyak kelapa murni yaitu kandungan asam lemak rantai sedang dan
antioksidannya tidak mengalami denaturasi (Prayugo dan Setiaji, 2006).
2.4.3 Metode enzimatis
Pengolahan VCO dapat dilakukan dengan metode enzimatis. Proses
pembuatan ini dilakukan dengan menambahankan enzim pada santan. Enzim
yang digunakan pada pembuatan minyak kelapa murni adalah papain dari getah
papaya, enzim bromelin dari nanas dan enzim protease dari kepiting sungai.
Kelebihan yang diperoleh dari pengolahan secara enzimatis yaitu prosesnya lebih
singkat dibandingkan cara fermentasi. Kekurangan cara ini adalah dapat
menyebabkan enzim-enzim yang terkandung dalam minyak kelapa keluar
(Baswardojo, 2005).
2.4.4 Metode Sentrifugasi
Sentrifugasi merupakan salah satu cara pembuatan minyak kelapa secara
mekanik dengan tujuan untuk memutuskan ikatan lemak protein yang terdapat
pada santan. Minyak kelapa yang dihasilkan dengan menggunakan metode ini
memiliki kelebihan diantaranya berwarna jernih dan bau khas minyak kelapa,
daya simpan yang cukup lama, proses pembuatannya yang relatif singkat,
kandungan asam lemak rantai sedang dan kandungan antioksidannya yang tidak
mengalami denaturasi (Prayugo dan Setiaji, 2006).
2.4.5 Metode Pemanasan Bertahap
Metode pemanasan bertahap merupakan proses lanjutan atau proses
penyempurnaan dari metode pemanasan biasa yang dilakukan dengan cara
tradisional. Suhu merupakan faktor yang mempengaruhi kedua metode tersebut.
Suhu yang digunakan dalam pembuatan minyak kelapa cara pemanasan bertahap
adalah 60-75oC.Ketika proses pengolahan berlangsung dilakukan kontrol
pemanasan untuk menjaga agar suhu tetap konstan sehingga apabila suhu
pengolahan telah mencapai 75oC maka kompor yang digunakan harus dimatikan
dan apabila suhu turun mencapai 60oC maka kompor perlu dinyalakan kembali.
(Prayugo dan Setiaji, 2006).
2.5.SNI VCO
No. Jenis uji Persyaratan
1. Keadaan :
1. Bau Khas kelapa segar, tidak tengik
2. Rasa Normal, khas minyak kelapa
3. Warna Tidak berwarna hingga kuning
pucat
2. Air dan senyawa yang menguap Maks. 0,2
3. Bilangan Iod 4,1-11,0 ( g iod/100g)
4. Asam lemak bebas ( dihitung sebagai Maks. 0,2
asam laurat )
5. Bilangan penyabunan 248-265 ( mg KOH/gr )
6. Bilangan Peroksida Maks. 2,0 ( mg ek/kg )
7. Asam lemak :
Asam kaproat ( C6:0) ND-0,7 (%)
Asam Kaprilat ( C8:0) 4,6-10,0 (%)
Asam Kapriat ( C10:0) 5,0-8,0 (%)
Asam Laurat ( C12:0) 45,1-53,2(%)
Asam Miristat ( C14:0) 16,8-21,0 (%)
Asam Palmintat ( C16:0) 7,5-10,2 (%)
Asam Stearat ( C18:0) 2,0-4,0 (%0
Sumber : SNI 7381 : 2008
2.6 SNI Minyak Kelapa Mentah
No. Kriteria Persyaratan
1. Kadar air (%) Maks. 0,5
2. Kadar kotoran (%) Maks. 0,05
3. Bilangan iod ( mg jod/100g contoh) 8-10
4. Bilangan peroksida(mg KOH/g Maks. 5
contoh)
Bilangan penyabunan (mg KOH/g 255-265
5.
contoh)
6 Asam Lemak bebas Maks. 5
7 Warna,aroma,bau Normal
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Kelapa parut
b. Plastik
c. Air
d. Label
3.2 Skema Kerja dan Fungsi Perlakuan
3.2.1 Metode Pemanasan
+ Air 100 ml
Pemerasan Ampas
sebanyak 6 kali
Santan
Pengambilan lapisan
Pemanasan
Penyaringan
Pemerasan
Pengamatan
+ Air 100 ml
Pemerasan Ampas
sebanyak 6 kali
Santan
Panen + pengamatan
Blanching 5 menit
Pengeringan
Pengepresan
Pengamatan
+ Air 100 ml
Pemerasan Ampas
sebanyak 6 kali
Santan
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan minyak dilakukan dengan menggunakan metode pemanasan
dan pengepresan. Pada metode pemanasan menghasilakan minyak dan
rendemen yang lebih sedikit dibandingkan pengepresan. Warna yang
dihasilkan dari metode pemanasan yaitu kuning sedangkan pengepresan
berwarna keruh serta aroma yang dihasilkan oleh metode pemanasan
beraroma khas kelapa dan pada metode pengepresan tengik.
2. Pembuatan VCO dilakukan dengan menggunakan metode fermentasi dan
agitasi. Pada metode fermentasi menghasilkan rendemen dan jumlah
minyak yang sama rendahnya dengan agitasi. Warna yang dihasilkan dari
proses fermentasi bening agak keruh dan pada agitasi menghasilkan warna
yang bening serta aroma yang dihasilkan pada metode fermentasi terdapat
rasa asam sedangkan agitasi menghasilkan aroma khas kelapa.
6.2 Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Membersihkan dan merapikan kembali alat laboraturium yang telah
digunakan.
2. Menambah alat-alat laboraturium sehingga mempermudah ketika proses
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, C. dan R. Salima. 2016. Perubahan Rendemen dan Mutu Virgin Coconut
Oil ( VCO ) pada Berbagai Kecepatan Putar dan Lama Waktu Sentrifugasi.
Jurnal Teknotan. 10(2) : 51-60.
Baswardojo, D. 2005. Seluk Beluk Pembuatan Minyak Kelapa & VICO. Jakarta :
Indo Coco .
Cahyono and Untari .2009. “Proses Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO)
dengan Fermentasi menggunakan Stater Ragi Tempe”. Skripsi.
Teknik Kimia UNDIP, Jurusan Teknik Kimia UNDIP.
Darmoyuwono, W. 2006. Gaya hidup Sehat Dengan Virgin Coconut Oil. Jakarta:
PT. Indeks.
Divina.2011. Processing Manual for Virgin Coconut Oil, its Products and By-
products for Pacific Island Countries and Territories. Fiji : SPC Suva
Office.
Fachry, H.A.R., Serlis Arta, Fadma Dewi. 2007. Pengaruh Pemanasan dan
Derajat Keasaman Emulsi pada Pembuatan Minyak Kelapa .
Sriwijaya press.
Lisna A dan Purnama NM. 2010. Analisis metode efektif penghasil vitamin a (β-
karoten) dalam VCO (Virgin Coconut Oil). Jurnal Ilmiah Agropolitan .3:
547:551.
Ngatemin, Nurrahman dan Joko. 2013. Pengaruh Fermentasi pada Produksi
Minyak Kelapa Murni ( Virgin Coconut Oil ) Terhadap Sifat Fisik, Kimia
dan Organoleptik. Jurnal Pangan dan Gizi. 4(8) : 9-18.
Rindengan, B.A., Lay, H., Novarianto, H., Kembuyan dan Mahmud, Z., 1995.
Karakterisasi daging buah Kelapa Hibrida untuk bahan baku industri
makanan, Laporan Hasil Penelitia., Kerjasama Proyek Pembinaan
Kelembagaan Penelitian Pertanian nasional, Badan Litbang.
Setiaji, B., Prayugo, S., 2006, Membuat VCO Berkualitas Tinggi, Penebar
Swadaya, Jakarta.
Tanasale M.L.P. 2013. Aplikasi Starter Ragi Tape Terhadap Rendemen dan
Mutu Virgin Coconut Oil (VCO). Fakultas Pertanian Universitas Patimura
Ambon.
Winarno, F.G., 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.