Anda di halaman 1dari 15

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cabe Jawa (Piper Retrofractum Vahl.) merupakan slah satu jenis tanaman
yang buahnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan obat
tradisional, obat modern dan campuran lainnya. Cabe jawa memiliki rasa pedah
yang berasal dari senyawa pipirine. Senyawa pipirine merupakan senyawa
alkaloid yang termasuk dalam keluarga pepper. Senyawa pipirine ini memiliki
manfaat yang dapat digunakan sebagai antiinflamasi, antimalaria, menurunkan
berat badan, menurunkan demam, menetralkan racun bisa dari ular, antiepilepsi,
dan dapat membantu meningkatkan penyerapan vitamin tertentu (Kolhe dkk.,
2011). Kandungan yang dimiliki cabe jawa menyebabkan berbagai penyakit dapat
diatasi dengan memanfaatkan cabe jawa. Bagian-bagian cabe jawa yang dapat
dimanfaatkan antara lain bagian buah yang telah tua belum masak, akar, dan daun
yang dikeringkan (Winarto, 2003).

Cabe jawa mengandung komponen minyak menguap (volatile oil), yaitu


minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan komponen yang dapat memberikan
aroma yang khas. Berbagai senyawa yang terkandung dalam cabe jawa antara lain
senyawa pipirine sebagai zat yang memberikan rasa pedas, chavicine,
palmiticacids,tetrahydropipericacids,1-undecylenyl-3,4-methylenedioxybenzene,
piperidin, isobutydeka-trans-2-trans-4-dienamide,dan sesamin (Haryanto, 2009).
Kandungan minyak atsiri cabe jawa dapat dimanfaatkan untuk menurunkan
kolesterol dengan menghambat salah satu enzim yang mensintesis kolesterol
dalam tubuh. Kandungan utama pada minyak atsiri cabe jawa adalah terpenoid,
yang terdiri dari n-oktanol, linanool, terpinil asetat, sitronelil asetat, piperin,
alkaloid, saponin, polifenol, resin (kavisin).

Perolehan minyak atsiri dapat dilakukan dengan metode ekstraksi dengan


menggunakan pelarut organik maupun dengan cara pengepresan dan secara
enzimatik. Metode yang digunakan untuk memperoleh minyak atsiri tersebut yaitu
dengan menggunakan metode destilasi air.Metode destilasi air merupakan metode
destilasi di mana bahannya dapat kontak langsung dengan air mendidih, bahan
yang digunakan dapat dalam keadaan mengapung ataupun tenggelam secara
sempurna (Sastrohamidjojo, 2004).

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Menjelaskan pengaruh pengecilan ukuran,pengeringan terhadap proses


destilasi
2. Menjelaskan pengaruh perbedaan metode pengeringan terhadap hasil minyak
atsiri
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengecilan Ukuran


Pengecilan ukuran (size reduction) merupakan metode yang digunakan untuk
membagi bahan yang pada awalnya memiliki bentuk yang utuh kemudian dibagi
menjadi bagian yang relatif lebih kecil. Pengecilan ukuran dapat dilakukan dengan
menggunakan gaya mekanis atau tekan. Tujuan dilakukannya pengecilan ukuran
yaitu untuk menghasilkan suatu produk yang memiliki nilai tambah dan
mempermudah dalam proses selanjutnya. (Smith, 1955). Pengecilan ukuran dapat
dilakukan melalui pemotongan, pemecahan dan penggilingan. Untuk mengecilkan
ukuran dapat menggunakan gaya mekanis atau tekan. Perlakuan gaya mekanis
dilakukan tanpa menimbulkan perubahan sifat-sifat kimia( Sosrodiharjo, 1987).
Dalam proses penghancuran suatu bahan menjadi bagian yang lebih kecil
diperlukan perlakuan yang berulang untuk memperoleh partikel yang halus. Pada
penghancuran yang pertama akan menghasilkan partikel yang masih relatif besar.
Ketika penghancuran dilakukan berulang partikel yang besar akan berubah
menjadi kecil.

Tujuan dari pengecilan ukuran yaitu untuk menghasilkan bahan yang


memiliki uuran yang relatif lebih kecil melalui metode pemotongan,
penghancuran dan penggilingan. Tujuan lainnya pengecilan ukuran yaitu untuk
mempermudah dalam proses selanjutnya, memperluas luas permukaan bahan dan
membantu dalam proses pencampuran. Pengecilan ukuran digunakan untuk
menunjukkan proses pemecahan bahan menjadi ukuran yang relatif kecil tanpa
menimbulkan perubahan sifat kimia. Dengan pengecilan ukuran memudahkan
suatu komponen untuk dapat tercampur secara merata ( Rifai, 2009)

Terdapat 4 prinsip pengecilan ukuran yaitu:


1.Pemotongan/perajangan

pemotongan dilakukan dengan cara menghantamkan ujung suatu benda tajam


pada bidang potong. Struktur pemotongan pada bidang potong akan membentuk
bidang yang halus sehingga pemotongan cocok dilakukan untuk sayuran atau
bahan yang berserat . Ukuran pemotongan tergantung pada pada bahan yang
digunakan dan berpengaruh terhadap hasil dari pemotongan. Pemotongan yang
terlalu tebal dapat mempersulit pengurangan kadar air sehingga membutuhkan
waktu lebih lama pada proses pengeringannya dan rentan terkena
mikroorganisme, sedangkan pemotongan yang terlalu tipis dapat mengurangi zat
aktif yang terdapat didalam bahan (Sembiring, 2007);

2.Kompresi,

pengecilan ukuran dengan menghasilkan tekstur yang keras. Proses ini dilakukan
dengan cara memberikan gaya tekan yang besar dalam bentuk penggesekan pada
bidang bahan sehingga bahan dapat pecah dengan bentuk tidak tentu;

3.Impact atau pukulan, digunakan untuk bahan padatan dengan tekstur kasar;

4.Attrition, digunakan untuk menghasilkan produk dengan tekstur halus dan; (Mc.
Cabe dan Smith,1976).

2.2 Pengeringan

Pengeringan merupakan proses menghilangkan air yang terdapat pada


bahan. Pengeringan dilakukan dengan menguapkan kadar air bahan setengah atau
keseluruhan. Hilangnya kadar air dalam bahan dapat menghambat terjadinya
proses reaksi karena air tidak dapat digunakan sebagai bahan keperluan
mikroorganisme. Kehilangan air tersebut mengakibatkan enzim menjadi tidak
aktif secara maksimal karena air berperan sebagai media dalam reaksi biokimia
(Kusmawati, dkk, 2000).

Pengeringan memiliki tujuan yaitu untuk mengurangi kadar air sehingga laju
perkembangan mikroorganisme dapat terhambat (Pusbangtepa, 1983). Bahan
pangan yang telah dikeringkan memiliki keuntungan yaitu bahan memiliki
penanganan yang mudah, mempermudah penyimpanan dan pengangkutan serta
memiliki umur simpan yang lebih panjang (Buckle dkk, 1985). Kecepatan
pengeringan bahan akan berbanding terbalik dengan kuadrat tebalnya. Sehingga
apabila bahan memiliki ketebalan yang cukup dapat menyebabkan bahan dapat
kering dengan waktu yang relatif lama (Rachmawan, 2001).

Pengaplikasian teknologi pengolahan pangan dapat diterapkan dalam


proses pengeringan. Pengeringan sebagai perpindahan panas yang digunakan
untuk mengurangi kandungan air dalam bahan. Udara panas yang dibawa oleh
media pengering digunakan untuk menguapkan air yang terdapat dalam bahan.
Air yang terkena udara panas akan menguap yang kemudian uap tersebut akan
dilepaskan dari bahan ke udara pengering. Prinsip kerja dari pengeringan yaitu
dengan menguapkan air dengan menggunakan udara pemanas ( Pramono, 1993 ).

Pada pengeringan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan


pengeringn antara lain :

1) Sifat fisik dan kimia bahan pangan (bentuk, ukuran, kadar air)

2) Pengaturan yang berhubungan dengan permukaan alat atau media perantara


pemindah panas (nampan untuk pengeringan)

3) Sifat-sifat fisik dari alat pengering (suhu, kelembaban, dan kecepatan udara)

4) Karakteristik alat pengering (efisiensi pemindahan panas) (Buckle,dkk, 1985).

2.3 Destilasi

2.3.1 Pengertian Destilasi

Destilasi atau penyulingan merupakan suatu metode yang digunakan untuk


memisahkan bahan kimia berdasarkan kecepatan atau kemudahan
menguap(volatilitas) bahan. Ketika proses penyulingan berlangsung, campuran zat
tersebut dididihkan hingga menguap yang kemudian uap yanng dihasilkan
tersebut didinginkan kembali menjadi bentuk cair (Guenther, 1987). Zat yang
memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih cepat sedangkan zat yang
memiliki titik didih yang lebih tinggi akan mengalami penguapan lebih
lama,terjadi pengembunan dan akan mengalami penguapan apabila telah
mencapai titik didih. Contohnya air memiliki titik didih yang lebih rendah
dibandingkan dengan larutan sehingga air akan mendidih lebih cepat ketika
dipanaskan.Destilasi merupakan perbedaan titik didih dari komponen cair yang
mengalami pemisahan pada suhu tertentu. Penguapan diferensial dari suatu
campuran cairan merupakan bagian yang paling penting ketika proses pemisahan
destilasi berlangsung, penampungan uap dilakukan dengan cara pendinginan dan
pengembunan ( Alimin, dkk 2007).

2.3.2 Destilasi air

Metode yang digunakan untuk memperoleh minyak atsiri tersebut yaitu


dengan menggunakan metode destilasi air.Metode destilasi air merupakan metode
destilasi di mana bahannya dapat kontak langsung dengan air mendidih, bahan
yang digunakan dapat dalam keadaan mengapung ataupun tenggelam secara
sempurna .Metode destilasi air dapat disebut dengan metode perebusan. Pada
proses ini minyak atsiri yang terdapat dalam bahan dapat mengalami penguapan
bersamaan dengan menguapnya air yang kemudian akan melalui proses
kondensasi (Sastrohamidjojo, 2004). Penggunaan metode destilasi lain
dikarenakan bahan yang akan digunakan dalam keadaan kering, bahan tersebut
tidak mengalami kerusakan yang disebabkan pendidihan dan tidak rusaknya
minyak atsiri yang dikarenakan oleh proses pemanasan selama proses destilasi
(Gunawan dan Mulyani, 2004).

2.3.3 Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Destilasi

Dalam berlangsungnya destilasi terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi


hasil minyak atsiri yang diperoleh antara lain:

1. Bahan yang digunakan


Tempat tumbuhnya bahan yang digunakan dapat mempengaruhi hasil rendemen
minyak atsiri dan umur pemanenan bahan juga mempengaruhi pula dikarenakan
hasil akhir destilasi akan berbeda apabila bhan menggunakan bahan yang belum
matang dan telah lama matang.

2. Pengecilan ukuran

Pengecilan ukuran dilakukan untuk memperbesar luas permukaan pada bahan.


Bahan yang melalui proses pengecilan ukuran akan lebih memudhkan dalam
proses destilasi.

3. Lama destilasi

Lama proses penyulingan berlangsung dapat mempengaruhi jumlah rendemen


yang dihasilkan sehingga semakin lama waktu yang digunakan maka semakin
besar minyak yang dihasilkan dan kualitasnya semakin baik. (Ginting, 2004)

2.4 Cabe Jawa

Klasifikasi cabe jawa antara lain:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper retrofractum Vahl. (Wasito, 2011)

Cabe jawa mengandung komponen minyak menguap (volatile oil), yaitu


minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan komponen yang dapat memberikan
aroma yang khas. Berbagai senyawa yang terkandung dalam cabe jawa antara lain
senyawa pipirine sebagai zat yang memberikan rasa pedas, chavicine,
palmiticacids,tetrahydropipericacids,1-undecylenyl-3,4-methylenedioxybenzene,
piperidin, isobutydeka-trans-2-trans-4-dienamide,dan sesamin (Haryanto, 2009).
Kandungan minyak atsiri cabe jawa dapat dimanfaatkan untuk menurunkan
kolesterol dengan menghambat salah satu enzim yang mensintesis kolesterol
dalam tubuh. Kandungan utama pada minyak atsiri cabe jawa adalah terpenoid,
yang terdiri dari n-oktanol, linanool, terpinil asetat, sitronelil asetat, piperin,
alkaloid, saponin, polifenol, resin (kavisin).
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktium ini adalah sebagai berikut :

1. Beaker glass

2. Telenan

3. Pisau

4. Oven

5. Baskom

6. Destilator

7. Neraca digital

8. Botol kaca 7ml

3.1.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Cabe jawa

2. Tisu

3. Plastik klip

4. Label

5. Kain saring

6. Air
3.2 Skema Kerja

3.2.1 Destilasi dengan pengeringan

Cabe Jawa

Pengecilan ukuran

Pengeringan

Pembungkusan dalam
kain saring

Destilasi

Minyak
Atsiri

Pengamatan
3.2.2 Destilasi cabe jawa segar sebagai kontrol

Cabe Jawa

Pembungkusan dalam
kain saring

Destilasi

Minyak
Atsiri

Pengamatan
BAB 4. DATA PENGAMATAN DAN DATA PERHITUNGAN

4.1 Data Pengamatan

Berat
Berat
Sampe Berat Aroma
Awal BeratBot Warna
Sampel l Botol+Minya Minya
Sampe ol (g) Minyak
Kerin k (g) k
l (g)
g (g)
Kuning Cukup
Segar 500 - 6,85 6,92
cerah kuat
Kering
Matahari + Kuning
900 257,17 7,42 7,54 Kuat
Perendama pekat
n air panas
Kering Kuning
900 267,71 7,05 7,13 Kuat
Matahari cerah
Kuning
Kering Cukup
900 267,36 7,60 7,81 kejinggaa
Oven kuat
n

4.2 Data Perhitungan

Sampel Berat Minyak(gr) Rendemen ( % v/b)


Segar 0,07 0,014%
Kering Matahari+ 0,12 0,013%
Perendaman air panas
Kering Matahari 0,08 0,0089%
Kering Oven 0,21 0,023%
BAB 6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Bahan sebelum melalui proses destilasi diberikan perlakuan awal yang


benar sehingga dapat mencegah kerusakan mutu. Perlakuan -perlakuan
yang dapat diberikan dalam perlakuan pendahuluan antara lain pengecilan
ukuran dan pengeringan,. Pengecilan ukuran dilakukan dengan tujuan untuk
memperluas luas permukaan bahan sehingga dapat menghasilkan
komponen yang lebih banyak. Tujuan dilakukannya pengeringan yaitu
untuk mengurangi kadar air dalam bahan dengan cara penguapan sehingga
ketika proses destilasi berlangsung lebih mudah dan lebih singkat.
2. Metode pengeringan berpengaruh terhadap berat kering cabe jawa, kadar
air dan rendemen minyak atsiri. Perolehan warna minyak atsiri pada
destilasi ini yaitu pengeringan menggunakan oven menghasilkan jumlah
rendemen minyak atsiri lebih banyak. Pada pengeringan matahari dan
perendaman air panas menghasilkan warna minyak kuning pekat,
pengeringan matahari menghasilkan warna kuning cerah dan pengeringan
oven menghasilkan warna minyak atsiri kuning kejinggaan.

6.2 Saran

Adapun saran yang diberikan pada praktikum antara lain sebagai berikut :

1. Membersihkan dan merapikan alat praktikum yang telah digunakan


2. Menambah alat laboraturium sehingga mempermudah ketika praktikum
berlangsung
DAFTAR PUSTAKA

Smith, H.P. 1955. Farm Machinery and Equipment Inc. Fourth Edition, New
York: Mc Graw-Hill Book Co.
Sosrodihardjo, S. 1987. Perlakuan Pascapanen untuk Memperpanjang Daya
Simpan Hasil Hortikultura. Sub Balai Penelitian Hortikultura Pasar Minggu.
Rifai, Hakim. 2009. Pengecilan Ukuran Kedelai Dan Jagung. Jakarta: PT.
Erlangga.

Sembiring B. 2007. Teknologi Penyiapan Simplisia Terstandar Tanaman Obat.


Warta Puslitbangbun. 13(12).

McCabe, W.L. Smith dan J.C. Smith 1976. Unit Operation of Chemical Engineering.
McGraw Hill BookKogokhusa Ltd. Tokyo.

Pusbangtepa. 1983. Buku Seri Teknologi Pangan. Bogor: Pusbangtepa IPB.

Kusmawati, Aan, H. Ujang, dan E. Evi . 2000. Dasar-Dasar Pengolahan Hasil


Pertanian I. Jakarta: Central Grafika.
Rachmawan, Obin. 2001. Modul Keahlian Tekhnologi Hasil Pertanian
Penanganan Susu Segar. Jakarta: Direktorat pendidikan menengah
kejuruan.
Buckle, K.A, R.A. Edward, G.H. Fleet, dan M. Wooton. 1985. Ilmu Pangan.
Diterjemahkan oleh: Purnomo. H dan Adiono. Jakarta :UI Press.
Pramono, L. 1993. Mempelajari karakateristik pengeringan teh hitam CTC
(Curing Tearing Crushing) tipe FB (Fluidized Bed Dryer) .Skripsi.Bogor:
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Guenther, E. (1987).Minyak Atsiri jilid I (Terjemahan). Jakarta : UI Press.


Alimin.,M.Yunus dan I.Idris. 2007. Buku Dasar Kimia Analitik. Makasar:
Alauddin Press.
Wasito, H. 2011. Obat Tradisional Kekayaan Indonesia. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Dituri Frank, Cobey Floralpearl A, Warms Jessie V. B, Gurin Samuel. Terpenoid


intermediates in the biosynthesis of cholesterol. The Journal of Biological
Chemistry [serial online] 1955 Nov [cited 2009 Jan 20]; 221(1):181.

Ginting, S. 2004. Pengaruh Lama Penyulingan Terhadap Rendemen dan Mutu Minyak
Atsiri Daun Sereh Wangi. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Sumatera
Utara
Sastrohamidjojo, H. 2004. Kimia Minyak Atsiri. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press

Gunawan, D. dan Mulyani, 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi). Penebar Swadaya.
Jakarta

Haryanto, Sugeng. 2009. Ensiklopedi Tanaman Obat Indonesia. Cetakan I. Palmall.


Yogyakarta.

Winarto, W.P., 2003. Cabe Jawa si Pedas Berkhasiat Obat. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Kolhe,S.R., Borole., dan Patel. 2011. Extraction and Evaluation of Pipire From piper
nigrum. International Journal of Applied Biology and Pharmaceutical Technology. 144-
149.

Anda mungkin juga menyukai