Anda di halaman 1dari 10

JURNAL AWAL PRAKTIKUM FITOKIMIA

PRAKTIKUM IV

PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DENGAN METODE DASTILASI

HARI TANGGAL PRAKTIKUM : RABU, 1 DESEMBER 2021


KELAS A4C
KELOMPOK C
NI PUTU MITHA MELIANI (19021065)

NAMA DOSEN :I Putu Gede Adi Purwahita, S.Farm., M.Farm., Apt.


NAMA ASISTEN DOSEN :

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIS

FAKULTAS ILMU – ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL

DENPASAR

2021
PRAKTIKUM IV
PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DENGAN METODE DASTILASI

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa memahami teknik menyulingan minyak atsiri dengan metode destilasi
II. DASAR TEORI
Minyak atsiri merupakan minyak yang umumnya dihasilkan dari tumbuh-
tumbuhan. Minyak atsiri memiliki ciri-ciri yaitu mudah menguap pada suhu kamar dan
memiliki aroma yang wangi sesuai dengan tumbuhan penghasilnya. Sebagian besar
minyak atsiri berfungsi sebagai antibakteri dan antijamur. Hampir semua minyak atsiri
akar terdiri atas monoterpen, sedangkan minyak atsiri dari buah sebagian besar terdiri
atas seskuiterpen (Ketaren, 1986; Jayaprakarsha dkk, 2002).
Pada minyak atsiri yang bagian utamanya adalah terpenoid, biasanya terpenoid itu
terdapat pada fraksi minyak atsiri yang tersuling uap. Zat inilah penyebab wangi, harum
atau bau yang khas pada banyak tumbuhan. Secara ekonomi senyawa tersebut penting
sebagai dasar wewangian alam dan juga untuk rempah-rempah serta sebagai senyawa
citarasa dalam industri makanan (Heyne, 1987).
Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap pada suhu kamar tanpa
mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent taste), beraroma wangi sesuai
dengan aroma tumbuhan penghasilnya. Umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak
larut dalam air (Guenther, 1987). Minyak atsiri merupakan salah satu hasil akhir proses
metabolisme sekunder yang berada dalam tumbuhan. Tumbuhan penghasil minyak atsiri
antara lain termasuk family Pinaceae, Labiatae, Myrataceae, dan Zingiberaceae,
Umbelliferae, serta Gramineae. Minyak atsiri terdapat pada setiap bagian tumbuhan yaitu
di daun, bunga, buah, biji, batang, kulit, akar dan rhizome. Minyak atsiri digunakan
sebagai bahan baku dalam berbagai industri, misalnya industri parfum, kosmetik, dan
industri farmasi. Dalam pembuatan parfum dan wangi-wangian, minyak atsiri tersebut
berfungsi sebagai zat pengikat bau (fixative) dalam parfum, misalnya minyal nilam,
minyak akar wangi dan minyak cendana. Minyak atsiri yang berasal dari rempah-rempah,
misalnya minyak lada, minyak kayu manis, minyak jahe, minyak cengkeh, minyak
ketumbar, umumnya digunakan sebagai bahan penyedap (flavoring agent) dalam bahan
pangan dan minuman (Ketaren, 1985).
Pada proses penyimpanan minyak atsiri dapat mengalami kerusakan yang
diakibatkan oleh berbagai proses, baik secara kimia maupun secara fisika. Biasanya
kerusakan disebabkan oleh reaksi-reaksi yang umum seperti oksidasi, resinifikasi,
polimerisasi, hidrolisis ester dan interaksi gugus fungsional. Proses tersebut dapat
dipercepat (diaktivasi) oleh panas, adanya udara (oksigen, kelembaban, serta dikatalis
oleh cahaya dan pada beberapa kasus kemungkinan dikatalis oleh logam (Guenther,
1987).
Menurut Richards 1944, minyak atsiri bisa didapatkan dari bahan yaitu bagian
daun, bunga, batang, dan akar. Contoh simplisianya adalah Cymbopogon winterianus
yaitu dengan menggunakan hidro distilation dan steam distillation yang membutuhkan
waktu yang relative lama yaitu sekitar 4-7 jam . Tanaman sereh dibagi menjadi 3 jenis
yaitu sereh wangi, sereh dapur, dan rumput palmarosa.
Destilasi adalah metode pemisahan zat-zat cair dari campurannya dengan
berdasarkan perbedaan titik didih. Pada proses destilasi sederhana, suatu campuran dapat
dipisahkan bila zat-zat penyusunnya tersebut mempunyai perbedaan titik didih cukup
tinggi. Proses destilasi terdiri atas dua bagian, yaitu bagian pertama terdiri dari uap yang
terembunkan disebut destilat, dan bagian kedua adalah cairan yang tertinggal disebut
residu, yang susunannya lebih banyak komponen yang sukar menguap (Raditya, 2008).
Dasar pemisahan pada destilasi adalah perbedaan titik didih komponen cairan
yang dipisahkan pada tekanan tertentu. Penguapan diferensial dari suatu campuran cairan
merupakan bagian terpenting dalam proses pemisahan dengan destilasi, diikuti dengan
cara penampungan material uap dengan cara pendinginan dan pengembunan dalam
kondensor pendingin-air (Yazid, 2005).
Prinsip dasar dalam proses destilasi yaitu dengan berdasarkan perbedaan titik
didih, senyawa dengan titik didih yang paling rendah akan terpisahkan terlebih dahulu.
Air pendingin dimasukkan dari ujung yang paling dekat dengan adaptor, dan air keluar
melalui ujung pendingin yang lain. Termometer dipasang sedemikian rupa sehingga
dapat menunjukkan titik didih senyawa yang sedang dipisahkan. Ujung termometer
diletakkan tepat pada posisi ujung pendingin (Yuliarto, 2012).
Syarat utama pemisahan campuran cairan dengan cara destilasi adalah semua
komponen yang terdapat di dalam campuran haruslah bersifat volatil. Pada suhu yang
sama, tingkat penguapan pada masing-masing komponen akan berbeda-beda. Hal ini
berarti bahwa pada suhu tertentu, komponen yang lebih volatil dalam campuran cairan
akan lebih banyak membangkitkan uap. Sifat yang demikian ini akan terjadi sebaliknya,
yakni pada suhu tertentu fasa cairan akan lebih banyak mengandung komponen yang
kurang volatil. Jadi cairan yang setimbang dengan uapnya pada suhu tertentu memiliki
komposisi yang berbeda. Perbedaan komposisi dalam kesetimbangan uap-cairan dapat
dengan mudah dipelajari pada destilasi pemisahan campuran alkohol dari air (Sutijan,
dkk., 2009).
Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel
tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan.
Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui teknik pemisahan tunggal untuk mengisolasi
senyawa tunggal. Oleh karena itu, ekstrak awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang
memiliki polaritas dan ukuran molekul yang sama (Mukhriani, 2014).
Jenis ekstraksi yang dipakai untuk ekstraksi minyak atsiri mempertimbangkan hal
berikut (Yunita, E dan Wijaya, A, 2018):
 Sensitivitas minyak atsiri terhadap panas dan air
 Volatilitas minyak atsiri
 Kelarutan minyak atsiri dalam air
Destilasi uap memiliki proses yang biasanya digunakan untuk mengekstraksi minyak
esensial (campuran dari berbagai senyawa menguap). Selama proses pemanasan, uap
terkondensasi dan destilat (terpisah sebagai 2 bagian yang tidak saling bercampur)
ditampung dalam wadah yang terhubung dengan kondensor. Kerugian ini adalah senyawa
yang bersifat termolabil dapat terdegradasi (Seidel, 2006).
Kromatografi menurut Farmakope Herbal Indonesia didefinisikan sebagi prosedur
pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam system yang
terdiri dari 2 fase , salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dengan arah
tertentu dan didalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya
perbedaan dalam adsorbs, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan
ion. Dengan demikian masing-masing zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan
metode analitik.
Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fase tetap,
yang berupa zat padat atau zat cair. Jika fase tetap berupa zat padat maka cara itu dikenal
dengan kromatografi serapan, jika zat cair dikenal dengan sebagai kromatografi partisi.
Karena fase bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka semua ada empat macam
system kromatografi yaitu kromatografi serapan yang terdiri kromatografi lapis tipis dan
kromatografi penukar ion, kromatografi padat, kromatografi partisi, kromatografi gas-cair
serta kromatografi kolom kapiler (Hostettmann,k, dkk, 1995).
Cengkeh (Syzygium aromaticum L.)
Klasifikasi cengkeh Menurut Suwarto, dkk. (2014), klasifikasi ilmiah cengkeh
adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Marga : Syzygium
Spesies : Syzygium aromaticum L.
Cengkeh dikenal dengan berbagai macam istilah di beberapa daerah seperti bunga
rawan (Sulawesi), bungeu lawang (Sumatra) dan cengkeh (Jawa). Istilah lain dari
cengkeh diantaranya sinke, cangke, cengke, gomode, sake, singke, sangke dan hungo
lawa (Nuraini, 2014).
Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) merupakan tanaman pohon dengan batang
besar berkayu keras yang tingginya mencapai 20–30 m. Tanaman ini mampu bertahan
hidup hingga lebih dari 100 tahun dan tumbuh dengan baik di daerah tropis dengan
ketinggian 600–1000 meter di atas permukaan laut (dpl) (Danarti dan Najiyati, 2003).
Tanaman cengkeh memiliki 4 jenis akar yaitu akar tunggang, akar lateral, akar serabut
dan akar rambut. Daun dari tanaman cengkeh merupakan daun tunggal yang kaku dan
bertangkai tebal dengan panjang tangkai daun sekitar 2–3 cm (Nuraini, 2014). Daun
cengkeh berbentuk lonjong dengan ujung yang runcing, tepi rata, tulang daun menyirip,
panjang daun 6–13 cm dan lebarnya 2,5–5 cm. Daun cengkeh muda berwarna hijau
muda, sedangkan daun cengkeh tua berwarna hijau kemerahan (Kardinan, 2003).
Tanaman cengkeh mulai berbunga setelah berumur 4,5–8,5 tahun, tergantung keadaan
lingkungannya. Bunga cengkeh merupakan bunga tunggal berukuran kecil dengan
panjang 1–2 cm dan tersusun dalam satu tandan yang keluar pada ujung-ujung ranting.
Setiap tandan terdiri dari 2–3 cabang malai yang bisa bercabang lagi. Jumlah bunga per
malai bisa mencapai lebih dari 15 kuntum. Bunga cengkeh muda berwarna hijau muda,
kemudian berubah menjadi kuning pucat kehijauan dan berubah menjadi kemerahan
apabila sudah tua. Bunga cengkeh kering akan berwarna coklat kehitaman dan berasa
pedas karena mengandung minyak atsiri (Thomas, 2007).

Tanaman cengkeh mengandung rendemen minyak atsiri dengan jumlah cukup


besar, baik dalam bunga (10–20%), tangkai (5–10%) maupun daun (1–4%) (Nurdjannah,
2007). Minyak atsiri dari bunga cengkeh memiliki kualitas terbaik karena hasil
rendemennnya tinggi dan mengandung eugenol mencapai 80–90%. Kandungan minyak
atsiri bunga cengkeh didominasi oleh eugenol dengan komposisi eugenol (81,20%),
trans-β-kariofilen (3,92%), α-humulene (0,45%), eugenol asetat (12,43%), kariofilen
oksida (0,25%) dan trimetoksi asetofenon (0,53%) (Prianto, dkk. 2013). Eugenol
(C10H12O2) adalah senyawa berwarna bening hingga kuning pucat, kental seperti
minyak, bersifat mudah larut dalam pelarut organik dan sedikit larut dalam air. Eugenol
memiliki berat molekul 164,20 dengan titik didih 250–255ºC (Bustaman, 2011).

Struktur kimia eugenol

Eugenol merupakan senyawa yang terdapat pada minyak atsiri bunga cengkeh dan berfungsi
sebagai zat antifungi dan antibakteri. Mekanisme kerja eugenol sebagai zat antifungi dimulai
dengan penetrasi eugenol pada membran lipid bilayer sel jamur yang mengakibatkan terjadinya
penghambatan sintesis ergosterol dan terganggunya permeabilitas dinding sel jamur sehingga
terjadi degradasi dinding sel jamur, dilanjutkan dengan perusakan membran sitoplasma dan
membran protein yang menyebabkan isi dari sitoplasma keluar dari dinding sel jamur. Apabila
hal ini terus-menerus terjadi, lama-kelamaan sel jamur akan mengalami penurunan fungsi
membran dan ketidakseimbangan metabolisme akibat gangguan transport nutrisi hingga
menyebabkan sel lisis dan pertumbuhan jamur menjadi terhambat (Brooks, dkk., 2008)

III.ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
1. Timbangan
2. Alat destilasi
3. Corong pisah
4. Flakon
3.2 Bahan
1.Simplisia cengkeh
2. Air
3. Aluminum foil
4. Na2SO4 anhidrat

IV. PROSEDUR KERJA


a. Destilasi air

Ditimbang simplisia 1,5 kg


Ambil dandang dan isi air secukupnya

Hubungkan dandang dengan kondensor yang


telah dilengkapi dengan alat penampung minyak
atsiri

Dandang dipanaskan sehingga minyak akan


terdestilir sampai tidak ada lagi minyak yang
menetes

Minyak diambil, dimasukkan ke dalam


corong pisah

Pisahkan minyak dan air

Lapisan minyak ditambah dengan Na2SO4


anhidrat secukupnya

Saring

Minyak dimasukkan ke dalam flakon dan


tutup dengan Aluminium foil

Simpan di tempat yang sejuk

Hitung Randemen (%)

b. Distilasi uap air

Ditimbang simplisia
Ambil dandang dan isi air
secukupnya

Letakkan bahan di atas penyekat berpori


(angsang) dalam dandang

Hubungkan dandang dengan kondensor


yang telah dilengkapi dengan alat
penampung minyak atsiri

Dandang dipanaskan sehingga minyak


akan terdestilir sampai tidak ada lagi
minyak yang menetes

Minyak diambil, dimasukkan ke dalam


corong pisah

Pisahkan minyak dan air

Lapisan minyak ditambah dengan


Na2SO4 anhidrat secukupnya

Saring

Minyak dimasukkan ke dalam flakon


dan tutup dengan Aluminium foil

Simpan di tempat yang sejuk


DAFTAR PUSTAKA

A.N.S, Thomas. 2007. Tanaman Obat Tradisional 2. Yogyakarta. Kanisius. 123 halaman

Brooks, G.F., Butel, J.S., Ornston, L.N., 2008, Jawetz, Melnick & Adelberg Mikrobiologi
Kedokteran (terj.), Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta : 627-9.

Bustaman, S. 2011. Potensi Pengembangan Minyak Daun Cengkeh Sebagai Komoditas Ekspor
Maluku. Jurnal Litbang Pertanian. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Guenther, T. 1990. Minyak Atsiri. Penerjemah: Ketaren. Erlangga. Jakarta

Hostettmann, K., dkk., 1995, Cara Kromatografi Preparatif, Penerbit ITB, Bandung.

Heyne, K. 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia. Jilid I dan II, Badan Libang Kehutanan. Cetakan
I, Koperasi karyawan Departemen Kehutanan, Jakarta Pusat

Kardinan, A. 2003. Tanaman Pengusir Dan Pembasmi Nyamuk. PT. Agromedia Pustaka : Depok

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia Press.
Jakarta

Mukhriani, 2014, Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif, Jurnal


Kesehatan, UIN Alaudin, Makassar, vol 7(2).

Najiyati Sri dan Danarti. 2003. Budi Daya dan Penanganan Pascapanen. Jakarta: Penebar
Swaday

Nuraini, D. N. 2014. Aneka Manfaat Bunga untuk Kesehatan. Yogyakarta: Gava Media.

Nurdjannah, Nanan. 2007. Diversifikasi Penggunaan Cengkeh, Bogor: Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Pasca Panen Pertanian Indonesian Center for Agricultural Postharvest
Research and Development.

Prianto H et al. 2013. Isolasi dan karakterisasi dari minyak bunga cengkeh (Syzigium
aromaticum) kering hasil distilasi uap. Kimia Student Journal, 1: 269-275

Raditya, 2008, Destilasi Reaktif Metanol - Asam Asetat - Metil Asetat-Air, Jurnal Teknik Kimia
Indonesia. Vol.7 No.2

Seidel V., 2006. Initial and bulk extraction. In: Sarker SD, Latif Z, & Gray AI, editors. Natural
Products Isolation. 2nd ed. Totowa (New Jersey). Humana Press Inc. hal. 31-5
Sutijan, Budiman, A, dan Yohanes, 2009, Pengaruh Perlakuan Daun dan Suhu Terhadap Waktu
Distilasi pada Isolasi Minyak Cengkeh dengan Menggunakan Super Steam
Distillation”, Jurnal Teknik Kimia Indonesia. Vol. 8 No. 2

Suwarto, dkk, 2014. Top 15 Tanaman Perkebunan. Penebar Swadaya: Jakarta

Yulianto, 2012, Pengaruh Ukuran Bahan dan Metode Destilasi (Destilasi Air dan Destilasi
Uap-Air) Terhadap Kualitas Minyak Atsiri Kulit Kayu Manis (Cinnamomum
Burmannii)”, Jurnal Teknosains Pangan, Vol 1 No 1

Anda mungkin juga menyukai