Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemisahan suatu senyawa berdasarkan perbedaan titik didih dapat

digunakan sebagai salah satu dasar proses distilasi. Distilasi digunakan untuk

memisahkan senyawa volatil dari senyawa nonvolatil. Senyawa volatil berbau

yang tak larut dalam air salah satunya yaitu minyak atsiri. Alasan tersebut adalah

hal yang mendasari praktikum ini. Praktikum distilasi minyak atsiri menggunakan

prinsip hidrodistilasi.

Penguapan dan distilasi umumnya merupakan proses pemisahan satu

tahap. Proses hidrodistilasi memerlukan air agar proses tersebut dapat berjalan

dengan baik. Uap panas dihasilkan dari air yang dimasukkan kedalam labu

kemudian dipanaskan pada temperatur tinggi. Air yang dihasilkan saat dicampur

dengan senyawa hidrokarbon lainnya akan menimbulkan bau dari senyawa

hidrokarbon yang bercampur tersebut.

Minyak atsiri atau minyak esensial merupakan kelompok minyak nabati

yang berupa cairan kental yang memberikan aroma yang khas karena mudah

menguap. Proses untuk mendapatkan minyak atsiri dikenal dengan cara

menyuling atau distilasi terhadap tanaman penghasil minyak atsiri. Penyulingan

minyak atsiri dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu penyulingan dengan sistem

rebus, penyulingan dengan air dan uap, dan penyulingan dengan uap langsung.

Percobaan yang dilakukan menggunakan penyulingan dengan sistem rebus yaitu

dengan memasukkan bahan baku, baik yang sudah dilayukan, kering ataupun

basah kedalam labu alas yang telah berisi air kemudian dipanaskan. Uap yang

keluar dari labu tersebut dialirkan dengan pipa yang dihubungkan dengan

kondensor (pendingin). Uap yang merupakan campuran uap air dan minyak akan
terkondensasi menjadi cair dan ditampung dalam w2adah. Cairan minyak dan air

tersebut dipisahkan dengan separator pemisah minyak untuk diambil minyaknya.

Komponen kimia minyak atsiri pada umunya terdapat dalam suatu

tanaman dan dipengaruhi oleh lingkungan tempat tumbuh, maupun metode isolasi

yang digunakan. Isolasi minyak atsiri dari bahan alam seperti sereh dan cengkeh

dilakukan melalui penyulingan bersama air (hidrodistilasi). Air panas akan

memecah ester menjadi alkohol dan asam karboksilat. Minyak atsiri bersifat

mudah menguap karena titik didihnya rendah. Minyak atsiri masuk dalam

golongan senyawa organik terpenoid dan fenil propan yang bersifat larut dalam

lemak (lipofil). Penyusunan minyak atsiri dari kelompok terpenoid dapat berupa

terpena yang tidak membentuk cincin, bercincin satu maupun bercincin dua.

Minyak atsiri yang berasal dari bunga cengkeh banyak mengandung senyawa

eugenol.

Secara sederhana destilasi dilakukan dengan memanaskan atau

menguapkan zat cair lalu uap tersebut didinginkan kembali supaya jadi cair

dengan bantuan kondensor. Destilasi digunakan untuk memurnikan zat cair, yang

didasarkan atas perbedaan titik didih cairan. Pada proses ini cairan berubah

menjadiuap. Uap ini adalah zat murni.Kemudian uap ini didinginkan pada

pendingin ini, uapmengembun manjadi cairan murni yang disebut destilat. Destilat

dapat digunakanuntuk memperoleh pelarut murni dari larutan yang mengandung

zat terlarut misalnya destilasi air laut menjadi air murni.

Salah satu penerapan terpenting dari metode destilasi adalah pemisahan

minyak mentah menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti untuk

transportasi, pembangkit listrik, pemanas dan lain-lain. Udara didestilasi menjadi

komponen-komponen seperti oksigen untuk penggunaan medis dan helium untuk

pengisi balon. Destilasi juga telah digunakan sejak lama untuk pemekatan alkohol

dengan penerapan panas terhadap larutan hasil fermentasi untuk menghasilkan


minuman suling. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, Destilasi sederhana atau

destilasi biasa adalah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan dua atau lebih

komponen yang memiliki perbedaan titik didih yang jauh.Suatu campuran dapat

dipisahkan dengan destilasi biasa ini untuk memperoleh senyawa murninya.

Senyawa – senyawa yang terdapat dalam campuran akan menguap pada saat

mencapai titik didih masing – masing.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah pengurangan bobot jenis rimpang

temu putih (Curcuma zedoaria) terhadap pengeringan selama proses pembuatan

simplisa. ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses pengeringan

irisan rimpang temu putih dan menentukan kondisi proses pengeringan yang

optimal dalam menghasilkan simplisia temu putih yang memenuhi standar.

1.4 Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini adalah memberika2n informasi kepada peneliti

lainnya terkait proses pengeringan yang optimal untuk menghasilkan simplia temu

putih yang memenuhi standar mutu.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Temu Putih

2.1.1 Klasifikasi Tumbuhan

Gambar 2.1 Rimpang Temu Putih (Wijayakusuma,2011)

Klasifikasi tanaman rimpang temu putih sebagai berikut (Wijayakusuma,2011) :

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Divisi : Spermatophyt (Tumbuhan

berbiji) Sub-divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae (Biji berkeping satu)

Ordo : Zingiberales

Familia : Zingiberaceae (Temu-temuan)

Genus : Curcuma

Species : Curcuma zedoaria


2.1.2 Morfologi Tanaman

Curcuma zedoaria atau yang bisa disebut temu putih/kunyit putih.

Tanaman ini berasal dari Himalaya, India dan tesebar pada negara-negara Asia.

Temu putih Curcuma zedoaria tumbuh liar di hutan Sumatra, hutan Jawa Timur,

Jawa Tengah, dan Jawa Barat pada ketinggian 1000 dpl. Tanaman ini dapat

tumbuh hingga 1,5 m bahkan lebih, mempunyai daun yang ukuran panjangnya

mencapai 80 cm dan pada bagian tengah daun berwarna ungu (Alam et al., 2016).

Rimpang temu putih (Curcuma zedoaria) adalah tanaman bersemak yang

mempunyai tinggi 50-75 cm, bentuk batangnya semu yang tersusun dari pelepah-

pelepah daun. Daun berwarna hijau, pada bagian ujung batang berbentuk

menyerupai mata lembing bulat (Tamba, 2019).

Temu putih (Curcuma zedoaria) memiliki bunga majemuk yang berbentuk

bulir yang muncul pada bagian batang. Mahkota bunga temu putih berwarna

kuning muda atau juga hijau keputihan yang memiliki panjang 2,5 cm. Temu

putih memiliki rimpang berbentuk bulat kulit yang berwarna kecoklatan, jika

rimpang temu putih dibelah memiliki warna kuning di bagian luar dan putih

kekuningan di bagian tengahnya (Tamba, 2019).

2.1.3 Kandungan Kimia

Temu putih mengandung senyawa kurkuminoid, flavonoid, alkaloid,

saponin, tanin, fenolik, triterpenoid, steroid dan glikosida (Setiawan et al., 2019).

2.1.4 Khasiat dan Kegunaan

Temu putih memiliki manfaat dapat menyembuhkan berbagai macam

penyakit seperti hepatitis, asma, menurunkan kadar kolestrol, trigliserida darah,

TBC, sinusitis dan sebagai antiinflamasi. Tanaman ini bersifat antineoplastic yaitu
dapat merusak pembentukan ribosom pada sel kanker atau menghambat

pertumbuhan sel kanker. Senyawa utama berkhasiat yang terdapat pada temu

putih adalah kurkuminoid, minyak atsiri, flavonoid, polifenol yang berkahsiat

sebagai penghilang rasa nyeri sendi, menetralkan racun, menurunkan kadar

kolestrol darah, antibakteri dan sebagai antioksidan. Minyak atsiri temu putih

dapat berkhasiat sebagai cholagogum, yakitu bahan yang dapat merangsanag

pengeluaran cairan empedu yang berfungsi sebagai penambah nafsu makan dan

anti spasmodicum untuk menenangkan dan mengembalikan kekejangan otot

(Sarjono, 2007).

2.2 Tinjauan Tentang Simplisia

Simplisia merupakan bahan alami yang dimanfaatkan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali diyatakan lain simplisia

merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati,

hewani dan pelican atau mineral (Kurnia, 2011). Simplisia segar adalah suatu

bahan alam segar yang belum dikeringkan. Simplisia atau herbal adalah bahan

alam yang telah dikeringkan yang digunakan sebagai pengobatan dan belum

mengalami pengolahan. Kecuali diyatakan lain suhu pengeringan simplisia tidak

lebih dari 600C (Utami Widawati, 2013).

2.3 Pengeringan

Pengeringan merupakan proses pengeluaran air dari dalam bahan secara

termal untuk menghasilkan produk kering. Pengeringan sudah dikenal sejak dulu

sebagai salah satu metode pengawetan produk bahan pertanian. Proses ini

dipengaruhi oleh kondisi eksternal yaitu suhu, kelembaban, kecepatan dan tekanan

udara pengering serta kondisi internal seperti kadar air, bentuk atau geometri, luas

permukaan dan keadaan fisik bahan.

Pengeringan merupakan metode pengawetan produk yang cukup kompleks


terutama disebabkan oleh adanya perubahan yang tidak diinginkan atas kualitas

produk keringnya.

Salah satu produk pertanian yang memerlukan proses pengeringan adalah

tanaman obat. Pada umumnya petani dan pedagang pengumpul melakukan

pengeringan dengan cara penjemuran yang rawan kontaminasi. Selain itu tingkat

suhu dan kelembaban penjemuran tidak cukup memadai sehingga sulit untuk

mencapai standar kadar air yang disyaratkan.


BAB III

Metode Penelitian

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini di laksanakan terhitung dari perencanaan penelitian, pelaksaanan

penelitian sampai pembutan laporan penelitian. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 03

September 2023 – 11 September 2023. Pembelian simplisia ini di lakukan di Toko Jamu

Tradisonal pasar Inpres Senen pada tanggal 03 September 2023, lalu di lakukan sortasi

basah, pencucian , perajangan dan pengeringan pada tanggal 07 September. Lalu di

lakukan pengeringan di bawah sinar matahari mulai 07 september 2023 – 10 September

2023. Setelah di lakukan pengeringan di lakukan sortasi kering untuk memisahkan

kotaran atau benda asing yang tercampur selama proses pegeringan.

Pada tanggal 11 september 2023 dilaksanakan praktikum Fitokimia pembuatan

simplisa kering yang baik dan benar. Dilakukan penimbangan bobot jenis simplisia

kering lalu di lakukan proses penggilingan simplisa untuk menjadi serbuk simplisia.

Setelah serbuk jadi, serbuk di masukkan dalam wadah tertutup rapat dan bersifat innert

(tidak mempengaruhi isi dari simplisia tersebut)

3.2 Alat dan bahan

1. Alat

Blender (Philips), Pengayak No. 4&8, Baskom, Timbangan Analitik, Sebet,

Tissue, Wadah (penyimpinan simplisia)

2. Bahan

Simplisia segar Rimpang Temu Putih (Curcumae Zedoariae Rhizoma)

3. Prosedur

Adapun tahap-tahap dalam pembuatan simplisia menurut (Isdianto, 2011) :

1. Pengumpulan bahan
Dalam pengumpulan bahan, hal yang perlu diperhatikan adalah umur

tanaman, bagian tanaman pada waktu panen, dan lingkungan tepat tumbuh.

2. Sortasi basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran atau bahan asing

dari bahan simplisia. Pembersiahan simplisia dari tanah dapat mengurangi

jumlah kontaminasi mikrobiologi

3. Pencucian

Pencucian dilakukan dengan menggunakan air bersih (sumur, PAM,

atau air dari mata air). Jika simplisia memiliki kandungan zat yang mudah

larut dalam air mengalir maka dicuci dalam waktu sesingkat mungkin.

4. Perajangan

Perajangan simplisia dilakukan untuk memepermudah proses pengeringan.


8
Jika ukuran simplisia kecil atau tipis, maka proses ini dapat diabaikan.

5. Pengeringan

Pengeringan bertujuan agar simplisia tidak mudah rusak, sehingga

dapat disimpan dengan waktu yang lebih lama, pengeringan juga bertujuan

untuk mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan

dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Pengeringan dapat

dilakukan antara suhu 300C-900C (terbaik 600C).

6. Sortasi kering

Tujuan sortasi kering adalah memisahkan bahan-bahan asing, seperti

bagian tanaman yang tidak diinginkan dan kotoran lain, yang masi ada dan

tertinggal disimplisia kering.

7. Penghalusan Simplisia kering

Tujuan penghalusan untuk mengubah simplisia kering menjadi

bentuk serbuk. Dilakukan dengan cara di blender, setelah nya di ayak

sebanyak 2 kali dengan pengayak no. 4&8.


8. Pengepakan

Tujuannya untuk menyimpan simplisia yang sudah menjadi serbuk

agar terhindar dari mikroba. Wadah yang digunakan untuk

menyimpan serbuk harus tertutup rapat dan bersifat innert (tidak

bereaksi dengan isi nya)


Bab IV

Hasil dan Pembahasan

4.1 hasil

No Data Praktikum

1. Nama Lain Rimpang Temu Putih

2. Nama Tanaman Asal Curcumae Zedoariae

Rhizoma

3. Family Zingiberaceae

4. Data Penimbangan

Bobot simplisa Segar 2,010 Kg

Bobot simplisa Kering 338,60 Gram

Bobot simplisia Serbuk 331,56 Gram

5. Organoleptis Simplisa Kering

Warna Kuning muda kecoklatan

Bentuk Kepingan pipih, Bulat

Bau Berbau khas, agak sedikit

pedas

Rasa Agak pahit, Pedas


4.2 Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan yaitu pembuatan simplisa Rimpang

Temu putih harus memiliki ketelitian yang teliti, sebab jika terdapat kesalahan

dalam pembuatan simplisa akan menurukan senyawa aktif yang ada di dalam

simplisa tersebut.

Proses pembuatan simplisia di mulai dengan pengumpulan bahan baku,

dilakukan sortasi basah untuk memisahkan kotoran atau bahan asing dari simplisia,

dilanjutkan dengan pencucian tentunya untuk menghilangkan tanah dan kotoran

lainnya yang melekat pada simplisia, selanjutnya dilakukan proses perajangan

setelah pencucian untuk mempermudah pada proses pengeringan, sortasi kering,

penghalusan dan pengepakan. Perajangan dilakukan dengan irisan tipis sekitar 2-3

cm. Semakin titpis maka akan mempengaruhi cepat nya proses pengeringan karna

akan semakin cepat proses penguapan air, namun jika bahan di rajang terlalu tipis

akan menyebabkan berkurang atau hilangnya zat yang terkandung dalam bahan. Ini

akan mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang di inginkan serta ke efektifan

khasiat dari simplisa tersebut. Ukuran tiap perajangan juga di usahan kan agar sama

karena untuk mempermudah proses pengeringan yang rata.

Tahap selanjutnya ada proses pengeringan, tujuan pengeringan untuk

mendapatan simplisia yang tidak mudah rusak sehingga dapat di simpan dalam

jangka waktu yang cukup lama. Salah satu perubahan fisik yang penting selama

pengeringan adalah pengurangan bobot jenis bahan. Kehilangan air dan pemanasan

menyebabkan struktur sel bahan mengalami tekanan di ikuti dengan perubahan

bentuk dan pengecilan ukuran. Hal ini perlu di perhatikan, pengeringan


menggunakan alat pengering jauh lebih efektif di banding dengan sinar matahari

langsung karna kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan, luas permukan

bahan, suhu pada proses pengeringan di alat pengering bisa di atur dan konstan

sedangkan jika dengan matahari langsung bisa terpapar zat lain atau mikroba lain

yang berada di eksternal pada proses pengeringan.

Setelah melalui proses yang panjang mulai dari pengumpulan sampai

menjadi serbuk simplisa kering, simplisia mengalami penyusutan bobot jenis dari

simplisia segar 2,010 Kilogram menjadi 338,60 gram (simplisa serbuk).


Bab V

Penutup

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang di dapat dari hasil praktikum ini adalah :

1. Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun, kecuali dikatakan lain berupa bahan yang telah

di keringkan.

2. Identifikasi penyusutan bobot jenis dari simplisia segar 2,010 kilogram menjadi

serbuk simplisia 338,60 gram

3. Proses perajangan dapat mempermudah proses pengeringan, sortasi kering,

penghalusan dan pengepakan.

5.2 Saran

1. Untuk penelitian selanjutnya di harapkan mahasiswa agar mencermati dan

melakukan prosedur identifikasi dengan benar

2. Melakukan proses pengeringan dengan alat pengering, agar pengeringan merata

dan jauh lebih efektif di banding dengan pengeringan di bawah sinar matahari

langsung.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://scholar.archive.org/work/qrtzmgjjibfs7blcldhxn6o7ba/access/wayback/

http://js.bsn.go.id:80/index.php/standardisasi/article/download/698/473

2. https://www.google.com/url?

sa=t&source=web&rct=j&opi=89978449&url=https://

repository.poltekkespim.ac.id/id/eprint/680/4/18013_ACEP

%2520BASKARA_BAB%2520II%2520-%2520Acep

%2520Baskara.pdf&ved=2ahUKEwjO0MaQ86yBAxVgbmwGHb3ODmkQFnoE

CBIQAQ&usg=AOvVaw0DX8fzu6yyVoVhx17qLE5p

3. https://www.google.com/url?

sa=t&source=web&rct=j&opi=89978449&url=https://

repository.poltekkespim.ac.id/id/eprint/680/3/18013_ACEP

%2520BASKARA_BAB%2520I%2520%2520-%2520Acep

%2520Baskara.pdf&ved=2ahUKEwjp5sO086yBAxV51zgGHbQnAIYQFnoECA

4QAQ&usg=AOvVaw2xlL6WkP5FJoJPVrySNXVw
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai