Anda di halaman 1dari 11

BAB 11

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman daun lidah buaya ( Aloe vera L )

2.1.1 Klasifikasi tanaman lidah buaya ( Aloe vera L )

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : liliforare

Family : liliceae

Genus : aloe

Species : aloe vera

2.1.2 morfologi tanaman lidah buaya

Tanaman lidah buaya merupakan tanaman sukulen berbentuk roset dengan ketinggian 30-60
cmdan berdiametr 60 cm. lidah buaya memiliki batang, daun, bungan dan akar. Namun, biasaya
yang di gunakan tanaman ini adalah daunnya karena memiliki manfaat yang besar.Batang
tanaman lidah buaya berbentuk bulat dan bersifat monopidal. Batang tanaman ini sangat pendek
dan tidak terlihat kerena tertutup dengan dauannya. Batang ini akan memunculkan tunas-tunas
baru yang akan menjadi anakan baru pada tanaman.Bunga tanaman lidah buaya akan muncul
apabila jika melakukan penanaman di subtropis. Pada saat musim hujan da semi bunga akan
muncul dengan bentuk lonceng atau terompet berwana kung dan orange. Bunga ini berukuran
2,3-2,5 cm dan tumbuh di atas tangkai bunga yang memiliki ketinggian 1 meter.Daun tanaman
lidah buaya adaah daun tunggal, memiliki bentuk lanset dan ada tajinya. Daun pada tanaman ini
sangat runcing dan juga ada yang tumpul. Ketebalan daun mencapai 1-2,5 cm dan bertulang,
berwarna hijau mudah dan memiliki lapisan lilin di atas permukaan.
2.1.3 kandungan tanaman lidah buaya ( Aloe vera L )

Tanaman lidah buaya adalah tanaman liar yang mirip dengan kaktus dimana tanaman ini
mempunyai daun yang berdaging, duri pada tepi daun, permukaan daun mempunyai bintik, daun
lebih dari 300 jenis.

Tanaman lidah buaya yang berjenis Aloe Vera (Aloe Barbadansis) adalah jenis tanaman lidah
buaya yang paling populer di Indonesia dan biasanya daun lidah buaya dipergunakan sebagai
perawatan kecantikan atau kesehatan. Tanaman ini mudah ditemukan di pekarangan atau lahan
yang liar.lidah buaya mengandung berbagai senyawa biologis aktif, seperti antrakuinon,
mannans asetat, polymannans, anti oksidan dan berbagai lektin. Selain itu lidah buaya juga
mengandung sekitar 75 jenis zat yang bermanfaat dan sekitar 200 jenis senyawa yang
mempunyai manfaat dalam perawatan kecantikan dan kesehatan.Kecuali vitamin D, lidah buaya
mengandung berbagai jenis vitamin, mineral, enzim, saponin, gula rantai yang panjang, dan 20
jenis asam amino

.Berikut ini adalah kandungan dan bahan-bahan organic yang ada ditanaman lidah
buaya:Lignin,SaponinAnthraquinon,Aloin Barbaloin,Anthranol,Asam aloeat,Anthracene,Ester
asam sinamat,Aloe emoedin,Asam chrisofani,Minyak ethereal,Resis
tannol,Sellulosa,Mannose,Glukosa,Aldonentos,aLrhamnosa,Oksidase,Katalase,Lipase,Aminase
Amylase,LisinHreonin,Leusin,Isoleusin,Phenilalanin,Vitamin E,Vitamin B1,Vitamin
B2,Vitamin B6,Niasinamida,Cholin,Asam folat,Vitamin C,Kalsium (Ca),Natrium (Na),Kalium
(K),Mangaan (Mn),Zenk (Ze),Chrom (Cr),Tembaga (Cu) .

Bagian-bagian lidah buaya yang bisa dimanfaatkan yaitu gel dan lateks. Gel diperoleh dari sel-
sel yang berada di bagian tengah kulit lidah buaya, sementara lateks diperoleh dari sel-sel yang
tepat berada di bawah lapisan kulit lidah buaya.

Sebagai obat, gel lidah buaya yang berwarna bening seperti jeli ini sering digunakan sebagai
salep, losion, krim, dan sebagainya. Lateks sendiri bisa diolah untuk membuat zat-zat kering,
seperti suplemen. Tapi ada pula obat yang memakai keduanya. Berbagai produk olahan ekstrak
lidah buaya sudah teregistrasi di BPOM RI.

Selain diproduksi menjadi obat-obatan, lidah buaya juga kerap dimanfaatkan masyarakat dalam
bentuk alami. Para wanita biasa menjadikan lidah buaya sebagai teman baiknya dalam perawatan
rambut dan kulit. Mereka percaya, lidah buaya bisa membuat rambut lebih indah dan kulit
menjadi lebih halus.

Pada penelitian yang dilakukan oleh harahap,Z.,2003 pada tanaman lidah buaya (aloe
vera l )merupakan derivate sintesis selulosa yang mempunyai kelebihan diantara nya
yaitu dapat menghasilkan gel yang netral,jernih,
2.2 simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat
tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman
atau isi sel dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya
yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia
murni.Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau
zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
Simplisia mineral (pelikan) adalah simplisia yang berupa mineral (pelikan) yang belum
diolah atau diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.

Proses pembuatan simplisia


1. Pengumpulan bahan baku
Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas bahan baku. Faktor yang
paling berperan dalam tahapan ini adalah masa panen. Panen daun atau herba dilakukan pada
saat proses fotosintesis berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan saat-saat tanaman mulai
berbunga atau buah mulai masak.
2. Sortasi basah
Sortasi basah adalah pemilahan hasil panen ketika tanaman masih segar. Sortasi dilakukan
terhadap tanah dan krikil, rumput-rumputan, bahan tanaman lain atau bagian lain dari tanaman
yang tidak digunakan dan bagian tanaman yang rusak (dimakan ulat dan sebagainya.
3. Pencucian
Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran yang melekat, terutama bahan-
bahan yang berasal dari dalam tanah dan juga bahan-bahan yang tercemar pestisida.
4. Pengubahan bentuk
Pada dasarnya tujuan pengubahan bentuk simplisia adalah untuk memperluas permukaan
bahan baku. Semakin luas permukaan maka bahan baku akan semakin cepat kering. Proses
pengubahan bentuk untuk rimpang, daun dan herba adalah perajangan.
5. Pengeringan
Proses pengeringan simplisia terutama bertujuan untuk menurunkan kadar air sehingga
bahan tersebut tidak mudah ditumbuhi kapang dan bakteri serta memudahkan dalam hal
pengolahan proses selanjutnya (ringkas, mudah disimpan, tahan lama dan sebagainya).
Pengeringan dapat dilakukan lewat sinar matahari langsung maupun tidak langsung juga
dapat dilakukan dalam oven dengan suhu maksimum 60oC.
6. Sortasi Kering
Sortasi kering adalah pemilihan bahan setelah mengalami proses pengeringan. Pemilihan
dilakukan terhadap bahan-bahan yang terlalu gosong, bahan yang rusak akibat terlindas roda
kendaraan (misalnya dikeringkan di tepi jalan raya, atau dibersihkan dari kotoran hewan.
7. Pengepakan dan penyimpanan
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia perlu ditempatkan
dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur antara simplisia satu dengan yang
lainnya (Gunawan dan Mulyani, 2004).
2.3 Ektraksi
Ekstraksi adalah jenis pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau
cairan. Proses ekstraksi bermula dari penggumpalan ekstrak dengan pelarut kemudian terjadi
kontak antara bahan dan pelarut sehingga pada bidang datar antarmuka bahan ekstraksi dan
pelarut terjadi pengendapan massa dengan cara difusi.
Bahan ekstraksi yang telah tercampur dengan pelarut yang telah menembus kapiler-
kapiler dalam suatu bahan padat dan melarutkan ekstrak larutan dengan konsentrasi lebih tinggi
di bagian dalam bahan ekstraksi dan terjadi difusi yang memacu keseimbangan konsentrasi
larutan dengan larutan di luar bahan (Sudjadi, 1988).
Ekstraksi dengan pelarut dapat dilakukan dengan cara dingin dan cara panas. Jenis-jenis
ekstraksi tersebut sebagai berikut:
2.3.1 Ekstraksi secara dingin

1.Maserasi

merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.

Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia
yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin (Sudjadi,
1988).

Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara lain
waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan
lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti
benzoin, tiraks dan lilin.

Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut :

1. Modifikasi maserasi melingkar

2. Modifikasi maserasi digesti

3. Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat

4. Modifikasi remaserasi
5.Modifikasi dengan mesin pengaduk (Sudjadi, 1988).

Soxhletasi

merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga


menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan
turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat
setelah melewati pipa sifon (Sudjadi, 1988).

Keuntungan metode ini adalah :

1. Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan
secara langsung.

2. Digunakan pelarut yang lebih sedikit

3. Pemanasannya dapat diatur (Sudjadi, 1988).

2.3.2. Ekstraksi secara panas

Metode refluks

Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang
mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung..

Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah
manipulasi dari operator (Sutriani,L . 2008).

Metode destilasi uap

Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap
(esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia
yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik
didih tinggi pada tekanan udara normal (Sutriani,L . 2008).

Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya melarutkanyang
tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang tinggi ini berhubungan dengan
kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi
senyawa polar larut dalam pelarut polar dan sebaliknya (Sutriani,L . 2008).

Pemilihan pelarut pada umumnya dipengaruhi oleh:

Selektivitas, pelarut hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan.

Kelarutan, pelarut sedapat mungkin memiliki kemampuan melarutkan ekstrak yang


besar.

Kemampuan tidak saling bercampur, pada ekstraksi cair, pelarut tidak boleh larut dalam
bahan ekstraksi.

Kerapatan, sedapat mungkin terdapat perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut
dengan bahan ekstraksi.

Reaktivitas, pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen
bahan ekstraksi.

Titik didih, titik didh kedua bahan tidak boleh terlalu dekat karena ekstrak dan
pelarut dipisahkan dengan cara penguapan, distilasi dan rektifikasi.

Kriteria lain, sedapat mungkin murah, tersedia dalam jumlah besar, tidak beracun, tidak
mudah terbakar, tidak eksplosif bila bercampur udara, tidak korosif, buaka emulsifier,
viskositas rendah dan stabil secara kimia dan fisik (Sutriani,L . 2008).

2.4. Formulasi Gel

2.4.1 Definisi gel

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, gel kadang-kadang disebut jeli, merupakan sistem
semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul
organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.
Menurut Formularium Nasional, gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi
yang dibuat dari zarah kecil senyawa anorganik atau makromolekul senyawa organik, masing-
masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan.
Menurut Ansel, gel didefinisikan sebagai suatu system setengah padat yang terdiri dari
suatu disperse yang tersusun baik dari partikel anorganik yang terkecil atau molekul organic
yang besar dan saling diresapi cairan.

2.4.2 Penggolongan Gel

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV penggolongan sediaan gel dibagi menjadi dua yaitu:
1. Gel sistem dua fase
Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar , massa gel kadang-
kadang dinyatakan sebagai magma misalnya magma bentonit. Baik gel maupun magma dapat
berupa tiksotropik, membentuk semipadat jika dibiarkan dan menjadi cair pada
pengocokan.Sediaan harus dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas.
2. Gel sistem fase tunggal
Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar sama dalam suatu cairan
sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan cairan.
Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik misalnya karboner atau dari gom alam
misanya tragakan.

2.4.3 Keuntungan dan Kekurangan Gel

Keuntungan dan kerugian menurut Lachman, 1994 :


1. Keuntungan sediaan gel
Untuk hidrogel: efek pendinginan pada kulit saat digunakan, penampilan sediaan yang jernih dan
elegan, pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film tembus pandang, elastis,
mudah dicuci dengan air, pelepasan obatnya baik, kemampuan penyebarannya pada kulit baik.
2. Kekurangan sediaan gel
Untuk hidrogel: harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga diperlukan
penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel tetap jernih pada berbagai perubahan
temperatur, tetapi gel tersebut sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan
surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih mahal.
2.4.4. Kegunaan Gel

Kegunaan sediaan gel secara garis besar di bagi menjadi empat seperti:
1. Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian oral, dalam bentuk sediaan
yang tepat, atau sebagai kulit kapsul yang dibuat dari gelatin dan untuk bentuk sediaan obat
longacting yang diinjeksikan secara intramuskular.
2. Gelling agent biasa digunakan sebagai bahan pengikat pada granulasi tablet, bahan pelindung
koloid pada suspensi, bahan pengental pada sediaan cairan oral, dan basis suppositoria.
3. Untuk kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai produk kosmetik, termasuk pada shampo,
parfum, pasta gigi, kulit dan sediaan perawatan rambut.
4. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal (non streril) atau dimasukkan ke
dalam lubang tubuh atau mata (gel steril).

2.4.5. Sifat dan Karakteristik Gel

Menurut Lachman, dkk. 1994 sediaan gel memiliki sifat sebagai berikut:
1. Zat pembentuk gel yang ideal untuk sediaan farmasi dan kosmetik ialah inert, aman dan tidak
bereaksi dengan komponen lain.
2. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan yang baik selama
penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan diberikan kekuatan atau daya yang
disebabkan oleh pengocokan dalam botol, pemerasan tube, atau selama penggunaan topical.
3. Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan yang diharapkan.
4. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi atau BM besar dapat
menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau digunakan.
5. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga pembentukan gel terjadi
setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya
pada air yang dingin yang akan membentuk larutan yang kental dan pada peningkatan suhu
larutan tersebut akan membentuk gel.
6. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut
thermogelation.
Sediaan gel umumnya memiliki karakteristik tertentu, yakni (disperse system, vol 2 hal 497):
1. Swelling
Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi larutan
sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara matriks gel dan terjadi
interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang
antar polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang.

1. Swelling
Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorbsi larutan
sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi diantara matriks gel dan terjadi
interaksi antara pelarut dengan gel. Pengembangan gel kurang sempurna bila terjadi ikatan silang
antar polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang.
2. Sineresis
Suatu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di dalam massa gel. Cairan yang
terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel. Pada waktu pembentukan gel terjadi
tekanan yang elastis, sehingga terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme terjadinya kontraksi
berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan elastis pada saat terbentuknya gel.
Adanya perubahan pada ketegaran gel akan mengakibatkan jarak antar matriks berubah,
sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan. Sineresis dapat terjadi pada
hidrogel maupun organogel.
3. Efek suhu
Efek suhu mempengaruhi struktur gel. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur
tapi dapat juga pembentukan gel terjadi setelah pemanasan hingga suhu tertentu. Polimer seperti
MC, HPMC, terlarut hanya pada air yang dingin membentuk larutan yang kental. Pada
peningkatan suhu larutan tersebut membentuk gel. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan
fase yang disebabkan oleh pemanasan disebut thermogelation.
4. Efek elektrolit
Konsentrasi elektrolit yang sangat tinggi akan berpengaruh pada gel hidrofilik dimana ion
berkompetisi secara efektif dengan koloid terhadap pelarut yang ada dan koloid digaramkan
(melarut). Gel yang tidak terlalu hidrofilik dengan konsentrasi elektrolit kecil akan meningkatkan
rigiditas gel dan mengurangi waktu untuk menyusun diri sesudah pemberian tekanan geser. Gel
Na-alginat akan segera mengeras dengan adanya sejumlah konsentrasi ion kalsium yang
disebabkan karena terjadinya pengendapan parsial dari alginat sebagai kalsium alginat yang tidak
larut.
5. Elastisitas dan rigiditas
Sifat ini merupakan karakteristik dari gel gelatin agar dan nitroselulosa, selama
transformasi dari bentuk sol menjadi gel terjadi peningkatan elastisitas dengan peningkatan
konsentrasi pembentuk gel. Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan atau deformasi dan
mempunyai aliran viskoelastik. Struktur gel dapat bermacam-macam tergantung dari komponen
pembentuk gel.
6. Rheologi
Larutan pembentuk gel (gelling agent) dan dispersi padatan yang terflokulasi
memberikan sifat aliran pseudoplastis yang khas, dan menunjukkan jalan aliran nonnewton
yang dikarakterisasi oleh penurunan viskositas dan peningkatan laju aliran.
2.4.6. Komponen Gel

Untuk kompenen gel di bagi menjadi dua gilling agents dan bahan tambahan. Disetiap sedian gel
harus memilik komponen seperti yang ada di bawah ini:
1. Gelling Agent.
Sejumlah polimer digunakan dalam pembentukan struktur berbentuk jaringan yang
merupakan bagian penting dari sistem gel. Termasuk dalam kelompok ini adalah gom alam,
turunan selulosa, dan karbomer. Kebanyakan dari sistem tersebut berfungsi dalam media air,
selain itu ada yang membentuk gel dalam cairan non-polar. Beberapa partikel padat koloidal
dapat berperilaku sebagai pembentuk gel karena terjadinya flokulasi partikel. Konsentrasi yang
tinggi dari beberapa surfaktan non-ionik dapat digunakan untuk menghasilkan gel yang jernih di
dalam sistem yang mengandung sampai 15% minyak mineral.

Anda mungkin juga menyukai