Anda di halaman 1dari 23

PARTISI EKSTRAK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Di Indonesia banyak tumbuhan yang digunakan sebagai obat bagi

masyarakat di pedesaan. Tumbuhan yang dipercaya lebih baik dari pada

obat kimia. Dan dari pernyataan ini cara untuk membuktikan bahwa

tumbuhan tersebut benar dapat digunakan sebagai obat dengan cara

menganalisis tumbuhan tersebut untuk dapat mengetahui kandungan dari

tumbuhan yang berperan sebagai obat.

Partisi zat-zat terlarut antara dua cairan yang tidak saling

bercampur menawarkan banyak kemungkinan yang menarik untuk

pemisahan analitis. Bahkan dimana tujuan primer bukan analitis namun

preparatif, ekstraksi dengan menggunakan pelarut merupakan suatu

langkah penting dalam mencari senyawa aktif suatu tumbuhan, dan

kadang-kadang digunakan peralatan yang rumit namun seringkali

diperlukan hanya sebuah corong pisah. Seringkali suatu pemisahan

ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat diselesaikan dalam

beberapa menit, pemisahan ekstraksi biasanya bersih dalam arti tak ada

analog kospresipitasi dengan suatu sistem yang terjadi.

Partisi padat cair adalah proses pemisahan zat terlarut didalam 2

macam zat pelarut yang tidak saling bercampur atau dengan kata lain

perbandingan konsentrasi zat terlarut dalam pelarut organik, dan pelarut

SYALFA KHAIRUNNISA MUHAMMAD DAIM


15020150249
PARTISI EKSTRAK

air. Hal tersebut memungkinkan karena adanya sifat senyawa yang dapat

terlarut dalam air dan adapula senyawa yang dapat larut dalam pelarut

organik.

Partisi padat-cair adalah proses pemisahan zat yang dapat melarut

(solut) dari suatu campurannya dengan padatan yang tidak dapat larut

(innert) dengan menggunakan pelarut air.

Untuk itu kami melakukan sebuah kegiatan praktikum untuk

mengelola dan memanfaatkan sebuah sumberdaya alam yang ada

sehingga dapat digunakan dalam waktu jangka panjang. Praktikum yang

dilakukan ialah melakukan partisi ekstrak daun Waru (Hibiscus tiliaceus

L.) dengan metode partisi padat-cair. Fraksi yang dihasilkan dari partisi

akan digunakan pada pengujian selanjutnya.

B. Maksud

Adapun maksud dari percobaan ini yaitu melakukan dan

memahami cara mempartisi suatu ekstrak tanaman dengan

menggunakan metode padat cair suatu sampel daun Waru (Hibiscus

tiliaceus L.)

C. Tujuan

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetauhi %

kadar ekstrak tanaman dengan menggunakan metode padat cair suatu

sampel daun Waru (Hibiscus tiliaceus L.)

SYALFA KHAIRUNNISA MUHAMMAD DAIM


15020150249
PARTISI EKSTRAK

BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Uraian Tanaman

a. Klasifikasi Tanaman (www.itis.gov)


Kingdom : Plantae
Divisio : Tracheopyta
Sub divisio : Spermatopytina
Class : Magnoliopsida
Ordo : Malvaes
Familia : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Species : Hibiscus tiliaceus L.
b. Morfologi Tanaman
Waru banyak terdapat di Indonesia, di pantai yang tidak berawa,
ditanah datar, dan di pegunungan hingga ketinggian 1700 meter di
atas permukaan laut. Banyak ditanam di pinggir jalan dan di sudut
pekarangan sebagai tanda batas pagar. Pada tanah yang baik,
tumbuhan itu batangnya lurus dan daunnya kecil. Pada tanah yang
kurang subur, batangnya bengkok dan daunnya lebih lebar.
Pohon ini cepat tumbuh sampai tinggi 5-15 meter, garis tengah
batang 40-50 cm; bercabang dan berwarna coklat. Daun merupakan
daun tunggal, berangkai, berbentuk jantung, lingkaran lebar/bulat
telur, tidak berlekuk dengan diameter kurang dari 19 cm. Daun
menjari, sebagian dari tulang daun utama dengan kelenjar berbentuk
celah pada sisi bawah dan sisi pangkal. Sisi bawah daun berambut
abu-abu rapat. Daun penumpu bulat telur memanjang, panjang 2.5
cm, meninggalkan tanda bekas berbentuk cincin.
Bunga waru merupakan bunga tunggal, bertaju 8-11. Panjang
kelopak 2.5 cm beraturan bercangap 5. Daun mahkota berbentuk

SYALFA KHAIRUNNISA MUHAMMAD DAIM


15020150249
PARTISI EKSTRAK

kipas, panjang 5-7 cm, berwarna kuning dengan noda ungu pada
pangkal, bagian dalam oranye dan akhirnya berubah menjadi
kemerah-merahan. Tabung benang sari keseluruhan ditempati oleh
kepala sari kuning. Bakal buah beruang 5, tiap rumah dibagi dua oleh
sekat semu, dengan banyak bakal biji. Buah berbentuk telur berparuh
pendek, panjang 3 cm, beruang 5 tidak sempurna, membuka dengan
5 katup. (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).
c. Nama lain
Sulawesi : Lambagu (Bugis), Enggano : Kloko, Aceh: Siran, Gayo:
Baru, Simalur: Buluh (Tapah), Nias: Bou, Mentawai: Tobe
d. Kandungan kimia
Dalam pengobatan tradisional, akar waru digunakan sebagai
pendingin bagi sakit demam, daun waru membantu pertumbuhan
rambut, sebagai obat batuk, obat diare berdarah/berlendir, amandel.
Bunga digunakan untuk obat trakhoma dan masuk angin
(Martodisiswojo dan Rajakwangun, 1995).
Kandungan kimia daun dan akar waru adalah saponin dan
flavonoid. Disamping itu, daun waru juga paling sedikit mengandung
lima senyawa fenol, sedang akar waru mengandung tanin
(Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991).
e. Khasiat Tanaman
Waru dimanfaatkan sebagai antiseptik dan melapisi dinding
saluran pencernaan.
B. Uraian Percobaan

Semua senyawa metabolit sekunder yangdihasilkan oleh suatu

sumber tetapi tidak dihasilkan oleh sumber lain dengan kontrol yang

berbeda, misalnya dua jenis dalam marga yang sama atau jenis yang

sama tetapi berada dalam kondisi yang ber-beda. Identifikasi seluruh

SYALFA KHAIRUNNISA MUHAMMAD DAIM


15020150249
PARTISI EKSTRAK

metabolit sekunder yang ada pada suatu organisme untuk studi sidik jari

kimiawi dan studi metabolomik (Mukhriani, 2014).

Penguapan dimaksudkan untuk mendapatkan kosistensi ekstrak yang

lebih pekat. Dan tujuan dilakukn penguapan adalah untuk menghilangkan

cairan penyari yang digunakan, agar tidak mengganggu pada proses

partisi (Syamsul, 2015).

Penguapan adalah proses terbentuknya uap dari permukaan cairan. Kecepatan

terbentuknya uap tergantung atas terjadinya difusi uap melalui batas di atas cairan

yang bersangkutan. Di sini berlaku prinsip pemindahan massa dan tekanan parsiel

merupakan tenaga dorongnya. Pada penguapan, terbentuknya berjalan sangat

lambat, sehingga cairan tersebut harus mendidih. Selama mendidih uap tesebut

terlepas melalui gelembung-gelembung udara yang terlepas dari cairan. Kecepatan

penguapan tergantung pada kecepatan pemindahan panas. Oleh karena itu alat

penguapan dirancang agar memberikan pemindahan panas yang maksimal

kepada cairan. Untuk itu permukaan harus seluas mungkin dan lapisan

batas dikurangi. Untuk memilih alat yang tepat harus diperhatikan sifat

bahan yang akan diuapkan (Ditjen POM, 1986)

Tujuan penguapan adalah menghilangkan cairan penyari yang

digunakan pada ekstrak. Metode yang dipilih untuk menguapkan cairan

penyari bergantung pada volume ekstrak, kemudahan pelarut untuk

menguap, termostabilitas senyawa yang terekstraksi dan kecepatan

penguapan yang dibutuhkan. Sebelum melakukan penguapan, wadah

penguapan akhir yang kosong harus ditimbang sebelumnya supaya hasil

SYALFA KHAIRUNNISA MUHAMMAD DAIM


15020150249
PARTISI EKSTRAK

akhir mudah ditimbang tanpa perlu memindahkan ekstrak ke wadah lain.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu penguapan sederhana

menggunakan pemanasan, penguapan pada tekanan yang diturunkan,

penguapan dengan cairan gas, beku kering, vakum desikator dan oven.

(Tobo, 2001).

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya

dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan

ketika tercapai kesetim-bangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut

dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut

dipisahkan dari sampel dengan penyaringan. Ekstrak awal sulit dipisahkan

melalui teknik pemisahan tunggal untuk mengisolasi senyawa tunggal.

Oleh karena itu, ekstrak awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang

memiliki polaritas dan uku-ran molekul yang sama (Mukhriani, 2014).

Ekstraksi merupakan proses pemisahan suatu zat berdasarkan

perbedaan kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut

yang berbeda (Rahayu, 2009).

Metode Partisi

1. Partisi Cair-cair

Partisi cair-cair biasa juga disebut sebagai metode corong pisah.

Jika suatu cairan ditambahkan ke dalam ekstrak yang telah

dilarutkan dalam cairan lain yang tidak dapat bercampur dengan

yang pertama, akan terbentuk dua lapisan. Satu komponen dari

campuran akan memiliki kelarutan dalam kedua lapisan tersebut

SYALFA KHAIRUNNISA MUHAMMAD DAIM


15020150249
PARTISI EKSTRAK

(biasanya disebut fase) dan setelah beberapa waktu dicapai

kesetimbangan konsentrasi dalam kedua lapisan. Waktu yang

diperlukan untuk tercapainya kesetimbangan biasanya dipersingkat

oleh pencampuran keduanya dalam corong pisah (Ibrahim, 2009).

2. Partisi Padat-cair

Merupakan pemisahan satu komponen dari padatan dengan

melarutkannya dalam pelarut, tetapi komponen lainnya tidak dapat

dilarutkan dalam pelarut tersebut. Proses ini biasanya dilakukan

dalam fase padatan, sehingga disebut juga ekstraksi padat-cair.

Dalam ekstraksi padat-cair, larutan yang mengandung komponen

yang diinginkan harus bersifat tak campur dengan cairan lainnya.

Proses ini banyak digunakan dalam pemisahan minyak dari bahan

yang mengandung minyak (Ibrahim, 2009).

Pada ekstraksi padat cair, zat yang diekstraksi terdapat didalam

campuran yang berbentuk cair. Ekstraksi padat cair sering juga disebut

ekstraksi pelarut, banyak dilakukan untuk memisahkan zat seperti iod,

atau logam-logam tertentu dalam larutan air (Yazid,. E,. 2005.)

Ekstraksi padat cair digunakan sebagai cara untuk memperlakukan

sampel atau clean-up sampel untuk memisahkan analit-analit dari

komponen matrix yang mungkin menggangu pada saat kuantifikasi atau

deteksi analit. Disamping itu, ekstraksi pelarut juga digunakan untuk

memekatkan analit yang ada didalam sampel dalam jumlah kecil sehingga

tidak memungkinkan atau menyulitkan untuk deteksi dan kuantifikasinya.

SYALFA KHAIRUNNISA MUHAMMAD DAIM


15020150249
PARTISI EKSTRAK

Salah satu fasenya seringkali berupa air dan faes yanglain pelarut organik

seperti kloroform atau petroleum eter. Senyawa-senyawa yang bersifat

polar akan ditemukan didalam fase air,sedangkan senyawa-senyawa yang

bersifat hidrofobik akan masuk pada pelarut anorganik. Analit yang

tereksasi kedalam pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan

cara penguapan pelarut, sedangkan analit yang masuk kedalam fase air

seringkali diinjeksikan secara langsung kedalam kolom (Rohman,. A,.

2009).

Hubungan zat terlarut yang terdistribusi diantara dua pelarut yang

tidak saling bercampur dinyatakan pertama kali oleh “Walter nernst ”

(1981) yang dikenal dengan hukum distribusi atau partisi  “jika solut

dilarutkan sekaligus kedalam dua pelarut yang tidak saling bercampur,

maka solut akan terdistribusi diantara kedua pelarut. Pada saat setimbang

perbandingan konsentrasi solut berharga tetap pada suhu tetap.” (Yazid,.

E,. 2005.)

Di antara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau

disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik

dan popular. Alasan utamanya adalah bahwa peemisahan ini dapat

dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Seseorang tidak

memerlukan alat yang khusus atau canggih kecuali corong pisah. Prinsip

metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan

tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, seperti benzene,

karbon tetraklorida atau kloroform. Batasannya adalah zat terlarut dapat di

SYALFA KHAIRUNNISA MUHAMMAD DAIM


15020150249
PARTISI EKSTRAK

transfer pada jumlah yang berbeda dalam keadaan dua fase pelarut.

Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian,

pemisahan serta analisis pada semua skala kerja (Khopkar, 2008).

Pada ekstraksi padat cair, zat yang diekstraksi terdapat didalam

campuran yang berbentuk cair. Ekstraksi padat cair sering juga disebut

ekstraksi pelarut, banyak dilakukan untuk memisahkan zat seperti iod,

atau logam-logam tertentu dalam larutan air (Yazid, 2005).

SYALFA KHAIRUNNISA MUHAMMAD DAIM


15020150249
PARTISI EKSTRAK

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu

batang pengaduk, cawan porselin, corong kaca, corong pisah,

eksikator, gelas kimia, gelas ukur, gelas piala, hairdryer, labu

erlenmeyer, statif dan klem, timbangan analitik (neraca) dan vial.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu

aquadest, ekstrak kental daun Waru (Hibiscus tiliaceus L.), n-

butanol, n-heksan dan tissue.

B. Prosedur Kerja (Anonim, 2017)

1. Ekstraksi Cair-cair (Partisi cair-cair)

a. Ekstraksi cair-cair dengan Pelarut n-Heksan

Ekstrak kental ±1-2 g disuspensikan dengan air sebanyak

20 mL, kemudian dimasukkan dalam corong pisah dan

ditambahkan dengan n-heksan sebanyak 20 mL, kojok sampai

merata dengan sesekali membuka kran corong pisah kemudian

diamkan sampai terjadi pemisahan dari fase air dan fase n-

heksan, pisahkan fase air dan fase n-heksan. Kemudian fase air

dimasukkan kembali ke dalam corong pisah dan diekstraksi lagi

dengan n-heksan sebanyak 30 mL dan dilakukan hingga jernih

SYALFA KHAIRUNNISA MUHAMMAD DAIM


15020150249
PARTISI EKSTRAK

(sebanyak 3 kali). Ekstrak n-heksan yang diperoleh dari

beberapa kali penyarian disatukan kemudian diuapkan sampai

mendapatkan ekstrak kental dan dimasukkan kedalam eksikator.

b. Ekstraksi Cair-cair dengan Pelarut n-Butanol

Lapisan air dari hasil ekstraksi dengan n-heksan

dimasukkan dalam corong pisah kemudian diekstraksi dengan n-

butanol jenuh air sebanyak 3 kali masing-masing 20 mL. Lapisan

n-butanol diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental, kemudian

dibagi 3 dan dimasukkan ke dalam vial dan diuapkan dalam

eksikator.

2. Ekstraksi Padat-Cair (Partisi Padat-Cair)

Ekstrak metanol kering yang diperoleh, diambil 5 g untuk

diekstraksi dengan pelarut dietil eter dengan cara partisi padat-cair

yaitu ekstrak metanol kering tersebut dimasukkan ke dalam labu

erlenmeyer 250 mL lalu ditambahkan sekitar 25 mL dietil eter.

Batang pengaduk magnetik dimasukkan kedalam labu erlenmeyer

kemudian diletakkan diatas plat stirrer. Stirrer disambungkan

dengan sumber listrik dan distel dengan kecepatan yang sesuai.

Biarkan sampai pelarut jenuh, kemudian suspense dikeluarkan dan

dipisahkan antara padatan dan cairan (untuk memperoleh hasil

yang maksimal gunakan sentripuge). Bagian yang tidak larut

dimasukkan kembali ke dalam labu erlenmeyer dan ditambahkan 25

mL dietil eter yang baru dilakukan seperti pada perlakuan pertama.

SYALFA KHAIRUNNISA MUHAMMAD DAIM


15020150249
PARTISI EKSTRAK

Proses partisi padat cair ini dilakukan hingga pelarut dietil eter yang

ditambahkan bening. Fraksi larut dietil eter dikumpulkan, pelarutnya

diuapkan hingga diperoleh ekstrak dietil eter kering.

SYALFA KHAIRUNNISA MUHAMMAD DAIM


15020150249
PARTISI EKSTRAK

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Tabel Pengamatan

Sampel Daun Waru (Hibiscus Pengamatan

tiliaceus L.)

Maserasi Metode Ekstraksi

1 gram Bobot ekstrak etanol (penyari I) (g)

1,18 g Bobot ekstrak n-heksan (penyari II)

(g)

78,67% Persentase ekstrak n-heksan

(penyari II) (%)

2. Perhitungan

berat ekstrak n−heksan


% ekstrak n−heksan= x 100 %
Bobot ekstrak etanol

1,18 gram
= x 100%
1,5 gram

= 78,67%

B. Pembahasan

Ekstraksi padat cair sangat berguna untuk memisahkan analit yang

dituju dari penganggu dengan cara melakukan partisi dengan sampel

antara 2 pelarut yang tidak saling bercampur. Salah satu fasenya

seringkali berupa air dan fase lain berupa pelarut organik.

SYALFA KHAIRUNNISA MUHAMMAD DAIM


15020150249
PARTISI EKSTRAK

Praktikum ini dilakukan dengan tujuan yaitu untuk mengetauhi %

kadar ekstrak tanaman dengan menggunakan metode padat cair suatu

sampel daun Waru (Hibiscus tiliaceus L.)

Metode partisi padat cair, ekstrak metanol kering yang diperoleh,

diambil sebanyak 5,0 gram untuk diekstraksi menggunakan pelarut n-

heksan dengan cara partisi padat-cair yaitu ekstrak metanol kering

tersebut dimasukkan kedalam gelas kimia 250 mL lalu ditambahkan

sekitar 25 mL n-heksan. Lalu dikocok setelah itu disaring, lalu

ditambahkan kembali n-heksan. Perlakuan diulangi sampai pelarut yang

digunakan berwarna jernih. Hasil estraksi kemudian diuapkan. Hitung

persentase kadarnya.

Keuntungan dari ekstraksi padat cair adalah proses peralatan yang

mudah diperoleh hanya menggunakan corong pisah, dan proses

pengerjaan yang berlangsung cepat, namun kekurangannya yaitu

pengocokan dalam proses ini memungkinkan terjadinya emulsi. Emulsi

menyebabkan pemisahan yang tidak jelas antara fase organik dan fase

air.

Prinsip yang digunakan dalam proses ekstraksi padat cair adalah

pada perbedaan koefisien distribusi zat terlarut dalam dua larutan yang

berbeda fase dan tidak saling bercampur.

Dalam percobaan ini digunakan pelarut air untuk menarik senyawa

yang larut air (sifatnya polar) dalam sampel, sedangkan pelarut H-Heksan

dan N-Butanol digunakan untuk menarik senyawa yang bersifat nonpolar

SYALFA KHAIRUNNISA MUHAMMAD DAIM


15020150249
PARTISI EKSTRAK

(larut lemak) dalam sampel. Kelarutan senyawa tidak bermuatan dalam

satu fase pada suhu tertentu bergantung pada kemiripan kepolaran

dengan fase cair. Menggunakan prinsip “like dissolves like”. Molekul

bermuatan memiliki afinitas tinggi terhadap cairan dengan sejumlah besar

ion bermuatan berlawanan dan juga dalam kasus ini “menarik yang

berlawanan”. Ratio konsentrasi senyawa dalam kedua fase disebut

koefisien partisi (K). Senyawa yang berbeda akan mempunyai koefisien

partisi yang berbeda, sehingga jika satu senyawa sangat polar, koefisien

partisi relatifnya ke fase polar lebih tinggi dari pada senyawa non polar.

Adapun hasil percobaan dari hasil perhitungan didapatkan

persentase ekstrak n-heksan yaitu 78,67 %.

SYALFA KHAIRUNNISA MUHAMMAD DAIM


15020150249
PARTISI EKSTRAK

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan ini, maka dapat disimpulkan

bahwa hasil partisi padat cair ekstrak daun Waru (Hibiscus tiliaceus L.)

pada n-heksan yaitu 78,67 %.

B. Saran

Sebaiknya praktikan lebih aktif dan lebih disiplin dalam

melakukan praktikum.

SYALFA KHAIRUNNISA MUHAMMAD DAIM


15020150249
PARTISI EKSTRAK

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. Penuntun Pratikum Fitokimia I. Universitas Muslim


Indonesia : Makassar.

Ibrahim. 2009. Ekstraksi. Sekolah Farmasi ITB : Bandung

Integrated Taxonomi Information System., 2016, Jathropa multifida


(online),(https://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?
search_topic=TSN&search_value=184803&print_version=P
RT&source=to_print#null), Diakses tanggal 23 oktober 2016

Ismawan, Bambang., 2012, Herbal Indonesia Berkhasiat Bukti Ilmiah dan


Cara Racik. Vol. 10, PT Trubus Swadaya, Depok

Khopkar, S.M. 2008. Dasar-dasar kimia analitik. Erlangga : Jakarta.

Rahayu, L. 2009. Isolasi dan Identivikasi senyawa flavonoid dari Biji


Kacang Tunggak (Vigna unguiculata L.). Universitas
Brawijaya: Malang.

Rohman, A,. 2009.Kromatografi untuk Analisis Obat. Graha Ilmu:


Yogyakarta

Yazid,. E,.2005. Kimia Fisika untuk Paramedis. Andi.Yogyakarta.

SYALFA KHAIRUNNISA MUHAMMAD DAIM


15020150249
PARTISI EKSTRAK

Perhitungan :

1. N-Heksan

Dik : Berat Cawan Porselin Kosong : 55,5852 gram

Berat Cawan Porselin dan Ekstrak : 57,9750 gram

Berat Ekstrak : 2,3889 gram

Dit : % Rendamen : ….?

berat ekstrak
% Rendamen= x 100 %
Bobotsampel

2,3889 gram
% Rendamen= x 100 %
2,0054 gram

% Rendamen=¿ 119,12 %.

2. N-Butanol

Dik : Berat Cawan Porselin Kosong : 52,7354 gram

Berat Cawan Porselin dan Ekstrak : 52,9088 gram

Berat Ekstrak : 0,1734 gram

Penyelesaian :

Dit : % Rendamen : ….?

berat ekstrak
% Rendamen= x 100 %
Bobot sampel

SYALFA KHAIRUNNISA MUHAMMAD DAIM


15020150249
PARTISI EKSTRAK

0,1734 gram
% Rendamen= x 100 %
2,0054 gram

% Rendamen=¿ 8,64 %.

SYALFA KHAIRUNNISA MUHAMMAD DAIM


15020150249
PARTISI EKSTRAK

Gambar

Pemisahan N-Heksan Pemisahan N-Butanol

Dengan fase air dengan fase air

Proses penguapan Hasil penimbangan ekstrak

dari N-heksan

SYALFA KHAIRUNNISA MUHAMMAD DAIM


15020150249
PARTISI EKSTRAK

Skema kerja

a. Dengan pelarut n-heksan

Ekstrak kental kurang lebih 1,2 g disuspensikan


dengan air 20 mL

Masukkan kedalam corong pisah + n-heksan 40 mL kocok sampai


rata dengan sesekali membuka kran

Diamkan sampai terjadi pemisahan antara fase air dan fase n-


heksan

Fase air dimasukkan kembali ke dalam corong pisah

Ekstraksi lagi dengan n-heksan 30 mL sampai jernih (ulangi 3X)

Ekstrak n-heksan yang diperoleh dari beberapa penyarian


disatukan lalu diuapkan sampai mendapatkan ekstrak kental

Masukkan kedalam Eksikator

SYALFA KHAIRUNNISA MUHAMMAD DAIM


15020150249
PARTISI EKSTRAK

b. Dengan menggunakan pelarut n-butanol

Fraksi/ Fase air

Dimasukkan kedalam corong pisah

Diekstraksi dengan n-butanol (jenuh air)sebanyak 3 kali masing-


masing 30 mL

Lapisan n-butanol diuapkan hingga diperoleh fraksi cair n-butanol

Uapkan

Disimpan dalam
eksikator

SYALFA KHAIRUNNISA MUHAMMAD DAIM


15020150249
PARTISI EKSTRAK

c. Ekstraksi padat-cair

Ekstrak metanol kering diambil 50 gram untuk diekstraksi dengan


pelarut dietil eter

Dimasukkan kedalam Erlenmeyer 250 mL

Batang pengaduk mangetik dimasukkan ke dalam Erlenmeyer


kemudian diletakkan diatas plat stirrer

Stirrer disambungkan dengan aliran listrik ,distel dengan kecepatan


yang sesuai

Dibiarkan sampai pelarut jenuh

Suspensi dikeluarkan dan dipisahkan antara padatan dan cairan

Bagian yang tidak larut dimasukkan ke dalam erlenmeyer

Ditambahkan 25 mL dieter

Dilakukan seperti perlakuan pertama

SYALFA KHAIRUNNISA MUHAMMAD DAIM


15020150249

Anda mungkin juga menyukai