Anda di halaman 1dari 13

LABORATORIUM FITOKIMIA

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

IDENTIFIKASI METABOLIT SEKUNDER PADA BUNGA ASOKA (IXORA PALUDOSA)


SECARA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

Oleh :

RIYAS FAJAR AFDAL A. ACHMAD (19.201.005)


NURUL FATIMAH (19.201.011)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat,
hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif terdapat di dalam sel, namun sel
tanaman dan hewan berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi
dengan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya. (Dirjen POM, 1986)
Cara ekstraksi yang umum dilakukan yaitu ekstraksi dengan menggunakan pelarut, baik
dengan cara dingin maupun panas, yaitu:
1. Cara dingin, contohya : meserasi, perkolasi
2. Cara panas, contohnya : refluks, sokhlets, digesti, infus dan dekok
Jenis pelarut berkaitan dengan polaritas dari pelarut tersebut. Hal yang perlu diperhatikan
dalam proses ekstraksi adalah senyawa yang memiliki kepolaran yang sama akan lebih mudah
tertarik/ terlarut dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang sama. Berkaitan dengan
polaritas dari pelarut, terdapat tiga golongan pelarut yaitu (Rohman, 2007):
1. Pelarut polar
Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak senyawa-senyawa
yang polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung universal digunakan karena biasanya
walaupun polar, tetap dapat menyari senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran lebih
rendah. Salah satu contoh pelarut polar adalah: air, metanol, etanol, asam asetat.

2. Pelarut semipolar
Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan
dengan pelarut polar. Pelarut ini baik untuk mendapatkan senyawa-senyawa semipolar dari
tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah: aseton, etil asetat, kloroform.

3. Pelarut nonpolar
Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik untuk mengekstrak
senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut polar. Senyawa ini baik untuk
mengekstrak berbagai jenis minyak. Contoh: heksana dan eter.

 Pengertian Perkolasi

Perkolasi adalah metoda ekstraksi cara dingin yang menggunakan pelarut mengalir
yang selalu baru. Perkolasi banyak digunakan untuk ekstraksi metabolit sekunder dari bahan
alam, terutama untuk senyawa yang tidak tahan panas (termolabil). Ekstraksi dilakukan
dalam bejana yang dilengkapi kran untuk mengeluarkan pelarut pada bagian bawah.
Perbedaan utama dengan maserasi terdapat pada pola penggunaan pelarut, dimana pada
maserasi pelarut hanya di pakai untuk merendam bahan dalam waktu yang cukup lama,
sedangkan pada perkolasi pelarut dibuat mengalir.
Penambahan pelarut dilakukan secara terus menerus, sehingga proses ekstraksi selalu
dilakukan dengan pelarut yang baru. Dengan demikian diperlukan pola penambahan pelarut
secara terus menerus, hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan pola penetesan pelarut
dari bejana terpisah disesuaikan dengan jumlah pelarut yang keluar, atau dengan
penambahan pelarut dalam jumlah besar secara berkala. Yang perlu diperhatikan jangan
sampai bahan kehabisan pelarut. Proses ekstraksi dilakukan sampai seluruh metabolit
sekunder habis tersari, pengamatan sederhana untuk mengindikasikannya dengan warna
pelarut, dimana bila pelarut sudah tidak lagi berwarna biasanya metabolit sudah tersari.
Perkolasi dilakukan dalam wadah berbenruk silindris atau kerucut (perkulator) yang
memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan pengekstaksi yang dialirkan secara
kontinyu dari atas, akan mengalir turun secara lambat melintasi simplisia yang umumnya
berupa serbuk kasar. Melalui penyegaran bahan pelarut secara kontinyu, akan terjadi proses
maserasi bertahap banyak. Jika pada maserasi sederhana tidak terjadi ekstraksi sempurna
dari simplisia oleh karena akan terjadi keseimbangan kosentrasi antara larutan dalam
seldengan cairan disekelilingnya, maka pada perkolasi melalui simplisia bahan pelarut segar
perbedaan kosentrasi tadi selalu dipertahnkan. Dengan demikian ekstraksi total secara
teoritis dimungkinkan (praktis jumlah bahan yang dapat diekstraksi mencapai 95%)
(Voight,1995).

 Jenis-jenis Perkolator
Jenis-jenis dari percolator yaitu:
1. Perkolator bentuk corong
2. Percolator bentuk tabung
3. Percolator bentuk paruh

Dasar pemilihan perkolator tergantung pada jenis serbuk simplisia yang akan disari.
Jumlah bahan yang disari tidak boleh lebih dari 2/3 tinggi perkolator.

 Hal – hal yang Perlu Diperhatikan Pada Metode Perkolasi


1. Pembuatan ekstrak cair dengan penyari etanol dilakukan tanpa pemanasan.
2. Untuk ekstrak cair dengan penyari etanol, hasil akhir sebaiknya dibiarkan ditempat sejuk
selama 1 bulan, kemudian disaring sambil mencegah penguapan.
3. Untuk ekstrak cair dengan penyari air, segera dihangatkan pada suhu 90 oC, dienapkan
dan diserkai kemudian diuapkan pada tekanan rendah tidak lebih dari 50oC hingga
diperoleh konsentrasi yang dikehendaki.
4. Bagian leher percolator diberikan kapas atau gabus bertoreh. Kapas atau gabus bertoreh
diusahakan tidak basah oleh air kecuali bila penyari mengandung air. Untuk penggunaan
gabus, sebaiknya dilapisi dengan kertas saring yang bagian tepinya digunting supaya
dapat menempel pada dinding percolator.
5. Pemindahan massa ke percolator dilakukan sedikit demi sedikit sambil ditekan.
6. Penekanan bertujuan untuk mengatur kecepatan aliran penyari. Bila zat tidak tersari
sempurna, penekanan dilakukan dengan agak kuat. Selain itu, bila perkolat tidak
menetes, massa terlalu padat atau serbuk simplisia terlalu halus, maka percolator harus
dibongkar. Lalu dimasukkan kembali dengan penekanan agak longgar bila perlu
dicampur dengan sejumlah kerikil yang bersih.
7. Cairan penyari yang dituangkan harus selalu dijaga agar selapis cairan penyari selalu ada
dipermukaan massa, diusahakan agar kecepatan cairan penyari sama dengan kecepatan
sari menetes.
8. Penambahan cairan penyari dilakukan setelah massa didiamkan selama 24 jam.
9. Kecepatan aliran percolator diatur 1 mL/menit.

 Prinsip Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3
jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi
sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan
penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh.
Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas
dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh
dikumpulkan, lalu dipekatkan.

 Cara-cara perkolasi:
1. Perkolasi biasa
2. Perkolasi bertingkat, reperkolasi, fractional percolation
3. Perkolasi dengan tekanan, pressure percolation
4. Perkolasi persambungan, continous extraction.( memakai alat soxhlet)

 Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena:


1. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan
larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan
konsentrasi.
2. Ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan
penyari.karena kecilnya saluran kapiler tersebut,maka kecepatan pelarut cukup untuk
mengurangi lapisan batas,sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.

 Keuntungan perkolasi :
Tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari
ekstrak.

 Kerugian perkolasi :
Kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan
metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak
melarutkan komponen secara efisien

Adapun tujuan dari percobaan yaitu pada akhir praktikum diharapkan mahasiswa paham
dan terampil melakukan ekstraksi secara perkolasi dan diharapkan mahasiswa dapat
memodifikasi sendiri alat perkolasi.

Adapun prinsip kerja dari percobaan ini yaitu serbuk simplisia ditempatkan dalam
perkolator kemudian cairan penyari dialirkan dari atas serbuk simplisia secara terus menerus dan
cairan yang keluar pada bagian bawah perkolator ditampung sebagai perkolat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi tanaman
Adapun klasifikasi dari tanaman Ixora paludosa sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Fabales
Family : Rubiaceae.
Genus : Ixora
Spesies : Ixora paludosa
(Anonim, 2011).

2. Morfologi tanaman
Ixora paludosa (bunga asoka) merupakan tumbuhan berbunga banyak (planta
multiflora), bunga asoka dapat digolongkan kedalam bunga majemuk tak terbatas
(inflorescentia racemosa) dan mempunyai susunan acropetal. Bunga asoka merupakan
bunga payung (umhella) namun dapat juga digolongkan hunga malai rata (corymbus
ramosus), sedangkan letak bunga asoka yaitu bunga pada ujung batang (flos terminalis).
Bunga asoka memiliki bagian-bagian bunga yang terdiri dari ibu tangkai bunga
(pedunculus), tangkai bunga (pedicellus), dasar bunga (receptaculum), memiliki
mahkota bunga (corolla), serta memiliki alat kelamin jantan (androecium) dan alat
kelamin betina (gynaecium) (Anonim, 2011).

3. Nama daerah tanaman


Sumatra : Kembang Santen Merah (Melayu)
Jawa : Soka Beureum (Sunda) Soka (Jawa)
Malauku : Saya Mami (Ternate)

4. Kandungan kimia tanaman


kandungan kimia dari soka ini adalah saponim dan flavonoida. Kulit batang dan
daun Ixora coccinea mengandung saponin, flavonoida dan tanin. bunga soka
mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan triterpenoid.

5. Manfaat tanaman
Selain sebagai tanaman hias nan indah, namun juga dapat dimanfaatkan sebagai
salah satu jenis tanaman obat nan dapat menyembuhkan beberapa penyakit, antara lain
menstruasi tak teratur atau menohargia (haid berlebihan) nan salah satunya disebabkan
oleh stres, keputihan, disentri, dan wasir.
Menohargia atau haid hiperbola ialah jenis penyakit nan disebabkan sebab
keluarnya darah haid nan hiperbola nan melebihi batas normal nan dipengaruhi kadar
endotelin lebih kecil dibandingkan normal. Selain itu, penyebab menohargia juga
dipengaruhi oleh tekanan nan terjadi seperti stres. Nah tapi tenang saja, bagi Anda nan
menderita menohargia atau haid berlebihan, dapat terapi dengan obat tradisional nan
berasal dari kembang soka. Bunga soka ini berfungsi sebagai astringent nan bekerja
sebagai pereda stres dan menenangkan bagi otot-otot rahim sehingga dapat merelaksasi
dan, menormalkan kembali siklus haid pada wanita tersebut. Sebuah penelitian
menunjukan bahwa kulit kayu kering dari tanaman asoka yang sudah dihaluskan
mengandung cukup banyak tanin dan zat organic yang mengandung besi.
Selain itu bunga asoka juga memiliki beberapa khasiat untuk kesehatan, seperti
berikut:

1. Bunga asoka yang sudah ditumbuk halus dan dicampur dengan air memiliki khasiat
untuk mengobati disentri hemoragik.
2. Bunga asoka berkhasiat untuk mengatasi haid yang tidak teratur. dengan meminum
air rebusan dari bunga asoka yang dicampur dengan bunga mawar dan daging lidah
buaya.
3. Bunga asoka berkhasiat untuk mengobati kram betis, dengan meminum air rebusan
dari bunga asoka yang dicampur dengan bunga mawardan daun sembung segar.
4. Bunga asoka dapat mengobati luka memar, dengan meminum air rebusan dari
bunga asoka yang ditambah bunga mawar kering dan umbi daun dewa.

B. Uraian Ekstrak Bahan Alam


Ixora spmerupakan tanaman yang tumbuh subur pada daerah daerah tropis dan
subtropis. Tumbuh pada daerah daratan sedang dan daratan tinggi yang berkisar 800-1800 m
di atas permukaan laut, curah hujan berkisar antara 1200-2600 mm3/tahun dan rata-rata suhu
mencapai 22-27oC. Dengan keadaan tanah tidak tergenangi oleh air serta kelembaban tanah
sekitar 40% dengan PH 4.7-7,8 (Bohm.dkk. 1995).
Tanaman asoka dapat tumbuh dengan baik ditempat-tempat yang terbuka atau sedikit
terlindungi dari sinar matahari, baik di daratan rendah. maupun daratan tinggi, yakni pada 1-
1000 m diatas permukaan laut. Untuk mendapat tanaman yang pertumbuhannya sehat dan
bagus, media tanam atau lahan yang akan ditanami harus subur, gembur dan drainase diatur
dengan baik. Penyiraman dan pemupukan perlu dilakukan secara teratur sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan tanaman pada setiap fase pertumbuhannya (Sutarni. 1995).
Penyiraman seharusnya dilakukan setiap hari kecuali pada musim penghujan.
Penyiraman dapat dilakuakan pagi hari pada saat cuaca sedang cerah tetapi bila perlu dapat
dilakukan pada sore hari. Pada saat tanaman sedang aktif dalam pertumbuhan perlu dipupuk
dengan pupuk NPK yang kandungan nitrogennya tinggi. Sedangkan pada saat tanaman suda
waktunya. berbunga, untuk merangsang pembungaan perlu dipupuk denghan pupuk yang
kandungan fosfomya tinggi. Pemupukan dapat dlakukan dengan pupuk kandang atau
kompos atau pupuk buatan (Loveless.A.R.1989).
Dengan perawatan, penyiraman dan pemupukan secara teratur sesuai dengan kondisi
dan kebutuhan tanaman pada setiap fase pertumbuhannya. secara fisiologis tanaman akan
tumbuh dengan baik, sehat,tidak mudah terserang penyakit dan akan selalu berbunga
(Sutarni, 1995).
BAB III
ALAT DAN BAHAN

A. Alat dan Bahan


1. Alat yang digunakan
 Batang pengaduk
 Botol selai
 Buku Gembar
 Chamber
 Corong
 Corong Pisah
 Elemen pemanas
 Erlemeyer
 Gelas beaker
 Gelas ukur
 Gunting
 Jerigen
 Kondensor
 Lampu UV
 Objek glass
 Penggaris
 Perkolator
 Pipa Kapiler
 Pipet Tetes
 Selang infus
 Statip
 Toples
 Tutup chamber
 Vial

2. Bahan yang digunakan


 Aquadest
 Etanol
 Eter
 Etil asetat
 Heksan
 Kain kasa
 Kapas
 Kertas saring
 Kloroform
 Label
 Lem lilin
 Metanol
 N-Butanol
 Selotip
 Silika gel
 Simplisia bunga asoka
 Tisu

B. Prosedur Kerja
1. Pembuatan simplisia
 Disiapkan alat dan bahan
 Disiapkan bunga asoka
 Dilakukan sortasi basah
 Dicuci bunga asoka
 Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan sampai kering
 Di blender kasar
2. Pembuatan ekstrak
 Disiapkan alat dan bahan
 Dicuci alat perkolator sampai bersih kemudian di keringkan
 Ditimbang simplisia bunga asoka sebanyak 250 gram
 Dimasukkan kedalam perkolator
 Dimasukkan etanol kedalm alat perkolator yang telah dimasukkan simplisia
 Disiapakan etanol sebagai cadangan cairan penyari di dalam wadah
 Dialiri cairan penyari sampai cairan penyari tidak pekat lagi (bening/tidak
berwarna)
 Diuapkan cairan penyari dengan menggunakan metode destilasi uap air sampai
dihasilkan ekstrak kental
3. Ekstraksi cair-cair
 Disiapkan alat dan bahan
 Dilarutkan ekstrak kental kedalam 25 ml aquadest kemudian ditambahkan eter
sebanyak 25 ml diaduk hingga homogen
 Dimasukkan kedalam corpis
 Didiamkan hingga eter dan aquadest terpisah, eter dibagian atas dan air dibagian
bawah
 Dipisahkan eter dengan aquadest, kemudian eter di masukkan kedalam botel selai
dan di uapkan dengan cara diangin-anginkan hingga kering
 Di masukkan aquadest kedalm gelas kimia dan ditambahkan n-butanol sebanyak 25
ml diaduk hingga homogen
 Dimasu kkan kedalam corpis dan didiamkan hingga terjadi pemisahan
 Diulang kembali hingga aquadest bening
 Dimasukkan hasil pemisahan n-butanol kedalam botol selai dan diauapkan dengan
cara dipanaskan hingga kering
4. Pembuatan lempeng
 Disiapkan alat dan bahan
 Dibersihkan objek glass menggunakan alkohol
 Dilarutkan silica gel menggukan aquadest
 Diaplikasikan larutan silica gel ke atas objek glass dan diratakan
 Diulangi hingga objek glass habis
 Di oven selama 30 menit/sampai kering.
5. Pembuatan eluen
 Disiapkan alat dan bahan
 Dibuat eluen Heksan:Etil asetat dengan perbandingan 6:4, 7:3, dan 8:2
 Dibuat eluen Kloroform:Metanol:air dengan perbandingan 10:6:1, 15:6:1, dan
20:6:1.
6. Kromatografi lapis tipis
 Disiapkan alat dan bahan
 Dilarutkan ekstrak eter dan n-butanol dengan alkohol masing-masing sebanyak 5
ml
 Dimasukkan hasil ekstrak yang telah dilarutkan kedalam vial
 Diambil semua eluen
 Dimasukkan kedalam caamber dan dijenuhkan menggunakan kertas saring
 Diambil lempeng dan digaris batas atas sebesar 0,5 cm dan batas bawah sebesar 1,5
cm.
 Ditotol sampel eter dan n-butabol ke atas lempeng menggunakan pipa kapiler
masing-masing 3 lempeng.
 Ditunggu hingga hasil totolan kering
 Dimasukkan lempeng yang ditotoli eter kedalm eluen heksan:etil asetat, dan
lempeng yang ditotoli n-butanol kedalam eluen kloroform:metanol:air, kesetiap
perbandingan masing-masing 1 lempeng
 Ditunggu hingga fase gerak sampai ke batas atas lempeng
 Diangkat dan ditunggu hingga kering
 Diamati warna noda dibawah lampu UV
 Diukur jarak noda.
 Dihitung nilai Rfnya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASA

A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Pengamatan n-butanol
Eluen
No. Rf Warna Senyawa
Kloroform:Metanol:Air
0,96 Biru
1. 10:6:1 0,90 Jingga
0,36 Hijau
0,87 Biru
2. 15:6:1 0,72 Jingga
0,38 Hijau
0,81 Biru
3. 20:6:1 0,63 Jingga
0,40 Hijau

Tabel 2. Pengamatan eter


Eluen
No. Rf Warna Senyawa
Heksan:Etil Asetat
0,90 Jingga
0,72 Pink
1. 6:4
0,27 Biru
0,12 Coklat
0,81 Jingga
2. 7:3 0,45 Pink
0,18 Biru
0,27 Pink
3. 8:2
0,09 Biru

B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami menggunakan metode ekstraksi dengan perkolasi.
Penyarian dengan metode perkolasi adalah pemyarian dengan dengan cara mengalirkan
cairan penyari memalui simplisia yang telah terlebih dahulu dibasahi. Simplisia ditempatkan
disuatu bejana silinder yang dibawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari
atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari ini akan melarutkan sel-sel yang
dilaluinya hingga mencapai keadaan jenuh. Praktikum dilakukan dengan cara menimbang
simplisia simplisia sebanyak 250 gram. Pada praktikum kali ini digunakan penyari etanol
96% sebanyak 1500 ml. Selanjutnya praktikan membasahi simplisia dengan larutan penyari,
pada praktikum ini digunakan 500 mL penyari untuk membasahi serbuk simplisia. Simplisia
yang telah dibasahi kemudian dimasukkan ke dalam bejana tertutup dan didiamkan sekurang
kurangnya selama 3 jam dan diberi larutan penyari etanol 96% sebanyak 350 ml.
Pembasahan dan pendiaman ini bertujuan agar sel-sel simplisia mengembang sempurna
sehingga cairan penyari akan mudah menembus sel. Setelah 3 jam massa dipindahkan
sedikit demi sedikit ke dalam percolator tabung yang sebelumnya telah dilapisi kertas saring
yang telah dibasahi oleh etanol. Ini berujuan untuk menjaga kecepatan aliran cairan penyari,
jika kertas saring dibasahi dengan air maka air yang bersifat polar akan mempercepat aliran
cairan. Simplisia dimasukkan sedikit demi sedikit sambil sesekali ditekan hati-hati, ini juga
bertujuan untuk mengatur aliran dari cairan penyari. Setelah simplisia dimasukkan
semuanya kemudian dimasukkan cairan penyari kedalam percolator melalui dinding
percolator agar cairan penyari rata. mengenai serbuk simplisia dan supaya tidak terbentuk
lubang ditengah-tengah serbuk simplisia. Kemudian celah yang ada pada percolator diolesi
dengan vaseline ini bertujuan agar cairan penyari tidak keluar atau merembes dari celah
tersebut dan untuk menghindari kebocoran pada kran. Setelah semuanya dimasukkan
percolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam. Kemudian cairan dibiarkan menetes dengan

Anda mungkin juga menyukai