FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
Oleh :
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat,
hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif terdapat di dalam sel, namun sel
tanaman dan hewan berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi
dengan pelarut tertentu dalam mengekstraksinya. (Dirjen POM, 1986)
Cara ekstraksi yang umum dilakukan yaitu ekstraksi dengan menggunakan pelarut, baik
dengan cara dingin maupun panas, yaitu:
1. Cara dingin, contohya : meserasi, perkolasi
2. Cara panas, contohnya : refluks, sokhlets, digesti, infus dan dekok
Jenis pelarut berkaitan dengan polaritas dari pelarut tersebut. Hal yang perlu diperhatikan
dalam proses ekstraksi adalah senyawa yang memiliki kepolaran yang sama akan lebih mudah
tertarik/ terlarut dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang sama. Berkaitan dengan
polaritas dari pelarut, terdapat tiga golongan pelarut yaitu (Rohman, 2007):
1. Pelarut polar
Memiliki tingkat kepolaran yang tinggi, cocok untuk mengekstrak senyawa-senyawa
yang polar dari tanaman. Pelarut polar cenderung universal digunakan karena biasanya
walaupun polar, tetap dapat menyari senyawa-senyawa dengan tingkat kepolaran lebih
rendah. Salah satu contoh pelarut polar adalah: air, metanol, etanol, asam asetat.
2. Pelarut semipolar
Pelarut semipolar memiliki tingkat kepolaran yang lebih rendah dibandingkan
dengan pelarut polar. Pelarut ini baik untuk mendapatkan senyawa-senyawa semipolar dari
tumbuhan. Contoh pelarut ini adalah: aseton, etil asetat, kloroform.
3. Pelarut nonpolar
Pelarut nonpolar, hampir sama sekali tidak polar. Pelarut ini baik untuk mengekstrak
senyawa-senyawa yang sama sekali tidak larut dalam pelarut polar. Senyawa ini baik untuk
mengekstrak berbagai jenis minyak. Contoh: heksana dan eter.
Pengertian Perkolasi
Perkolasi adalah metoda ekstraksi cara dingin yang menggunakan pelarut mengalir
yang selalu baru. Perkolasi banyak digunakan untuk ekstraksi metabolit sekunder dari bahan
alam, terutama untuk senyawa yang tidak tahan panas (termolabil). Ekstraksi dilakukan
dalam bejana yang dilengkapi kran untuk mengeluarkan pelarut pada bagian bawah.
Perbedaan utama dengan maserasi terdapat pada pola penggunaan pelarut, dimana pada
maserasi pelarut hanya di pakai untuk merendam bahan dalam waktu yang cukup lama,
sedangkan pada perkolasi pelarut dibuat mengalir.
Penambahan pelarut dilakukan secara terus menerus, sehingga proses ekstraksi selalu
dilakukan dengan pelarut yang baru. Dengan demikian diperlukan pola penambahan pelarut
secara terus menerus, hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan pola penetesan pelarut
dari bejana terpisah disesuaikan dengan jumlah pelarut yang keluar, atau dengan
penambahan pelarut dalam jumlah besar secara berkala. Yang perlu diperhatikan jangan
sampai bahan kehabisan pelarut. Proses ekstraksi dilakukan sampai seluruh metabolit
sekunder habis tersari, pengamatan sederhana untuk mengindikasikannya dengan warna
pelarut, dimana bila pelarut sudah tidak lagi berwarna biasanya metabolit sudah tersari.
Perkolasi dilakukan dalam wadah berbenruk silindris atau kerucut (perkulator) yang
memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan pengekstaksi yang dialirkan secara
kontinyu dari atas, akan mengalir turun secara lambat melintasi simplisia yang umumnya
berupa serbuk kasar. Melalui penyegaran bahan pelarut secara kontinyu, akan terjadi proses
maserasi bertahap banyak. Jika pada maserasi sederhana tidak terjadi ekstraksi sempurna
dari simplisia oleh karena akan terjadi keseimbangan kosentrasi antara larutan dalam
seldengan cairan disekelilingnya, maka pada perkolasi melalui simplisia bahan pelarut segar
perbedaan kosentrasi tadi selalu dipertahnkan. Dengan demikian ekstraksi total secara
teoritis dimungkinkan (praktis jumlah bahan yang dapat diekstraksi mencapai 95%)
(Voight,1995).
Jenis-jenis Perkolator
Jenis-jenis dari percolator yaitu:
1. Perkolator bentuk corong
2. Percolator bentuk tabung
3. Percolator bentuk paruh
Dasar pemilihan perkolator tergantung pada jenis serbuk simplisia yang akan disari.
Jumlah bahan yang disari tidak boleh lebih dari 2/3 tinggi perkolator.
Prinsip Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia dimaserasi selama 3
jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana silinder yang bagian bawahnya diberi
sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan
penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan jenuh.
Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas
dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh
dikumpulkan, lalu dipekatkan.
Cara-cara perkolasi:
1. Perkolasi biasa
2. Perkolasi bertingkat, reperkolasi, fractional percolation
3. Perkolasi dengan tekanan, pressure percolation
4. Perkolasi persambungan, continous extraction.( memakai alat soxhlet)
Keuntungan perkolasi :
Tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari
ekstrak.
Kerugian perkolasi :
Kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan
metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses perkolasi sehingga tidak
melarutkan komponen secara efisien
Adapun tujuan dari percobaan yaitu pada akhir praktikum diharapkan mahasiswa paham
dan terampil melakukan ekstraksi secara perkolasi dan diharapkan mahasiswa dapat
memodifikasi sendiri alat perkolasi.
Adapun prinsip kerja dari percobaan ini yaitu serbuk simplisia ditempatkan dalam
perkolator kemudian cairan penyari dialirkan dari atas serbuk simplisia secara terus menerus dan
cairan yang keluar pada bagian bawah perkolator ditampung sebagai perkolat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi tanaman
Adapun klasifikasi dari tanaman Ixora paludosa sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Fabales
Family : Rubiaceae.
Genus : Ixora
Spesies : Ixora paludosa
(Anonim, 2011).
2. Morfologi tanaman
Ixora paludosa (bunga asoka) merupakan tumbuhan berbunga banyak (planta
multiflora), bunga asoka dapat digolongkan kedalam bunga majemuk tak terbatas
(inflorescentia racemosa) dan mempunyai susunan acropetal. Bunga asoka merupakan
bunga payung (umhella) namun dapat juga digolongkan hunga malai rata (corymbus
ramosus), sedangkan letak bunga asoka yaitu bunga pada ujung batang (flos terminalis).
Bunga asoka memiliki bagian-bagian bunga yang terdiri dari ibu tangkai bunga
(pedunculus), tangkai bunga (pedicellus), dasar bunga (receptaculum), memiliki
mahkota bunga (corolla), serta memiliki alat kelamin jantan (androecium) dan alat
kelamin betina (gynaecium) (Anonim, 2011).
5. Manfaat tanaman
Selain sebagai tanaman hias nan indah, namun juga dapat dimanfaatkan sebagai
salah satu jenis tanaman obat nan dapat menyembuhkan beberapa penyakit, antara lain
menstruasi tak teratur atau menohargia (haid berlebihan) nan salah satunya disebabkan
oleh stres, keputihan, disentri, dan wasir.
Menohargia atau haid hiperbola ialah jenis penyakit nan disebabkan sebab
keluarnya darah haid nan hiperbola nan melebihi batas normal nan dipengaruhi kadar
endotelin lebih kecil dibandingkan normal. Selain itu, penyebab menohargia juga
dipengaruhi oleh tekanan nan terjadi seperti stres. Nah tapi tenang saja, bagi Anda nan
menderita menohargia atau haid berlebihan, dapat terapi dengan obat tradisional nan
berasal dari kembang soka. Bunga soka ini berfungsi sebagai astringent nan bekerja
sebagai pereda stres dan menenangkan bagi otot-otot rahim sehingga dapat merelaksasi
dan, menormalkan kembali siklus haid pada wanita tersebut. Sebuah penelitian
menunjukan bahwa kulit kayu kering dari tanaman asoka yang sudah dihaluskan
mengandung cukup banyak tanin dan zat organic yang mengandung besi.
Selain itu bunga asoka juga memiliki beberapa khasiat untuk kesehatan, seperti
berikut:
1. Bunga asoka yang sudah ditumbuk halus dan dicampur dengan air memiliki khasiat
untuk mengobati disentri hemoragik.
2. Bunga asoka berkhasiat untuk mengatasi haid yang tidak teratur. dengan meminum
air rebusan dari bunga asoka yang dicampur dengan bunga mawar dan daging lidah
buaya.
3. Bunga asoka berkhasiat untuk mengobati kram betis, dengan meminum air rebusan
dari bunga asoka yang dicampur dengan bunga mawardan daun sembung segar.
4. Bunga asoka dapat mengobati luka memar, dengan meminum air rebusan dari
bunga asoka yang ditambah bunga mawar kering dan umbi daun dewa.
B. Prosedur Kerja
1. Pembuatan simplisia
Disiapkan alat dan bahan
Disiapkan bunga asoka
Dilakukan sortasi basah
Dicuci bunga asoka
Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan sampai kering
Di blender kasar
2. Pembuatan ekstrak
Disiapkan alat dan bahan
Dicuci alat perkolator sampai bersih kemudian di keringkan
Ditimbang simplisia bunga asoka sebanyak 250 gram
Dimasukkan kedalam perkolator
Dimasukkan etanol kedalm alat perkolator yang telah dimasukkan simplisia
Disiapakan etanol sebagai cadangan cairan penyari di dalam wadah
Dialiri cairan penyari sampai cairan penyari tidak pekat lagi (bening/tidak
berwarna)
Diuapkan cairan penyari dengan menggunakan metode destilasi uap air sampai
dihasilkan ekstrak kental
3. Ekstraksi cair-cair
Disiapkan alat dan bahan
Dilarutkan ekstrak kental kedalam 25 ml aquadest kemudian ditambahkan eter
sebanyak 25 ml diaduk hingga homogen
Dimasukkan kedalam corpis
Didiamkan hingga eter dan aquadest terpisah, eter dibagian atas dan air dibagian
bawah
Dipisahkan eter dengan aquadest, kemudian eter di masukkan kedalam botel selai
dan di uapkan dengan cara diangin-anginkan hingga kering
Di masukkan aquadest kedalm gelas kimia dan ditambahkan n-butanol sebanyak 25
ml diaduk hingga homogen
Dimasu kkan kedalam corpis dan didiamkan hingga terjadi pemisahan
Diulang kembali hingga aquadest bening
Dimasukkan hasil pemisahan n-butanol kedalam botol selai dan diauapkan dengan
cara dipanaskan hingga kering
4. Pembuatan lempeng
Disiapkan alat dan bahan
Dibersihkan objek glass menggunakan alkohol
Dilarutkan silica gel menggukan aquadest
Diaplikasikan larutan silica gel ke atas objek glass dan diratakan
Diulangi hingga objek glass habis
Di oven selama 30 menit/sampai kering.
5. Pembuatan eluen
Disiapkan alat dan bahan
Dibuat eluen Heksan:Etil asetat dengan perbandingan 6:4, 7:3, dan 8:2
Dibuat eluen Kloroform:Metanol:air dengan perbandingan 10:6:1, 15:6:1, dan
20:6:1.
6. Kromatografi lapis tipis
Disiapkan alat dan bahan
Dilarutkan ekstrak eter dan n-butanol dengan alkohol masing-masing sebanyak 5
ml
Dimasukkan hasil ekstrak yang telah dilarutkan kedalam vial
Diambil semua eluen
Dimasukkan kedalam caamber dan dijenuhkan menggunakan kertas saring
Diambil lempeng dan digaris batas atas sebesar 0,5 cm dan batas bawah sebesar 1,5
cm.
Ditotol sampel eter dan n-butabol ke atas lempeng menggunakan pipa kapiler
masing-masing 3 lempeng.
Ditunggu hingga hasil totolan kering
Dimasukkan lempeng yang ditotoli eter kedalm eluen heksan:etil asetat, dan
lempeng yang ditotoli n-butanol kedalam eluen kloroform:metanol:air, kesetiap
perbandingan masing-masing 1 lempeng
Ditunggu hingga fase gerak sampai ke batas atas lempeng
Diangkat dan ditunggu hingga kering
Diamati warna noda dibawah lampu UV
Diukur jarak noda.
Dihitung nilai Rfnya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASA
A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Pengamatan n-butanol
Eluen
No. Rf Warna Senyawa
Kloroform:Metanol:Air
0,96 Biru
1. 10:6:1 0,90 Jingga
0,36 Hijau
0,87 Biru
2. 15:6:1 0,72 Jingga
0,38 Hijau
0,81 Biru
3. 20:6:1 0,63 Jingga
0,40 Hijau
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami menggunakan metode ekstraksi dengan perkolasi.
Penyarian dengan metode perkolasi adalah pemyarian dengan dengan cara mengalirkan
cairan penyari memalui simplisia yang telah terlebih dahulu dibasahi. Simplisia ditempatkan
disuatu bejana silinder yang dibawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari
atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari ini akan melarutkan sel-sel yang
dilaluinya hingga mencapai keadaan jenuh. Praktikum dilakukan dengan cara menimbang
simplisia simplisia sebanyak 250 gram. Pada praktikum kali ini digunakan penyari etanol
96% sebanyak 1500 ml. Selanjutnya praktikan membasahi simplisia dengan larutan penyari,
pada praktikum ini digunakan 500 mL penyari untuk membasahi serbuk simplisia. Simplisia
yang telah dibasahi kemudian dimasukkan ke dalam bejana tertutup dan didiamkan sekurang
kurangnya selama 3 jam dan diberi larutan penyari etanol 96% sebanyak 350 ml.
Pembasahan dan pendiaman ini bertujuan agar sel-sel simplisia mengembang sempurna
sehingga cairan penyari akan mudah menembus sel. Setelah 3 jam massa dipindahkan
sedikit demi sedikit ke dalam percolator tabung yang sebelumnya telah dilapisi kertas saring
yang telah dibasahi oleh etanol. Ini berujuan untuk menjaga kecepatan aliran cairan penyari,
jika kertas saring dibasahi dengan air maka air yang bersifat polar akan mempercepat aliran
cairan. Simplisia dimasukkan sedikit demi sedikit sambil sesekali ditekan hati-hati, ini juga
bertujuan untuk mengatur aliran dari cairan penyari. Setelah simplisia dimasukkan
semuanya kemudian dimasukkan cairan penyari kedalam percolator melalui dinding
percolator agar cairan penyari rata. mengenai serbuk simplisia dan supaya tidak terbentuk
lubang ditengah-tengah serbuk simplisia. Kemudian celah yang ada pada percolator diolesi
dengan vaseline ini bertujuan agar cairan penyari tidak keluar atau merembes dari celah
tersebut dan untuk menghindari kebocoran pada kran. Setelah semuanya dimasukkan
percolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam. Kemudian cairan dibiarkan menetes dengan