Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.A. Kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm)

II.A.1. Deskripsi Tanaman Kecombrang

Kecombrang merupakan tumbuhan yang termasuk dalam keluarga


Zingiberaceae dan tersebar cukup luas di Indonesia. Kecombrang
merupakan semak annual (tahunan) dengan ketinggian 1-3 m. Tanaman
ini banyak ditemukan di daerah pegunungan atau daerah-daerah rindang
dekat air dengan ketinggian 800 m di atas permukaan air laut dengan
batang semu berpelepah berwarna hijau dan tumbuh tegak membentuk
rumpun. Daun tunggal berbentuk lanset dengan pertulangan menyirip.
Mahkota bunga bertajuk dan berwarna merah jambu. Buah berjejalan
dalam bonggol hampir bulat berwarna putih atau merah jambu, berbiji
banyak dan berwarna cokelat kehitaman. Rimpangnya tebal dan berwarna
kuning hingga cokelat dan akar berbentuk serabut. Genus Etlingera
adalah genus yang banyak tersebar dari Thailand, Malaysia, dan
Indonesia (Hidayat SS,et al,1991).

a b

Gambar 1. Kecombrang (Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm) (a). Tanaman


Kecombrang (b). Bunga Kecombrang [Chan EWC,et al,2011]
II.A.2. Klasifikasi Tanaman
Untuk kasifikasi tanaman Kecombrang adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Subdivision : Spermathophyta

Division : Magnoliophyta

Class : Liliopsida

Subclass : Commelinidae

Ordo : Zingiberales

Family : Zingiberaceae

Genus : Etlingera

Species : Etlingera elatior (Jack) R.M.Sm


(DepKes RI, 1986)

III.A.3. Nama Lain


Kecombrang dikenal dengan berbagai nama antara lain ”kencong”
atau ”kincung” di Sumatra Utara, ”kecombrang” di Jawa, ”honje” di Sunda,
”bongkot” di Bali, ”sambuang” di Sumatra Barat dan ”bunga kantan” di
Malaysia. Orang barat menyebut tanaman ini torch ginger atau torch lily
karena bentuk bunganya yang mirip obor serta warnanya yang merah
memukau. Beberapa orang juga menyebutnya dengan nama philippine
waxflower atau porcelain rose mengacu pada keindahan bunganya.
Tanaman ini adalah tanaman asli Indonesia yang dibuktikan dengan studi
etnobotani di Pulau Kalimantan, dimana 70% dari spesies yang ada
mempunyai nama lokal lainnya di pulau tersebut dan lebih dari 60% spesies
yang ada mempunyai paling tidak satu manfaat yang digunakan oleh
penduduk Pulau Kalimantan (DepKes & Kesj Sosial RI,2000).

III.A.5 Kandungan Kimia (Farida S dan Maruzy A,2016)


1. Daun

Daun kecombrang mengandung saponin, flavonoid dan


asam klorogenat. Flavonoid dalam daun diketahui merupakan
kaemferol dan kuersetin ditemukan bahwa ergosterol 5,8-
peroksida, sitostenon, isokuersetrin, kaemferol 3-glukoronida,
katekin dan demetoksikurkumin juga terkandung dalam daun
kecombrang. Kadar fenolik daun sebesar 6,29 mgGAE/g ekstrak,
sedangkan kadar flavonoid dalam daun sebesar 5,45 mgQE/g
ekstrak. Total fenol pada daun paling tinggi disusul rimpang,
bunga dan batang. Minyak atsiri dalam daun kecombrang
memiliki bobot jenis 0,96 kg/m³ dengan indeks bias sebesar
1,471. Bilangan asam minyak atsiri dalam daun kecombrang 1,11
dan bilangan ester sebesar 48,3. Hasil penelitian menunjukkan
adanya kandungan minyak atsiri dalam beberapa bagian tanaman
kecombrang dengan kadar berbeda, yaitu pada daun, bunga,
batang dan rimpang berturut-turut sebesar 0,0735%; 0,0334%;
0,0029% dan 0,0021%.

2. Bunga

Kandungan senyawa dalam bunga kecombrang antara lain,


alkaloid, flavonoid, saponin dan tanin. Flavonoid dalam bunga
kecombrang diidentifikasi sebagai kaemferol dan kuersetin.
Flavonoid dalam bunga kecombrang mengandung senyawa
fenolik dengan gugus karbonil, senyawa flavon dengan gugus 3-
OH dan senyawa flavon dengan orto-dihidroksi dan atau
ortohidroksi karbonil bebas. Bunga kecombrang memiliki
komponen minyak atsiri utama yaitu dekanal, dodekanal, 1-
didekanol, ester dodesil, asam dodekanoat, 1-dodekanol, 3-metil-
1-okso-2-buten1-(2,4, 5-trihidroksi fenil) dan 1-tetradekena.

Diarylheptanoids 1-3 yang diisolasi dari bunga menunjukkan


aktivitas antioksidan yang kuat.
3. Buah

Kadar fenolik total untuk buah sebesar 2,29 mgGAE/g


ekstrak sedangkan kadar flavonoid total untuk buah sebesar 1,78
mgQE/g ekstrak

4. Rimpang

Kandungan senyawa dalam rimpang kecombrang antara


lain, saponin, tanin, sterol dan terpenoid. Kadar fenolik ekstrak
metanol rimpang kecombrang sebanyak 0,144 μg/ml

III.A.6 Khasiat

Khasiat bunga kecombrang adalah sebagai obat


penghilang bau badan, untuk memperbanyak air susu ibu, dan sebagai
pembersih darah. Zat aktif dalam kecombrang, diantaranya saponin,
flavonoid, dan polifenol dapat menghilangkan bau badan. Kecombrang
juga kaya akan vitamin dan mineral (Anggraeni, 2007). Kecombrang
telah terbukti memiliki aktivitas antibakteri dan antikapang. Menurut
(Naufalin,2005) Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bunga
kecombrang dengan etil asetat dan metanol mampu menghambat
pertumbuhan bakteri dan kapang pada makanan terutama bakteri
patogen penyebab penyakit.

II.B. Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu cara menarik satu atau lebih zat dari
bahan asal menggunakan suatu cairan penarik atau pelarut berdasarkan
kepolarannya. Umumnya dikerjakan untuk simplisia yang mengandung
zat-zat berkhasiat atau zat-zat lain untuk keperluan tertentu. Tujuan
utama ekstraksi dalam bidang farmasi adalah untuk mendapatkan atau
memisahkan zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan (Syamsuni,
H.A,2007). Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati dan simplisia hewani
menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua
pelarut diuapkan dan serbuk tersisa diperlukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 2000).

II.B.1. Cara Ekstraksi (Mukhriani,2014)

1. Maserasi

Maserasi merupakan metode sederhana yang


paling banyak digunakan. Cara ini sesuai, baik untuk
skala kecil maupun skala industri. Metode ini dilakukan
dengan memasukkan serbuk tanaman dan pelarut yang
sesuai ke dalam wadah inert yang tertutup rapat pada
suhu kamar. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam
pelarut dengan konsentrasi dalam sel tanaman. Setelah
proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan
penyaringan. Kerugian utama dari metode maserasi ini
adalah memakan banyak waktu, pelarut yang digunakan
cukup banyak, dan besar kemungkinan beberapa
senyawa hilang. Selain itu, beberapa senyawa mungkin
saja sulit diekstraksi pada suhu kamar. Namun di sisi
lain, metode maserasi dapat menghindari rusaknya
senyawa-senyawa yang bersifat termolabil.

2. Perkolasi

Pada metode perkolasi, serbuk sampel dibasahi


secara perlahan dalam sebuah perkolator (wadah
silinder yang dilengkapi dengan kran pada bagian
bawahnya). Pelarut ditambahkan pada bagian atas
serbuk sampel dan dibiarkan menetes perlahan pada
bagian bawah. Kelebihan dari metode ini adalah sampel
senantiasa dialiri oleh pelarut baru dan kerugiannya
adalah jika sampel dalam perkolator tidak homogen
maka pelarut akan sulit menjangkau seluruh area.
Selain itu, metode ini juga membutuhkan banyak
pelarut dan memakan banyak waktu.

3. Ultrasound - Assisted Solvent Extraction


Merupakan metode maserasi yang dimodifikasi
dengan menggunakan bantuan ultrasound (sinyal
dengan frekuensi tinggi, 20 kHz). Wadah yang berisi
serbuk sampel ditempatkan dalam wadah ultrasonik dan
ultrasound. Hal ini dilakukan untuk memberikan
tekanan mekanik pada sel hingga menghasilkan rongga
pada sampel. Kerusakan sel dapat menyebabkan
peningkatan kelarutan senyawa dalam pelarut dan
meningkatkan hasil ekstraksi.

4. Soxhlet

Metode ini dilakukan dengan menempatkan


serbuk sampel dalam sarung selulosa (dapat digunakan
kertas saring) dalam klonsong yang ditempatkan di atas
labu dan di bawah kondensor. Pelarut yang sesuai
dimasukkan ke dalam labu dan suhu penangas diatur di
bawah suhu reflux. Keuntungan dari metode ini adalah
proses ektraksi yang kontinyu, sampel terekstraksi oleh
pelarut murni hasil kondensasi sehingga tidak
membutuhkan banyak pelarut dan tidak memakan
banyak waktu. Kerugiannya adalah senyawa yang
bersifat termolabil dapat terdegradasi karena ekstrak
yang diperoleh terus-menerus berada pada titik didih.
5. Reflux dan Destilasi Uap

Pada metode reflux, sampel dimasukkan bersama


pelarut ke dalam labu yang dihubungkan dengan
kondensor. Pelarut dipanaskan hingga mencapai titik
didih. Uap terkondensasi dan kembali ke dalam labu.
Destilasi uap memiliki proses yang sama dan biasanya
digunakan untuk mengekstraksi minyak esensial
(campuran berbagai senyawa menguap). Selama
pemanasan, uap terkondensasi dan destilat (terpisah
sebagai 2 bagian yang tidak saling bercampur)
ditampung dalam wadah yang terhubung dengan
kondensor. Kerugian dari kedua metode ini adalah
senyawa yang bersifat termolabil dapat terdegradasi.

II.C. Bakteri

Bakteri bersifat prokariot, bersel tunggal (uniseluler). Bentuk sel bakteri


dibedakan menjadi tiga macam yaitu bulat (cocus), batang (bacillus), dan spiral
(spirillum). Panjangnya mencapai 1,5-2,6 m dengan diameter 0,5-1,0 m. Sel
bakteri dapat berbentuk tunggal, berpasangan, gerombol, rantai atau filament
(Jawetz,et al, 1996). Berdasarkan komposisi dinding selnya, bakteri dibedakan
menjadi bakteri Gram positif dan Gram negatif (Hadioetomo, R,et al, 1986).

Bakteri Gram positif memiliki lapisan peptidoglikan, yaitu molekul


yang terdiri dari asam amino dan gula. Lapisan peptidoglikan yang tebal
membuat bakteri Gram positif tahap terhadap sifat osmosis yang dapat
memecahkan sel dibandingkan bakteri Gram positif, tetapi mempunyai
membran luar yang tebal sehingga bersama-sama dengan peptidoglikan akan
membentuk mantel pelindung sel yang kuat (Hadioetomo R, et,al,1986).

Pewarnaan Gram merupakan salah satu cara untuk membedakan bakteri


Gram positif dan Gram negatif. Bakteri Gram positif akan memberikan warna
ungu dan perwarnaan unggu kristal dan bakteri Gram negatif akan memberikan
warna merah dengan pewarna safranin. Bakteri Gram positif lebih sensitif
terhadap komponen sederhana sehingga memudahkan senyawa antibakteri
masuk ke dalam sel. Sedangkan pada bakteri Gram negatif lebih kompleks dan
berlapis tiga yaitu lapisan luar berupa lipoprotein, lapisa tengah berupa
peptidoglikan dan lapisan dalam berupa lipopolisakarida

Anda mungkin juga menyukai