Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

PERCOBAAN 1
EKSTRAKSI MASERASI ETANOL 96%
Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Mata Kuliah Fitokimia
Dosen Pengampu :
Ibu Lilik Sulastri, M. Farm
Rakhmat Ramdani Alwie, M. Farm

Disusun oleh :
Muhamad Rizky Febriansyah (20012051)
Alya Nabila Jayadi (20012052)
KELOMPOK 4
Tanggal Praktikum : 27 November 2021

PROGRAM STUDI S-1 FARMASI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI DAN FARMASI BOGOR

Jl. Kumbang No. 23 RT.02/RW.04 Babakan, Kec. Bogor Tengah, Kota Bogor,
Jawa Barat 16128
Website: www.sttif.ac.id
Tahun 2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Praktikum
- Melakukan penyarian simplisia daun sirih hutan metode maserasi
- Mendapatkan ekstrak murni (pekat) dan mengurangi kadar pada
pelarut saat maserasi
1.2 Dasar Teori
Ekstraksi adalah proses penarikan suatu komponen (zat terlarut)
dari larutannya dalam air oleh suatu pelarut lain yang tidak bercampur
dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Ektraksi pelarut menyangkut
distribusi solut di antara dua fasa cair yang tidak bercampur. Posisi zat-zat
terlarut antara dua cairan yang tidak dapat bercampur menawarkan banyak
kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analisis. Ekstraksi pelarut
dapat merupakan suatu lngkah penting dalam urutan yang menuju
kesesuatu produk murninya dalam laboratorium organik, anorganik, atau
biokimia (Simanjuntak, 2008).
Beberapa metode ekstraksi senyawa organik bahan alam yang
umum digunakan antara lain:
Cara dingin
a. Maserasi
Maserasi merupakan proses perendaman sampel pelarut organik
yang digunakan pada temperatur ruangan. Proses ini sangat
menguntungkan dalam isolasi senyawa bahan alam karena dengan
perendaman sampel tumbuhan akan terjadi pemecahan dinding sel akibat
pebedaan tekanan antara didalam dan diluar sel sehinggah metabolit
sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik
dan ekstrak senyawa akan sempurna karena dapat diatur lama perendaman
yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi akan
memberikan efektifitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan
senyawa bahan alam pelarut tersebut. Secara umum pelarut metanol
merupakan pelarut yang paling banyak digunakan dalam proses isolasi
senyawa organik bahan alam, karena dapat melarutkan seluruh golongan
metabolit sekunder.
Prinsip dari ekstraksi maserasi adalah penyarian zat aktif yang
dilakukan dengan cara merendam serbuk dalam caira penyari yang sesuai
selama sehari atau beberapa pada temperatur kamar terlindungi dari
cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi
sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam
sel dengan di luar sel. Larutan yang konsetrasinya tinggi akan terdesak
keluar dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses
difusi). Peristiwa tersebut berlangsung sampai terjadi keseimbangan
konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses
maserasi dilakukan pengaduk dan penggantian cairan penyari setiap hari.
Endapan yang diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. Keuntungan
dari metode ini ialah peralatannya yang sederhana, sedang kerugiannya
antara lain waktu yang diperlukan untuk mengestrak sampel cukup lama,
cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk
bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks, dan
lilin (Simanjuntak, 2008).
Akan tetapi, ada pula kerugian utama dari metode maserasi ini,
yaitu dapat memakan banyak waktu, pelarut yang digunakan cukup
banyak, dan besar kemungkinan beberapa senyawa dapat hilang. Selain
itu, beberapa senyawa mungkin saja akan sulit diekstraksi pada suhu
kamar. Namun di sisi lain, metode maserasi dapat juga menghindari resiko
rusaknya senyawa-senyawa dalam tanaman yang bersifat termolabil (Tetti,
2014).
b. Perkolasi
Perkolasi merupakan proses melewatkan pelarut organik pada
sampel sehingga pelarut akan membawa senyawa organik bersama-sama
pelarut. Tetapi efektifitas dari proses ini hanya akan lebih besar untuk
senyawa organik yang sangat mudah larut dalam pelarut yang digunakan.
Cara Panas
a. Sokletasi
Menggunakan soklet dengan pemanasan dan pelarut akan dapat
dihemat karena terjadinya sirkulasi pelarut yang selalu membasahi sampel.
Proses ini sangat baik untuk senyawa yang tidak terpengaruh oleh panas.
b. Digesti
Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinu pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar yaitu pada suhu 40-
50°C.
c. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya selama waktu tertentu dan dalam jumlah pelarut terbatas yang
relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
d. Infus
Infus adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada temperatur
penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih,
temperatur terukur 90°C) selama 15 menit.
e. Dekok
Dekok adalah ekstrasi dengan pelarut air pada temperatur 90°C
selama 30 menit (Simanjuntak, 2008).
Uraian tumbuhan sirih meliputi morfologi tumbuhan, sistematika
tumbuhan, kandungan kimia dan efek farmakologi daun sirih hutan.Daun
sirih banyak digemari dan digunakan oleh masyarakat karena rasanya yang
enak. Varietas sirih adalah sirih biasa (sirih melayu), sirih hutan, sirih
udang, sirih hitam, sirih merah, sirih silver dan sirih bulu. Sirih hutan
jarang digunakan oleh masyarakat karena selain daunnya yang keras,
rasanya juga tidak enak. Sirih hutan ini tumbuh di pohon yang terdapat di
hutan tropis. (Anonim, 2008).
Sirih hutan merupakan tanaman terna, tumbuh merambat atau
menjalar. Helaian daun berbentuk bundar telur sampai lonjong,panjang 5
cm sampai 18 cm, lebar 2,5 cm sampai 10,5 cm pada bagian pangkal helai
daun berbentuk jantung (cordatus) atau agak bundar, tulang daun bagian
bawah gundul atau berambut sangat pendek, tebal, berwarna putih. Bunga
berbentuk bulir untai (amentum), berdiri sendiri di ujung cabang atau
berhadapan dengan daun. Bulir jantan, panjang gagang 1,5 cm sampai 3
cm, benang sari sangat pendek. Bulir betina, panjang gagang 2,5 cm
sampai 6 cm. Kepala putik 3 sampai 5. Buah buni, bulat, gundul. Bulir
masak berambut kelabu, rapat, tebal 1 cm sampai 1,5 cm (Ditjen POM,
1995).
Sistematika sirih adalah sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper crocatum Ruiz & Pav (Heyne, 1987)
Daun sirih mengandung senyawa organik yaitu minyak atsiri,
alkaloida, flavonoida, tannin, triterpenoid/steroida, dan saponin (Anonim,
2008).
BAB II
ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat
1. Erlenmeyer
2. Corong gelas
3. Beaker glass
4. Botol untuk menampung hasil saringan
5. Gelas untuk menyimpan hasil ekstrak
6. Kapas
7. Evaporator
2.2 Bahan
1. Simplisia daun sirih hutan
2. Etanol 96%
BAB III
METODE KERJA
1. Timbang simplisia sebanyak 660 gr
2. Masukan simplisia yang sudah di timbang ke dalam erlemeyer ukuran 4 L
3. Untuk perendaman pertama, masukan etanol 96 % sampai simplisia
terendam sebanyak 3000 ml. Tutup dengan alumunium foil
4. Diamkan hingga semalaman
5. Kocok kembali simplisia yang sudah di diamkan selama semalaman
6. Saring cairan hasil maserasi kedalam botol menggunakan corong yang
telah di beri kapas.
7. Perendaman ke dua menggunakan etanol 96% sebanyak 2400 ml
8. Perendaman ke tiga menggunakan etanol 96 % sebanyak 1200 ml
9. Ulangi proses perendaman dan penyaringan selama 3 x 24 jam
10. Hasil cairan yang di hasilkan yang sudah disaring, di rotari hingga
mendapatkan ekstrak kental
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembasahan
Proses maserasi merupakan proses atau metode ekstraksi yang cukup
sederhana tanpa sistem pemanasan atau dikenal dengan ekstraksi dingin. Jadi pada
proses ini sampel dan pelarut tidak mengalami proses pemanasan sehingga adapat
digunakan pada senyawa yang tidak tahan panas. Kekurangan dalam metode ini
adalah waktu yang dibutuhkan cukup lama. Proses maserasi pada daun sirih hutan
dilakukan dengan cara merendam sebanyak 660 gram sampel berbentuk serbuk
dalam pelarut etanol 96% selama 3 hari pada suhu kamar. Sebelumnya daun yang
kering dan sudah dipotong akan dioven selama 3 hari agar memudahkan saat
proses blender untuk menghasilkan serbuk. Pada proses perendaman, sampel
tumbuhan akan mengalami pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan
tekanan antara di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada
dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik. (Lenny, 2006).
Pada proses maserasi ini, etanol 96% akan masuk ke dalam sel melewati
dinding sel dan akan melarutkan senyawa metabolit sekunder yang terdapat di
dalam sel. Selanjutnya, dilakukan evaporasi terhadap larutan dari hasil maserasi
dengan menggunakan rotary evaporator dengan kecepatan 60 rpm (rotation per
minutes) dan suhu 40oC sehingga diperoleh ekstrak kental.
Penguapan pelarut dengan rotary evaporator vacum dihentikan sampai
diperoleh ekstrak yang cukup pekat yang ditandai dengan berhentinya penetesan
pelarut pada labu penampung. Ekstrak yang diperoleh berwarna hijau tua dengan
tekstur pekat. Selanjutnya pelarut yang masih bersisa dalam ekstrak diuapkan
dengan gas N2.
Dari praktikum tersebut juga kami melakukan identifikasi mikroskopik
simplisia sirih hutan dengan cara diambil sedikit simplisia, kemudian di tetesi
kloral hidrat, lalu di cek dibawah mikroskop. Hasil pemeriksaan mikroskopik
serbuk simplisia adalah terdapatnya fragmen-fragmen dengan stomata anomositik,
kelenjar minyak atsiri, rambut penutup tipe multiseluler, sel-sel minyak, kristal
kalsium oksalat bentuk roset dan berkas pembuluh xylem dengan penebalan
dinding bentuk spiral. Gambar hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia
dapat dilihat pada Lampiran.
BAB V
KESIMPULAN
1. Tujuan dari proses ekstraksi adalah untuk meningkatkan konsentrasi zat
aktif, mengawetkan, identifikasi dan mempermudah untuk membentuk
berbagai sediaan farmasi karena dalam bentuk ekstraknya.
2. Metode maserasi merupakan metode ekstraksi dengan prinsip ekstraksi
sampai setimbang antara konsentrasi didalam dan diluar sel.
3. Pelarut yang digunakan dalam metode maserasi harus dapat melarutkan
zat aktif yang akan diekstrak
4. Pemeriksaan mikroskopik serbuk simplisia adalah terdapatnya fragmen-
fragmen dengan stomata anomositik, kelenjar minyak atsiri, rambut
penutup tipe multiseluler, sel-sel minyak, kristal kalsium oksalat bentuk
roset dan berkas pembuluh xylem dengan penebalan dinding bentuk spiral.
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi IV Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
Depkes RI. (1980). Materia Medika Indonesia. Jilid Keempat. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI
Depkes RI. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid Kelima. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI
Heyne K. (1987). Tumbuhan berguna Indonesia. Diterjemahkan oleh : Badan
Litbang Kehutanan. Jakarta.
Simanjuntak, M. R. 2008. Ekstraksi dan Fraksinasi Komponen Ekstrak daun
Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum L.) serta
Pengujian Efek Sediaan Krim terhadap Penyembuhan Luka Bakar.
Medan: Farmasi. Universitas Sumatera Utara.
Tetti, M. (2014). Ekstraksi, Pemisahan Senyawa , dan Identifikasi Senyawa
Aktif. Jurnal Kesehatan, 7 (2)
LAMPIRAN
Mikroskopis

Kristal kalsium Berkas pengangkut dengan


oksalat bentuk roset penebalan tipe spiral

Sklerenkim Epidermis bawah


dengan Stomata

Anda mungkin juga menyukai