KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Azza wa Jalla atas segala
karunia dan nikmat yang telah Allah Subhanahu wa Ta'Ala berikan kepada kami
sehingga dapat menyusun buku penuntun ini. Salawat dan salam atas junjugan
kita, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, para sahabatnya serta orang-
orang yang mengikuti mereka dengan baik.
Penuntun Praktikum Fitokimia dimaksudkan untuk memberikan
kemampuan analisis terhadap sampel bahan alam, khususnya aspek sifat-sifat
fisik, kimia dan fisiko kimia.
Penyusunan buku penuntun dimaksudkan untuk memenuhi tuntutan
perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu farmakognosi pada
khususnya sesuai dengan perkembangan aplikasi ilmu pengetahuan di masyarakat.
Kami sadari bahwa penuntun ini masih jauh dari kesempurnaan, namun
kami senantiasa bertekad untuk selalu melakukan perbaikan untuk
kesempurnaannya. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat penyempurnaan akan
senantiasa kami hargai. Atas perhatiannya, diucapkan terima kasih.
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan penuntun
ini kami ucapkan terima kasih.
Penyusun
Pendahuluan
Maserasi merupakan proses perendaman sampel menggunakan pelarut
organik pada temperatur ruangan. Proses ini sangat menguntungkan
dalam isolasi senyawa bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan
akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara
di dalam dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma
akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena
dapat diatur lama perendaman yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk proses
maserasi akan memberikan efektivitas yang tinggi dengan memperhatikan
kelarutan senyawa bahan alam dalam pelarut tersebut. Secara umum
pelarut metanol merupakan pelarut yang banyak digunakan dalam proses isolasi
senyawa organik bahan alam karena dapat melarutkan seluruh golongan metabolit
sekunder
Prinsip kerja dari maserasi adalah proses melarutnya zat aktif berdasarkan
sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like). Ekstraksi zat aktif
dilakukan dengan cara merendam simplisia nabati dalam pelarut yang sesuai
selama beberapa hari pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya.
Pelarut yang digunakan, akan menembus dinding sel dan ke-mudian masuk ke
dalam sel tanaman yang penuh dengan zat aktif. Pertemuan antara zat aktif dan
pelarut akan meng-akibatkan terjadinya proses pelarutan dimana zat aktif akan
terlarut dalam pelarut. Pelarut yang berada di dalam sel mengandung zat aktif
sementara pelarut yang berada di luar sel belum terisi zat aktif, sehingga terjadi
ketidak seimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dengan konsentrasi zat
aktif yang ada di luar sel. Perbedaan konsentrasi ini akan mengakibatkan
terjadinya proses difusi, dimana larutan de-ngan konsentrasi tinggi akan terdesak
keluar sel dan diganti-kan oleh pelarut dengan konsentrasi rendah. Peristiwa ini
Perhitungan Rendamen :
Rendemen merupakan hasil bagi dari berat produk (ekstrak) yang dihasilkan
dibagi dengan berat bahan baku dikalikan dengan 100%.
Pendahuluan
Ekstraksi dengan reflux saat ini menjadi metode ekstraksi yang paling
banyak diterapkan. Metode ini dinilai sebagai metode yang murah dan simpel
dengan rendemen yang cukup tinggi, jika dibandingkan dengan metode maserasi
atau perkolasi. Reflux berarti pelarut yang diputar kembali atau direcycle secara
kontinyu melalui pengkondensasian berulang pada sebuah alat kondensor. Pada
metode ini bahan yang akan diekstrak direndam pada pelarut dalam sebuah
bejana/labu yang biasanya berbentuk bulat yang kemudian ditempatkan pada
sebuah pemanas (dapat menggunakan water bath, heating mantle, atau hot plate).
Bagian atas labu ada sebuah lubang yang dihubungkan dengan alat pendingin
balik (kondesor). Lubang pada bejana tersebut juga berguna untuk memasukkan
dan mengeluarkan bahan, pelarut, maupun hasil ekstraknya.
Selama proses pemanasan, pelarut akan mendidih dan menguap. Pada fase
ini pelarut panas akan merusak jaringan dan dinding sel yang kemudian
berpenetrasi ke bagian dalam sel dan melarutkan senyawa senyawa metabolit
yang kemudian terlarut bersama pelarut. Pada saat pelarut mendidih, maka zat-zat
yang terlarut akan tertinggal di dalam labu ekstraksi. Sementara itu, pelarut akan
mendidih, menguap dan mengalir dengan bergerak ke atas menuju kondensor.
Pada saat yang sama, karena dialiri dengan fluida dingin, maka suhu kondensor
jauh di bawah suhu uap pelarut. Dengan demikian uap pelarut akan cepat
mengalami kondensasi (pendinginan dan berubah wujud menjadi cair kembali)
yang kemudian mengalir ke bawah lagi menuju labu ekstraksi. Proses ini
berlangsung secara kontinyu sampai mekanisme pemanasan dihentikan. Melalui
metode seperti ini, maka akan menghemat penggunaan pelarut, karena proses
ekstraksi dilakukan secara berkelanjutan. Selain itu, rendemen ekstrak yang
dihasilkan juga lebih tinggi, dikarenakan proses ekstraksi berlangsung pada suhu
Prinsip Kerja
Prinsip kerja pada metode refluks yaitu penarikan komponen kimia yang
dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama
dengan cairan penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada
kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali
menuju labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas
bulat, demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai
penyarian sempurna.
Pendahuluan
Beberapa definisi tentang soxhletasi :
1. Soxhletasi adalah proses pemisahan dari suatu komponen yang terdapat dalam
bahan padat dengan cara penyariann berulang-ulang menggunakan pelarut
tertentu.
2. Soxhletasi adalah proses ekstraksi menggunakan pelari yang selalu baru
menggunakan alat soklet sehingga ter-jadi ekstraksi konstan dengan adanya
pendingin balik.
3. Sokletasi adalah metode penyarian secara berulang dari senyawa kimia yang
terdapat dalam bahan alam dengan menggunakan alat soxhlet.
4. Sokletasi merupakan teknik penyarian dengan pelarut or-ganik menggunakan
alat soklet dimana antara pelarut dan sampel ditempatkan secara terpisah.
5. Suatu metoda pemisahan suatu komponen yang terdapat didalam contoh padat
dengan cara penyarian berulang dengan pelarut tertentu sehingga, sema
komponen yang dinginkan dapat tersari dengan sempurna dan Pelarut yang
digunakan tergantung pada jenis komponen yang dipisahkan.
Pembuatan Reagen :
1. Larutan pereaksi Mayer
Pereaksi Mayer dapat dibuat dengan cara menambahkan 5 g kalium iodida
dalam 10 ml aquadest, kemudian dir tambahkan larutan 1,36 g merkuri (Il)
klorida dalam 60 mi air suling. Larutan kemudian dikocok dan
ditambahkan aquadest sampai 100 ml.
Tujuan
1. Mengidentifikasi kandungan senyawa kimia sampel
2. Mengetahui cara identifikasi senyawa kimia dengan metode reaksi warna
Pendahuluan
Identifikasi senyawa kimia atau lebih serinfg dikenal dengan istilah
skrining fitokimia adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi kandungan senyawa metabolit sekunder suatu bahan alam.
Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan yang dapat memberikan
gambaran mengenai kadnungan senyawa tertentu dalam bahan alam yang akan
diteliti. Skrining fitokimia dapat dilakukan, baik secara kualitatif, semi kuantitatif,
maupun kuantitatif sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Metode skrining
fitokimia secara kualitatif dapat dilakukan melalui reaksi warna dengan
menggunakan suatu pereaksi tertentu. Hal penting yang mempengaruhi dalam
proses skrining fitokimia adalah pemilihan pelarut dan metode ekstraksi. Pelarut
yang tidak sesuai memungkinkan senyawa aktif yang diinginkan tidak dapat
tertarik secara baik dan sempurna (Kristianti et al., 2008).
Alat dan Bahan
- Asam Sulfat - HCl 2 N
- Asam Klorida - Ekstrak
- Pereaksi Mayer - Pipet Tetes
- Pereaksi Dragen Dorf - Tabung reaksi
- Pereaksi Wagner - Penangas air
- FeCl3
Cara Kerja
1. Identifikasi Flavonoid
1 gram ekstrak sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan HCl Pekat lalu dipanaskan dengan waktu 15 menit di atas
penangas air. Apabila terbentuk warna merah atau kuning berarti positif
flavonoid (flavon, kalkon dan auron).
Prosedur Kerja :
Cara Kerja ECC
Esktrak hasil maserasi diencerkan dengan pelarut, kemudian dimasukkan ke
dalam corong pisah lalu ditambahkan dengan pelarut sebanyak 20 mL.
Difraksinasi berturut – turut selama 4 kali.
Kromatografi kolom adalah salah satu metoda yang sangat baik untuk
pemisahan dan pemurnian pada pemisahan suatu padatan atau cairan. Jenis
pemisahan pada kromatografi kolom bisa berupa adsorbsi (padat/cair) atau partisi
(cair/cair). Fase diam adalah suatu adsorben padat ditempatkan pada suatu kolom
kaca vertical dan fasa gerak ditambahkan dari bagian atas kolom dan dibiarkan
mengalir melalui kolom dengan gaya gravitasi atau adanya tekanan dari luar.
Adsorben yang dapat digunakan adalah silika gel G-60, alumina (Al2O3) atau
diaion. Cara pembuatan kromatografi kolom ada dua macam, yaitu :
A. Cara Kering
Silika gel atau absorben dimasukkan dalam kolom yang telah diberi kapas
sebelumnya pada ujung kolom. Selanjutnya cairan pengelusi dialirkan melalui
silika.
Penyiapan Sampel
Terdapat dua macam cara penyiapan sampel pada kromatografi kolom :
1. Sampel yang telah dilarutkan dengan cairan pengelusi dan dipipet untuk
diletakkan pada bagian atas adsorben.
2. Sampel dicampur dengan cairan fasa diam dengan jumlah sama banyak
lalu didispersikan di atas adsorben.
Sampel yang telah diletakkan diatas permukaan adsorben lalu dielusi dengan
fasa gerak secara perlahan melalui dinding kolom dan keran dibuka. Fasa gerak
atau eluen yang digunakan bisa merupakan satu pelrut saja atau campuran dari
f. Senyawa saponin
• Fase diam : lempeng silika gel 60 F254
• Fase gerak : kloroform : methanol :air (64:50:10) dapat digunakan
untuk semua kelompok saponin
• Larutan deteksi :
1. Carr-price (antimon triklorida 20% dalam kloroform),
kemudian dipanaskan setelah disemprot akan menghasilakn
warna ungu merah (pada sinar tampak, warna biru hijau 9pada
UV366 nm).
2. Liebermann-burchad (campuran asam asetat anhidrad dan asam
sulfat pekat ) memebrikan warna hijau hingga biru setelah
pemanasan.
3. Vanilin-asam sulfat memberikan warna biru hingga ungu biru
kadang kekuningan pada kebanyakan saponin
4. Anisaldehid-asam sulfat, warna mirip warna vanilkin-asam
sulfat.
5. Komarowsky, setelah disemprot lempeng dipanaskan sambil
diamati warna yang timbul yaitu biru, kuning dan merah.
6. Pereaksi darah, warna putih (atau tidak berwarna) akan timbul
pada latar belakang kemerahan. Hemolisis dapat terjadi dengan
segera atau beberapa saat setelah penyemprotan
• Pemabanding : karotenoid
g. Senyawa Glikosida jantung
• Fase diam : lempeng silika gel 60 F254
• Fase gerak : etil asetat : methanol : air (100:13,5:10) atau (81:11:8)
untuk bentuk glikosida. Etil asetat:piridin:air (5:1:4)
• Larutan deteksi : Pereaksi Kedde ( untuk cincin γ-lakton),
kelompok kardenolida akan timbul warna merah muda atau ungu