Anda di halaman 1dari 16

PAPER

METODE PEMISAHAN MASERASI,


PERKOLASI, DAN SOKLETASI
Mata Kuliah: Kimia Analitik II
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Astin Lukum, M.Si

OLEH
Nama: Vera Yustika
NIM: 442420020
Kelas: Kimia B

PROGRAM STUDI S-1 KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
ABSTRAK

Ekstraksi dapat dilakukan dengan cara dingin dan cara panas. Pada metode
ekstraksi dengan cara dingin, tidak ada proses pemanasan selama proses ekstraksi
berlangsung. Maserasi adalah salah satu jenis metode ekstraksi dengan sistem
tanpa pemanasan atau biasa dikenal dengan ekstraksi dingin. Selain maserasi,
perkolasi merupakan metode ekstraksi cara dingin yang menggunakan pelarut
mengalir yang selalu baru dan umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.
Sedangkan untuk ekstraksi dengan cara panas terdapat metode sokletasi. Sokletasi
merupakan proses ekstraksi yang menggunakan penyarian berulang dan
pemanasan. Setiap metode ekstraksi tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing.

Kata Kunci: Ekstraksi, Maserasi, Perkolasi, Sokletasi

ABSTRACT

Extraction can be carried out by cold and hot methods. In the cold extraction
method, there is no heating process during the extraction process. Maceration is
one type of extraction method with a system without heating or commonly known
as cold extraction. In addition to maceration, percolation is a cold extraction
method that uses a flowing solvent that is always fresh and is generally carried out
at room temperature. Meanwhile, for hot extraction, there is the soxhletation
method. Soxhletation is an extraction process that uses repeated filtration and
heating. Each extraction method has its own advantages and disadvantages.

Keywords: Extraction, Maceration, Percolation, Soxhletation

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekstraksi adalah proses pemisahan bahan dari campurannya dengan
menggunakan pelarut yang sesuai. Pelarut yang digunakan harus dapat
mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnnya.
Ekstrasi adalah proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari jaringan
tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan penyari tertentu. Pada
umumnya, zat aktif pada tanaman dan hewan terdapat di dalam sel namun sel
tanaman dan hewan memiliki ketebalannya masing-masing sehingga
diperlukan metode ekstraksi dan pelarut yang sesuai dalam mengekstraksinya.
Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat
pada bahan alam, seperti senyawa antimikroba dan antioksidan.
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan cara mengekstraksi
zat aktif dengan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau
hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang ditetapkan.
Ada 2 metode ekstraksi, yaitu ekstraksi dengan cara dingin dan cara panas.
Pada metode ekstraksi dengan cara dingin, tidak ada proses pemanasan selama
proses ekstraksi berlangsung dengan tujuan untuk menghindari rusaknya
senyawa yang dimaksud. Jenis ekstraksi cara dingin adalah maserasi dan
perkolasi. Pada metode dengan cara panas akan melibatkan pemanasan selama
proses ekstraksi berlangsung. Adanya panas akan mempercepat proses
ekstraksi dibandingkan dengan cara dingin. Salah satu contoh metode
ekstraksi dengan cara panas yaitu metode sokletasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metode maserasi, bagaimana prinsip kerja
metode maserasi, apa saja modifikasi metode maserasi, bagaimana

2
komponen alat dan bahan pada metode maserasi, serta apa saja kelebihan
dan kekurangan menggunakan metode maserasi?
2. Apa yang dimaksud dengan metode perkolasi, bagaimana prinsip kerja
metode perkolasi, bagaimana komponen alat dan bahan pada metode
perkolasi, apa saja jenis-jenis metode perkolasi, serta apa saja kelebihan
dan kekurangan metode perkolasi?
3. Apa yang dimaksud dengan metode sokletasi, bagaimana prinsip kerja
metode sokletasi, bagaimana komponen alat dan bahan pada metode
sokletasi, serta apa saja kelebihan dan kekurangan metode sokletasi?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian, prinsip kerja, modifikasi, komponen alat dan
bahan, serta kelebihan dan kekurangan dari metode maserasi.
2. Mengetahui pengertian, prinsip kerja, komponen alat dan bahan, jenis-
jenis, serta kelebihan dan kekurangan dari metode perkolasi.
3. Mengetahui pengertian, prinsip kerja, komponen alat dan bahan, serta
kelebihan dan kekurangan dari metode sokletasi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Maserasi
1. Pengertian Metode Maserasi

Maserasi merupakan metode ekstraksi yang sederhana. Istilah maserasi


berasal dari bahasa Latin “macerare” yang artinya merendam. Maserasi
adalah salah satu jenis metode ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan atau
biasa dikenal dengan ekstraksi dingin. Pada metode ini, pelarut dan sampel
tidak mengalami pemanasan sehingga maserasi merupakan metode ekstraksi
yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun tahan
panas.

Maserasi adalah metode penyarian yang sederhana. Maserasi


dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari pada
suhu kamar dan ditempatkan dalam wadah tertutup. Setelah proses ekstraksi,
pelarut dipisahkan dari serbuk sampel dengan penyaringan. Maserasi
merupakan suatu metode ekstraksi dengan proses perendaman bahan dengan
pelarut yang sesuai dengan senyawa aktif yang akan diambil tanpa adanya
proses pemanasan.

2. Prinsip Kerja Metode Maserasi

Prinsip kerja metode ekstraksi maserasi adalah penyarian zat aktif


dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang
sesuai selama sehari atau beberapa hari pada temperatur kamar terlindungi
dari cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati dinding sel. Isi
sel akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel
dengan di luar sel. Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar
dan diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi).
Peristiwa tersebut berlangsung sampai terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Selama proses meserasi, dilakukan
pengadukan dan penggantian cairan penyari setiap hari. Endapan yang

4
diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Hasrianti et al., 2016).
Maserasi biasanya dilakukan pada temperatur 15◦-20◦ C dalam waktu 3 hari
sampai bahan-bahan yang larut sudah melarut.

Pelarut-pelarut yang biasa digunakan antara lain kloroform, eter,


alkohol, matanol, etanol, dan etilasetat. Pelarut yang dapat digunakan untuk
ekstraksi dengan metode maserasi harus memenuhi dua syarat, yaitu pelarut
tersebut harus merupakan pelarut yang terbaik untuk bahan yang diekstraksi
dan pelarut tersebut harus terpisah dengan cepat setelah pengocokan.

3. Modifikasi Metode Maserasi

Metode ekstraksi maserasi dapat dilakukan modifikasi yaitu:

a. Digesti, adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah


yaitu pada suhu 40-50◦C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk
simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan. Dengan
menggunakan pemanasan diperoleh keuntungan seperti: kekentalan pelarut
berkurang yang mengakibatkan berkurangnya lapisan-lapisan batas, daya
melarutkan cairan penyari akan meningkat sehingga pemanasan
mempunyai pengaruh yang sama dengan pengadukan, koefisien difusi
berbanding lurus dengan suhu absolute dan berbanding terbalik dengan
kekentalan sehingga kenaikan suhu akan berpengaruh pada kecepatan
difusi.
b. Maserasi dengan mesin pengaduk, penggunaan mesin pengaduk yang
berputar terus-menerus dapat mempersingkat waktu proses maserasi
menjadi 6 sampai 24 jam.
c. Remaserasi, cairan penyari dibagi menjadi dua kemudian seluruh serbuk
simplisia di maserasi dengan cairan penyari utama, sesudah diendapkan,
tuangkan dan diperas. Ampas dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang
kedua.
d. Maserasi melingkar, maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar
cairan penyari selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari
selalu mengalir kembali secara berkesinambungan melalui serbuk
simplisia dan melarutkan zat aktifnya.

5
e. Maserasi melingkar bertingkat, pada maserasi melingkar penyarian tidak
dapat dilaksanakan secara sempurna karena pemindahan massa akan
berhenti bila keseimbangan telah terjadi. Masalah ini dapat diatasi dengan
meserasi melingkar bertingkat yang akan didapatkan yaitu serbuk
simplisia mengalami proses penyaringan beberapa kali sesuai dengan
bejana penampung, serbuk simplisia sebelum dikeluarkan dari bejana
penyari akan dilakukan penyarian dengan cairan penyari baru, hasil
penyarian sebelum diuapkan digunakan dulu untuk menyari serbuk
simplisia yang baru hingga memberikan sari dengan kepekatan yang
maksimal, dan penyarian dilakukan berulang-ulang akan mendapatkan
hasil yang lebih baik.
4. Komponen Alat dan Bahan Dalam Metode Maserasi
- Alat

Gambar 2 1 Alat Metode Maserasi

Adapun keterangan alat beserta fungsinya pada metode maserasi yaitu


sebagai berikut.
a. Bejana maserasi, berfungsi sebagai tempat bahan yang sedang
dimaserasi.
b. Tutup bejana, berfungsi sebagai penutup agar tidak terkontaminasi
dengan zat dari luar.
c. Pengaduk mekanik, berfungsi sebagai pengaduk bahan yang
digerakkan secara mekanik.
- Bahan

6
Bahan yang digunakan pada proses ekstraksi dengan metode maserasi
tergantung pada apa yang akan diekstraksi, misalnya ekstraksi daun
bidara. Bahan-bahan yang digunakan yaitu daun bidara, bahan kimia
yang terdiri dari HCl 2N, aquadest, pelarut maserasi yaitu metanol
teknis dan pelarut analisis (E. Merck) metanol, petrolelum eter, etil
asetat, n-butanol, dan dietil eter (Chairunnisa et al., 2019).
5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Maserasi

Kelebihan dari ekstraksi dengan metode maserasi yaitu unit alat yang
dipakai sederhana, biaya operasionalnya relatif rendah, dan prosesnya relatif
hemat penyari dan tanpa pemanasan. Kekurangan dari ekstraksi dengan
metode maserasi yaitu proses penyariannya tidak sempurna, waktu yang
diperlukan untuk mengekstrak sampel cukup lama, cairan penyari yang
digunakan lebih banyak, serta tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang
mempunyai tekstur keras.

B. Metode Perkolasi
1. Pengertian Metode Perkolasi

Perkolasi adalah metode ekstraksi cara dingin yang menggunakan


pelarut mengalir yang selalu baru dan umumnya dilakukan pada temperatur
ruangan. Perkolasi banyak digunakan untuk ekstraksi metabolit sekunder dari
bahan alam terutama untuk senyawa yang tidak tahan terhadap pemanasan.

Perkolasi adalah salah satu metode ekstraksi dengan mengalirkan


cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi sehingga pelarut
yang digunakan selalu baru. Alat yang digunakan untuk mengekstraksi disebut
perkolator, dan ekstrak yang telah dikumpulkan disebut perkolat.

2. Prinsip Kerja Metode Perkolasi

Prinsip kerja ekstraksi dengan metode perkolasi adalah serbuk


simplisia dimaserasi terlebih dahulu selama 3 jam, kemudian serbuk simplisia
ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat
berpori, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang
dilalui sampel dalam keadaan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh

7
kekuatan gaya beratnya sendiri dan tekanan penyari dari cairan diatasnya
dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan gerakan ke
bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.

3. Jenis-Jenis Metode Perkolasi

Metode perkolasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Jenis-jenis


ini disebabkan karena adanya perbedaan proses dan tahapan kerjanya. Jenis-
jenis metode perkolasi tersebut sebagai berikut.

a. Perkolasi Biasa.
Perkolasi biasa adalah cara yang paling sederhana dan hanya
menggunakan satu perkolator saja dalam prosesnya. Langkah-
langkahnya diawali dengan merendam simplisia yang derajat halusnya
sudah ditentukan ke dalam penyari. Setelah itu dimasukkan ke dalam
perkolator. Proses perkolasi ini biasanya dipakai untuk mengambil sari
dari zat tertentu yang khasiatnya keras.
b. Perkolasi Bertingkat/Reperkolasi.
Reperkolasi adalah suatu cara perkolasi biasa, tetapi dipakai beberapa
perkolator. Beberapa perkolator digunakan untuk mempermudah
prosesnya. Biasanya, ada tiga perkolator yang dipakai dan simplisia
yang ada pada setiap perkolator akan diambil dalam jumlah tertentu.
Selanjutnya, simplisia tersebut dipakai sebagai cairan penyari pada
perkolator kedua dan ketiga. Cara kerja perkolasi bertingkat ada tiga
tahapan, yaitu menentukan bagian dan volume perkolat, melembabkan
perkolator kedua, dan perkolator ketiga diolah seperti perkolator
kedua.
c. Perkolasi Dengan Tekanan.
Perkolasi jenis ini digunakan jika simplisia mempunyai derajat halus
yang sangat kecil sehingga cara perkolasi ini jarang digunakan.
Biasanya simplisia jenis ini tidak bisa dideteksi dengan perkolasi biasa.
Untuk itu perlu ditambahkan alat penghisap agar perkolat dapat turun
ke bawah. Alat tersebut dinamakan diacolator.
4. Komponen Alat dan Bahan Dalam Metode Perkolasi

8
- Alat

Gambar 2 2 Alat Perkolasi Biasa

Adapun keterangan alat beserta fungsinya pada metode perkolasi yaitu


sebagai berikut.
a. Perkolator, perkolator bagian atas berfungsi sebagai tempat
penyimpanan cadangan penyari, sedangkan bagian tengah
perkolator berfungsi sebagai tempat penyimpanan serbuk simplisia.
b. Botol penyari, berfungsi untuk menampung cairan penyari.
c. Keran, berfungsi untuk mengatur aliran perkolat.
d. Tutup karet, berfungsi untuk mencegah terjadinya penguapan.
e. Gabus bertoreh, berfungsi sebagai penyaring.
f. Sarangan, berfungsi sebagai tempat kapas.
g. Botol perkolat, berfungsi untuk menampung perkolat.
- Bahan
Bahan yang digunakan pada proses ekstraksi dengan metode perkolasi
tergantung pada apa yang akan diekstraksi. Misalnya ekstraksi
senyawa fenolik buah labu siam maka bahan yang digunakan adalah
buah labu siam segar dan bahan kimia yang digunakan adalah etanol
kualitas pangan (Rosidah et al., 2017).
5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Perkolasi

Kelebihan dari ekstraksi dengan metode perkolasi yaitu langkah yang


dilakukan lebih sederhana, adanya cairan penyari yang mempermudah

9
prosesnya, cairan penyari bisa mengalir dengan mudah, dan tidak terjadi
kejenuhan. Kekurangan metode perkolasi yaitu cairan penyari yang digunakan
lebih banyak serta resiko tercemar mikroba untuk penyari air karena dilakukan
secara terbuka.

C. Metode Sokletasi
1. Pengertian Metode Sokletasi

Sokletasi adalah metode ekstraksi dengan pelarut cair organik yang


dilakukan secara berulang-ulang pada suhu tertentu dengan jumlah pelarut
tertentu. Pelarut yang digunakan harus disesuaikan dengan tingkat kepolaran
ekstrak yang diinginkan.

Sokletasi merupakan suatu metode pemisahan zat dari campurannya


dengan pemanasan, pelarut yang digunakan akan mengalami sirkulasi,
dibandingkan cara maserasi, ekstraksi sokletasi memberikan hasil ekstrak
yang lebih tinggi. Penggunaan metode sokletasi adalah dengan cara
memanaskan pelarut hingga membentuk uap dan membasahi sampel. Pelarut
yang sudah membasahi sampel kemudian akan turun menuju labu labu
pemanasan dan kembali menjadi uap untuk membasahi sampel, sehingga
penggunaan pelarut dapat dihemat karena terjadi sirkulasi pelarut yang selalu
membasahi sampel. Proses ini sangat baik untuk senyawa yang tidak
terpengaruh oleh panas (Hasrianti et al., 2016).

2. Prinsip Kerja Metode Sokletasi


Prinsip kerja metode sokletasi adalah penyaringan yang berulang-
ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan
relatif sedikit (Anam et al., 2014). Apabila penyaringan ini telah selesai, maka
pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode
sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat
melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak
melarutkan zat padat yang tidak diinginkan.
Metode sokletasi digunakan pada pelarut organik tertentu. Dengan cara
pemanasan sehingga uap yang timbul setelah dingin secara kontinyu akan
membasahi sampel, secara teratur pelarut tersebut dimasukkan kembali ke

10
dalam labu dengan membawa senyawa kimia yang akan diisolasi. Pelarut yang
telah membawa senyawa kimia pada labu destilat yang diuapkan dengan
rotary evaporator sehingga pelarut tersebut dapat diangkat lagi bila suatu
campuran organik berbentuk cair atau padat ditemui pada zat padat, maka
diekstrak dengan menggunakan pelarut yang diinginkan. Syarat pelarut yang
digunakan dalam proses sokletasi yaitu, pelarut yang mudah menguap, titik
didih pelarut rendah, pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan,
pelarut merupakan pelarut terbaik bagi bahan yang akan diekstraksi, pelarut
akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan.
Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan
yang sedang berlangsung. Sokletasi dihentikan apabila pelarut yang digunakan
tidak berwarna lagi, sampel yang diletakkan diatas kaca arloji tidak
menimbulkan bercak lagi, dan hasil sokletasi diuji dengan pelarut tidak
mengalami perubahan yang spesifik.
3. Komponen Alat dan Bahan Metode Sokletasi
- Alat

Gambar 2 3 Alat Sokletasi

Adapun keterangan alat beserta fungsinya pada metode sokletasi yaitu


sebagai berikut.

11
1. Kondensor, berfungsi sebagai pendingin dan juga mempercepat
proses pengembunan.
2. Timbal/klonsong, berfungsi sebagai wadah untuk sampel yang ingin
diambil zatnya.
3. Pipa F/pipa uap, berfungsi sebagai jalannya uap bagi pelarut yang
menguap dari proses penguapan.
4. Sifon, berfungsi sebagai perhitungan siklus, bila pada sifon
larutannya penuh kemudian jatuh ke labu alas bulat maka hal ini
dinamakan I siklus.
5. Labu alas bulat, berfungsi sebagai wadah bagi sampel dan
pelarutnya.
6. Hot plate, berfungsi sebagai pemanas larutan.
- Bahan
Bahan yang digunakan pada proses ekstraksi dengan metode sokletasi
tergantung pada apa yang akan diekstraksi. Misalnya ekstraksi
oleoresin jahe gajah dengan metode sokletasi. Bahan yang diperlukan
yaitu jahe gajah segar, pelarut etanol 96%, serta aquadest (Wijaya et
al., 2019).
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Sokletasi
Kelebihan dari ekstraksi dengan metode sokletasi yaitu, sampel
diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan secara berulang-ulang, jumlah
pelarut yang digunakan relatif sedikit, proses sokletasi berlangsung dengan
cepat, jumlah sampel yang diperlukan sedikit, serta pelarut organik dapat
mengambil senyawa organik dalam bahan berulang kali. Kekurangan ekstraksi
dengan metode sokletasi yaitu, tidak baik digunakan untuk mengekstraksi
bahan-bahan tumbuhan yang mudah rusak atau senyawa yang tidak tahan
terhadap pemanasan, harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, serta
pelarut yang digunakan mempunyai titik didih yang rendah sehingga mudah
menguap.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Maserasi adalah salah satu jenis metode ekstraksi dengan sistem tanpa
pemanasan atau biasa dikenal dengan ekstraksi dingin. Pada metode ini,
pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sehingga maserasi merupakan
metode ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas
ataupun tahan panas. Perkolasi adalah metode ekstraksi cara dingin yang
menggunakan pelarut mengalir yang selalu baru dan umumnya dilakukan pada
temperatur ruangan. Sokletasi merupakan suatu metode pemisahan zat dari
campurannya dengan pemanasan, pelarut yang digunakan akan mengalami
sirkulasi, dibandingkan cara maserasi, ekstraksi sokletasi memberikan hasil
ekstrak yang lebih tinggi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anam, C., Agustini, T., & Romadhon, R. (2014). Pengaruh Pelarut Yang Berbeda
Pada Ekstraksi Spirulina Platensis Serbuk Sebagai Antioksidan Dengan
Metode Soxhletasi. Jurnal Pengolahan Dan Bioteknologi Hasil Perikanan,
3(4), 106–112.

Chairunnisa, S., Wartini, N. M., & Suhendra, L. (2019). Pengaruh Suhu dan
Waktu Maserasi terhadap Karakteristik Ekstrak Daun Bidara (Ziziphus
mauritiana L.) sebagai Sumber Saponin. Jurnal Rekayasa Dan Manajemen
Agroindustri, 7(4), 551. https://doi.org/10.24843/jrma.2019.v07.i04.p07

Hasrianti, Nururrahmah, & Nurasia. (2016). Pemanfaatan Ekstrak Bawang Merah


dan Asam Asetat Sebagai Pengawet Alami Bakso. Jurnal Dinamika, 07(1),
9–30.

Rosidah, I., Zainuddin, Z., Mufidah, R., Bahua, H., & Saprudin, M. (2017).
Optimasi Kondisi Ekstraksi Senyawa Total Fenolik Buah Labu Siam
(Sechium edule (Jacq.) Sw.) Menggunakan Response Surface Methodology.
Media Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan, 27(2), 79–88.
https://doi.org/10.22435/mpk.v27i2.5706.79-88

Wijaya, D. R., Paramitha, M., & Putri, N. P. (2019). C. Kata kunci: Oleoresin,
jahe, ekstraksi, soklet. Jurnal Konversi, 8(1), 9–16.

14
15

Anda mungkin juga menyukai