Anda di halaman 1dari 26

PRAKTIKUM KINERJA PROSES ENERGI

EKSTRAKSI KULIT JERUK DENGAN MENGGUNAKAN


METODE SOXHLETASI
LAPORAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kinerja Proses
Energi

Nama Praktikan : Putri Hanifah Sasmitoningrum


NIM : 151734021
Kelompok :1
Nama Anggota Kelompok : 1. Abiano Al Affan
2. Farizha Fadhilla Ilyas
3. Putri Hanifah Sasmitoningrum
4. Ryan Fadhilah
Tanggal Praktikum : 31 Oktober 2017 1 November 2017
Tanggal/jam pengumpulan : 16 November 2017
Laporan
Nama Instruktur/Dosen : - Purwinda Iriani, M.Si dan
- Yanti Supriyanti S.T., M.T
Tanda Tangan Dosen/Teknisi :
Tanda Tangan Mahasiswa :

D4 TEKNIK KONSERVASI ENERGI

TEKNIK KONVERSI ENERGI

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2017
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan praktikum mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mengamati parameter-parameter dalam proses ektraksi.
2. Mengetahui pengaruh parameter-parameter dalam proses ektraksi.
3. Mengetahui metode pemisahan dengan cara ekstraksi soxhlet.
4. Mengetahui intensitas energi pada proses ekstrasi soxhlet.

II. DASAR TEORI


2.1 EKSTRAKSI
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Senyawa aktif yang terdapat
dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri,
alkaloid, flavonoid, dan lain-lain.
Dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan
mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat (Dirjen POM, 2000).

Pembagian metode ekstraksi menurut Ditjen POM (2000) yaitu :


A. Cara dingin
1. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (kamar). Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif yang akan larut, karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan di luar sel maka larutan terpekat
didesak keluar.
2. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan
pengembangan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya terus-menerus
sampai diperoleh ekstrak (perkolat). Cara perkolasi lebih baik dibandingkan
dengan cara maserasi, karena:
- Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi
dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan
derajat perbedaan konsentrasi.
- Ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat
mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka
kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat
meningkatkan perbedaan konsentrasi.

B. Cara Panas
1. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik.

2. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru dan
yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstrak kontinu
dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

3. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada


temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan

pada temperatur 40-50 0C.

4. Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya dilakukan untuk menyari


zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Proses ini

dilakukan pada suhu 90 0C selama 15 menit.

5. Dekok

Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik

didih air, yakni 30 menit pada suhu 90-100 0C


Ada 4 faktor penting yang mempengaruhi laju ekstraksi, yaitu :

1. Ukuran partikel
Makin kecil ukuran partikel akan menyebabkan luas permukaan dari partikel
per satuan berat jeruk menjadi besar, sehingga menyebabkan pelarut yang berdifusi
semakin banyak.

2. Pelarut
Cairan yang dipilih sebagai pelarut harus mampu melarutkan solut dengan baik
dan viskositasnya rendah, sehingga dapat mensirkulasi dengan baik.

3. Suhu
Biasanya kelarutan dari bahan yang diekstraksi akan bertambah dengan
meningkatnya suhu, sehingga laju ektraksinya juga bertambah. Selain itu, koefisien
difusivitas juga akan semakin meningkat dengan naiknya suhu sehingga dapat
mempercepat laju ekstraksi.

4. Agitasi
Pengadukan larutan juga penting karena akan meningkatkan difusi Eddy dan
meningkatkan kecepatan perpindahan bahan dari permukaan padatan ke badan
larutan. Selain itu pengadukan juga mencegah terjadinya pengendapan.

2.2 METODE SOXHLETASI

Sokletasi adalah metode ekstraksi untuk bahan yang tahan pemanasan dengan
cara meletakkan bahan yang akan diekstraksi dalam sebuah kantung ekstraksi kertas
saring didalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinu (Voight, 2994).

Prinsip kerja dari metode ini adalah salah satu yang digunakan untuk
mengekstraksi senyawa dari serbuk simplisia dengan cara pemanasan dan cairan
penyari dipanaskan secara terpisah. cairan penyari akan menguap menuju pendingin
(kondensor) dan akan terkondensasi selanjutnya turun pada klonsong yang berisi
sampel dan akan mengekstraksi kembali sampel (Aryo, 2012).
Metode sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan
perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri (destilasi uap), tidak dapat
digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau yang
akan diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk
maserasi ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk
pemisahan ini adalah sokletasi (Davia. 1995).

Alat yang digunakan adalah seperangkat alat sokletasi yang terdiri atas labu
didih, tabung soklet, dankondensor. Sample dalam sokletasi perlu dikeringkan terlebih
dahulu untuk menghilangkan kandungan air yang terdapat dalam sample dan
dihaluskan untuk mempermudah pelarutan senyawa (Perwita, F.A, 2010).

Syarat syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi (Sudjadi, 1986):

1. Pelarut yang mudah menguap seperti: n-heksan, eter, petroleum eter, metilklorida
dan alcohol.
2. Titik didih pelarut rendah
3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan
4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi
5. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan
6. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar

Keunggulan dari metode sokletasi ini adalah sebagai berikut (Wulandari, 2011):

1. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang.

2. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit.

3. Proses sokletasi berlangsung cepat.

4. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.

Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali. Kelemahan dari
metode sokletasi ini adalah sebagai berikut (Wulandari, 2011):

1. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang mudah rusak
atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan terjadi penguraian.

2. Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan pereaksi


meyer, Na, wagner, dan reagen reagen lainnya.

3. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah menguap.

Cara menghentikan sokletasi adalah dengan menghentikan pemanasan yang


sedang berlangsung. Sebagai catatan, sampel yang digunakan dalam sokletasi harus
dihindarkan dari sinar matahari langsung. Jika sampai terkena sinar matahari, senyawa
dalam sampel akan berfotosintesis hingga terjadi penguraian atau dekomposisi. Hal
ini akan menimbulkan senyawa baru yang disebut senyawa artefak, hingga dikatakan
sampel tidak alami lagi (Sudjadi, 1986).

2.3 BAHAN EKSTAKSI ( KULIT JERUK)

Jeruk merupakan salah satu buah-buahan tropis andalan yang dihasilkan oleh
negara Indonesia, hampir seluruh wilayah Indonesia dapat ditanami jeruk dan yang
terbaik adalah apabila ditanam di dalam tanah dengan ketinggian 400 meter di atas
permukaan laut.
Buah jeruk tersusun dari komponen-komponen sebagai berikut:

1. Flavedo
Flavedo merupakan bagian yang memberikan warna pada kulit jeruk. Di dalam
flavedo terkandung karoten yang memberi sifat warna kuning pada buah jeruk.
Sekitar 60% karoten yang terdapat pada buah jeruk terdapat pada bagian ini. Di
bagian ini juga terdapat gland yang mengandung minyak kulit jeruk.

2. Albedo
Albedo terletak di bawah flavedo. Albedo biasanya mempunyai lapisan yang
tebal, putih dan seperti spon. Albedo terdiri atas sel-sel parenkim yang kaya akan
substansi pektin dan hemiselulosa. Kombinasi antara albedo dan flavedo disebut
pericarp yang sering dikenal sebagai kulit.

3. Endocarp
Endocarp merupakan bagian buah yang dapat dimakan, di mana pada
endocarp ini terdapat sejumlah segmen di dalamnya. Umumnya buah jeruk
mempunyai 9-13 segmen. Di bagian dalam tiap-tiap segmen terdapat kantung sari
buah (juice sacs) yang mempunyai membran relatif kuat dan mempunyai dinding
sel tipis.

Jeruk mengandung vitamin C yang sangat tinggi. Selain itu, jeruk juga
mengandung folacin, kalsium, potasium, thiamin, niacin, dan magnesium. Banyak
industri minuman yang menggunakan buah jeruk sebagai bahan baku, maka limbah
kulit jeruk yang dihasilkan jumlahnya cukup banyak. Minyak kulit jeruk merupakan
minyak aromatis yang terdapat pada gland di bagian kulit buah jeruk.
Dalam minyak kulit jeruk umumnya terkandung limonene(95%), myrcene(2%),
noctanal(1%), pinene(0,4%), linanool(0,3%), decanal(0,3%), sabiene(0,2%),
geranial(0,1%), neral(0,1%), dodecanal(0,1%), dan senyawa-senyawa lainnya (0,5%).

Adanya kandungan minyak atsiri dalam kulit jeruk memungkinkan untuk


meningkatkan nilai ekonomis limbah kulit jeruk. Proses yang dilakukan untuk
memperoleh minyak kulit jeruk terdiri dari 2 tahap yaitu perlakuan pendahuluan dan
pemisahan minyak kulit jeruk. Perlakuan pendahuluan dilakukan dengan pengecilan
ukuran (size reduction), dan pengeringan kulit jeruk. Untuk proses pengeringan
sebaiknya dilakukan pada suhu rendah dengan menggunakan udara kering sebagai
medium pengering supaya komposisi, dan aroma minyak kulit jeruk tidak berubah
karena teroksidasi oleh udara. Proses pemisahan minyak kulit jeruk dapat dilakukan
dengan 3 metode yaitu distilasi, pengepresan, dan leaching( ekstraksi).

Kegunaan minyak kulit jeruk cukup banyak, yaitu secara umum sebagai flavouring
atau fragrance agent pada berbagai industri. Industri kosmetik menggunakan minyak
kulit jeruk sebagai bahan pembuatan sabun, pasta gigi, shampoo, losion, pembersih
wajah, dan minyak wangi. Industri makanan menggunakannya sebagai essence atau
penambah citra rasa. Di industri farmasi, minyak kulit jeruk digunakan sebagai
pembersih atau sterilisasi peralatan medis, perawatan kanker, antioksidan, dan obat
jerawat. Industri lain menggunakannya sebagai bahan pembuatan sabun cuci tangan,
pewangi pel, pengharum ruangan, penutup bau tidak sedap dari obat pembasmi
serangga, dan berbagai barang kebutuhan rumah tangga lainnya. Selain sebagai pemberi
aroma, minyak ini memiliki keunggulan tersendiri, yaitu sebagai pelarut (solven) yang
ramah lingkungan karena bersifat biodegradable yang diproduksi dari sumber daya
alam yang dapat diperbaharui sebagai pengganti berbagai pelarut yang berbahaya
seperti benzena, CFC, freon, dan xylene.

Oleh karena luasnya penggunaan minyak kulit jeruk serta tersedianya bahan cukup
banyak, dan dapat diperbaharui, maka dapat dikatakan bahwa minyak kulit jeruk
memiliki potensi yang cukup besar untuk meningkatkan komoditas ekspor nonmigas.
Dari alasan-alasan yang telah tersebut di atas, dalam penelitian ini dipelajari tentang
produksi minyak kulit jeruk dengan berbagai macam metode[10] untuk menghasilkan
minyak kulit jeruk dengan kualitas yang baik dan yield yang paling tinggi.
III. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT

Gelas Ukur 100mL Gelas Ukur 1000mL

Labu Dasar Bulat / Labu didih Soxhlet

Kondensor Selang
Hotplate Thermocouple Thermometer

Panci / Penangas Klem

Statif Batang Pengaduk


Refraktometer Pipet Tetes

Kertas Saring Botol Sampel

Pompa Ember

Stopwatch
B. BAHAN

Aqua DM Ethanol Teknis 96%

Kulit Jeruk
IV. LANGKAH PERCOBAAN
A. Persiapan
1. Rangkai alat seperti pada gambar dibawah dengan aliran air yang masuk
kedalam kondensor dihubungkan melalui selang dibantu dengan proses suction
pada pompa.

2. Ditimbang dan dicatat sejumlah cuplikan yang dimasukan kedalam kertas


saring, dibuat 2 kali penimbangan untuk satu variasi pemanasan.
3. Panaskan air didalam penangas hingga suhu 850C.
4. Encerkan ethanol 96% menjadi 200ml ethanol 50%, dengan metode
pengenceran, larutan tersebut dimasukkan kedalam labu dasar bulat.
5. Diukur dan dicatat konsentrasi alcohol dengan refractometer berikut dengan
suhu awal alcohol.
6. Lakukan langkah yang sama untuk variasi suhu penangas 95oC.

B. Pengoperasian
1. Setelah soxhlet berisi cuplikan, labu dasar bulat berisi ethanol 50%, hubungkan
komponen kondensor dengan soxhlet dan soxhlet dengan labu dasar bulat
(catatan : labu dasar bulat di tempatkan di dalam penangas).
2. Periksa kembali setiap saluran baik saluran air ataupun saluran feed yang akan
masuk.
3. Ketika suhu penangas sudah mencapai 85oC, catat sebagai start awal dan ukur
parameter parameternya yaitu : suhu air masuk dan keluar, suhu pelarut, suhu
uap, suhu penangas.
4. Catat parameter parameter setiap 5 menit. (catatan : suhu penangas harus
dijaga 850C).
5. Ukur debit air yang mengalir pada kondensor dengan cara mengukur aliran
keluar air kondensor pada gelas ukur 1000mL dan hitung waktu air hingga
mencapai 1000mL.
6. Sistem dimatikan ketika proses ekstraksi sudah mencapai 1 siklus.
7. Lakukan langkah yang sama untuk variasi suhu penangas 95oC.

C. Pemberhentian
1. Matikan hotplate.
2. Ukur volume, suhu dan konsentrasi ekstrak didalam soxhlet.
3. Ukur volume, suhu, dan konsetrasi pelarut sisa didalam labu dasar bulat.
4. Matikan pompa.
5. Hasil ekstrak didalam kertas saring dikeringkan dalam suhu ambient
bersamaan dengan cuplikan lainnya yang dilakukan tanpa proses ekstraksi.
6. Lakukan penimbangan ekstrak dan penimbangan cuplikan tanpa proses
ekstraksi.
7. Rapihkan peralatan dan bahan.
8. Lakukan langkah yang sama untuk variasi suhu penangas 95oC.
V. DATA PENGAMATAN
A. Suhu Penangas 950C
I. Data Penimbangan
Berat Sample
Berat Kertas
Sampel Berat Sample setelah Keterangan
Saring
dikeringkan
Sampel
13.0340
dengan 1.5151 gram 3.3372 gram
gram
Ekstraksi
Sampel tanpa 13.0340
7.8961 gram
Ekstraksi gram

II. Data Pelarut, Ekstrak, Air (Kondensor)

Larutan C2H5OH Ekstrak

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Volume 200ml 161 30

% 49% 37 70

Suhu (oC) 29.7 50.6 24.2

Debit
9.52381 cm3/s
Kondensor

Suhu
23.5oC
Kondensor
III. Data Pompa dan Hotplate
Submersible pump Hotplate Maspion s-301

V = 220 AC V= 220 AC

f = 50Hz f = 50 Hz

Qmax = 700 L/H Wmax = 600 watt

Hmax = 0.8 m

W max = 12 Watt

IV. Data Percobaan

T in T out
Refrijeran T Uap T Pelarut T Penangas
t (menit) Refrijeran
(oC) (oC) (oC)
(oC)
(oC)
5 22.7 24.4 27.4 83.3 93
10 22.5 24.1 27.5 84.3 93.5
15 22.6 23.7 26.5 84.6 93.7
20 22.5 23.3 26.5 85.6 94
25 22.6 23.5 26.6 87.7 94.5
30 22.5 23.5 26.6 87.5 94.5
32.3 22.6 23.6 26.6 80.9 94.6
Rata Rata 22.57143 23.72857 26.81429 84.84286 93.97143

B. Suhu Penangas 850C


I. Data Penimbangan
Sampel Berat Kertas Berat Sample Berat Sample Keterangan
Saring setelah
dikeringkan
Sampel 1.6862 gram 13.0363 3.0596 gram
dengan gram
Ekstraksi
Sampel tanpa 13.0363 8.3247 gram
Ekstraksi gram
II. Data Pelarut, Ekstrak, Air (Kondensor)

Larutan C2H5OH Ekstrak

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Volume 200ml 170 - 20

% 49% >41 - >80

Suhu (oC) 29.7 50.6 - 24.2

Debit
8.849558 cm3/s
Kondensor

Suhu
23.5oC
Kondensor

III. Data Pompa dan Hotplate

Submersible pump Hotplate Maspion s-301

V = 220 AC V= 220 AC

f = 50Hz f = 50 Hz

Qmax = 700 L/H Wmax = 600 watt

Hmax = 0.8 m

W max = 12 Watt
IV. Data Percobaan

T in T out
t T Uap T Pelarut T Penangas
Refrijeran Refrijeran
(menit) o o
(oC) (oC) (oC)
( C) ( C)
5 23.3 23.5 25.4 81.1 85.6
10 24.3 24.5 25.4 81.3 85.2
15 24.6 24.7 25.6 81.5 84.4
20 24.6 24.8 25.6 81.5 84.4
25 24.6 24.1 25.7 81.6 84.3
30 24.7 24.9 25.8 82.1 86.8
35 24.7 24.9 25.8 82.4 85.7
40 24.6 25.1 26 82.5 87
45 24.4 24.6 26.1 82 84.3
50 24.5 24.9 26.1 83.3 85.8
55 24.6 25.6 26.2 83.6 87
60 24.4 24.6 26.2 84 85.4
65 24.5 25.2 26.3 85 86.2
`70 24.4 24.7 26.4 85 86
75 24.5 24.8 26.3 84.3 85.5
80 24.4 24.6 26.4 84.4 85.4
85 24.4 24.6 26.6 84.6 85.6
90 24.5 24.7 26.4 85.2 85.6
95 24.2 24.8 26.1 84.5 85
100 24.5 24.8 26.3 84.8 85.3
105 24.6 24.9 26.5 85.7 86.3
110 24.6 24.9 26.6 83.3 84.9
115 24.7 24.8 26.5 85.5 86.8
120 24.6 24.9 26.5 84.9 85.7
125 24.5 24.9 26.5 85.9 86.5
130 24.8 25 26.5 85.9 86.5
135 24.8 25 26.5 84.5 85.5
140 24.8 25 26.2 85.3 85.9
145 24.9 25.2 26.6 84.8 85.7
146.26 24.9 25.2 26.6 81 85.6
Rata rata 24.53 24.80667 26.19 83.71667 85.66333
VI. GRAFIK DAN NERACA MASSA
A. GRAFIK
Pada Penangas 85C

Konsumsi Kebutuhan Pompa terhadap


Waktu
0.04

0.03
Daya (kWh)

0.02

0.01

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
t(menit)

Konsumsi Kebutuhan Hotplate terhadap


waktu
2
Daya (kWh)

1.5
1
0.5
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
t(menit)

Kebutuhan Total terhadap Waktu


1.6
1.4
1.2
daya (kWh)

1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160

waktu (menit)
Pada Penangas 95C

Kebutuhan Pompa terhadap waktu


0.007
0.006
0.005
daya (kWh)

0.004
0.003
0.002
0.001
0
0 5 10 15 20 25 30 35
t(menit)

Kebutuhan Hotplate terhadap waktu


0.35
0.3
0.25
daya (kWh)

0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 5 10 15 20 25 30 35
t(menit)

Konsumsi Kebutuhan Total terhadap waktu


0.35
0.3
0.25
daya (kWh)

0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 5 10 15 20 25 30 35
t(menit)
B. NERACA MASSA
A. Neraca Massa pada suhu 95C
6. Neraca Massa Seluruh Sistem
Feed (s)
Tout Tin
Massa = 13.0340
Pelarut(l)
Ekstrak (l)
Xethanol= 0.7
Xethanol= 0.7
ethanol
kondensor Kolom Ekstraksi
Rafinat (s)

Massa : 3.3372
gr

Pelarut(g)

Xethanol= 0.5

Tuap = 26.810C
Pelarut(l)

V = 200ml

Xethanol= 0.5

Tethanol = 84.840C Labu


dasar
Bulat

B. Neraca Massa pada suhu 85C


5. Neraca Massa Ekstraktor

6. Neraca Massa Seluruh Sistem


Feed (s)
Tin Pelarut(l)
Tout
Massa =13.0363 gr
Xethanol= 1
Ekstrak (l)
ethanol
Xethanol= 1

kondensor Kolom Ekstraksi


Rafinat (s)

Massa :
3.0596gr

Pelarut(g)

Xethanol= 0.5

Tuap = 26.190C
Pelarut(l)

V = 200ml

Xethanol= 0.5

Tethanol = 83.720C Labu


dasar
Bulat

Q
DAFTAR PUSTAKA

Geankoplis, C.J. Transport Processes and Separation Process Principles. Pearson


Education Inc. New Jersey. 2003.

Luh, W., Commercial Fruit Processing. Edisi Kedua, The Avi Publishing Company
Westport. Connecticut. 1986.

Tri Atmojo, Susilo. 2011. Ekstraksi (Pengertian, Prinsip Kerja, Jenis-jenis Ekstraksi).
http://chemistry35.blogspot.co.id/2011/04/ekstraksi-pengertian-prinsip-kerja.html [10
November 2017]

Warren, Mc. Cabe L, dkk. 1993. Unit Operation of Chemical Engineering Fifth
Edition. NewYork : McGraw-Hill, Inc.

Megawati dan Rosa. 2015. Ekstraksi Minyak Atsiri kulit jeruk Manus dengan metode
vakum microwave assisted hydrodistillation. Semarang: Universitas Negri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai