Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Kinerja Proses
Energi
2017
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan praktikum mahasiswa diharapkan dapat:
1. Mengamati parameter-parameter dalam proses ektraksi.
2. Mengetahui pengaruh parameter-parameter dalam proses ektraksi.
3. Mengetahui metode pemisahan dengan cara ekstraksi soxhlet.
4. Mengetahui intensitas energi pada proses ekstrasi soxhlet.
B. Cara Panas
1. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik.
2. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru dan
yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstrak kontinu
dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
3. Digesti
4. Infundasi
5. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperatur sampai titik
1. Ukuran partikel
Makin kecil ukuran partikel akan menyebabkan luas permukaan dari partikel
per satuan berat jeruk menjadi besar, sehingga menyebabkan pelarut yang berdifusi
semakin banyak.
2. Pelarut
Cairan yang dipilih sebagai pelarut harus mampu melarutkan solut dengan baik
dan viskositasnya rendah, sehingga dapat mensirkulasi dengan baik.
3. Suhu
Biasanya kelarutan dari bahan yang diekstraksi akan bertambah dengan
meningkatnya suhu, sehingga laju ektraksinya juga bertambah. Selain itu, koefisien
difusivitas juga akan semakin meningkat dengan naiknya suhu sehingga dapat
mempercepat laju ekstraksi.
4. Agitasi
Pengadukan larutan juga penting karena akan meningkatkan difusi Eddy dan
meningkatkan kecepatan perpindahan bahan dari permukaan padatan ke badan
larutan. Selain itu pengadukan juga mencegah terjadinya pengendapan.
Sokletasi adalah metode ekstraksi untuk bahan yang tahan pemanasan dengan
cara meletakkan bahan yang akan diekstraksi dalam sebuah kantung ekstraksi kertas
saring didalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinu (Voight, 2994).
Prinsip kerja dari metode ini adalah salah satu yang digunakan untuk
mengekstraksi senyawa dari serbuk simplisia dengan cara pemanasan dan cairan
penyari dipanaskan secara terpisah. cairan penyari akan menguap menuju pendingin
(kondensor) dan akan terkondensasi selanjutnya turun pada klonsong yang berisi
sampel dan akan mengekstraksi kembali sampel (Aryo, 2012).
Metode sokletasi seakan merupakan penggabungan antara metoda maserasi dan
perkolasi. Jika pada metoda pemisahan minyak astiri (destilasi uap), tidak dapat
digunakan dengan baik karena persentase senyawa yang akan digunakan atau yang
akan diisolasi cukup kecil atau tidak didapatkan pelarut yang diinginkan untuk
maserasi ataupun perkolasi ini, maka cara yang terbaik yang didapatkan untuk
pemisahan ini adalah sokletasi (Davia. 1995).
Alat yang digunakan adalah seperangkat alat sokletasi yang terdiri atas labu
didih, tabung soklet, dankondensor. Sample dalam sokletasi perlu dikeringkan terlebih
dahulu untuk menghilangkan kandungan air yang terdapat dalam sample dan
dihaluskan untuk mempermudah pelarutan senyawa (Perwita, F.A, 2010).
Syarat syarat pelarut yang digunakan dalam proses sokletasi (Sudjadi, 1986):
1. Pelarut yang mudah menguap seperti: n-heksan, eter, petroleum eter, metilklorida
dan alcohol.
2. Titik didih pelarut rendah
3. Pelarut tidak melarutkan senyawa yang diinginkan
4. Pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi
5. Pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah pengocokan
6. Sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau nonpolar
Keunggulan dari metode sokletasi ini adalah sebagai berikut (Wulandari, 2011):
Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali. Kelemahan dari
metode sokletasi ini adalah sebagai berikut (Wulandari, 2011):
1. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang mudah rusak
atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan terjadi penguraian.
3. Pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga mudah menguap.
Jeruk merupakan salah satu buah-buahan tropis andalan yang dihasilkan oleh
negara Indonesia, hampir seluruh wilayah Indonesia dapat ditanami jeruk dan yang
terbaik adalah apabila ditanam di dalam tanah dengan ketinggian 400 meter di atas
permukaan laut.
Buah jeruk tersusun dari komponen-komponen sebagai berikut:
1. Flavedo
Flavedo merupakan bagian yang memberikan warna pada kulit jeruk. Di dalam
flavedo terkandung karoten yang memberi sifat warna kuning pada buah jeruk.
Sekitar 60% karoten yang terdapat pada buah jeruk terdapat pada bagian ini. Di
bagian ini juga terdapat gland yang mengandung minyak kulit jeruk.
2. Albedo
Albedo terletak di bawah flavedo. Albedo biasanya mempunyai lapisan yang
tebal, putih dan seperti spon. Albedo terdiri atas sel-sel parenkim yang kaya akan
substansi pektin dan hemiselulosa. Kombinasi antara albedo dan flavedo disebut
pericarp yang sering dikenal sebagai kulit.
3. Endocarp
Endocarp merupakan bagian buah yang dapat dimakan, di mana pada
endocarp ini terdapat sejumlah segmen di dalamnya. Umumnya buah jeruk
mempunyai 9-13 segmen. Di bagian dalam tiap-tiap segmen terdapat kantung sari
buah (juice sacs) yang mempunyai membran relatif kuat dan mempunyai dinding
sel tipis.
Jeruk mengandung vitamin C yang sangat tinggi. Selain itu, jeruk juga
mengandung folacin, kalsium, potasium, thiamin, niacin, dan magnesium. Banyak
industri minuman yang menggunakan buah jeruk sebagai bahan baku, maka limbah
kulit jeruk yang dihasilkan jumlahnya cukup banyak. Minyak kulit jeruk merupakan
minyak aromatis yang terdapat pada gland di bagian kulit buah jeruk.
Dalam minyak kulit jeruk umumnya terkandung limonene(95%), myrcene(2%),
noctanal(1%), pinene(0,4%), linanool(0,3%), decanal(0,3%), sabiene(0,2%),
geranial(0,1%), neral(0,1%), dodecanal(0,1%), dan senyawa-senyawa lainnya (0,5%).
Kegunaan minyak kulit jeruk cukup banyak, yaitu secara umum sebagai flavouring
atau fragrance agent pada berbagai industri. Industri kosmetik menggunakan minyak
kulit jeruk sebagai bahan pembuatan sabun, pasta gigi, shampoo, losion, pembersih
wajah, dan minyak wangi. Industri makanan menggunakannya sebagai essence atau
penambah citra rasa. Di industri farmasi, minyak kulit jeruk digunakan sebagai
pembersih atau sterilisasi peralatan medis, perawatan kanker, antioksidan, dan obat
jerawat. Industri lain menggunakannya sebagai bahan pembuatan sabun cuci tangan,
pewangi pel, pengharum ruangan, penutup bau tidak sedap dari obat pembasmi
serangga, dan berbagai barang kebutuhan rumah tangga lainnya. Selain sebagai pemberi
aroma, minyak ini memiliki keunggulan tersendiri, yaitu sebagai pelarut (solven) yang
ramah lingkungan karena bersifat biodegradable yang diproduksi dari sumber daya
alam yang dapat diperbaharui sebagai pengganti berbagai pelarut yang berbahaya
seperti benzena, CFC, freon, dan xylene.
Oleh karena luasnya penggunaan minyak kulit jeruk serta tersedianya bahan cukup
banyak, dan dapat diperbaharui, maka dapat dikatakan bahwa minyak kulit jeruk
memiliki potensi yang cukup besar untuk meningkatkan komoditas ekspor nonmigas.
Dari alasan-alasan yang telah tersebut di atas, dalam penelitian ini dipelajari tentang
produksi minyak kulit jeruk dengan berbagai macam metode[10] untuk menghasilkan
minyak kulit jeruk dengan kualitas yang baik dan yield yang paling tinggi.
III. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
Kondensor Selang
Hotplate Thermocouple Thermometer
Pompa Ember
Stopwatch
B. BAHAN
Kulit Jeruk
IV. LANGKAH PERCOBAAN
A. Persiapan
1. Rangkai alat seperti pada gambar dibawah dengan aliran air yang masuk
kedalam kondensor dihubungkan melalui selang dibantu dengan proses suction
pada pompa.
B. Pengoperasian
1. Setelah soxhlet berisi cuplikan, labu dasar bulat berisi ethanol 50%, hubungkan
komponen kondensor dengan soxhlet dan soxhlet dengan labu dasar bulat
(catatan : labu dasar bulat di tempatkan di dalam penangas).
2. Periksa kembali setiap saluran baik saluran air ataupun saluran feed yang akan
masuk.
3. Ketika suhu penangas sudah mencapai 85oC, catat sebagai start awal dan ukur
parameter parameternya yaitu : suhu air masuk dan keluar, suhu pelarut, suhu
uap, suhu penangas.
4. Catat parameter parameter setiap 5 menit. (catatan : suhu penangas harus
dijaga 850C).
5. Ukur debit air yang mengalir pada kondensor dengan cara mengukur aliran
keluar air kondensor pada gelas ukur 1000mL dan hitung waktu air hingga
mencapai 1000mL.
6. Sistem dimatikan ketika proses ekstraksi sudah mencapai 1 siklus.
7. Lakukan langkah yang sama untuk variasi suhu penangas 95oC.
C. Pemberhentian
1. Matikan hotplate.
2. Ukur volume, suhu dan konsentrasi ekstrak didalam soxhlet.
3. Ukur volume, suhu, dan konsetrasi pelarut sisa didalam labu dasar bulat.
4. Matikan pompa.
5. Hasil ekstrak didalam kertas saring dikeringkan dalam suhu ambient
bersamaan dengan cuplikan lainnya yang dilakukan tanpa proses ekstraksi.
6. Lakukan penimbangan ekstrak dan penimbangan cuplikan tanpa proses
ekstraksi.
7. Rapihkan peralatan dan bahan.
8. Lakukan langkah yang sama untuk variasi suhu penangas 95oC.
V. DATA PENGAMATAN
A. Suhu Penangas 950C
I. Data Penimbangan
Berat Sample
Berat Kertas
Sampel Berat Sample setelah Keterangan
Saring
dikeringkan
Sampel
13.0340
dengan 1.5151 gram 3.3372 gram
gram
Ekstraksi
Sampel tanpa 13.0340
7.8961 gram
Ekstraksi gram
% 49% 37 70
Debit
9.52381 cm3/s
Kondensor
Suhu
23.5oC
Kondensor
III. Data Pompa dan Hotplate
Submersible pump Hotplate Maspion s-301
V = 220 AC V= 220 AC
f = 50Hz f = 50 Hz
Hmax = 0.8 m
W max = 12 Watt
T in T out
Refrijeran T Uap T Pelarut T Penangas
t (menit) Refrijeran
(oC) (oC) (oC)
(oC)
(oC)
5 22.7 24.4 27.4 83.3 93
10 22.5 24.1 27.5 84.3 93.5
15 22.6 23.7 26.5 84.6 93.7
20 22.5 23.3 26.5 85.6 94
25 22.6 23.5 26.6 87.7 94.5
30 22.5 23.5 26.6 87.5 94.5
32.3 22.6 23.6 26.6 80.9 94.6
Rata Rata 22.57143 23.72857 26.81429 84.84286 93.97143
Debit
8.849558 cm3/s
Kondensor
Suhu
23.5oC
Kondensor
V = 220 AC V= 220 AC
f = 50Hz f = 50 Hz
Hmax = 0.8 m
W max = 12 Watt
IV. Data Percobaan
T in T out
t T Uap T Pelarut T Penangas
Refrijeran Refrijeran
(menit) o o
(oC) (oC) (oC)
( C) ( C)
5 23.3 23.5 25.4 81.1 85.6
10 24.3 24.5 25.4 81.3 85.2
15 24.6 24.7 25.6 81.5 84.4
20 24.6 24.8 25.6 81.5 84.4
25 24.6 24.1 25.7 81.6 84.3
30 24.7 24.9 25.8 82.1 86.8
35 24.7 24.9 25.8 82.4 85.7
40 24.6 25.1 26 82.5 87
45 24.4 24.6 26.1 82 84.3
50 24.5 24.9 26.1 83.3 85.8
55 24.6 25.6 26.2 83.6 87
60 24.4 24.6 26.2 84 85.4
65 24.5 25.2 26.3 85 86.2
`70 24.4 24.7 26.4 85 86
75 24.5 24.8 26.3 84.3 85.5
80 24.4 24.6 26.4 84.4 85.4
85 24.4 24.6 26.6 84.6 85.6
90 24.5 24.7 26.4 85.2 85.6
95 24.2 24.8 26.1 84.5 85
100 24.5 24.8 26.3 84.8 85.3
105 24.6 24.9 26.5 85.7 86.3
110 24.6 24.9 26.6 83.3 84.9
115 24.7 24.8 26.5 85.5 86.8
120 24.6 24.9 26.5 84.9 85.7
125 24.5 24.9 26.5 85.9 86.5
130 24.8 25 26.5 85.9 86.5
135 24.8 25 26.5 84.5 85.5
140 24.8 25 26.2 85.3 85.9
145 24.9 25.2 26.6 84.8 85.7
146.26 24.9 25.2 26.6 81 85.6
Rata rata 24.53 24.80667 26.19 83.71667 85.66333
VI. GRAFIK DAN NERACA MASSA
A. GRAFIK
Pada Penangas 85C
0.03
Daya (kWh)
0.02
0.01
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
t(menit)
1.5
1
0.5
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
t(menit)
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
waktu (menit)
Pada Penangas 95C
0.004
0.003
0.002
0.001
0
0 5 10 15 20 25 30 35
t(menit)
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 5 10 15 20 25 30 35
t(menit)
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 5 10 15 20 25 30 35
t(menit)
B. NERACA MASSA
A. Neraca Massa pada suhu 95C
6. Neraca Massa Seluruh Sistem
Feed (s)
Tout Tin
Massa = 13.0340
Pelarut(l)
Ekstrak (l)
Xethanol= 0.7
Xethanol= 0.7
ethanol
kondensor Kolom Ekstraksi
Rafinat (s)
Massa : 3.3372
gr
Pelarut(g)
Xethanol= 0.5
Tuap = 26.810C
Pelarut(l)
V = 200ml
Xethanol= 0.5
Massa :
3.0596gr
Pelarut(g)
Xethanol= 0.5
Tuap = 26.190C
Pelarut(l)
V = 200ml
Xethanol= 0.5
Q
DAFTAR PUSTAKA
Luh, W., Commercial Fruit Processing. Edisi Kedua, The Avi Publishing Company
Westport. Connecticut. 1986.
Tri Atmojo, Susilo. 2011. Ekstraksi (Pengertian, Prinsip Kerja, Jenis-jenis Ekstraksi).
http://chemistry35.blogspot.co.id/2011/04/ekstraksi-pengertian-prinsip-kerja.html [10
November 2017]
Warren, Mc. Cabe L, dkk. 1993. Unit Operation of Chemical Engineering Fifth
Edition. NewYork : McGraw-Hill, Inc.
Megawati dan Rosa. 2015. Ekstraksi Minyak Atsiri kulit jeruk Manus dengan metode
vakum microwave assisted hydrodistillation. Semarang: Universitas Negri Semarang.