Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

PRAKTIKUM FITOKIMIA
PERCOBAAN 2
Ekstraksi dengan Metode perkolasi

DISUSUN OLEH:

NAMA NIM TTD DOSEN/ASISTEN

Laode Dimun Alfa Saputra F.21.026


Nesa Sarina F.21.031
Nur Aisyah F.21.032

KELAS III. A FARMASI

KELOMPOK VI (ENAM)

ASISTEN INGGIT SURYANINGSIH A.Md. Farm

TGL KOREKAI/ACC

LABORATORIUM FARMASI TERPADU

PROGRAM STUDI D-III FARMASI

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI

2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman

hayati. Letak Indonesia yang dilewati oleh garis katulistiwa berpengaruh

langsung terhadap kekayaan hutan tropis yang dimilikinya. Kekayaan

hayati yang dimiliki Indonesia berpotensi untuk dimanfaatkan

sebagai sumber tanaman obat, insektisida alami, minyak, makanan,

dan barang-barang lainnya.

Tanaman obat sudah digunakan oleh masyarakat, sebelum

ditemukan obat sintetik. Bagian tanaman yang digunakan dapat diambil

dari berbagai bagian mulai dari daun, batang, akar, rimpang, buah,

maupun bunganya. Tanaman tertentu digunakan sebagai obat tradisional

oleh masyarakat karena memiliki khasiat yang terbukti secara empiris dan

tanpa efek samping. Hal inilah yang mendorong masyarakat modern untuk

kembali ke alam, karena obat-obat sintetik disamping harganya mahal,

juga telah banyak terbukti memberi efek samping yang tidak diinginkan.

Tumbuhan mempunyai kandungan senyawa kimia yang

kompleks dan beragam. Kandungan senyawa tersebut dapat

dikelompokkan menjadi senyawa metabolit primer dan senyawa metabolit

sekunder. Senyawa metabolit primer merupakan senyawa hasil

metabolisme yang digunakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup

suatu organisme. Biasanya berupa molekul besar seperti karbohidrat,


lemak, protein, dan asam nukleat. Sedangkan senyawa metabolit

sekunder merupakan molekul kecil hasil metabolisme yang dihasilkan

secara terbatas oleh organisme. Senyawa metabolit sekunder yang

dihasilkan pada tanaman sangat beragam antara tanaman satu dengan yang

lain. Pada umumnya senyawa metabolit sekunder mempunyai bioaktivitas

yang spesifik dan berfungsi juga sebagai pertahanan terhadap hama atau

untuk melawan penyakit.

Tanaman waru (hibiscus tiliaceus) suku kapas-kapasan atau

malvaceae, dikenal sebagai waru laut atau pantai dan lama dikenal sebagai

pohonpeneduh tepi jalan atau tepi sungai dan pematang serta pantai.

Walaupun tajuknya tidak terlalu rimbun, tanaman ini disukai karena

akarnya tidak dalam sehingga tidak merusak jalan dan bangunan di

sekitarnya. Di Indonesia tumbuhan ini memiliki banyak nama seperti: baru

(Gayo, Belitung, Sumba); baru dowongi (Ternate, Tidore); waru (Sunda,

Jawa, Bali, Flores); haru, halu, faru, fanu (aneka bahasa di Maluku); dan

kalibau (Palu). Tanaman waru selama ini banyak dikenal masyarakat

hanya sebagai tanaman liar. Terkadang masyarakat kurang memanfaatkan

tanaman ini sehingga hanya dibiarkan begitu saja. Padahal, tanaman bunga

waru ini mempunyai banyak manfaat yaitu sebagai obat tradisional,

pendingin bagi sakit demam, membantu pertumbuhan rambut, obat batuk,

obat diare berdarah/berlendir dan amandel (Heyne, 1987; Adhirajan, dkk,

2003; Adje, dkk, 2008).


B. Tujuan Praktikum

Mahasiswa dapat melakukan ekstraksi senyawa metabolit dengan

metode Perkolasi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang bunga waru

Tanaman waru merupakan tumbuhan tropis berbatang sedang,

terutama tumbuh di pantai yang tidak berawa atau di dekat pesisir. Waru

tumbuh liar di hutan dan di ladang, kadang-kadang tanaman waru ditanam

di pekarangan atau di tepi jalan sebagai pohon pelindung (Dalimartha,

2000)

B. Metode ekstraksi perkolasi

1. Pengertian Perkolasi

Perkolasi adalah menda ekstraksi cara dingin yang menggunakan

pelarut mengalir yang selalu baru. Perkolasi banyak digunakan untuk

ekstraksi metabolit sekunder dari bahan alam, terutama untuk senyawa

yang tidak tahan panas (termolabil). Ekstraksi dilakukan dalam bejana

yang dilengkapi kran untuk mengeluarkan pelarut pada bagian bawah.

Perbedaan utama dengan maserasi terdapat pada pola penggunaan

pelarut. dimana pada maserasi pelarut hanya di pakai untuk merendam

bahan dalam waktu yang cukup lama, sedangkan pada perkolasi

pelarut dibuat mengalir.


Penambahan pelarut dilakukan secara terus menerus, sehingga

proses ekstraksi selalu dilakukan dengan pelarut yang baru. Dengan

demikian diperlukan pola penambahan pelarut secara terus menerus,

hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan pola penetesan pelarut

dari bejana terpisah disesuaikan dengan jumlah pelarut yang keluar,

atau dengan penambahan pelarut dalam jumlah besar secara berkala.

Yang perlu diperhatikan jangan sampai bahan kehabisan pelarut.

Proses ekstraksi dilakukan sampai seluruh metabolit sekunder habis

tersari, pengamatan sederhana untuk mengindikasikannya dengan

warna pelarut, dimana bila pelarut sudah tidak lagi berwarna biasanya

metabolit sudah tersari. Namun untuk memastikan metabolit sudah

tersari dengan sempuma dilakukan dengan menguji tetesan yang keluar

dengan KLT atau spektrofotometer UV Penggunaan KLT lebih sulit

karena harus disesuaikan fase gerak yang dipakai, untuk itu lebih baik

menggunakan spektrofotometer. Namun apabila menggunakan KLT

indikasi metabolit habis tersari dengan tidak adanya noda/spot pada

plat, sedangkan dengan spektrofotometer ditandai dengan tidak adanya

puncak.

Perkolasi dilakukan dalam wadah berbentuk silindris atau

kerucut (perkulator) yang memiliki jalan masuk dan keluar yang

sesuai. Bahan pengekstaksi yang dialirkan secara kontinyu dari atas,

akan mengalir turun secara lambat melintasi simplisia yang umumnya

berupa serbuk kasar. Melalui penyegaran bahan pelarut secara


kontinyu, akan terjadi proses maserasi bertahap banyak. Jika pada

maserasi sederhana tidak terjadi ekstraksi sempurna dari simplisia oleh

karena akan terjadi keseimbangan kosentrasi antara larutan dalam

seldengan cairan disekelilingnya, maka pada perkolasi melalui

simplisia bahan pelarut segar perbedaan kosentrasi tadi selalu

dipertahnkan. Dengan demikian ekstraksi total secara teoritis

dimungkinkan (praktis jumlah bahan yang dapat diekstraksi mencapai

95%) (Voight, 1995).

2. Jenis-jenis Perkolator

Jenis-jenis dari percolator yaitu:

a. Perkolator bentuk corong

b. Percolator bentuk tabung

c. Percolator bentuk paruh

Dasar pemilihan perkolator tergantung pada jenis serbuk simplisia

yang akan disari. Jumlah bahan yang disari tidak boleh lebih dari 2/3

tinggi perkolator,

3. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Pada Metode Perkolasi

a. Pembuatan ekstrak cair dengan penyari etanol dilakukan tanpa

pemanasan.

b. Untuk ekstrak cair dengan penyari etanol, hasil akhir sebaiknya

dibiarkan ditempat sejuk selama 1 bulan, kemudian disaring sambil

mencegah penguapan,
c. Untuk ekstrak cair dengan penyari air, segera dihangatkan pada

suhu 90°C, dienapkan dan diserkai kemudian diuapkan pada

tekanan rendah tidak lebih dari 50C hingga diperoleh konsentrasi

yang dikehendaki.

d. Bagian leher percolator diberikan kapas atau gabus bertoreh. Kapas

atau gabus bertoreh diusahakan tidak basah oleh air kecuali bila

penyari mengandung air. Untuk penggunaan gabus, sebaiknya

dilapisi dengan kertas saring yang bagian tepinya digunting supaya

dapat menempel pada dinding percolator.

e. Pemindahan massa ke percolator dilakukan sedikit demi sedikit

sambil ditekan. Penekanan bertujuan untuk mengatur kecepatan

aliran penyan. Bila zat tidak tersari sempurna, penekanan dilakukan

dengan agak kuat. Selain itu, bila perkolat tidak menetes, massa

terlalu padat atau serbuk simplisia terlalu halus, maka percolator

harus dibongkar. Lalu dimasukkan kembali dengan penekanan agak

longgar bila perlu dicampur dengan sejumlah kerikil yang bersih.

f. Cairan penyari yang dituangkan harus selalu dijaga agar selapis

cairan penyari selalu ada dipermukaan massa, diusahakan agar

kecepatan cairan penyari sama dengan kecepatan sari menetes.

g. Penambahan cairan penyari dilakukan setelah massa didiamkan

selama 24 jam.

h. Kecepatan aliran percolator diatur 1 ml/menit.

4. Prinsip Perkolasi
Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia

dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam

bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan

penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan

penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui

sampai keadan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena

gravitasi, kohesi, dan berat cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang

menahan gerakan ke bawah. Perkolat yang diperoleh dikumpulkan,

lalu dipekatkan

5. Cara-cara perkolasi:

a. Perkolasi biasa

b. Perkolasi bertingkat, reperkolasi, fractional percolation

c. Perkolasi dengan tekanan, pressure percolation

d. 4.Perkolasi persambungan, continous extraction.(memakai alat

soxhlet)

6. Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi

karena:

a. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan

yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah,

sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.

b. Ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran

tempat mengalir cairan penyari karena kecilnya saluran kapiler


tersebut maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan

batas,sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.

7. Keuntungan perkolasi:

Tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat (mare)

telah terpisah dari ekstrak

8. Kerugian perkolasi:

Kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas

dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin

selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara

efisien

9. Rangkaian alat
BAB III
METODE KERJA

A. Alat Dan Bahan Praktikum

1. Alat yang digunakan dalam praktikum

Alat yang digunakan dalam ekstraksi dengan metode perkolasi,

rangkaian alat perkolasi,batangpengaduk, corong, wadahpenampung

ekstrak, dan alat modifikasi perkolasi.

2. Bahan yang digunakan dalam praktikum

Bahan yang digunakandalamekstraksidenganmetodeperkolasi

Adalah Bunga waru,etanol (96%), aquadest, kain fanel, aluminium

foil.

B. Prosedur Kerja

1. Di serbukkan simplasia denganderajat halus yang sesuai dan ditimbang

sebanyak 120 g.

2. Di masukan sampel kedalam bejana perkolator yang telah di lapisi

dengan kertas saring dan pada ujung perkolator di berikapas.

3. Di basahi sampel dengan etanl di tutupi wadah percolator dengan

aluminium foil.

4. Di masukkan cairan penyari (etanol) kedalam wadah infus dengan

selang infus di masukan kedalam percolator.

5. Di biarkan menetes sampel dari percolator kewadah dengan kecepatan

20 tetes/menit.

6. Di tambahkan cairan penyari pada percolator secara kontinyu

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Bobot Sampel Volume Penyari

Sampel Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah


Ekstraksi Ekstraksi Ekstraksi Ekstraksi

800
Daun waru 120 gram 135 gram 1000 ml
ml

B. Pembahasan

Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari

bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut.

Zat-zat aktif terdapat di dalam sel. namun sel tanaman dan hewan berbeda

demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan

pelarut tertentu dalam mengekstraksinya. (Dirjen POM, 1986)

Perkolasi adalah menda ekstraksi cara dingin yang menggunakan

pelarut mengalir yang selalu baru. Perkolasi banyak digunakan untuk

ekstraksi metabolit sekunder dari bahan alam, terutama untuk senyawa yang

tidak tahan panas (termolabil). Ekstraksi dilakukan dalam bejana yang

dilengkapi kran untuk mengeluarkan pelarut pada bagian bawah. Perbedaan

utama dengan maserasi terdapat pada pola penggunaan pelarut. dimana pada

maserasi pelarut hanya di pakai untuk merendam bahan dalam waktu yang

cukup lama, sedangkan pada perkolasi pelarut dibuat mengalir.

Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia

dimaserasi selama 3 jam, kemudian simplisia dipindahkan ke dalam bejana


silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan

dari atas ke bawah melalui simplisia tersebut, cairan penyari akan

melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia yang dilalui sampai keadan

jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh karena gravitasi, kohesi, dan berat

cairan di atas dikurangi gaya kapiler yang menahan gerakan ke bawah.

Perkolat yang diperoleh dikumpulkan, lalu dipekatkan.

Pada praktikum mengekstrasi dengan metode perkolasi kami

mengekstraksi bunga waru yang sudah di haluskan dan menggunakan

pelarut etanol yang di masukan kedalam bejana percolator, lalu di basahi

sampel dengan pelarut etanol sebanyak 250 ml dan di tutupi menggunakan

aluminium foil, di masukan juga etanol kedalam wadah infus sebanyak 750

ml dengan selang nfus di masukan kedalam wadah percolator, dengan itu

pelarut pada wadah infus akan menetes kewadah percolator dan selang

percolator akan menetes pada wadah penampung ekstrak, di biarkan menetes

dengan Kecepatan 20 tetes dalam 1 menit, dan ditunggu sampai bening

ekstrak yg di hasilkan. Hasil ekstraksi yang kami peroleh yaitu 800 ml

ekstrak. Setelah itu di lakukan pengupan menggunakan oven dengan suhu 60

℃ , ekstrak di simpan di mangkok kemudian di masukan ke oven tunggu

samapai ekstrak kental. Hasil ekstrak yang kami peroleh adalah 7,1 gram

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi pada praktikum ekstraksi dengan metode perkolasi, dimana

alat perkolasi di sebut perkolator dengan bentuk yaitu percolator bentuk

tabung percolator bentuk paruh pertcolator bentuk corong. Pada praktikum

kali ini kami menggunakan alat modifikasi skala lab sederhana yang

menggunakan alat perkolator bentuk tabung

B. Saran

Diharapakan selama praktikum berlangsung, ketertiban dan

kedisiplinan ditingkatkan agar proses praktikum dapat berjalan lancar dan

tenang.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Rohman., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.


Adrian, Peyne., 2000, Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat,

Pusat Penelitian, Universitas Negeri Andalas.

Anonim., 2015, Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokmia I Laboratorium

Bahan Alam Fakultas Farmasi, Makassar.

Dalimartha., 2004, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Trobus Agriwidya: Bogor.

Heyne., 1987, Tumbuhan berguna Indonesia. Badan Litbang kehutanan : Jakarta.

LAMPIRAN
A. Perhitungan Rendemen

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai