Anda di halaman 1dari 15

laporan ekstraksi

Diposkan pada 2 Juni 2015 oleh Nur Liati Iskandar

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang memiliki sumber daya alam berupa tumbuhan, hewan dan
hasil bumi lainnya yang beranekaragam. Dimana, sumber daya alam ini diketahui memiliki
potensi sebagai bahan baku obat utamanya obat-obatan tradisional yang sebagian besar berasal
dari tumbuh-tumbuhan.

Dalam banyak hal zat aktif dari tanaman obat yang secara umum sama tipe sifat kimianya,
mempunyai sifat kelarutan yang sama pula dapat diekstraksi secara stimultan dengan pelarut
tunggal atau campuran.

Sampel yang akan diujikan adalah tanaman rimpang lengkuas (Alpinia galanga L Wild).
Rimpang lengkuas biasanya digunakan sebagai penyedap pada masakan. Rimpang lengkuas
terdiri atas dua warna merah dan putih.

Bagian lengkuas yang sering digunakan sebagai bahan obat yaitu rimpangnya. Oleh karena itu
pada praktikum ini yang diuji kandungan kimianya adalah bagian rimpang.

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau
hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering
harus mudah digerus menjadi serbuk. Cahaya langsung Preparat farmasi tertentu yang dibuat
dengan proses ekstraksi yakni dengan penarikan zat pokok yang diinginkan dari bahan mentah
obat dengan menggunakan pelarut yang dipilih dimana zat yang diinginkan larut. Bahan mentah
obat berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan tidak perlu diproses lebih lanjut kecuali
dikumpulkan dan dikeringkan.

1. Maksud dan Tujuan


2. Maksud

Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk melakukan ekstraksi dari sampel rimpang
lengkuas metod maserasi dan refluks.

2. Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mendapatkan hasil ekstraksi dengan
menggunakan metode maserasi dan reflux pada Rimpang Lengkuas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Metode Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dan bagian tumbuhan obat,
hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif tersebut terdapat di dalam sel,
namun sel tumbuhan dan hewan memiliki perbedaan begitu pula ketebalannya sehingga
diperlukan metode ekstraksi dan pelarut tertentu untuk mengekstraksinya ( Tobo F, 2001).

Ekstraksi adalah pemurnian suatu senyawa. Ekstraksi cairan-cairan merupakan suatu teknik
dalam suatu larutan (biasanya dalam air) dibuat bersentuhan dengan suatu pelarut kedua
(biasanya organik), yang pada dasarnya tidak saling bercampur dan menimbulkan perpindahan
satu atau lebih zat terlarut (solut) ke dalam pelarut kedua itu. Pemisahan itu dapat dilakukan
dengan mengocok-ngocok larutan dalam sebuah corong pemisah selama beberapa menit (Shevla,
1985).

Ada beberapa metode sederhana yang dapat dilakukan untuk mengambil komponen berkhasiat
ini; diantaranya dengan melakukan perendaman, mengaliri simplisia dengan pelarut tertentu
ataupun yang lebih umum dengan melakukan perebusan dengan tidak melakukan proses
pendidihan (Makhmud, 2001).

Umumnya zat aktif yang terkandung dalam tumbuhan maupun hewan lebih mudah tarut dalam
petarut organik. Proses terekstraksinya zat aktif dimulai ketika pelarut organik menembus
dinding sel dan masuk ke dalam rongga set yang mengandung zat aktif, zat aktif akan terlarut
sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan pelarut organik di
luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi ke luar sel, dan proses ini akan berulang terus
sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel (Tobo F, 2001).

1. Proses Ekstrak bahan alam


2. Pengeringan dan perajangan

Pengeringan merupakan proses pengawetan simplisia sehingga simplisia tahan lama dalam
penyimpanan. Selain itu pengeringan akan menghindari teruainya kandungan kimia karena
pengaruh enzim. Pengeringan yang cukup akan mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan
kapang (jamur). Jamur Aspergilus flavus akan menghasilkan aflatoksin yang sangat beracun dan
dapat menyebabkan kanker hati, senyawa ini sangat ditakuti oleh konsumen dari Barat. Menurut
persyaratan obat tradisional tertera bahwa Angka khamir atau kapang tidak Iebih dari 104.
Mikroba patogen harus negatif dan kandungan aflatoksin tidak lebih dari 30 bagian per juta
(bpj). Tandanya simplisia sudah kering adalah mudah meremah bila diremas atau mudah patah.
Menurut persyaratan obat tradisional pengeringan dilakukan sampai kadar air tidak lebih dari
10%. Cara penetapan kadar air dilakukan menurut yang tertera dalam Materia Medika Indonesia
atau Farmakope Indonesia. Pengeringan sebaiknya jangan di bawah sinar matahari langsung,
melainkan dengan almari pengering yang dilengkapi dengan kipas penyedot udara sehingga
terjadi sirkulasi yang baik. Bila terpaksa dilakukan pengeringan di bawah sinar matahari maka
perlu ditutup dengan kain hitam untuk menghindari terurainya kandungan kimia dan debu. Agar
proses pengeringan berlangsung lebih singkat bahan harus dibuat rata dan tidak bertumpuk.
Ditekankan di sini bahwa cara pengeringan diupayakan sedemikian rupa sehingga tidak merusak
kandungan aktifnya (Dijten POM, 1990).

Banyak simplisia yang memerlukan perajangan agar proses pengeringan berlangsung lebih cepat.
Perajangan dapat dilakukan “manual” atau dengan mesin perajang singkong dengan ketebalan
yang sesuai. Apabila terlalu tebal maka proses pengeringan akan terlalu lama dan kemungkinan
dapat membusuk atau berjamur. Perajangan yang terlalu tipis akan berakibat rusaknya
kandungan kimia karena oksidasi atau reduksi. Alat perajang atau pisau yang digunakan
sebaiknya bukan dan besi (misalnya “stainless steel” eteu baja nirkarat) (Ditjen POM, 1990).

2. Pemilihan pelarut

Dalam memilih pelarut yang akan dipakai harus diperhatikan sifat kandungan kimia (metabolit
sekunder) yang akan diekstraksi. Sifat yang penting adalah sifat kepolaran, dapat dilihat dari
gugus polar senyawa tersebut yaitu gugus OH, COOH. Senyawa polar lebih mudah larut dalam
pelarut polar, dan senyawa non polar akan lebih mudah larut dalam pelarut non polar. Derajat
kepolaran tergantung kepada ketetapan dielektrik, makin besar tetapan dielektrik makin polar
pelarut tersebut (Ditjen POM, 1992).

Syarat-syarat pelarut adalah sebagai berikut (Ditjen POM, 1992):

1. Kapasitas besar
2. Selektif
3. Volabilitas cukup rendah (kemudahan menguap/titik didihnya cukup rendah) Cara
memperoleh penguapannya adalah dengan cara penguapan diatas penangas air dengan
wadah lebar pada temperature 60oC, destilasi, dan penyulingan vakum.
4. Harus dapat diregenerasi
5. Relative tidak mahal
6. Non toksik, non korosif, tidak memberikan kontaminasi serius dalam keadaan uap
7. Viskositas cukup rendah

3. Pemilihan metode ekstraksi

Pemilihan metode ekstraksi tergantung bahan yang digunakan, bahan yang mengandung
mucilago dan bersifat mengembang kuat hanya boleh dengancara maserasi. sedangkan kulit dan
akar sebaiknya di perkolasi. untuk bahan yang tahan panas sebaiknya diekstrasi dengan
cara refluks sedangkan simplisia yang mudah rusak karna pemanasan dapat diekstrasi
dengan metode soxhlet (Agoes, 2007).

Hal-hal yang dipertimbangkan dalam pemilihan metode ekstraksi (Agoes, 2007):

1. Bentuk/tekstur bahan yang digunakan


1. Kandungan air dari bahan yang diekstrasi
2. Jenis senyawa yang akan diekstraksi
3. Sifat senyawa yang akan diekstraksi

1. Pembagian Jenis Ekstraksi


1. Ekstraksi Secara Dingin

Proses ektraksi secara dingin pada prinsipnya tidak memerlukan pemanasan. Hal ini
diperuntukkan untuk bahan alam yang mengandung komponen kimia yang tidak tahan
pemanasan dan bahan alam yang mempunyai tekstur yang lunak. Yang termasuk ekstraksi secara
dingin adalah (Ditjen POM, 1986) :

1. Metode Maserasi

Metode maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar
dan terlindung dari cahaya (Ditjen POM, 1986).

Metode ini digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah
larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang mudah mengembang seperti benzoin,
stiraks dan lilin. Penggunaan metode ini misalnya pada sampel yang berupa daun, contohnya
pada penggunaan pelarut eter atau aseton untuk melarutkan lemak/lipid (Ditjen POM, 1986).

Maserasi umumnya dilakukan dengan cara: memasukkan simplisia yang sudah diserbukkan
dengan derajat halus tertentu sebanyak 10 bagian dalam bejana maserasi yang dilengkapi
pengaduk mekanik, kemudian ditambahkan 75 bagian cairan penyari ditutup dan dibiarkan
selama 5 hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya sambil berulang-ulang diaduk.
Setelah 5 hari, cairan penyari disaring ke dalam wadah penampung, kemudian ampasnya diperas
dan ditambah cairan penyari lagi secukupnya dan diaduk kemudian disaring lagi sehingga
diperoleh sari 100 bagian. Sari yang diperoleh ditutup dan disimpan pada tempat yang terlindung
dari cahaya selama 2 hari, endapan yang terbentuk dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Ditjen
POM, 1986).

Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang
digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Selain itu, kerusakan pada komponen kimia sangat
minimal. Adapun kerugian cara maserasi ini adalah pengerjaannya lama dan penyariannya
kurang sempurna (Ditjen POM, 1986).

2. Metode Soxhletasi

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan


sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh
pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke
dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon. Proses ini berlangsung hingga penyarian zat
aktif sempurna yang ditandai dengan beningnya cairan penyari yang melalui pipa sifon atau jika
diidentifikasi dengan kromatografi lapis tipis tidak memberikan noda lagi. (Ditjen POM, 1986).
Metode soxhletasi bila dilihat secara keseluruhan termasuk cara panas, karena pelarut atau cairan
penyarinya dipanaskan agar dapat menguap melalui pipa samping dan masuk ke dalam
kondensor, walaupun pemanasan yang dilakukan tidak langsung tapi hanya menggunakan suatu
alat yang bersifat konduktor sebagai penghantar panas. Namun, proses ekstraksinya secara
dingin karena pelarut yang masuk ke dalam kondensor didinginkan terlebih dahulu sebelum
turun ke dalam tabung yang berisi simplisia yang akan dibasahi atau di sari. Hal tersebutlah yang
mendasari sehingga metode soxhlet digolongkan dalam cara dingin. Pendinginan pelarut atau
cairan penyari sebelum turun ke dalam tabung yang berisi simplisia dilakukan karena simplisia
yang disari tidak tahan terhadap pemanasan. (Ditjen POM, 1986).

Sampel atau bahan yang akan diekstraksi terlebih dahulu diserbukkan dan ditimbang kemudian
dimasukkan ke dalam klongsong yang telah dilapisi dengan kertas saring sedemikian rupa (tinggi
sampel dalam klongsong tidak boleh melebihi pipa sifon), karena dapat mempengaruhi
kesetimbangan pergerakan eluen yang telah terelusi keluar dari pipa sifon, dimana jika tinggi
sampel melebihi kertas saring (pipa sifon), maka eluen hasil elusi akan keluar melalui pipa aliran
uap yang berada diatas sampel, bukan keluar melalui pipa sifon . Selanjutnya labu alas bulat diisi
dengan cairan penyari yang sesuai kemudian ditempatkan di atas waterbath atau heating mantel
dan diklem dengan kuat kemudian klongsong yang telah diisi sampel dipasang pada labu alas
bulat yang dikuatkan dengan klem dan cairan penyari ditambahkan untuk membasahkan sampel
yang ada dalam klongsong. Setelah itu kondensor dipasang tegak lurus dan diklem pada statif
dengan kuat. Aliran air dan pemanas dijalankan hingga terjadi proses ekstraksi dimana pada saat
pelarut telah mendidih, maka uapnya akan melalui pipa samping lalu naik ke kondensor. Di sini
uap akan didinginkan sehingga uap mengembun dan menjadi tetesan- tetesan cairan yang akan
menetes turun ke klongsong dan membasahi simplisia. Tetesan – tetesan uap air cairan penyari
ini akan ditampung di dalam klongsong hingga suatu ketika ekstrak mencapai ketinggian ujung
sifon sehingga pelarut ini akan turun kembali ke dalam wadah pelarut secara cepat. Proses ini
berulang hingga penyarian yang dilakukan sempurna dalam hal ini, cairan penyari yang pada
awalnya berwarna, di dalam pipa sifon sudah tidak berwarna lagi atau jika cairan penyari pada
awalnya memang tidak berwarna maka biasanya dilakukan 20-25 kali sirkulasi. Ekstrak yang
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan rotavapor (Ditjen POM, 1986).

Adapun keuntungan dari proses soxhletasi ini adalah cara ini lebih menguntungkan karena uap
panas tidak melalui serbuk simplisia, tetapi melalui pipa samping. Kerugiannya adalah jumlah
ekstrak yang diperoleh lebih sedikit dibandingkan dengan metode maserasi (Ditjen POM, 1986).

3. Metode Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkanpenyari melalui serbuk simplisia yang telah
dibasahi. Prinsip ekstraksi dengan perkolasi adalah serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu
bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas ke
bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif dalam sel-sel simplisia
yang dilalui sampel dalam keadaan jenuh. Gerakan ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya
beratnya sendiri dan tekanan penyari dari cairan di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang
cenderung untuk menahan gerakan ke bawah (Ditjen POM, 1986).

Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi karena (Ditjen POM, 1986) :
1. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan
larutan yang konsentrasinya lebih rendah sehingga meningkatkan derajat perbedaan
konsentrasi.
2. Ruangan diantara butir – butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir
cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup
untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.

Adapun kerugian dari cara perkolasi ini adalah serbuk kina yang mengadung sejumlah besar zat
aktif yang larut, tidak baik bila diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit, sebab perkolat
akan segera menjadi pekat dan berhenti mengalir (Ditjen POM, 1986).

Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan
permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya geseran (friksi) (Ditjen POM, 1986).

Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang digunakan untuk menyari
disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari perkolator disebut sari
atau perkolat, sedangkan sisa setelah dilakukannya penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi
(Ditjen POM, 1986).

1. Ekstraksi Secara Panas

Ekstraksi secara panas dilakukan untuk mengekstraksi komponen kimia yang tahan terhadap
pemanasan seperti glikosida, saponin dan minyak-minyak menguap yang mempunyai titik didih
yang tinggi, selain itu pemanasan juga diperuntukkan untuk membuka pori-pori sel simplisia
sehingga pelarut organik mudah masuk ke dalam sel untuk melarutkan komponen kimia. Metode
ekstraksi yang termasuk cara panas yaitu (Tobo, 2001).

1. Metode Refluks

Metode refluks adalah termasuk metode berkesinambungan dimana cairan penyari secara
kontinyu menyari komponen kimia dalam simplisia cairan penyari dipanaskan sehingga
menguap dan uap tersebut dikondensasikan oleh pendingin balik, sehingga mengalami
kondensasi menjadi molekul-molekul cairan dan jatuh kembali ke labu alas bulat sambil menyari
simplisia. Proses ini berlangsung secara berkesinambungan dan biasanya dilakukan 3 kali dalam
waktu 4 jam (Ditjen POM, 1986).

Simplisia yang biasa diekstraksi adalah simplisia yang mempunyai komponen kimia yang tahan
terhadap pemanasan dan mempunyai tekstur yang keras seperti akar, batang, buah, biji dan herba
(Ditjen POM, 1986).

Serbuk simplisia atau bahan yang akan diekstraksi secara refluks ditimbang kemudian
dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan ditambahkan pelarut organik misalnya methanol
sampai serbuk simplisia terendam kurang lebih 2 cm di atas permukaaan simplisia atau 2/3 dari
volume labu, kemudian labu alas bulat dipasang kuat pada statif pada waterbath atau heating
mantel, lalu kondendor dipasang pada labu alas bulat yang dikuatkan dengan klem dan statif.
Aliran air dan pemanas (water bath) dijalankan sesuai dengan suhu pelarut yang digunakan.
Setelah 4 jam dilakukan penyarian. Filtratnya ditampung pada wadah penampung dan ampasnya
ditambah lagi pelarut dan dikerjakan seperti semula, ekstraksi dilakukan selama 3-4 jam. Filtrat
yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan rotavapor, kemudian dilakukan pengujian
selanjutnya (Ditjen POM, 1986).

Keuntungan dari metode ini adalah (Ditjen POM, 1986):

 Dapat mencegah kehilangan pelarut oleh penguapan selama proses pemanasan jika
digunakan pelarut yang mudah menguap atau dilakukan ekstraksi jangka panjang.
 Dapat digunakan untuk ekstraksi sampel yang tidak mudah rusak dengan adanya
pemanasan.

Adapun kerugian dari metode ini adalah prosesnya sangat lama dan diperlukan alat – alat yang
tahan terhadap pemanasan (Ditjen POM, 1986).

2. Metode Destilasi Uap Air

Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak
menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan
udara normal, misalnya pada penyarian minyak atsiri yang terkandung dalam tanaman Sereh
(Cymbopogon nardus). Pada metode ini uap air digunakan untuk menyari simplisia dengan
adanya pemanasan kecil uap air tersebut menguap kembali bersama minyak menguap dan
dikondensasikan oleh kondensor sehingga terbentuk molekul-molekul air yang menetes ke dalam
corong pisah penampung yang telah diisi air. Penyulingan dilakukan hingga sempurna (Ditjen
POM, 1986).

Sampel yang akan diekstraksi direndam dalam gelas kimia selama 2 jam setelah itu dimasukkan
ke dalam bejana B, bejana A diisi air dan pipa-pipa penyambung serta kondensor dan
penampung corong pisah dipasang dengan kuat. Api Bunsen bejana A dinyalakan sehingga
airnya mendidih dan diperoleh uap air yang selanjutnya masuk ke dalam bejana B melalui pipa
penghubung untuk menyari sampel dengan adanya bantuan api kecil pada bejana B, minyak
menguap yang telah tersari selanjutnya menguap menuju kondensor, karena adanya pendinginan
balik uap dari minyak menguap ini, maka uap air yang terbentuk menetes ke dalam corong pisah
penampung yang telah berisi air (Ditjen POM, 1986).

Prinsip fisik destilasi uap yaitu jika dua cairan tidak bercampur digabungkan, tiap cairan
bertindak seolah – olah pelarut itu hanya sendiri, dan menggunakan tekanan uap. Tekanan uap
total dari campuran yang mendidih sama dengan jumlah tekanan uap parsial, yaitu tekanan yang
digunakan oleh komponen tunggal, karena pendidihan yang dimaksud yaitu tekanan uap total
sama dengan tekanan atmosfer, titik didih dicapai pada temperatur yang lebih rendah daripada
jika tiap – tiap cairan berada dalam keadaan murni (Ditjen POM, 1986).

Keuntungan dari destilasi uap ini adalah titik didih dicapai pada temperatur yang lebih rendah
daripada jika tiap– tiap cairan berada dalam keadaan murni. Selain itu, kerusakan zat aktif pada
destilasi langsung dapat diatasi pada destilasi uap ini. Kerugiannya adalah diperlukannya alat
yang lebih kompleks dan pengetahuan yang lebih banyak sebelum melakukan destilasi uap ini
(Ditjen POM : 1986).

1. Proses ekstraksi berdasarkan proses penyarian


2. Berkesinambungan (Ditjen POM, 1986)
3. Ekstraksi secara soxhletasi

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya ekstraksi secara berkesinambungan. Cairan penyari
dipanaskan sampai mendidih. Uap penyari akan naik melalui pipa samping, kemudian
diembunkan lagi oleh pendingin tegak. Cairan penyari turun untuk menyari zat aktif dalam
simplisia. Selanjutnya bila cairan penyari mencapai sifon, maka seluruh cairan akan turun ke
labu alas bulat dan terjadi proses sirkulasi. Demikian seterusnya sampai zat aktif yang terdapat
dalam simplisia tersari seluruhnya yang ditandai jernihnya cairan yang lewat pada tabung sifon.

2. Ekstraksi secara refluks

Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi berkesinambungan. Bahan yang akan
diekstraksi direndam dengan cairan

penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak, lalu dipanaskan
sampai mendidih. Cairan penyari akan menguap, uap tersebut akan diembunkan dengan
pendingin tegak dan akan kembali menyari zat aktif dalam simplisia tersebut, demikian
seterusnya. Ekstraksi ini biasanya dilakukan 3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam.

2. Tidak berkesinambungan (Ditjen POM, 1986)


3. Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang tidak berkesinambungan karena dilakukan dengan cara
sederhana yaitu merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Kemudian disaring dan diambil ekstrak cairnya.

2. Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang tidak berkesinambungan karena dilakukan dengan cara
dibasahkan 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok, menggunakan 2,5 bagian
sampai 5 bagian cairan penyari dimasukkan dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya 3 jam.
Massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam perkolator, ditambahkan cairan penyari.
Perkolator ditutup dibiarkan selama 24 jam, kemudian kran dibuka dengan kecepatan 1 ml
permenit, sehingga simplisia tetap terendam. Filtrat dipindahkan ke dalam bejana, ditutup dan
dibiarkan selama 2 hari pada tempat terlindung dari cahaya.

3. Destilasi uap air

Destilasi uap air adalah metode yang tidak berkesinambungan karena metode ini yang popular
untuk ekstraksi minyak-minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap
air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau
mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal.

BAB III

METODE KERJA

1. Alat dan Bahan


2. Alat

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alcohol meter, batang pengaduk, corong,
gelas kimia, gelas ukur, klem, kondensor, labu alas bulat, pompa vakum, penangas, dan toples.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada praktium ini yaitu aquadest, aluminium foil, etanol 70%,
kertas saring, methanol, rimpang lengkuas, dan tissue.

1. Cara Kerja
2. Maserasi
3. Disiapkan alat dan bahan
4. Ditimbang simplisia kering yang telah diserbukkan sebanyak 300 gram.
5. Simplisia dimasukkan ke dalam toples dan direndam dengan cairan penyari alkohol
sebanyak 1800 ml.
6. Dilakukan pengadukan dan toples ditutup rapat-rapat.
7. Didiamkan hingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan didalam
sel yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna menjadi pekat pada cairan penyari.
8. Disaring simplisia yang telah dimaserasi dengan kain saring dan kertas saring.
9. Diuapkan pelarutnya hingga terbentuk ekstrak kental.
10. Reflux
11. Disiapkan alat dan bahan
12. Ditimbang simplisia kering yang telah diserbukkan sebanyak 30 gram.
13. Simplisia dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan direndam dengan cairan penyari
secukupnya sampai 1/3 bagian labu alas bulat.
14. Ditempatkan diatas water bath atau heating mantel dan diklem dengan kuat mantel
disambungkan kesumber arus listrik kemudian distel pada suhu yang sesuai sampai
mendidih.
15. Cairan penyari yang telah menguap akan dikondensasikan oleh pendingin balik.
16. Proses ekstraksi berlangsung secara berkesinambungan.
17. Dilakukan 2 kali dan setiap kali ekstraksi selama 4 jam.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Tabel Pengamatan

No Pengamatan Sampel
1 Metode ekstraksi Maserasi Refluks
2 Bobot sebelum diekstraksi (g) 300 gr 30 gr
3 Bobot ekstrak kering (g) – –
4 Persentase ekstrak (%) / rendamen – –
5 Jumlah cairan penyari (mL) 1.800 ml secukupnya
6 Jumlah ekstrak cair (mL) – –

1. Pembahasan

Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan
pelrut cair.ada beberapa macam metode ekstraksi yaitu maserasi,perkolasi,dan infudasi.Maserasi
merupakan penyarian yang serderhana dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan
penyari.Perlokasi adalah penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui
serbuk simplisia yang telah dibasahi.Infudasi proses ini dilakukan untuk mendapatkan sediaan
cair dengan cara menyari simplisia dengan air pada suhu 90o C selama 15 menit.

Pada percobaan ini menggunakan metanol karena metanol mudah menguap selain itu juga
mudah didapatkan dan harganya sangat murahdan bersifat seni polar. Keuntungan dari pada
metode maserasi ini adalah sangat mudah dilakukan tetapi ada juga kerugiannya yaitu hasil
penyarian yang diperoleh kurang sempurna.

Tujuan dilakukannya ekstraksi atau penyarian ini adalah menarik keluar bahan yang diperlukan
saja, atau apabila bahan tersebut ikut tersari maka harus dilakukan tahapan berikutnya, yaitu
isolasi bahan yang dikehendaki saja. Pada pelaksanaannya mungkin kita harus melakukan
tindakan pendahuluan menyingkirkan bahan yang tidak diperlukan dan yang mengganggu dalam
penyarian. Misalnya lemak, apabila tidak dipisahkan terlebih dahulu sering mengganggu dalam
penyarian bahan berkhasiat. Pemisahan lemak ini dapat dilakukan dengan melarutkannya dalam
pelarut yang sesuai, misalnya heksana atau petroleumeter, perlakuan ini dikenal sebagai
mengawa lemak bahan baku.

Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau
hewani menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahayamataharilangsung. Ekstrak kering harus
mudah digerus menjadi serbuk. Cairan penyari yang biasa digunakan air, eter atau campuran
etanol dan air

Syarat-syarat penyari yang baik :


1. Stabil secara fisika dan kimia

Tidak merubah konsistensi yang akan merusak bahan aktif, misalnya HCl dapat merusak ekstrak.

2. Murah

Cairan penyari maserasi murah, walaupun mahal belum tentu menghasilkan ekstrak yang
baik/kita inginkan.

3. Aman

Tidak menggunakan cairan penyari yang merusak praktikan / peneliti, misalnya penyari yang
mengandung racun dapat menyebabkan mandul dalam jumlah berlebih.

4. Bersifat Selektif

Menarik senyawa yang kita inginkan, misalnya jika ingin menarik polar maka penggunaan
pelarutnya non polar.

BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Adapun hasil yang didapat setelah melakukan praktikum ekstraksi rimpang lengkuas dengan
metode maserasi dan reflux adalah ekstrak cair dari rimpang lengkuas.

1. Saran

Perlunya keterampilan dan ketelitian saat praktikum dilakukan.

BAB VI

DAPTAR PUSTAKA

Agoes. Goeswin, 2007, Teknologi Bahan Alam. Penerbit ITB: Bandung.


Anonim. 2014. Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Fitokimia I. Universitas Muslim Indonesia :
Makassar

Ditjen POM, 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan RI : Jakarta.


Ditjen POM, 1990, Cara Pembuatan Simplisia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia:
Jakarta.

Ditjen POM, 1992, Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia: Jakarta.

Gembong T., 1998, Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta, UGM UI Press :, Yogyakarta.

Harborne. J.B. 1987. Metode Fitokimia. ITB Press. Bandung

Makhmud, AI. 2001. Metode Pemisahan. Departemen Farmasi Fakultas Sains Dan tekhnologi,
Universitas Hasanuddin : Makassar.

Shevla. 1985. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Cetakan Pertama. Penerbit
PT Kalman Media Pustaka : Jakarta

Tobo, F. 2001. Buku Pengangan Laboratorium Fitokimia I. Universitas Hasanuddin : Makassar.

LAMPIRAN

1. Uraian Pelarut
2. Metanol (Dirjen POM, 1979)

Nama Resmi : Metanol

Nama Lain : Metil Alkohol

RM/BM : CH3OH

Pemerian : Cairan, tidak berwarna; jernih, bau khas

Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, membentuk cairan jernih tidak berwarna.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai Pelarut

2. Air Suling (Dirjen POM, 1979)

Nama Resmi : AQUA DESTILLATA

Nama Lain : Air Suling

RM/BM : H2O/18,02

Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa
Penyimpana : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai Pelarut

1. Gambar

2.

1.
Skema Kerja
1. Maserasi

Serbuk sebanyak 10 bagian

Toples

+ 75 bagian cairan penyari

Ditutup dan dibiarkan selama 3 hari

disaring

2. Refluks

Ditimbang simplisia 30 gr

Dimasukkan kedalam labu alas bulat dan direndam dengan cairan penyari secukupnya sampai
1/3 bagian labu alas bulat

Ditempatkan diatas water bath dan diklem dengan kuat

Mantel disambungkan kearus listrik kemudian distel pada suhu yang sesuai sampai mendidih

Cairan penyari yang telah menguap akan dikondensasikan oleh pendingin balik
Proses ekstraksi berlangsung secara berkesinambungan

Dilakukan 2 kali dan setiap kali ekstraksi selama 4 jam

Iklan
Report this ad
Report this ad

Bagikan ini:

 Twitter
 Facebook

Terkait

Kromatografi Lapis Tipisdalam "Tak Berkategori"

Kromatografi Lapis Tipisdalam "Tak Berkategori"

Laporan Partisi Ekstrakdalam "Tak Berkategori"

Tinggalkan komentar

Navigasi pos
Previous PostUji Mikrobiologis Sediaan FarmasiNext PostAnalisis Mikroorganisme Penghasil
Antibiotika Dari Alam

Tinggalkan Balasan

LiSung
Lisung Sarang
Iklan
Report this ad

Anda mungkin juga menyukai