PENDAHULUAN
1
2
1.2.2 Uji Toksisitas Dengan Metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)
1. Mahasiswa memahami uji toksisitas dengan metode BSLT (Brine
Shrimp Lethality Test).
2. Mahasiswa mampu menentukan tingkat toksisitas dengan menghitung
nilai LC50.
1.2.3 Uji Fitokimia
1. Mengetahui golongan kelompok senyawa kiia yang terkandung dalam
sampel.
2. Memahami teknik-teknik dasar uji fitokimia.
1.3 Manfaat Praktikum
1. Mengetahui metode ekstraksi yang dapat digunakan untuk ekstrak bahan
hayati laut
2. Mengetahui jenis – jenis pelarut yang dapat digunakan untuk ekstraksi
bahan hayati laut
3. Mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung
dalam bahan hayati laut
3
2.3. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair
dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi
yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi juga dapat diartikan
sebagai proses pemisahan suatu bahan dari campurannya dan dapat dilakukan
dengan berbagai cara. Ekstraksi menggunakan pelarut didasarkan pada kelarutan
komponen terhadap komponen lain dalam campuran. Faktor-faktor yang
mempengaruhi laju ekstraksi meliputi tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi,
kuantitas pelarut, suhu pelarut dan tipe pelarut (cho et al., 2011).
2.3.1. Jenis – jenis Ekstraksi
Ekstraksi memiliki 2 jenis, yaitu ekstraksi secara dingin dan ekstraksi secara
panas. Metode ekstraksi maserasi dan metode ekstraksi perkolasi merupakan
contoh dari ekstraksi secara dingin. Metode maserasi merupakan metode ekstraksi
sederhana dengan cara merendam sampel salam cairan selama beberapa hari pada
temperature kamar dan terlindung dari cahaya. Ekstraksi secara panas dicontohkan
dengan metode refluks dan metode destilasi uap (Walia et al., 2011).
2.3.2. Kelebihan dan Kekurangan Maserasi
Maserasi merupakan jenis metoda ekstraksi secara dingin sehingga tidak
ada pemanasan. Senyawa yang digunakan pada metode maserasi adalah senyawa
yang tidak tahan panas ataupun tahan panas. Maserasi merupakan cara penyarian
5
yang sederhana dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari . Jadi,
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana dengan cara merendam
serbuk simplisia menggunakan pelarut yang sesuai dan tanpa pemanasan hingga
akan mengalami perubahan wujud (Walia et al., 2011).
Kelebihan dari metode maserasi yaitu alatnya yang dipakai sederhana dan
biaya operasionalnya relatif rendah. Prosesnya relatif hemat penyari dan tanpa
pemasanasan menjadikan metode ini paling sering digunakan. Kelemahan dari
ekstraksi dengan metode maserasi adalah proses penyariannya tidak sempurna
karena hanya mampu terekstraksi sebesar 50% saja dan juga prosesnya lama hingga
beberapa hari (Putra et al., 2014)
2.4. Pelarut
Pelarut adalah cairan yang mampu dijadikan bahan melarutkan zat lain yang
tanpa mengalami perubahan kimia. Suatu zat terdiri dari molekul – molekul yang
tiap molekulnya saling terikat akibat adanya gaya tarik menarik antar molekul, gaya
tarik menarik tersebut akan mempengaruhi pembentukan larutan. Apabila terdapat
zat terlarut dalam suatu pelarut, maka partikel zat terlarut tersebut akan menyebar
ke seluruh pelarut. Hal ini menyebabkan bentuk zat terlarut menyesuaikan dengan
bentuk pelarutnya (Doukyu dan Ogino, 2010).
2.4.1. N-Heksana
Heksana merupakan sebuah senyawa yang termasuk dalam hidrokarbon
alkana. Awalan heks– merujuk pada enam karbon atom yang terdapat pada heksana
dan akhiran –ana berasal dari alkana, yang merujuk pada ikatan tunggal yang
menghubungkan atom-atom karbon tersebut. Heksana juga umum terdapat pada
bensin dan lem sepatu, kulit dan tekstil. Dalam keadaan standar senyawa ini
merupakan cairan tak berwarna yang tidak larut dalam air. N Heksana merupakan
jenis pelarut non polar. N-Heksana menguap dengan sangat mudah ke udara di
mana ia terurai dalam beberapa hari. Sebagian besar n-heksana yang tumpah di air
mengapung di permukaan tempat ia menguap ke udara. Jika n-heksana tumpah di
tanah, sebagian besar menguap sebelum dapat meresap ke dalam tanah. n-Hexane
6
tidak terkonsentrasi oleh tanaman, ikan, atau hewan. Beberapa spesies jamur telah
dilaporkan nematofag dan antiprotozoan. Penelitian ini melaporkan sifat
antiplasmodial dan sitotoksik dari ekstrak n-heksan dari jamur yang dapat dimakan
Pleurotus ostreatus dan isolasi sterol dari ekstrak (Savitri et al., 2013).
2.4.2. Etil Asetat
Etil Asetat diartikan sebagai senyawa organik yang memiliki rumus molekul
CH3COOCH2CH3. Etil asetat adalah zat sintesis dari ethanol dan asam asetat
dengan katalis asam sulfat melalui proses esterifikasi. Etil asetat atau juga sering
disebut sebagai EtOAc mempunyai massa molar 88,12g/mol. Senyawa ini
berwujud cairan tidak berwarna dan memiliki aroma yang khas. Sifat etil asetat
adalah pelarut volatil, biasanya sebagai pelarut organik, pelarut dalam makanan dan
ekstraksi produk farmasi. Dalam industri, etil asetat digunakan sebagai pelarut
untuk memproduksi resin, tinta dll (Nielsen et al., 2012).
2.4.3. Methanol
Metanol merupakan pelarut yang universal karena dapat
memisahkansenyawa yang bersifat polar sampai non polar, metanol merupakan
pelarutyang dapat menarik komponen-komponen yang terkandung dalam
simplisia,selain itu metanol bersifat mudah menguap sehingga akan
mudahdipisahkan dari filtrat. Metanol adalah senyawa Alkohol dengan 1 rantai
karbon. Rumus Kimia CH3OH, dengan berat molekul 32. Titik didih 640 -650 C
(tergantung kemurnian), dan berat jenis 0,7920-0,7930 (juga tergantung
kemurnian). Secara fisik metanol merupakan cairan bening, berbau seperti alkohol,
dapat bercampur dengan air, etanol, chloroform dalam perbandingan berapapun,
hygroskopis, mudah menguap dan mudah terbakar dengan api yang berwarna biru
yang terang (Zhao et al., 2014).
digunakan untuk pengujian toksisitas. Toksisitas yakni efek farmakologi yang harus
diujikan agar tingkat dosis yang digunakan tidak bersifat beracun. Tingkat toksisitas
dari ekstrak dapat ditentukan dengan melihat harga LC50. Nilai LC50 dihitung
dengan analisis probit. Dari presentase data kematian larva artemia dikonversikan
ke nilai probit untuk menghitung harga LC50. Apabila harga LC50 < 1000
mikron/ml maka dapat dilanjutkan dengan pengujian antikanker mengguanakan
biakan sel kanker. Cara ini dapat menghemat waktu dan biaya penelitian. Parameter
yang digunakan untuk menunjukan adanya aktivitas biologis suatu senyawa pada
artemia adalah kematian (Apu et al., 2010).
dan ikatan rangkap dan konfigurasi dari pusat-pusat asimetris pada kerangka dasar
karbon tersebut. Percobaan-percobaan biogenetik menunjukkan bahwa steroid yang
terdapat dialam berasal dari triterpenoid. Steroid yang terdapat dalam jaringan
hewan beasal dari triterpenoid lanosterol sedangkan yang terdapat dalam jaringan
tumbuhan berasal dari triterpenoid sikloartenol setelah triterpenoid ini mengalami
serentetan perubahan tertentu. tahap- tahap awal dari biosintesa steroid adalah sama
bagi semua steroid alam yaitu pengubahan asam asetat melalui asam mevalonat dan
skualen (suatu triterpenoid) menjadi lanosterol dan sikloartenol.
mata kuliah Bahan Hayati Laut (BHL) yang terdiri atas 3 materi praktikum yaitu
Ekstraksi (Maserasi), Uji BSLT dan Uji Fitokimia
3.3. Metode
3.3.1. Skema Alur
14
19. Intercept dan X variabel di copy pada sheet yang berisi tabel
sebelumnya
2. Waterbath : sebagai wadah air yang dipanaskan oleh hot plate untuk labu
alas yang berisi larutan
3. Ujung rotor Penampung : berfungsi sebagai tempat labu alas bulat sampel
bergantung.
4. Lubang kondensor : berfungsi pintu masuk bagi air kedalam kondensor
yang airnya disedot oleh pompa vakum.
5. Kondensor : serfungsi sebagai pendingin yang mempercepat proses
perubahan fasa, dari fasa gas ke fasa cair.
6. Lubang kondensor : berfungsi pintu keluar bagi air dari dalam kondensor.
7. Labu alas bulat penampung : berfungsi sebagai wadah bagi penampung
pelarut.
8. Ujung rotor Penampung : berfungsi sebagai tempat labu alas bulat
penampung bergantung.
1 x 6 jam 0 0 0 0 2 0 4 0 0 0 1 2
2 x 6 jam 1 0 2 1 1 1 1 6 2 0 1 1
3 x 6 jam 1 0 0 1 0 0 1 4 1 0 1 2
4 x 6 jam 1 0 0 2 0 0 0 0 0 1 1 1
Total 3 0 2 4 3 1 6 10 3 1 4 6
28
1 x 6 jam 1 6 4 1
2 x 6 jam 1 1 0 2
3 x 6 jam 1 0 2 4
4 x 6 jam 1 0 2 1
Total 4 7 8 8
4.1.4. Perhitungan LC50 (Masing-masing pelarut sesuai sampel kalian jadi ada 4
perhitungan LC50)
Ekstrak Metanol Sampel Ekstrak Etil Asetat Sampel
Y = ax + b y = ax + b
= 2983,5 = 287,172
Y = ax + b Y = ax + b
29
5-9,276461=-1,72658 5-2,86019773=1,050920908x
=-4,27646/-1,72658 x=2,13980227/1,050920908
= 299,8048166 = 108,6728691
1. Metanol
- - + +
Sampel
2. Etil Asetat
+ - + +
Sampel
3. N Heksana
+ - + +
Sampel
30
4. Metanol
- + + +
Teripang
Keterangan: (+) Ada, (-) Tidak Ada
31
4 4
3 3
2 2 2 2
0 0 0 0 0
P. 1 P. 2 P.3 P.4 Total
10 10 10
6 6 6 6
5
4
3 3 3 3
2
1 1 1 1
0
P. 1 P. 2 P.3 P.4 Total
6 6
4 4
3 3 3 3
2 2
1 1 1
0 0 0
P. 1 P. 2 P.3 P.4 Total
4.2. Pembahasan
4.2.1. Ekstraksi: Maserasi
Maserasi dapat diartikan sebagai salah satu metode ekstraksi dengan cara
melakukan proses perendaman sampel menggunakan pelarut organik pada
temperatur ruangan. Keunggulan ekstraksi maserasi selain mudah dilakukan juga
tingkat kerusakan sel sampel yang menjadi target ekstraksi rendah. Rendahnya
resiko kerusakan ekstraksi maserasi dikarenakan penggunaan suhu ruang saat
proses ekstraksi, sehingga proses ekstraksi tidak berdampak pada sel atau senyawa
yang rentan terhadap perubahan suhu drastis atau temperatur tinggi. Penggunaan
metode maserasi pada praktikum kali ini karena hemat biaya dan mudah.
Setelah direndam dalam larutan. Sampel akan dipisahkan dengan larutannay
dengan menggunakan rotary evaporator. Hasil dari pemisahan ini adalah ekstrak
sampel yang sangat pekat akibat dipisahkan dengan larutan pelarutnya.
4.2.2. BSLT
Uji BSLT dapat diartikan sebagai salah satu metode yang bertujuan untuk
mengetahui potensi senyawa toksik antikanker yang ada di dalam senyawa sampel.
Dengan mencampurkan sampel dengan larutan larutan pendukung dan diuji coba
33
mengikat senyawa yang bersifat non polar. Berdasarkan hasil uji fitokimia dapat
dilihat bahwa tidak semua senyawa dapat ditemukan di semua pelarut, hal ini dapat
diartikan masing-masing senyawa memiliki kepolaran ynag berbeda-beda, akan
tetapi ada senyawa yang berada pada semua pelarut. Contoh dari senyawa yang
dapat ditemukan di semua pelarut yaitu triterpenoid dan steroid, sedangkan
flavonoid hanya ditemukan di pelarut etil asetat dan n-heksan yang dapat
disimpulkan bahwa senyawa flavonoid yang terkandung dalam sampel memiliki
jenis kepolaran non-polar, karena etil asetat yang bersifat semi-polar dan n-heksan
yang bersifat non-polar. Berbeda dengan saponin, pada ketiga pelarut dengan
sampel yang sama tidak menunjukan adanya tanda keberadaan saponin, hal ini ada
kemungkinan saponin memang tidak terkandung di dalam sampel daun mimba atau
misalkan ada hanya berjumlah sedikit sehingga sulit untuk diidentifikasi. Hasil dari
sampel teripang dengan pelarut metanol menunjukan keberadaan saponin, sehingga
dari terikatnya saponin oleh metanol ada kemungkinan bahwa saponin memiliki
polaritas tinggi atau termasuk dalam golongan polar.
35
V. PENUTUP
5.1Kesimpulan
5.1.1. Teknik Maserasi dan Ekstraksi
1. Ekstraksi maserasi menggunakan pelarut organik dilakukan dengan
merendam sampel selama 1x24 jam menggunakan pelarut masing-masing
kelompok yang sudah ditentukan (kelompok 1 menggunakan metanol)
dengan perbandingan sampel dan pelarut sebanyak 1:4 (150 gram sampel
: 600 mL pelarut)
2. Kegiatan pemekatan sampel menggunakan Rotary Evaporator dilakukan
sampai sampel ekstrak yang sudah disaring dari hasil maserasi sedikit
berubah menjadi pasta dan terpisah dari pelarutnya
5.1.2. Uji Toksisitas dengan Metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)
1. Uji toksisitas dengan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) yang
dilakukan oleh kelompok 2 menghasilkan kematian Artemia salina
sebanyak 10 ekor
2. Tingkat toksisitas ekstrak sampel setelah menghitung nilai LC50
didapatkan hasil pada kelompok 1 sampel bersifat toksik dengan nilai
LC50 sebesar 287,172
5.1.3. Uji Fitokimia
1. Golongan kelompok senyawa kimia yang terkandung dalam seluruh
ekstrak sampel Rhizophora mucronata dengan berbagai pelarut
diantaranya adalah flavonoid, saponin, triterpenoid dan steroid
2. Teknik-teknik dasar uji fitokimia yang dilakukan untuk mencari golongan
senyawa, khususnya triterpenoid yang telah dipraktikan oleh kelompok 1
dilakukan dengan cara menambahkan larutan kloroform, etanol dan
H2SO4 ke dalam ekstrak sampel Rhizophora mucronata sampai terjadi
perubahan warna. Bila warna ekstrak sampel berubah menjadi merah bata,
maka positif mengandung golongan senyawa triterpenoid
36
5.2. Saran
1. Praktikan sebaiknya yang melakukan proses evaporasi dengan didampingi
asisten agar lebih paham mengenai proses evaporasi tersebut
2. Praktikan sebaiknya selalu mematuhi aturan yang sudah ditentukan saat
asistensi praktikum
37
LAMPIRAN
38
DAFTAR PUSTAKA
Agati, G., Azzarello, E., Pollastri, S., dan Tattini, M. 2012. Flavonoid as
antioxidants in plants : Location dan functional significance. Plant Science.
196 : 67 – 76
Apu, A. S., Muhit, M. A., Tareq. S. M., Pathan, A. H., Jamaluddin, A. T. M., dan
Ahmed, M. 2010. Antimicrobial Activity and Brine Shrimp Lethality
Bioassay of the Leaves Extract of Dillenia indica Linn. Journal of Young
Pharmacists. 2(1) : 50 – 53.
Ayini, U., Harnina, S. B., dan Dewi, T. C. 2014. Efek Antibakteri Ekstrak Daun
Mimba (Azadirachta indica A.Juss) terhadap Bakteri Vibrio algynoliticus
Secara In Vitro. Jurnal of Biology & Biology Education. 6(1) : 67 – 75
Chatterjee, A., Saluja, M., Sigh N., dan Kandwal, A. 2011. To evaluate the
antigingivitis and antipalque effect of an Azadirachta indica (neem)
mouthrinse on plaque induced gingivitis : A double-blind, randomized,
controlled trial. Journal of Indian Society of Periodonlogy. 15(4) : 398 –
401.
Cho M., Lee, H. S., Kang, I. J., Won, M. H., dan You, S.G. 2011. Antioxidant
properties of extract and fractions from Enteromorpha prolidera a type of
green seaweed. Food Chemistery.127(3) : 999-1006.
Doukyu, N., dan Ogino, H. 2010. Organic solvent-tolerant enzymes. Biochemical
Engineering Journal. 48(3) : 270 – 282.
Keswani, C., Mishra, S., Sarma, B. K., Singh, S. P., dan Singh, H. B. 2013.
Unraveling of the efficient applications of secondary metabolites of various
Trichoderma spp. Applied Microbiology and Biotechnology. 98(2) : 533 –
544.
Madziga, H. A., Sanni, S., dan Sandabe, U. K. 2010. Phytochemical and Elemental
Analysis of Acalypha wilkesiana Leaf. Journal of America Science. 6(11) :
510 – 514.
39
Nielsen M., Junge, H., Kammer, A., dan Beller, M. 2012. Towards a Green Process
for Bulk-Scale Synthesis of Ethyl Acetate : Efficient Acceptorless
Dehydrogenation of Ethanol. Angewandte Chemie International Edition.
51(23) : 5711 – 5713.
Putra, A. A. B., Bogoriani, N. W., Diantariani, N.P., dan Sumadewi, N.L.U. 2014.
Ekstraksi Zat Warna Alam Dari Bonggol Tanaman Pisang (Musa
paradiasciaca L.) Dengan Metode Maserasi, Refluks, dan Sokletasi. Jurnal
Kimia. 8(1) : 113 – 119.
Rath, S., Sahu, M. C., Dubey, D., Debata, N. K., dan Padhy, R. N. 2011. Which
value should be used as the lethal concentration 50 (LC50) with bacteria?.
Interdisciplinary Sciences : Computational Life Sciences. 3(2) : 138 – 143.
Savithramma, N., Rao, M. L., dan Suhrulatha, D. 2011. Screening of Medicinal
Plants for Secondary Metabolites. Middle-East Journal of Scientific
Research. 8(3) : 579 – 584.
Savitri, L. P. V. A, Ariantari, N. P., dan Dwija, I. B. N. P. 2013. Potensi
Antituberkulosis Ekstrak n-Heksana Daun Kedondong Hutan (Spondias
pinnata). Jurnal Farmasi Udanaya. 2(3) : 105 - 109
Septiadi, T., Pringgenies, D., dan Radjasa, O.K. 2013. Uji Fitokimia dan Aktivitas
Antijamur Ekstrak Teripang Keling (Holoturia atra) dari Pantai Bandegan
Jepara Terhadap Jamur Candida albicans. Journal Of Marine Research.
2(2) : 76-84
Walia, H., Kumar S., dan Arora, S. 2011. Comparative antioxidant analysis of
hexane extracts of Terminalia chebula Retz. Prepared by maceration and
sequential extraction method. Journal of Medicinal Plants Research.5(13)
:2608 – 2616.
Yanuartono, H. Purnamaningsih, A. Nururrozi, dan S. Indarjulianto. 2017. Saponin
: Impact on Livestock (A Review). Jurnal Peternakan Sriwijay. 6:2
Zhao, J., Song, P., Cui, Y., Liu, X., Sun, S., Hou, S., dan Ma, F. 2014. Effect of
Hydrogen Bond on 2- aminopyridine and its derivatives complexes in
40