Anda di halaman 1dari 4

Bab 1

A.latar belakang
Bunga telang (clitoria ternatea) adalah tumbuhan yang tumbuh merambat dan
memiliki bunga berwarna ungu dan biasanya tumbuh merambat di pagar rumah .tumbuhan
ini memiliki banyak manfaat bagi manusia Seperti antioksidan, antibakteri, anti inflamasi dan
analgesic, anti inflamasi. Bunga telang memiliki potensi farmakologis yang luas. Di dalam
bunga telang terkandung tanin, flobatanin, karbohidrat, saponin, triterpenoid,
fenolmfavanoid, flavanol glikosida, protein, alkaloid, antrakuinon, antisianin, stigmasit 4-
ena-3,6 dion, minyak volatil dan steroid. Komposisi asam lemak dalam bunga telang meliputi
asam palmitat, stearat, oleat lonoleat, dan linolenat. Kemudian dalam biji bunga telang juga
mengadung asam sinamat, finotin dan beta sitosterol (Budiasih, 2017).Pada bagian akarnya
terdapat kandungan beberapa turunan zat steroid, saponin, beberapa turunan zat flavonoid,
dan glikosida (Taur & Patil., 2011).
Bunga telang memiliki beberapa kandungan fitokimia yang bermanfaat bagi manusia,
Adapun kandungan fitokimia bunga telang yaitu tannin, flobatanin, saponin, triterpenoid,
karbohidrat, fenolmfavanoid, flavanol glikosida, protein, alkaloid, antrakuinon, antisianin,
stigmasit 4-ena-3, 6 dion, minyak volatile dan steroid. Biji bunga telang mengandung asam
sinamat, finotin dan beta sitosterol (Budiasih 2017)
Ekstraksi pelarut dilakukan dengan cara dingin (maserasi). Proses ekstraksi dengan
teknik maserasi dilakukan dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada suhu
ruang. Keuntungan cara ini mudah dan tidak perlu pemanasan sehingga kecil kemungkinan
bahan alam menjadi rusak atau terurai. Pemilihan pelarut berdasarkan kelarutan dan
polaritasnya memudahkan pemisahan bahan alam dalam sampel. Pengerjaan metode maserasi
yang lama dan keadaan diam selama maserasi memungkinkan banyak senyawa yang akan
terekstraksi(Istiqomah, 2013).ekstraksi ini memiliki kelebihan yaitu mudah dilakukan, tetapi
ekstraksi ini memiliki waktu pengerjaan yang lama dan menggunakan pelarut yang banyak
Metode Ekstraksi lainnya seperti refluks diharapkan Mampu menghasilkan rendemen
yang tinggi Serta waktu yang lebih singkat. Refluks Merupakan metode ekstraksi dengan
bantuan Pemanasan dan mampu mengekstraksi Andrografolid yang merupakan senyawa
tahan Panas (Pratiwi, 2010; Mohan et al., 2013). Ekstraksi ini memiliki kelebihan yaitu
memiliki waktu pengerjaan yang lebih singkat dan pelarut yang lebih sedikit.
Pelarut yang di gunakan ada tiga jenis pelarut yaitu Etanol/Metanol (polar), etil asetat
(semi polar), n-heksana (non polar). Perbedaan pelarut dalam ekstraksi juga mempengaruhi
kandungan total senyawa bioaktif (Santoso et al., 2012). Masing masing pelarut mempunyai
keunggulan masing masing. Etanol mempunyai titik didih yang rendah dan cenderung aman.
Etanol juga tidak beracun dan berbahaya, selain itu etanol juga mempunyai kepolaran tinggi
sehingga mudah untuk melarutkan senyawa resin, lemak, minyak, asam lemak, karbohidrat,
dan senyawa organik lainnya. Sedangkan heksana merupakan pelarut non polar yang bersifat
stabil dan mudah menguap, selektif dalam menguapkan zat, mengekstrak zat pewangi dalam
jumlah besar (Munawaroh & Handayani 2010). Sedangkan Menurut Susanti (2015) dalam
penelitian Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol, Fraksi N-Heksana dan Fraksi Etil Asetat
Daun Artemisia californica Less. Terhadap Escherichia Coli ATCC 35218 dan
Staphylococcus Aureus ATCC 25923 secara In Vitro, fraksi n-Heksana dapat menarik
senyawa flavonoid dan terpenoid dimana memiliki aktivitas antibakteri serta memiliki daya
hambat sebesar 9,57±2,53 mm. Selain itu, fraksi n-Heksana dari tanaman Jahe Gajah
diketahui memiliki aktivitas anti CRD (chronic respiratory disease) pada ayam yang
disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum dan E coli. Hasilnya dapat dilihat dari
zona bening dari fraksi hexan pada konsentrasi 10% adalah 15,5 mm lebih besar
dibandingkan dengan zona bening yang dihasilkan oleh fraksi air yakni 13,5mm. Jahe sendiri
memiliki senyawa zingiberen dan gingerol dimana merupakan senyawa non polar sehingga
dapat tertarik pada pelarut n-Heksana (Rahminiwati1, 2010). Etil asetat adalah suatu pelarut
yang memiliki toksisitas rendah yang bersifat semi polar sehingga dapat menarik senyawa
yang bersifat polar maupun nonpolar, Etil asetat merupakan pelarut yang baik digunakan
untuk ekstraksi karena dapat dengan mudah diuapkan, tidak higroskopis, dan memiliki
toksisitas rendah (USP, 2007; Rowe et al, 2009; Wardhani dan Sulistyani, 2012).
Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui uji skrining fitokimia
metabolit sekunder pada ekstrak Bunga telang (clitoria ternatea)
B. Rumusan masalah
Metabolit sekunder apakah yang mampu terikat pada metode ekstraksi maserasi dan refluks
dengan 3 pelarut(etanol, n-heksan, etil asetat)
C. Tujuan
Mengetahui metabolit sekunder yang mampu terikat pada metode ekstraksi maserasi dan
refluks dengan 3 pelarut(etanol, n-heksan, etil asetat)

2.1 telang
Bunga telang (Clitoria ternatea L.) sering disebut juga sebagai butterfly pea atau blue
pea merupakan bunga yang khas dengan kelopak tunggal berwarna ungu,biru, merah muda
(pink) dan putih (Budiasih, 2017). Tanaman telang tumbuh baik pada berbagai kisaran jenis
tanah, toleran terhadap kelebihan hujan maupun kekeringan. Faktor inilah yang menjadikan
bunga telang mudah ditemui di Indonesia dan menyebar ke negara-negara beriklim tropis dan
subtropis (Alnanda et al., 2017).

Tanaman telang memiliki klasifikasi sebagai berikut:


Kingdom: Plantae

Subkingdom: Tracheobionta

Superdivisi: Spermatophyta

Divisi: Magnoliophyta

Kelas: Magnoliopsida

Subkelas: Rosidae

Ordo: Fabales
Famili’ fabaceae

Genus: clitoria

Spesies: Clitoria ternatea L.

2.2 Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai kemudian semua
atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkanBerdasarkan konsistensinya, ekstrak
dibedakan menjadi 3 yaitu: ekstrak cair (extracta fluida), ekstrak kental (extracta spissa), dan
ekstrak
Maserasi merupakan metode ekstraksi dengan proses perendaman bahan dengan pelarut yang
sesuai dengan senyawa aktif yang akan diambil dengan pemanasan rendah atau tanpa adanya
proses pemanasan. Faktorfaktor yang mempengaruhi ekstraksi antara lain waktu, suhu, jenis
pelarut, perbandingan bahan dan pelarut, dan ukuran partikel. Senyawa aktif saponin yang
terkandung pada daun bidara akan lebih banyak dihasilkan jika diekstraksi menggunakan
pelarut metanol, karena metanol bersifat polar sehingga akan lebih mudah larut dibandingkan
pelarut lain (Suharto et al., 2016). Ekstraksi dengan metode maserasi memiliki kelebihan
yaitu terjaminnya zat aktif yang diekstrak tidak akan rusak (Pratiwi, 2010). Pada saat proses
perendaman bahan akan terjadi pemecahan dinding sel dan membran sel yang diakibatkan
oleh perbedaan tekanan antara luar sel dengan bagian dalam sel sehingga metabolit sekunder
yang ada dalam sitoplasma akan pecah dan terlarut pada pelarut organik yang digunakan
(Novitasari dan Putri, 2016).
kering (extracta sicca).
2.3 Pelarut yang di gunakan ada tiga jenis pelarut yaitu Etanol/Metanol (polar), etil asetat
(semi polar), n-heksana (non polar). Perbedaan pelarut dalam ekstraksi juga mempengaruhi
kandungan total senyawa bioaktif (Santoso et al., 2012). Masing masing pelarut mempunyai
keunggulan masing masing.
A. Pelarut polar.
Senyawa flavonoid bersifat polar sehingga dibutuhkan pelarut yang bersifat polar (Gillespie dan Paul,
2001). Efektivitas ekstraksi suatu senyawa oleh pelarut sangat tergantung kepada kelarutan senyawa
tersebut dalam pelarut, sesuai dengan prinsip like dissolve like yaitu suatu senyawa akan terlarut
pada pelarut dengan sifat yang sama. Penggunaan jenis pelarut atau kekuatan ion pelarut dapat
memberikan pengaruh terhadap rendemen senyawa yang dihasilkan (Anggitha, 2012). Pelarut yang
bersifat polar diantaranya adalah etanol, metanol, aseton dan air (Sudarmadji et al., 1997)

B. Pelarut semi polar.


C. Pelarut non polar.
.2.4.1Metabolit sekunder adalah senyawa yang ada dalam tumbuhan tetapi tidak terlibat
langsung dalam pertumbuhan, perkembangan, atau reproduksi tanaman, senyawa ini
berfungsi sebagai pertahanan tanaman karena senyawa metabolit sekunder bersifat racun
pada hewan,contohnya senyawa alkaloid, fenol, saponin dan terpenoid.
Metabolit sekunder memiliki banyak manfaat bagi manusia biasanya digunakan sebagai
2.4.2 Flavonoid
Flavonoid adalah salah satu dari senyawa fenol dengan kerangka karbon terdiri atas dua
gugus C6 (cincin benzen tersubstitusi) disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon.
Flavonoid sering terdapat sebagai glikosida. Beberapa peranan flavonoid dalam tumbuhan
adalah: pada warna bunga sebagai pengarah serangga, pengatur zat tumbuh, pengatur
fotosintesis, antimikroba, dan antivirus, bekerja menarik serangga, dan sebagainya.
2.4.2.3. Tanin
Tanin adalah senyawa yang dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap
yang tidak larut dalam air. Sifat khas dari tanin adalah memiliki rasa yang sepat. Tanin
merupakan campuran polifenol yangterdapat dalam tumbuhan dalam bentuk glikosida yang
jika terhidrolisis akan menghasilkan glikon dan aglikon
2.4.2.4Glikosida
Glikosida adalah senyawa gula/karbohidrat yang terdapat dalam tumbuhan dalam bentuk
terikat pada aglikon (21). Glikosida jantung adalah senyawa yang memiliki inti steroid yang
terikat dengan cincin lakton terikat pada C-17 dan gula terikat pada C-3. Glikosida ini
mempunyai efekkardiotonik khas dan tempat kerja molekulnya ialah ATP-ase yang terikat
pada membran yang mengatur angkutan kation.
2.4.2.5. Saponin
Saponin berasal dari bahasa Latin sapo yang berarti sabun. Saponin adalah senyawa aktif
permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi
yang rendah sering menimbulkan hemolisis sel darah merah.
2.4.2.6. Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa yang bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen,
biasanya dalam gabungan, sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid seringkali beracun bagi
manusia dan banyak mempunyai aktifitas fisiologis yang menonjol, jadi digunakan secara
luas dalam bidang pengobatan. Alkaloid biasanya tanpa warna, seringkali bersifat optis aktif,
umumnya berbentuk kristal tetapi hanya sedikit yang berupa cairan pada suhu kamar.

Anda mungkin juga menyukai