Anda di halaman 1dari 16

Uji skrining fitokimia metabolit sekunder ekstrak bunga

telang (clitoria ternatea) dengan metode maserasi dalam


pelarut N-heksana,etanol, dan etil asetat
Bab 1
1.1 .Pendahuluan.
Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki keanekaragaman
hayati terbesar di dunia.Terdapat 90.000 jenis tanaman yang tumbuh di Indonesia
(Fitmawati et al.2016). Salah satunya adalah Bunga telang (clitoria
ternatea).Bunga telang biasanya ditemui tumbuh secara liar ataupun digunakan
sebagai tanaman hias. Tanaman yang memiliki bunga berwarna biru ini memiliki
nama yang berbeda beda di setiap daerah di Indonesia, seperti di Sumatera disebut
bunga biru, bunga kelenit, bunga telang, di Jawa disebut kembang teleng,
menteleng, di Sulawesi disebut bunga talang, bunga temen raleng, dan di Maluku
disebut bisi, seyamagulele (Dalimartha, 2008). Bunga telang merupakan tanaman
perdu tahunan yang memiliki perakaran yang dalam dan berkayu dengan kelopak
bunga berwarna biru-ungu hingga hampir putih (Sutedi, 2013).

Bunga telang memiliki beberapa kandungan senyawa fitokimia yang


bermanfaat bagi manusia. Di dalam bunga telang terkandung senyawa tanin,
flobatanin, karbohidrat, saponin, triterpenoid, fenolmfavanoid, flavanol glikosida,
protein, alkaloid, antrakuinon, antisianin, stigmasit 4-ena-3,6 dion, minyak volatil
dan steroid. Komposisi asam lemak dalam bunga telang meliputi asam palmitat,
stearat, oleat lonoleat, dan linolenat. Di dalam biji bunga telang juga mengadung
senyawa asam sinamat, finotin dan beta sitosterol (Budiasih, 2017). Menurut
(Taur & Patil., 2011) Pada bagian akarnya terdapat kandungan beberapa turunan
zat steroid, saponin, beberapa turunan zat flavonoid, dan glikosida.

Pada penelitian ini ekstraksi dilakukan dengan cara dingin (maserasi).


Proses ekstraksi menggunakan metode maserasi dilakukan dengan beberapa kali
proses pengocokan atau pengadukan pada suhu ruang. Keuntungan cara ini
adalah mudah dilakukan dan tidak melewati proses pemanasan sehingga kecil
kemungkinan bahan alam menjadi rusak atau terurai. Pemilihan pelarut
berdasarkan kelarutan dan polaritasnya memudahkan pemisahan bahan alam
dalam sampel. Pengerjaan metode maserasi yang lama dan keadaan diam selama
maserasi memungkinkan banyak senyawa yang akan terekstraksi (Istiqomah,
2013).sehingga dapat diketahui metabolit sekunder apa saja yang terdapat pada
bunga telang.

Proses ekstraksi dipengaruhi oleh sifat pelarut yang digunakan, pelarut


yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga jenis pelarut yaitu etanol, etil asetat,
dan N- heksana. Suatu senyawa akan mudah larut dalam pelarut yang mempunyai
polaritas yang sama atau mirip(Sudarmadji et al., 1989). Menurut prinsiplike
dissolves like, suatu pelarut akan melarutkan senyawa yang memiliki tingkat
kepolaran yang sama, Pelarut yang bersifat polar (etanol) akan mengekstraksi
senyawa komponen fenolik, tannin, asam amino dan glikosida.Pelarut semi polar
(N-heksana) akan mengekstrak senyawa fenol, terpenoid, alkaloid dan glikosida.
Pelarut non polar(etil asetat) dapat mengekstrak senyawa kimia lipid,karotenoid,
dan minyak yang mudah menguap (Harborne, 1987).

1.2 Rumusan masalah.


Bagaimakah hasil skrining metabolit sekunder pada ekstrak bunga telang
di pelarut Etanol, Etil asetat, n-Heksana dwngan metode maserasi
1.3Tujuan penelitian.
Tujuan umun : Mengetahui metabolit sekunder pada bunga telang
Tujuan khusus : Mengetahui metabolit sekunder yang mampu terikat pada
metode ekstraksi maserasi dan dengan 3 pelarut(etanol, n-heksan, etil asetat).

1.4 manfaat penelitian.


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan data tentang bunga
telang yang bermanfaat bagi STIKES Banyuwangi dan bermanfaat bagi
masyarakat sebagai informasi tambahan tentang kandungan apa saja yang
terkandung di dalam bunga telang(clitoria ternatea).
Bab 2

Tinjauan Pustaka
2.1 Bunga Telang.
2.1.1 Morfologi Bunga Telang.
Bunga telang (clitoria ternatea) sering disebut juga sebagai butterfly pea,
merupakan tumbuhan dapat ditemui memiliki bunga khas dengan kelopak tunggal
berwarna biru muda, ungu, maupun putih.(budiasih 2017).
Menurut(Riswadi, 2010).Bunga telang merupakan salah satu tanaman
semak belukar yang umum tumbuh di tempat terbuka sepanjang jalan dan
lereng.Semak, menjalar, panjang 3-5 m. Batang: membelit, masif, permukaan
beralur, hijau. Daunnya majemuk,menyirip, lonjong, tepi rata, ujung tumpul,
pangkal meruncing, panjang 4-9 cm, tangkai silindris, panjang 4-8 cm,
pertualangan menyirip, permukaan berbulu, hijau. Bunganya majemuk, bentuk
tandan, di ketiak daun, tangkai silindris, berwarna hijau, kelopak bentuk corong,
panjang 1,5-2,5 cm, hijau kekuningan,tangkai benang sari berlekatan membentuk
tabung, putih, kepala sari bulat, kuing,tangkai putik silindris, kepala putik bulat,
hijau, mahkota bentuk kupu-kupu,ungu. buah bentuk polong, panjang 7-14 cm,
bertangkai pendek, masih muda hijau setelah tua hitam. Bijinya berbentuk ginjal,
masih muda, hijau setelah tua coklat. Akarnya tunggang, putih .
2.1.2 klasifikasi bunga telang
Tanaman telang memiliki klasifikasi sebagai berikut
Kingdom: Plantae (tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta
Superdivisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Gambar 2.1 Bunga Telang (Clitoria
Kelas: ternatea) Magnoliopsida
Subkelas: Rosidae
Ordo: Fabales
Famili’ fabaceae
)
Genus: clitoria
Spesies: Clitoria ternatea L.

2.2 Metode Ekstraksi

Ekstrak Dalam buku Farmakope Indonesia Edisi 4 , disebutkan bahwa :


Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai ,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan . dan massa atau serbuk
yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan . Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat
secara perkolasi . Seluruh perkolat biasanya dipekatkan secara destilasi dengan
pengurangan tekanan , agar bahan sesedikit mungkin terkena panas .

2.2.1 Ekstraksi Dengan Cara Dingin.

Metode ekstraksi dingin tidak ada proses pemanasan selama proses


ekstraksi berlangsung, untuk menghindari kandungan senyawa metabolit sekunder
rusak akibat pemanasan. Jenis ekstraksi dingin adalah maserasi dan perkolasi

1. Maserasi.

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan dengan beberapa


kali pengocokan atau pengadukan pada menggunakan pelarut temperatur ruangan
( kamar ) . Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian
konsentrasi pada keseimbangan . Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan
yang kontinu ( terus - menerus ) . Remaserasi berarti dilakukan pengulangan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan
seterusnya .

2. Perkolasi

Perkolasi Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru


sampai sempurna ( exhaustive extraction ) yang umumnya dilakukan pada
temperatur ruangan . Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan , tahap
maserasi antara , tahap perkolasi sebenarnya ( penetesan / penampungan
ekstrak ) , terus menerus sampai diperoleh ekstrak ( perkolat ) yang jumlahnya 1-5
kali bahan .

2.2.2 ekstraksi dengan cara panas

1. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,


selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik . Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu
pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna

2. Soxlhet

Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang


umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
3. Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik ( dengan pengadukan kontinu ) pada


temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan ( kamar ) , yaitu secara
umum dilakukan pada temperatur 40-50 ° C

4. Infus.

Infus Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas
air ( bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih , temperatur terukur 96-98
° C ) selama waktu tertentu ( 15-20 menit )

5. Dekok

Dekok Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ( 230 ° C ) dan
temperatur sampai titik didih air .
2.3 Pelarut

Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah zat yang dapat
melarutkan dengan baik ( optimal ) senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang
aktif , dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan dan dari
senyawa kandungan lainnya , serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar
senyawa kandungan yang diinginkan . Dalam hal ekstrak total , maka cairan
pelarut dipilih yang melarutkan hampir semua metabolit sekunder yang
terkandung.

pelarutyang di gunakan ada tiga jenis pelarut yaitu Etanol/Metanol (polar),


etil asetat (semi polar), n-heksana (non polar). Perbedaan pelarut dalam ekstraksi
juga mempengaruhi kandungan total senyawa bioaktif (Santoso et al., 2012).
Masing masing pelarut mempunyai keunggulan masing masing.

1. Pelarut Polar.

Senyawa flavonoid bersifat polar sehingga dibutuhkan pelarut yang


bersifat polar (Gillespie dan Paul, 2001). Efektivitas ekstraksi suatu senyawa oleh
pelarut sangat tergantung kepada kelarutan senyawa tersebut dalam pelarut, sesuai
dengan prinsip like dissolve like yaitu suatu senyawa akan terlarut pada pelarut
dengan sifat yang sama. Penggunaan jenis pelarut atau kekuatan ion pelarut dapat
memberikan pengaruh terhadap rendemen senyawa yang dihasilkan (Anggitha,
2012). Pelarut yang bersifat polar diantaranya adalah etanol, metanol, aseton dan
air (Sudarmadji et al., 1997)

2. Pelarut Semi Polar.

Pelarut semi polar adalah pelarut dengan tingkat kepolaran yang sangat
rendah dan sangat cocok untuk melarutkan berbagai senyawa semi polar pada
tanaman. Contoh dari pelarut semi polar etil asetat dan aseton. Etil asetat ialah
pelarut yang cocok untuk digunakan sebagai pelarut ekstraksi karena sifatnya
yang mudah menguap dan, tidak higroskopis, serta mempunyai toksisitas
rendah( USP, 2007; Rowe et al, 2009; Wardhani dan Sulistyani, 2012)

3. Pelarut Non Polar.

Pelarut non polar adalah cairan yang tidak memiliki momen dipol atau
momen yang ditimbulkan muatan itu sendiri. Pelarut non polar tidak mengandung
muatan sama sekali baik muatan positif dan negative parsial. Contoh dari pelarut
non polar adalah N-heksan, eter, benzen, dan bensin. heksana ialah pelarut non
polar yang bersifat normal serta mudah menguap, selektif dalam menguapkan
zat,dan dapat mengekstrak zat pewangi dalam jumlah besar ( Munawaroh&
Handayani 2010).

2.4 Metabolit Sekunder

Metabolit sekunder adalah senyawa yang ada di dalam tumbuhan tetapi


tidak terlibat langsung dalam pertumbuhan, perkembangan, atau reproduksi
tanaman, senyawa ini berfungsi sebagai pertahanan tanaman karena senyawa
metabolit sekunder bersifat racun pada hewan,contohnya senyawa alkaloid, fenol,
saponin dan terpenoid.Metabolit sekunder memiliki banyak manfaat bagi manusia
biasanya digunakan sebagai obat.senyawa metabolit sekunder meliputi:

1. Flavonoid

Flavonoid adalah senyawa fenolik yang kerangka karbonnya terdiri dari


dua gugus C6 (cincin benzena tersubstitusi) yang dihubungkan oleh rantai alifatik
tiga karbon. Flavonoid biasanya ada dalam bentuk glikosida. Beberapa peran
flavonoid pada tanaman adalah: dalam warna bunga sebagai pemandu serangga,
pengatur tumbuh, pengatur fotosintesis, agen antibakteri dan antivirus, untuk
menarik serangga, dll.

2. Tanin
Tanin adalah senyawa yang dapat bereaksi dengan protein membentuk
kopolimer mantap yang tidak larut dalam air. Sifat khas dari tanin adalah
memiliki rasa yang sepat. Tanin merupakan campuran polifenol yangterdapat
dalam tumbuhan dalam bentuk glikosida yang jika terhidrolisis akan
menghasilkan glikon dan aglikon

Tanin merupakan senyawa yang dapat bereaksi dengan protein


membentuk kopolimer stabil yang tidak larut dalam air. Tanin dicirikan oleh rasa
yang sepat. Tanin merupakan campuran polifenol pada tumbuhan berupa
glikosida, yang bila dihidrolisis menghasilkan aglikon dan aglikon.

3. Glikosida

Glikosida adalah senyawa gula/karbohidrat yang ada pada tumbuhan


dalam bentuk terikat pada aglikon (21). Glikosida jantung adalah senyawa dengan
inti steroid yang terikat pada cincin lakton yang terikat pada C-17 dan gula yang
terikat pada C-3. Glikosida ini memiliki efek kardiotonik yang khas, dan tempat
kerja molekulernya adalah ATPase terikat membran yang mengatur transpor
kation.

4. Saponin

Saponin berasal dari bahasa latin sapo yang artinya sabun. Saponin adalah
senyawa aktif permukaan yang kuat yang berbusa ketika dikocok dalam air, dan
konsentrasi saponin yang rendah biasanya menyebabkan hemolisis sel darah
merah.

5. Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa basa yang mengandung satu atau lebih atom
nitrogen, biasanya dalam kombinasi sebagai bagian dari sistem cincin. Alkaloid
sering bersifat racun bagi tubuh manusia dan memiliki banyak aktivitas fisiologis
yang luar biasa, sehingga banyak digunakan dalam pengobatan. Alkaloid biasanya
tidak berwarna, biasanya aktif secara optik, dan biasanya berbentuk kristal, tetapi
hanya sejumlah kecil yang berbentuk cairan pada suhu kamar.
6. steroid

Steroid merupakan golongan triterpenoid yang mengandung inti


siklopentana perhidrofenantrena, yg terdiri berdasarkan tiga cincin sikloheksana
dan satu cincin siklopentana. Steroid memainkan kiprah krusial pada menjaga
keseimbangan garam, mengendalikan metabolisme & menaikkan fungsi organ
seksual & disparitas fungsi biologis lainnyaantara jenis kelamin. Steroid dalam
tumbuhan sudah menampakan pengaruh penurun kolesterol & anti kanker
(Nasrudin, 2017).

Kerangka penelitian.
keterangan:

A. warna biru dilakukan


B. warna putih tidak dilakukan

Bab 3

Metode Penelitian

3.1 Jenis Penelitian


Metode penelitian merupakan eksperimen laboratorium yang dilaksanakan
untuk mengetahui mengetahui metabolit sekunder pada ekstrak bunga
telang (clitoria ternatea) di pelarut etanol, n-heksana, etil asetat dengan
metode maserasi
3.2 Tempat Penelitian.
Penelitian ini dilakukan di laboratorium bahan alam STIKES
BANYUWANGI dan akan dilaksanakan pada bulan Februari –Mei 2022
3.3 Alat dan Bahan.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Bunga Telang (Clitoria
Ternatea).(metanol, kloroform, H2So4 pekat, HCl pekat, CH3COOH
anhidrat, Larutan FeCl 31%, 1,1-difenil-2-pikrilhidrasil (DPPH), pereaksi
Meyer, pereaksi Dragendrof, pereaksi Bouchardat dan Akuades.

Sedangkan alat yang digunakan pada penelitian ini adalah beacker gelas,
gelas ukur, gelas arloji, pipet tetes, labu ukur, label, kain saring, mangkok
besar, alat penumbuk, neraca analitik.

3.4 Penyiapan Simplisia.


Bunga Telang basah ditimbang berat bersihnya kemudian dikeringkan
dengan suhu ruangan kisaran 28-32˚C, setelah dikeringkan bunga telang di
bersihkan dari kotoran yang tercampur saat pemanenan, lalu ditimbang
berat keringnya menggunakan timbangan digital, lalu bunga telang yang
sudah bersih dan kering dijadikan serbuk menggunakan blender.
3.5 Prosedur Kerja.
3.5.1 Maserasi Dengan pelarut (etanol 70%,etil asetat,n-heksan)
1. Siapkan bahan dan alat terlebih dahulu.
2. Bersihkan bunga telang segar sebanyak 400 gram lalu kering anginkan.
3. Giling menggunakan blender sampai halus ,kemudian timbang bunga
telang kering sebanyak 50 gram.
4. Campurkan simplisia Bunga Telamg dengan etanol 70% sebanyak
400ml.Kedalam bejana kaca selama 24 jam.
5. Aduk setiap 1 jam pada 6 jam pertama.
6. Lakukan pada pelarut yang berbeda: n-heksana dan etil asetat.
3.6 Uji Skrining Fitokimia.
3.6.1 Uji Flavonoid.
ambil 1 gram ekstrak, ditambahkan 2 ml metanol panas, lalu ditambahkan
0,01 gram bubuk Mg dan 3-5 tetes asam klorida pekat. Adanya flavonoid
ditandai dengan warna jingga, merah bata, merah muda dan merah tua
dalam waktu +3 menit
3.6.2 Uji Alkaloid
Uji Alkaloid : Ambil 1 gram ekstrak, tambahkan 0,2 ml larutan
HCL 2M dan 2 ml akuades, kemudian dipanaskan selama 2 menit,
campuran didinginkan dan disaring. Filtrat yang dihasilkan
dianalisis dengan pereaksi Meyer, Dragendrof, dan Bouchardat.
Adanya alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih
dengan pereaksi Meyer, endapan jingga dengan pereaksi
Dragendrof, dan endapan coklat dengan pereaksi Bouchardat.
Menurut [4] hasil positif ditunjukkan oleh terbentuknya endapan
coklat kemerahan dalam pereaksi Dragendorff dan terbentuknya
coklat dalam reagen Wagner.
3.6.3 Uji Tanin.
Ekstrak diambil 1 gram dan dilarutkan dalam 4 ml air panas,
didinginkan dan regangan. Filtrat yang dihasilkan ditambahkan 1-
3 tetes larutan FeCl 31%. Adanya tanin ditandai dengan warna
coklat tua atau hitam kebiruan. Menurut [5], keberadaan tanin
dalam Ekstrak ditandai dengan terbentuknya warna hijau
kehitaman, coklat kehitaman, atau biru kehitaman dengan pereaksi
FeCl3.

3.6.4 Uji Terpenoid.


Setelah melarutkan 1 gram ekstrak dalam 1 ml kloroform dan 1 ml
asetat anhidrida, ditambahkan melalui dinding tabung reaksi 0,4
ml larutan H2So4 pekat. keberadaan terpenoid ditunjukkan
dengan warna hijau kebiruan pada steroid, jingga, jingga
kecoklatan, atau ungu pada triterpenoid. Menurut [5], adanya
terpenoid dan steroid menyebabkan perubahan warna menjadi hijau
tua atau hijau warna kebiruan akibat penambahan asetat anhidrida
dan terbentuknya cincin coklat pada batas larutan bila
ditambahkan H2SO4 pekat. Perubahan warna disebabkan oleh
pembentukan reagen alkaloid yang mengoksidasi senyawa
terpenoid dan steroid yang terkandung dalam ekstrak.
3.6.5 Uji Saponin.
Ambil 1 gram ekstrak yang dilarutkan dalam 4 ml air panas
kemudian didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh
dikocok kuat-kuat selama 15-20 detik. Adanya Saponin ditandai
dengan munculnya busa permanen dengan penambahan asam
klorida. Menurut [5] Adanya saponin pada ekstrak ditunjukkan
dengan terbentuknya gelembung-gelembung setelah ekstrak
dikocok dilarutkan dalam air panas. Busa yang dihasilkan
terbentuk dari reaksi antara hidrofobik dan gugus udara. Senyawa
saponin memiliki gugus hidrofobik yang dapat mengikat air dan
dapat mengikat udara.

Anda mungkin juga menyukai