DISUSUN OLEH:
1. Faizah Aslah I1C015033
2. Fuzilestari Nur A. I1C015039
3. Istito’ah I1C015059
4. Andy Pandu K. I1C015077
5. Nurul Hamidah R I1C015079
6. Zelmira Hana S. I1C015083
7. Novita Nanda Sari I1C015086
8. Ayu Syifa N. I1C015087
9. Magista Mugi A. I1C015099
10. Nindita Rachmania I1C015107
11. Thania Sita A. I1C015113
Umur : 29 tahun
Berat badan : 55 kg
Alamat :-
Status :-
MRS : 21/4
Riwayat MRS lemah anggota gerak badan kanan sejak 3 minggu lalu disertai
sulit bicara dan memberat sejak 2 hari terakhir, pasien juga
mengeluh mual muntah.
Riwayat penyakit : Gagal ginjal sejak 2 tahun ( selama 1 tahun cuci darah dan
CAPD sejak 7 bulan yang lalu)
Riwayat obat :-
Tanggal Keteran In
Nilai gan
Parameter 22/ 23/ 24/ 25/ 26/ 27/ 28/ 29/ 30/
normal 21/4
4 4 4 4 4 4 4 4 4
100 90/ 90/ Menuru
TD 120/80x/ 120/ 100 100 100 100 100 100
/80 70 60 n T
(mmHg) menit 80 /80 /80 /80 /80 /80 /80
Mening
60-
Nadi kat dari
100x/men 78 78 72 76 98 90 138 128 120 120
(x/menit) tgl 27-
it
30
36, 36, 36, 36, 36, 36, normal
Suhu (oC) 36,5-37,5 36,5 36 36 36
8 5 5 5 5 5
Mening
Nafas 18- kat
26 40 30 32 36 20 56 56 56 40
(x/menit) 20x/menit kecuali
tgl 26/4
GCS 456 456 456 456 456 456 456 456 456 456 T
Lemah + + + + + + + + + + T
Sesak +
Data Laboratorium
Tanggal (April) Keterangan Interp
Parameter Nilai normal
21 22 23 24 25 26 29
WBC 3,5-10,0 5,8 10,5 Normal
Hb 13-18 9,9 9,4 11,6 Menurun An
Hct 40-50 30,6 35,5 Menurun An
PLT 170-380 303 163 Normal
LED <15 mm/jam 26 Normal
2,47 3,3 3,5 Menurun Hipoa
Albumin 3,5-5,0
9 6
Bilirubin total <1,4 mg/dl 0,90 Normal
Bilirubin direct <0,40 mg/dl 0,31 Normal
Bilirubin 0,59 Normal
indirect
Na + 135-144 131 133 131 139 Normal
2,5 2,9 3,1 3,39 Menurun Hipok
K+ 3,5-4,8
2
Cl- 97-106 97 103 101 102 Normal
GDA 70-100 96 Normal
GDP 70-115 77 Normal
Kolesterol total 70-130 123 Normal
Kolesterol 27 Normal
30-70
HDL
Kolesterol 76 Normal
<130 mg/dl
LDL
Trigliserida 35-135 mg/dl 87 Normal
Asam urat 3,6-8,5 7,4 Normal
SGOT 5-35 32 Normal
SGPT 5-35 25 Normal
93,6 147, Meningkat CK
BUN 12-16
6
Cr 0,6-1,3 mg/dl 7,68 8,33 Meningkat CK
7,44 7,5 74, Normal
BGA : PH 7,35-7,45
8 46 434
36,7 36, 36, Normal
Suhu 36-37
8 8
22,1 15, 19, Menurun Asi
PCO2 35-45
9 6 meta
61,8 124 119 Menurun dan Asi
PO2 80-100
,7 ,4 meningkat meta
22-26 18,9 13, 12, Menurun Asi
HCO3
mEq/liter 9 4 meta
O2 Saturasi 93,5 98, 98, Menurun Asi
95-100%
arterial 9 4 meta
-6,8 -4,8 -9,3 Menurun Asi
Base excess -2-(2)
meta
Terapi Parenteral
Terapi IVFD
B. Dasar Teori
1). Patofisiologi Penyakit
Paofisiologi CKD
CLCr =
= 10,17 ml/menit.
(NICE, 2018)
Algoritma Diagnosis CVA
Pasien stroke tanpa penurunan kesadaran, tanpa nyeri kepala dan dengan atau tanpa
terdapat reflek babainski dapat diklasifikasikan kedalam stroke non Hemoragik
Menurut guideline KDGIO 2012 pasien yang terkena anemia yang disertai
CKD stage 5 dengan hemodialisis harus diterapi dengan ESA. Penyebab dari
terjadinya anemia pada pasien CKD dikarenakan kurangnya produksi eritroprotein
(EPO) . Eritroprotein adalah suatu hormon yang dihasilkan oleh sel peritubular ginjal
untuk stimulasi sumsum tulang agar melakukan proses eritropoeisis, juga berperan
dalam proses proliferasi, maturasi, dan pelepasan retikulosit. Anemia pada CKD 5
harus segera diatasi karna dapat menimbulkan berbagai manifestasi seperti penurunan
kognitif dan kualitas hidup, stroke dan mempercpat progresivtas kerusakan ginjal.
ESA (Erythropoietin stimulating agent) merupakan terapi yang cocok unutk pasien
anemia yang disebabkan oleh kurangnya produksi EPO. Terdapat 4 jenis ESA yaitu
CERA (Continuous Erythropoietin Receptor Activator), darbepoietin alfa,
eritropoietin alfa, dan eritropoietin beta ( Saputra,2017).
Algoritma Hipokalemi
Dilihat dari algoritma nya, nilai K pada pasien pada rentang 3,0-3,5 mmol/L
mengkonsumsi obat kalium oral dengan jumlah 80 mmol/hari selama 3-5 hari, lalu
cek kadar kalium setiap 2 hari hingga kadar kalium normal kembali.
C. Penatalaksanaan Kasus dan Pembahasan
1. Subjektif
Nama : Tn. EW
Umur : 29 tahun
Berat badan : 55 kg
Alamat :-
Status :-
MRS : 21/4
Riwayat MRS: Lemah anggota gerak badan kanan sejak 3 minggu lalu disertai sulit
bicara dan memberat sejak 2 hari terakhir, pasien juga mengeluh mual muntah.
Riwayat penyakit : Gagal ginjal sejak 2 tahun ( selama 1 tahun cuci darah dan
CAPD sejak 7 bulan yang lalu)
Riwayat obat : -
Data Laboratorium
3. Assessment
1) Guildeline Terapi
Terapi CKD
(Dipiro, 2008)
Terapi CVA
Pada pasien stroke non hemoragik yang sudah mengalami iskemik
atau infark terapi yang dibeikan adalah antiplatelet. Antiplatelet bekerja
dengan cara mengurangi agregasi platelet, sehingga dapat menghambat
pembentukan trombus pada sirkulasi arteri, dimana antikoagulan kurang
dapat berperan. Hal tersebut didukung oleh penelitian lain yaitu Flores
(2011) yang menyebutkan aspirin dosis tunggal direkomendasikan pada
terapi stroke iskemik. Penelitian lainnya menunjukkan aspirin (160 mg - 325
mg perhari) mengurangi kematian dan disabilitas ketika diberikan dalam 48
jam setelah stroke iskemik, studi analisis kombinasi pemberian aspirin dengan
unfractionated heparin, atau antiplatelet golongan lain seperti clopidogrel dan
Dipiridamol tidak memperlihatkan penurunan mortalitas dan resikonya
sebanding dengan benefitnya bila diberikan pada stroke iskemik. Sehingga
aspirin dosis tunggal lebih direkomendasikan pada terapi stroke iskemik
dibandingkan kombinasi (POWERS,2018).
Terapi Anemia
(Dipiro,2008)
(Saputra,2017)
Terapi Oral
Terapi Aturan Tanggal (April)
pakai
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Neurodex 1 tab 2x1
Amitriptiline 12,5mg //
2x1
Alprazolam 0,25mg //
2x1
Alprazolam 0,25mg
1x1
Aspilet 160mg //
1x1
Aspilet 80mg
1x1
Allopurinol 100mg
1x1
KSR 1 tab 2x1 //
KSR 1 tab 1x1
Amitriptiline 12,5mg
1x1
Terapi IVFD
Problem
S O Drp/Uraian Drp Rekomendasi Problem
Medik
CKD - Peningkatan DRP : potensial ADR Furosemid termasuk ke dalam
stage 5 Cr : 7,68 Furosemid dapat diuretik golongan Loop
mg/dl (21/4) menyebabkan hipovolemia, diuretik yang digunakan
dan 8,33 ketidakseimbangan cairan, untuk mengatasi udem
mg/dl (26/4). hipokalemia, hipokalsemia (Medscape, 2018). Namun
Peningkatan yang umumnya terjadi dan pasien tidak mengalami udem
BUN: 93,6 memperparah keadaan serta sehingga penghentian
(21/4 ) dan kondisi pasien CKD stage 5 penggunaan furosemid.
147,6 (26/4) (Oh Sewon dan Sang Youb Berdasarkan KDIQO (2002),
Peningkatan Han, 2015). Selain itu, pasien dengan nilai ClCr
ClCr: 10,6095 kondisi dan keadaan pasien 10,17 dan GFR 6 ml/min/1,73
tidak mengalami udem pada m² maka diterapi dengan
data objektifnya. hemodialisis, peritoneal
dialisis dan transplantasi
ginjal. Terapi peritoneal
dialisis dipilih lebih flexibel
dalam kehidupan sehari-hari,
lebih mengontrol penyakit
dan biayanya lebih murah
serta menurunkan kondisi
stres emosional (Paraskevi
Theofilou, 2011).
CKD - Peningkatan DRP: Terapi tidak efektif Terapi profilaksis ceftriaxone
stage 5 Cr : 7,68 Pasien mengalami diganti mupirocin.
mg/dl (21/4) peningkatan nilai leukosit Berdasarkan penelitian Isaac
dan 8,33 sehingga perlu diberikan Teitelbaum (2003) antibiotic
mg/dl (26/4). terapi profilakis antibiotik yang efektif mengurangi
Peningkatan ceftriaxone untuk terjadinya infeksi peritonitis
BUN: 93,6 menghindari terjadinya adalah rifampin dan
(21/4 ) dan komplikasi infeksi pada mupirocin namun dari kedua
147,6 (26/4) kateter dialysis namun obat tersebut yang paling
Peningkatan antibiotic tersebut kurang efektif dalam mengurangi
ClCr: 10,6095 efektif sebagai profilaksis infeksi adalah mupirocin
peritonitis sehingga (Cibele Grothe, 2016)
ceftriaxone diganti dengan
mupirocin (Isaac
Teitelbaum and John
Burkart, 2003)
Asidosis - Penurunan DRP: Butuh terapi Oral sodium bikarbonat dapat
metabolik base exass tambahan meningkatkan status gizi dan
nutrisi serta memperpendek
-6,8 (21/4), Berdasarkan data lab pasien
durasi rawat inap di rumah
-4,8 (24/4 ) mengalami asidosis sakit bagi pasien CKD
disertai CAPD (Diazbuxo,
dan -9,3 metabolik dengan
nilai 2005). Oral sodium
(25/4) serum bikarboat yang bikarbonat diberikan dengan
dosis 4,8 gr diberikan 1 kali
Penurunan kurang dari 22 mEq dapat
sehari (PIONAS, 2018).
HCO3-: 18,9 memperparah penyakit
(21/4);
13,9(24/4) CKD dan meningkatkan
dan 12,4 resiko kematian. Namun
(25/4);
Peningkatan pasien hanya mendapatkan
BUN: 93,6 terapi oksigen untuk
(21/4 ) dan
mengatasi sesak
147,6 (26/4);
penurunan dikarenakan manifestasi dari
PCO2 : asidosis metaboliknya.
22,1(21//4)
15,9 (24/4) Sehingga diberikan terapi
19,6(25/4). oral sodium bikarbonat
Penuruna (KDIQO, 2012). Selain itu
PO2: 61,8 Natrium bikarbonat hanya
(21/4); 124,7
(24/4) dan digunakan bila tekanan
119,4 (25/4) darah sudah terkontrol dan
tidak mengalami edema,
(Chen and Matthew, 2013)
DRP :Terapi Tanpa Pemberian normal saline pada
Indikasi pasien dihentikan.
Hipokale - Nilai K 2,5 ; DRP : Terapi Tanpa Terapi IVFD KCl/NS IV drip
mi Indikasi dihentikan.
2,9 ; 3,12 ;
Pasien diberiterapi IVFD
3,39 (normal
KCl/NS IV drip 25
3,4-5,3 mEq/500cc 20 tpm, menurut
mmol/L) Sumantri (2009), terapi KCl
Iv sebagai tambahan terapi
oral pada pasien dengan
hipokalemi asimtomatik
berat, sedangkan pada kasus
tersebut, pasien termasuk
dalam hipoK kategori
ringan sedang (3,0-3,5
mmol/L)
2. Plan
a. Tujuan Terapi
Memperlambat perkembangan GGK
Mengidentifikasi dan mengobati komplikasi GGK
Mengelola kondisi komorbiditas
Peningkatan kualitas hidup pasien CKD stage V
Meminimalkan jumlah sel yang rusak
Mencegah secara dini komplikasi neurologik maupun medic
Mempercepat perbaikan fungsi neurologis sehingga prognosis pasien
diharapkan akan lebih baik
Mengatasi anemia yang disebabkan oleh CKD
Menormalkan nilai albumin (3,5 – 5)
Menormalkan nilai kalium
Mencegah komplikasi penyakit
Mual muntah hilang
b. Terapi non Farmakologis
Diet protein, untuk pasien hemodialisis = 1 -1,2 gr/kgBB ideal/hari = 1
gram x55 kg = 55 gr/hari
Membatasi pemasukan cairan dalam tubuh
Dialisis
Tidak ada terapi asidosis metabolik khusus, karena hanya dibutuhkan
intervensi farmakologis untuk memperbaiki keadaan asidemia (Dipiro
et al, 2011) Salah satu pendekatan non farmakologis yang dapat
diterapkan pada pasien asidosis metabolic disertai CKD yaitu diet
rendah protein dengan banyak mengonsumsi buah dan sayur (Di Lorio
et.al, 2015).
Meminimalkan makanan tinggi lemak jenuh dan mengurangi asupan
trans fatty acid seperti kue-kue, crackers, telur, makanan yang
digoreng, dan mentega.
Istirahat cukup dan tidur teratur antara 6-8 jam sehari
Mengkonsumsi makanan penambah darah untuk membantu mengatasi
anemia dan meningkatkan daya tahan tubuh seperti bayam, daging
merah, kacang-kacangan, ikan laut dan buah-buahan.
Konsumsi sayuran yang banyak mengandung albumin misalnya
bayam, brokoli, kentang dan juga mengonsumsi ikan yang banyak
mengandung protein misalnya ikan tuna, daging sapi
Makan makanan yang halus, dan mengurangi makan makanan yang
dapat memicu kenaikan asam lambung seperti makanan asam dan
pedas (Dipiro et al, 2008)
Mupirocin
Mupirocin bekerja dengan cara menghambat isoleucyl transfer-RNA
synthetase, sehingga menghambat sintesis protein bakteri. Karena cara
kerjanya yang spesifik dan mempunyai struktur kimiawi yang unik,
Mupirocin tidak menunjukkan adanya resistensi silang dengan antibiotik
lainnya. Mupirocin adalah antibiotik topikal yang aktif
terhadap Staphylococcus aureus (termasuk strain yang resisten terhadap
methicillin), S. epidermidis, dan beta-haemolytic Streptococcus.
Sodium bicarbonat
Natrium/sodium bikarbonat bersifat elektrolit. Itu berarti ia bekerja dengan
menetralkan kelebihan asam di dalam darah. Ia juga dapat bekerja
menggantikan bikarbonat apabila ada banyak kehilangan bikarbonat dari
dalam tubuh. Pada kasus CKD saat GFR turun 20-30% maka pH darah juga
akan turun, oleh karena itu perlu diberikan natrium bikarbonat untuk
mengobati dan mencegah asidosis metabolic Penggunaan terapi natrium
bikarbonat hanya bisa digunakan apabila tekanan darah pasien terkontrol dan
tidak mengalami udema, sedangkan tekanan darah pasien tidak terkontrol dan
pasien mengalami udema(Chen and Mathew, 2013). Pemberian terapi
intravena hanya diberikan pada kasus asidosis metabolic berat dengan HCO3
<8 dan nilai pH <7.2 sedangkan pada kasus ini digolongka pada asidosis
metabolik ringan sehingga terapi diganti menggunakan terapi oral (Dipiro,
2011). Pemberian oral sodium bikarbonat dengan dosis 4,8 gram 1 kali sehari
(PIONAS, 2018).
Oksigen
Untuk membantu mengurangi sesak nafas, yang merupakan manifestasi klinis
dari asidosis metabolik.
CVA
Aspilet
Aspirin dengan nama dagang Aspilet dapat bekerja untuk mencegah
pembentukan bekuan dan emboli atau trombotik dengan penghambatan
vasokonstriksi yang dimediasi TXA2, aktivasi fibrinolisis, penghambatan
sintesis faktor pembekuan vitamin K-dependent, dan penghambatan jalur
lipoksigenase(Alldredge, 2012). Dosis yang diberikan untuk pasien stroke
iskemik yang efektif adalah 160-300mg, dosis yang diberikan untuk pasien
pada kasus ini adalah 162mg tiap 24 jam karena pasien sudah termasuk
geriyatri sehingga dosis yang diberikan adalah dosis terkecil, selain itu dosis
162 mg sudah tersedia dalam sediaan tablet delayed-release
(Medscape,2018).
Brainact
Diduga bermanfaat dalam terapi strokedengan cara memperbaiki
kerusakan membran saraf lewat aktivitas saraf kolinergik dengan cara
meningkatkan produksi asetilkolin dan mengurangi akumulasi asam lemak di
daerah kerusakan saraf (Frans,2010).
Pemakaian obat neuroprotektor citicolin memberikan manfaat pada
stroke iskemik akut dengan dosis 2x1000 mg intravena 3 hari dan dilanjutkan
dengan oral 2x1000 mg selama 3 minggu menunjukkan efek positif pada
penderita stroke akut berupa perbaikan motoric dan score MRS. Durasi
penggantian rute pemberian obat dari intravena ke peroral dapat disesuaikan
dengan komdisi pasien (PERDOSSI,2011).
Alprazolam
Berdasarkan penelitian Giada (2008), alprazolam memiliki efektivitas
lebih tinggi dibandingkan dengan amitryptilin. Pada kasus ini, sebelumnya
dokter meresepkan penggunaan kedua antidepresan tersebut. Oleh karena itu,
penggunaan amitryptilin dan melanjutkan terapi alprazolam karena memiliki
efektivitas lebih tinggi.
Neurodex
Neurodex berisi suplemen vitamin B kompleks yang terdiri atas
vitamin B1, B6, dan B12. Vitamin B kompleks dibutuhkan untuk vitamin
Neurotropik yang berguna untuk nutrisi sel saraf. Misalnya saja melindungi
dan menjaga fungsi saraf tetap normal. Pada pasien CKD dengan CVA,
neurodex digunakan untuk menjaga fungsi saraf agar tetap normal dan
membantu meminimalisir progesivitas dari CVA (Medscape, 2018).
Hipotensi
Dobutamine
Syok kardiogenik adalah hipotensi persisten dan hipoperfusi jaringan
karena disfungsi jantungvolume intravaskular yang adekuat dan tekanan
pengisian ventrikel kiri. Hal yang paling penting diketahui yaitu bahwa
perkembangan dan penyebab syok kardiogenik untuk mencegah tingginya
morbiditas dan mortalitas terkait. Dopaminsecara tradisional telah menjadi
obat pilihan, karena vasopressor dan aktivitas inotropiknya. Norepinefrinlebih
disukai daripada dopamin pada pasien dengan hipotensi yang lebih berat
karena lebih kuatvasokonstriksi. Namun, literatur terbaru menunjukkan
dopamin norepinefrin sebagai agen lini pertama dalam syok kardiogenik dapat
meningkatan potensi kematian. Dobutamin dapat menyebabkan aritmia
sehingga penting untuk mentitrasi ke dosis terendah yang diperlukan untuk
memperbaiki perfusi jaringan. Dobutamine dapat menyebabkan vasodilatasi;
oleh karena itu, penggunaannyaharus pada pasien dengan hipotensi yang
kurang parah atau dalam kombinasi dengan vasopressor untuk
memperbaikicardiac output (CO) pada hipotensi berat. Pasien mengalami
hipotensi pada tanggal 29/4, sehingga terapi dobutamine sudah tepat
diberikan. Namun diperlukan penyesuaian dosis sesuai dengan berat badan
pasien yaitu 250 mg/ 100 mL. Durasi pemakaian dobutamine sampai tekanan
darah pasien kembali normal seperti sebelumnya (Topalian, 2008).
Anemia
CERA
Penderita gagal ginjal sering kali juga diikuti dengan anemia atau
penurunan kadar Hb dikarenakan produksi sel darah merah yang terganggu
akibat gagal ginjal. Nilai Hb pasien pada kasus menurun dari nilai normal,
sehingga perlu diterapi agar kadar Hb normal. Terapi yang diberikan pada
pasien yaitu CERA. CERA dipilih sebagai terapi anemia pada pasien karena
mampu berinteraksi secara terus-menerus menstimulasi reseptor eritropoietin
endogen, sehingga selama berada dalam tubuh obat ini mampu mengulang
stimulasi proses eritropoietin secara berkelanjutan dan nilai Hb akan normal
(Dedyanto, 2017).
Hipokalemia
Rekomendasi terapi Hipokalemia (Dipiro, 2015)
KRS
Hipoalbumin
Human Albumin 20%
Penggunaan albumin diindikasikan untuk terapi hipoalbumin. Nilai
normal albumin yaitu 3,5-5. Human albumin 20% mempunyai 2 fungsi utama
yaitu memelihara tekanan osmotok koloid plasma dan pengangkutan produk
metabolit jaringan (NZDS, 2015). Pasien diberikan human albumin 20%
selama 4 hari hingga nilai albumin normal (Instituto Grifols, S.A. Can
Guasch)
Mual muntah
Metoclopramide
Pasien meneluh mual muntah pada saat masuk rumah sakit. Mual
muntah juga disebabkan karena manifestasi dari penyakit CKD yaitu
terjadinya perubahan sistem tubuh pada gastrointestinal yang menyebabkan
mual dan muntah yang dapat menganggu kondisi dari pasien tersebut.
Diberikan metoclopramide iv, dengan dosis 5 mg. Dipilih metoclopramid
karena pada pasien tidak mengalami gangguan gastric/gastroparesis sehingga
pilihan metoclopramide ini cocok dan aman diberikan pada pasien (Bc Renal
Agency, 2017)
Dextrose 5%
Pasien diterapi dengan dextrose 5%. Penggunaan dextrose kontraindikasi
dengan pasien CVA. Namun dalam kasus ini, dextrose tetap diberikan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dengan dosis dextrose yang digunakan
yaitu yang rendah (dextrose 5%) (C.Moore, 2008).
Terapi Oral
Terapi Aturan Tanggal (April)
pakai
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Neurodex 1 tab 2x1
Alprazolam 0,25mg 1x1
Aspilet 162mg 1x1
Mupirocin Tiap 1 gram 3 kali 3 kali V V V V V V V V
salep Bactroban sehari sehari
(Bactroban) Krim selama
mengandung 10
Mupirocin hari
calcium 2%.
Sodium 4,8 gram 1 kali V V V V V V V V
bicarbonat sehari
1. KIE
Pasien
Memberikan jadwal minum obat kepada pasien seperti yang diberikan
kepada keluarganya
Motivasi untuk melakukan pola hidup sehat
Tidak melakukan aktivitas fisik yang berlebih dan stres.
Menyarankan pasien untuk banyak istirahat.
Diet Rendah Kalium (Potassium) Dan Natrium (Sodium)
Batasi asupan cairan
Diet rendah fosfor dan kalsium
Meningkatkan asupan protein, kalori, Lemak tak jenuh, seperti minyak
nabati, minyak jagung, dan minyak zaitun serta karbohidrat.
Mengedukasi pasien untuk melakukan pengecekan Hb untuk
mengatasi anemia
Mengatur Pola Makan yang Sehat
Kontrol albumin sebagai parameter perkembangan pasien CKD
Melakukan pemeriksaan elektrolit
Penanganan stress dan beristirahat yang cukup
Tenaga Kesehatan
Monitoring urea dan kreatinin terapi dialisis peritonial
Melakukan prosedur dialisis dengan baik dan benar kepada pasien
Memberitahukan kepada pasien untuk mengkonsumsi antibiotik rutin
dan sampai habis.
Perlu dilakukan pengecekan keseimbangan cairan pada pasien
Memonitoring Hb dan tanda anemia pada pasien
Melakukan pemeriksaan elektrolit
Melakukan pemeriksaan kalium
Melakukan pemeriksaan kadar albumin
Keluarga Pasien
2. Monitoring
Alldredge, B.K., Corelli, R.L., et.al., 2012. Koda-Kimble and Young’s Applied
Therapeutics: The Clinical Use of Drugs, 10th North American Edition. USA:
LWW.
Bc Renal Agency. 2017. Management Nausea In Patient with Chronic Kidney Disease. Suite
700-1380 Burrad St.
DiPiro, J.T., Robert, L.T., Gary, C.Y., Gary, R.M., Barbara, G.W., L. Michael, P.,
2012, Pharmacotheraphy A Pathophysiologic Approach 7th Edition, McGraw-
Hill Medical, USA.