Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KIMIA FARMASI II

MAKALAH ANALISIS SENYAWA RANITIDIN MENGGUNAKAN METODE


SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

Oleh :

Kelompok 10 / IV B

1. Ni Desak Made Sukma Ari Susanti (181090)


2. Ni Wayan Rias Samidya (181091)
3. Ni Nengah Ariani (181092)
4. Ni Nyoman Veby Tri Kusumayani (181093)
5. Ni Putu Linda Febryanti` (181094)

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena atas karunia – Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini tepat pada waktunya.

Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi


tugas mata kuliah Kimia Farmasi II. Adapun yang penulis bahas dalam
makalah sederhana ini mengenai Prinsip Dasar Ilmu Spektrofotometri
UV-Vis.

Dalam penulisan makalah ini penulis menemui berbagai


hambatan yang dikarenakan terbatasnya Ilmu Pengetahuan mengenai
hal yang berkenan dengan penulisan makalah ini. Pada kesempatan ini
pula penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca untuk dijadikan sebagai bahan referensi
dalam mempelajari bahasan ini. Akhir kata, tak ada gading yang tak
retak. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati akan
menerima kritik dan saran yang membangun.

Denpasar, 24 Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang......................................................................................... 1


1.2 Rumusan masalah ................................................................................... 1
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Dasar Ilmu Dalam Spektrofotometri UV-Vis ............................... 3


2.2 Instrument Pada Spektrofotometri UV-Vis............................................... 4
2.3 Informasi Mengenai Serapan Warna Pada Panjang Gelombang Tertentu
Dalam Spektrofotometri UV-Vis ............................................................. 5
2.4 Intepretasi Data Dari Analisis Ranitidin Pada Masing – Masing Jurnal .... 6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ranitidin merupakan reseptor antagonis H2 biasanya digunakan dalam
pengobatan ulkus duodenum dan lambung. Ranitidin dapat ditemukan dalam berbagai
bentuk sediaan farmasi seperti tablet, larutan injeksi dan cairan yang dioralkan (Rao,
et al., 2011). Ranitidin merupakan senyawa furan yang daya menghambatnya terhadap
sekresi asam lebih kuat daripada simetidin, tetapi lebih ringan dibandingkan
penghambat pompa proton (omeprazol, lanzoprazol). Tidak merintangi perombakan
oksidatif dari obat-obat lain, sehingga tidak mengakibatkan interaksi yang tidak
diinginkan (Tjay & Rahardja, 2002).
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi
difraksi dengan tabung foton hampa (Hariati,2012). Metode spektrofotometri memiliki
keuntungan yaitu dapat digunakan untuk menganalisa suatu zat dalam jumlah kecil.
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisa spektroskopi memakai
sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dan sinar tampak dengan memakai
instrumen spektrofotometer (Mulya, & Suharman, 1995). Spektrofotometri UV-Vis
melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisa, sehingga
dapat digunakan untuk analisa kuantitatif maupun kualitatif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana prinsip dasar ilmu Spektrofotometri UV-Vis?
2. Apa saja instrumen pada Spektrofotometri UV-Vis?
3. Bagaimana informasi mengenai serapan warna pada panjang gelombang
tertentu dalam Spektrofotometri UV-Vis?
4. Bagaimana intepretasi data dari analisis Ranitidin pada masing – masing
jurnal?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui prinsip dasar ilmu dan instrumen Spektrofotometri UV-Vis.
2. Untuk mengetahui instrumen pada Spektrofotometri UV-Vis.

1
3. Untuk mengetahui informasi apa saja mengenai serapan warna pada panjang
gelombang tertentu dalam Spektrofotometri UV-Vis.
4. Untuk memahami intepretasi data dari analisis Ranitidin pada masing – masing
jurnal.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Prinsip Dasar Ilmu Dalam Spektrofotometri UV-Vis


Spektrofotometer UV-VIS adalah pengukuran serapan cahaya di daerah
ultraviolet (200-380 nm) dan sinar tampak (380-800 nm) oleh suatu senyawa. Serapan
cahaya UV atau VIS (cahaya tampak) mengakibatkan transisi elektronik, yaitu
promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital
keadaan tereksitasi berenergi lebih rendah. Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk
pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan
dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan
hukum Lambert-Beer (Rohman, 2007).
Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linearitas antara absorban dengan
konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Dalam hukum
Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan (Rohman, 2007) yaitu:
a) Sinar yang digunakan dianggap monokromatis.
b) Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang
sama.
c) Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang
lain dalam larutan tersebut.
d) Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi.
e) Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan.

Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam persamaan (Rohman, 2007):

A = a.b.c

Keterangan: A = absorban

a = absorpsivitas molar

b = tebal kuvet (cm)

c = konsentrasi

Salah satu syarat senyawa dianalisis dengan spektrofotometri adalah karena


senyawa tersebut mengandung gugus kromofor. Kromofor adalah gugus fungsional

3
yang mengabsorbsi radiasi ultraviolet dan tampak, jika diikat oleh gugus ausokrom.
Hampir semua kromofor mempunyai ikatan rangkap berkonjugasi (diena (C=C-C=C),
dienon (C=C-C=O), benzen dan lain-lain. Ausokrom adalah gugus fungsional yang
mempunyai elektron bebas, seperti –OH, N, N, -X (Harmita, 2006).

2.2 Instrument Pada Spektrofotometri UV-Vis


Menurut Khopkar (2003) Instrument Spektrofotometri UV-Vis adalah:
a) Sumber Cahaya
Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorbsi adalah lampu
wolfram. Pada daerah UV digunakan lampu hidrogen atau lampu deuterium.
Kebaikan lampu wolfram adalah energi radiasi yang dibebaskan tidak
bervariasi pada berbagai panjang gelombang.
b) Monokromator
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis menjadi
cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang
tertentu. Monokromator berfungsi untuk mendapatkan radiasi monokromator
dari sumber radiasi yang memancarkan radiasi polikromatis. Monokromator
terdiri dari susunan: celah (slit) masuk – filter – prisma – kisi (grating) – celah
(slit) keluar.
c) Wadah sampel (kuvet)
Kuvet merupakan wadah sampel yang akan dianalisis. Kuvet dari leburan
silika (kuarsa) dipakai untuk analisis kualitatif dan kuantitatif pada daerah
pengukuran 190 – 1100 nm, dan kuvet dari bahan gelas dipakai pada daerah
pengukuran 380 – 1100 nm karena bahan dari gelas mengabsorbsi radiasi UV.
d) Detektor
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian
diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder akan
ditampilkan dalam bentuk angka-angka pada reader (komputer).
e) Visual Display/Recorder
Merupakan sistem baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik,
menyatakan dalam bentuk % transmitan maupun Absorbansi.

Prinsip kerja spektrofotometri adalah cahaya yang berasal dari lampu


deuterium maupun wolfram yang bersifat polikromatis di teruskan melalui lensa
menuju ke monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer.

4
Monokromator kemudian akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya
monokromatis (tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian
akan dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu.
Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang
dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini kemudian di terima oleh detector. Detektor
kemudian akan menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang
diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang
terkandung dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel
secara kuantitatif (Triyati, 1985).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisis Spektrofotometri UV-Vis


menurut Rohman (2007):

a) Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis


Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada
daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah menjadi
senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu.
b) Waktu Operasional (Operating Time)
Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan
warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil.
Waktu operasional ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu
pengukuran dengan absorbansi larutan.
c) Pemilihan Panjang Gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang
gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih panjang
gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara
absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada
konsentrasi tertentu.

2.3 Informasi Mengenai Serapan Warna Pada Panjang Gelombang Tertentu Dalam
Spektrofotometri UV-Vis
Perkiraan panjang gelombang warna – warna dalam daerah Cahaya Tampak (Skoog &
West, 1971).
No Warna Warna Pelengkap Panjang Gelombang (nm)
1 Ungu Hijau kuning 400 – 435

5
2 Biru Kuning 435 – 480
3 Biru hijau Oranye 480 – 490
4 Hijau biru Merah 490 – 500
5 Hijau Merah lembayung 500 – 560
6 Hijau kuning Ungu 560 – 580
7 Kuning Biru 580 – 595
8 Oranye Biru hijau 595 – 610
9 Merah Hijau biru 610 – 750

2.4 Intepretasi Data Dari Analisis Ranitidin Pada Masing – Masing Jurnal
1. Jurnal 1 (Penetapan Kadar Tablet Ranitidin Menggunakan Metode
Spektrofotometri UV-Vis Dengan Pelarut Metanol)
a) Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Panjang gelombang maksimum (λmaks) merupakan panjang gelombang
dimana terjadi eksitasi elektronik yang memberikan absorbansi maksimum.
Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh panjang gelombang yang
diperoleh adalah 326 nm.
b) Penentuan operating time
Penentuan operating time bertujuan untuk mengetahui lama waktu yang
dibutuhkan larutan untuk mencapai absorbansi konstan. Dari hasil penelitian
yang dilakukan diperoleh operating time pada menit ke - 4 sampai ke - 6
karena hasil absorbansinya relatif konstan.
c) Penentuan kurva baku
Diperoleh persamaan regresi linier y = 0,045x + 0,068 (r sebesar 0,9988).

d) Uji presisi alat


Uji presisi alat dilakukan dengan menggunakan larutan baku Ranitidin
dengan konsentrasi 12,0 ppm yang dibuat sebanyak enam kali untuk dilihat

6
serapannya pada panjang gelombang 326 nm. Hasil serapan digunakan
untuk menghitung harga serapan rata-rata, standar deviasi (SD), koefisien
variasi (KV) dan ketelitian alat uji. Uji ini bertujuan untuk membuktikan
LOD dan LOQ. Metode yang digunakan memberikan harga LOD sebesar
0,6 ppm artinya pada konsentrasi tersebut masih dapat dilakukan
pengukuran sampel yang memberikan hasil yang ketelitian suatu alat
berdasarkan tingkat akurasi individual hasil analisis, yang ditunjukkan dari
nilai standar deviasi (SD), koefisien variasi (KV) dan repeatabilitas (Tahid
& Sekarwati, 2005: 14). Menurut Harmita (2004,122), nilai KV < 2%
menunjukkan bahwa metode tersebut memberikan presisi yang baik.
Sedangkan harga LOQ sebesar 2,1 ppm artinya pada konsentrasi tersebut
bila dilakukan pengukuran masih dapat memberikan kecermatan anailis.

e) Uji akurasi
Hasil uji akurasi menunjukkan bahwa metode yang digunakan memiliki
ketepatan yang cukup baik ditunjukkan dengan nilai recovery berada pada
kisaran 80-120% sesuai dengan yang disyaratkan. Nilai recovery
menunjukkan kemampuan metode untuk memberikan ketepatan pengukuran
terhadap analit berdasarkan angka perolehan kembali.

7
8
f) Penetapan Kadar dalam Sampel Tablet Ranitidin

Dari delapan sampel tablet Ranitidin diperoleh kadar rata – rata adalah
150,44 mg/tablet. Perbedaan kadar pada delapan sampel dapat terjadi karena
perbedaan metode produksi dari masing-masing produsen, termasuk
pemilihan bahan tambahan tablet yang digunakan. Beberapa bahan
tambahan yang digunakan mungkin akan berpengaruh terhadap hasil
absorbansi sehingga akan berpengaruh juga terhadap kadar yang terukur.
g) Dapat disimpulkan
Metode Spektrofotometri UV-Vis dapat digunakan untuk menetapan kadar
tablet Ranitidin merek dan generik menggunakan pelarut methanol. Hasil
validasi analisis yang dilakukan didapat akurasi metode dan presisi yang
memenuhi persyaratan validitas analisis dan diperoleh nilai lineraritas
sebesar r = 0,9988 dengan batas deteksi 0,6 ppm dan batas kuantitasi 2,1
ppm.

2. Jurnal 2 (Analisis Kadar Ranitidin Injeksi Ditinjau Dari Lamanya


Penyimpanan Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis)
a) Penetapan kadar Ranitidin injeksi merek generik dilakukan masing-masing
5 replikasi yang dipengaruhi oleh cahaya dengan lama penyimpanan 10 hari,

9
5 hari dan 0 hari sebagai kontrol. Dari 5 kali replikasi ini dipililh 4 replikasi
secara acak.
b) Hasil presentase kadar Ranitidin injeksi merek generik sebagai kontrol yaitu
125,77%.
c) Hasil persentase kadar Ranitidin injeksi yang disimpan selama 5 hari
memiliki rata – rata 110,55%, mengalami penurunan kadar sebanyak kurang
lebih 15%.
d) Hasil persentase kadar Ranitidin injeksi yang disimpan selama 10 hari kadar
rata – ratanya 115,85%, mengalami penurunan sebanyak kurang lebih 10%.
e) Dapat disimpulkan bahwa ketidakstabilan sediaan obat dapat dipengaruhi
oleh, suhu, kelembapan, cahaya, pengaruh lama penyimpanan, serta
preparasi sampel.

3. Jurnal 3 (Optimasi Metode Penetapan Ranitidin Dalam Plasma Manusia


Secara In Vitrodengan Metode Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel)
a) Penentuan panjang gelombang maksimum
Dalam analisis ini dilakukan dua metode, yaitu penambahan baku ranitidin
di awal dan di akhir. Dengan menggunakan metode yang pertama, yaitu
dengan pemberian baku Ranitidin di awal tidak dapat memberikan panjang
gelombang maksimum. Hal ini dimungkinkan TCA 10 % kurang maksimal
dalam memisahkan antara protein dan plasma. Sedangkan dengan
menggunakan metode kedua, yaitu dengan penambahan baku Ranitidin di
akhir adalah 320,5 nm. Panjang gelombang Ranitidin di dalam plasma
secara teoritis adalah 320 nm (Aboofazeli, R. dan Shafaati, A:2002).

b) Penentuan Operating Time

10
Operating time yang didapatkan dari penelitian ini adalah antara menit ke –
6 sampai ke – 9. Dari hasil operating time terlihat bahwa tidak ada
aborbansi yang konstan, sehingga dipilih absorbansi yang memiliki selisih
yang paling kecil, yaitu pada menit ke – 6 sampai menit ke – 9 dengan
selisih absorbansi 0,0013.
c) Penentuan kurva baku
Hasil kurva baku pada jurnal dapat dikatakan bagus, sebab antara
konsentrasi dan absorbansi memberikan perbandingan yang signifikan
dengan persamaan y = 9,417x10-4x + 0,081. Sehingga nilai r yang
dihasilkan juga bagus, yaitu 0,9968. Hal ini sesuai dengan hukum Lambert
Beer yang menyatakan bahwa konsentrasi selalu sebanding dengan
absorbansi.

d) Presisi
Pada pengujian presisi ini dilakukan dengan dua cara, yaitu penambahan
larutan baku Ranitidin di awal dan di akhir, dengan konsentrasi total sama
yaitu 500 ppm. Hal ini bertujuan untuk membuktikan apakah metode 2,
yaitu dengan penambahan larutan baku Ranitidin di akhir memang lebih
baik dari pada metode 1 dengan penambahan larutan baku Ranitidin di awal.
Pada metode 2 dengan penambahan larutan baku Ranitidin di akhir lebih
bagus dari pada metode 1 dengan penambahan larutan baku di awal, karena
metode 2 memberikan nilai presisi yang lebih baik (memenuhi persyaratan),
yaitu 1,60 %, sedangkan metode 1 memberikan nilai presisi sebesar 2,28 %,
nilai ini melebihi persyaratan yang ditentukan, sebab nilai presisi yang baik
adalah < 2 % (Harmita, 2004: 122).

11
e) Uji akurasi
Didapat bahwa recovery dalam penelitian ini bagus, sebab memenuhi
persyaratan recovery yang baik, yaitu antara 80-120 % (Harmita,2004:118).

f) LOD dan LOQ


Jumlah terkecil analit dalam sampel yang masih dapat terdeteksi adalah
43,64 ppm, sedangkan batas kuantitas yang masih dapat memberikan
kecermatan analisis adalah 145,48 ppm. Hal tersebut memberi arti bahwa
pada konsentrasi tersebut bila dilakukan pengukuran absorbansi masih dapat
memberikan kecermatan analisis.
g) Dapat disimpulkan metode spektrofotometer dapat digunakan untuk
menganalisis Ranitidin dalam plasma manusia secara in vitro. Dengan
menggunakan spektrofotometri, hasil metode analisis Ranitidin dalam
plasma manusia secara in vitro diperoleh secara optimal, yaitu pada
perlakuan pemberian larutan baku Ranitidin di akhir, didapatkan presisi dan
ketelitian alat serta akurasi metode yang baik.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Spektrofotometer UV-VIS adalah pengukuran serapan cahaya di daerah
ultraviolet (200-380 nm) dan sinar tampak (380-800 nm) oleh suatu senyawa.
Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur
absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum
Lambert-Beer.
2. Instrument pada Spektrofotometri UV-Vis terdiri dari sumber cahaya,
monokromator, wadah sampel (kuvet), detektor, dan recorder.
3. Informasi mengenai serapan warna pada panjang gelombang tertentu dalam
Spektrofotometri UV-Vis terdiri dari warna ungu, biru, biru hijau, hijau biru,
hijau, hijau kuning, kuning, oranye, dan merah.
4. Dari ketiga jurnal yang telah diintepretasikan, bahwa Spektrofotometri UV-Vis
dapat digunakan untuk menganalisis senyawa Ranitidin dalam tablet, injeksi
dan dalam plasma manusia secara in vitro.

13
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rohman. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Harmita, 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya.Jakarta.


Departemen Farmasi FMIPA-UI.

Iswati, UP. 2009. Optimasi Metode Penetapan Ranitidin Dalam Plasma Manusia Secara In
Vitro Dengan Metode Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel. Pharmacy. 6(3).

Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.

Mulya, M., dan Suherman. 1995. Analisis Instrumen. Surabaya : Airlangga University Press.

Rao, R.K., Prakash, K., & Prasad, C.V.N. (011). Bioanalytical Method Development and
Validation of Ranitidine From Plasma Using High Performance Liquid
Chromatography. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Science. 3(2):
219-223.

Syafika, A. 2020. Analisis Kadar Ranitidin Injeksi Ditinjau Dari Lamanya Penyimpanan
Menggunakan Metode Spektrofotometri UV-Vis. Jurnal Farmasi Indonesia
AFAMEDIS. 1(1).

Skoog, D.A., and D,M. West., (1971), Prin-ciples of instrumental analysis, Holt, Rinehart and
Winston, Inc., New York.

Tjay, T.H., & Rahardja, K. (2002). Obat – Obat Penting: Khasiat, Penggunaan,dan Efek-Efek
Sampingnya. (Edisi V). Jakarta: Penerbit PT. Elex MediaKomputindo.

Triyati, Etty. 1985. Spektrofotometer Ultra-Violet dan Sinar Tampak Serta Aplikasinya dalam
Oseanologi. Jakarta: www.oseanografi.lipi.go.id

Wiranti, SR. 2009. Penetapan Kadar Tablet Ranitidin Menggunakan Metode Spektrofotometri
UV-Vis Dengan Pelarut Metanol. Pharmacy. 6(3).

Anda mungkin juga menyukai