Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Minyak atsiri adalah minyak mudah menguap atau minyak terbang,
merupakan campuran dari senyawa yang berwujud cairan yang diperoleh dari
bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah, biji, maupun dari bunga dengan
cara penyulingan (Hardjono, 2004). Tanaman penghasil minyak atsiri di Indonesia
tercatat sebanyak kurang lebih 45 jenis tanaman (Mulyadi, 2008). Salah satu jenis
tanaman penghasil minyak atsiri yang berada di Indonesia adalah Nigella
Sativa L (DEPKES RI, 1979). Nigella Sativa L. atau yang biasa disebut jinten
hitam, jinten ireng, black cumin, merupakan tanaman asli dari Eropa Selatan yang
mempunyai beragam kandungan. Tanaman ini tumbuh di berbagai belahan dunia
tetapi paling banyak ditemukan di daerah Timur Tengah, Asia dan Afrika (Heyne,
1987). Kandungan kimia yang ada pada biji tanaman jinten hitam adalah minyak
atsiri, minyak lemak, saponin, melantin, nigellein, zat samak, nigellon,
thymoquinon, dithymoquinone, thymohydroquinone, thymol, dan komponen gizi
seperti karbohidrat, lemak, vitamin, unsur-unsur mineral, protein, asam amino
esensial, monosakarida dalam bentuk glukosa, rhamnosa, xylose, dan arabinose
(Mukhalad et al., 2009). Tanaman jinten hitam mempunyai banyak manfaat bagi
dunia pengobatan. Secara historis, biji jinten hitam telah digunakan di era Mesir
kuno dan diresepkan oleh dokter Yunani untuk mengobati sakit kepala, hidung
tersumbat, sakit gigi, cacing usus, diuretik dan untuk meningkatkan produksi susu
(Goreja, 2003). Aktifitas biologi biji jinten hitam adalah antibakteri (Ferdous et
al., 1992), antioksidan (Burits and Bucar, 2000), antitumor (David et al., 1998),
anti inflamasi (Mutabagani and El-Mahdy, 1997), sitotoksik dan imunostimulan
(Swamy and Tan, 2000). Aktivitas farmakologi jinten hitam sebagian besar
disumbangkan oleh thymoquinone (Mozaffari et al., 2000). Thymoquinone
merupakan senyawa non polar yang terdapat dalam minyak atsiri jinten hitam.
Penelitian El-Taher et al (1993) menyatakan bahwa kandungan minyak atsiri
dalam biji jinten hitam adalah 0,40-0,45% dengan kandungan thymoquinone
mencapai 27,8% dan kandungan monoterpen lain sebesar 46% seperti p-simen
dan α-pinen. Penelitian lain menyebutkan kandungan thymoquinone dalam
minyak atsiri jinten hitam sekitar 1,65% (Claudia et al, 2010). Banyaknya
manfaat yang diperoleh dari tanaman jinten hitam menjadikan nya sebagai
alternatif pengobatan herbal yang populer bagi masyarakat di Indonesia. Simplisia
biji jinten hitam bisa didapat dari berbagai belahan dunia termasuk dari India dan
Indonesia, tetapi yang paling populer digunakan adalah jinten hitam yang berasal
dari Habasyah dengan harga yang relatif lebih mahal dibanding dari daerah lain.
Perbandingan minyak atsiri jinten hitam dari berbagai daerah berdasarkan
kelengkapan profil metabolitnya belum ditemukan. Penelitian ini dilakukan untuk
memberikan gambaran mengenai metabolit minyak atsiri jinten hitam dari daerah
Habasyah, India, dan Indonesia yang berhubungan dengan mutu minyak atsiri
jinten hitam yang diperoleh dari destilasi uap dan air dengan metode GC-MS.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah kandungan metabolit sekunder dalam minyak atsiri jinten hitam
(Nigella Sativa L.) dari Habasyah, India, dan Indonesia?
2. Minyak atsiri jinten hitam (Nigella Sativa L.) dari daerah manakah yang
mempunyai mutu bagus berdasarkan kelengkapan kandungan metabolitnya?
BAB II

PEMBAHASAN

A. JENIS JENIS MINYAK ATSIRI


1. Agarwood Oil (Aquilaria malaccensis) : Minyak Gaharu
Pohonnya tumbuh liar di hutan-hutan, terutama di Papua dan Kalimantan. Tetapi kini sudah
banyak dibudidayakan orang. Dengan melihat situasi pengembangan aspek budidayanya saat
ini, bukan tidak mungkin beberapa tahun ke depan pasokan minyak ini akan cukup
melimpah. Dengan catatan, teknik budidaya untuk menghasilkan kayu gaharu berkualitas
dilakukan dengan benar.
2. Alpinia Malaccensis Oil
Sesuai dengan namanya, tentunya minyak atsiri jenis ini diambil dari tanaman jenis
species Alpinia malaccensis. Orang Indonesia biasanya menyebutkan Laja Gowa atau
lengkuas hutan. Sering dijumpai tumbuh liar di hutan-hutan tropis. Potensi bahan bakunya
cukup besar, hanya perlu usaha lebih lanjut memasarkannya terutama untuk pasaran ekspor.

3. Alpinia Purpurata Oil


Orang Indonesia biasanya menyebut tanaman ini honje merah atau kecombrang dan ada pula
yang menyebut lengkuas merah, tetapi nama Inggrisnya adalah Red Ginger. Juga banyak
dijumpai tumbuh liar di kebun-kebun atau di hutan. Sering dipakai untuk tambahan rasa dan
aroma pada sambal di pedesaan.
4. Amyris oil (Amyris balsamifera) : Minyak Cendana
Jenis minyak ini juga sering disebut West Indian Sandalwood Oil. Minyak ini dihasilkan dari
Pohon cendana . Cendana, atau cendana wangi, merupakan pohon penghasilkayu cendana
dan minyak cendana. Kayunya digunakan sebagai rempah-rempah, bahan dupa, aromaterapi,
campuran parfum, serta sangkur keris (warangka). Kayu yang baik bisa menyimpan
aromanya selama berabad-abad.
5. Basil Oil (Ocium basilicum) : Minyak Kemangi
Kadang sering disebut sebagai Sweet Basil Oil yang diambil dari tanaman selasih, salah satu
jenis kemangi-kemangian. Tanaman ini sering juga disebut sebagai kemangi Cina. Bukan
tipe kemangi yang sering dipakai untuk lalapan. Bunganya berwarna ungu, meskipun ada
juga yang berwarna putih.
6. Bay Laurel Oil (Laurus nobilis) : Minyak Salam
Minyak atsiri jenis ini disuling dari daun salam yang biasa kita jumpai di dapur yang dipakai
untuk penambah aroma tumis-tumisan. Banyak informasi mengatakan bahwa jenis daun
salam yang banyak tumbuh di Indonesia bukanlah jenis Laurus nobilis, tetapi jenis Syzygium
polyanthum.
7. Benzoin Oil (Styrax benzoin) : Minyak Kemenyan
Cukup familiar dengan nama kemenyan. Pulau Sumatra adalah salah satu penghasil
kemenyan yang cukup penting di dunia. Beberapa penyuling sudah mulai menyuling minyak
kemenyan ini. Cukup berbeda dengan jenis minyak atsiri lainnya, minyak kemenyan
dihasilkan dari proses penyulingan getah kemenyan kering (gum benzoin).
8. Black Pepper Oil (Piper ningrum) : Minyak Lada
Indonesia merupakan salah satu produsen lada yang cukup diperhitungkan di dunia. Lada
yang biasa disuling adalah lada hitam alias lada yang masih diselimuti oleh kulitnya.
Sedangkan lada putih telah melalui proses pelepasan kulit sebelum dijual ke pasaran.
9. Cajeput Oil (Meulaleca cajeputi) : Minyak Kayu Putih
Di negara kita terkenal dengan nama minyak kayu putih. Banyak tumbuh liar di berbagai
lokasi di tanah air dan yang paling terkenal adalah minyak kayu putih dari Pulau Buru.
Minyak ini kaya akan senyawa cineole. Potensi pengembangannya cukup besar baik ditinjau
dari sisi bahan baku maupun dari sisi pasar (baik pasar ekspor maupun domestik). Coba
bayangkan, ada berapa banyak merk-merk minyak kayu putih dan dan minyak telon yang
beredar di pasaran retail saat ini.
10. Cananga Oil (Cananga latifolia) : Minyak Kenanga
Salah satu jenis minyak atsiri yang sudah diproduksi secara missal di Indonesia di mana
produsen utamanya adalah Kab. Blitar – Jatim dan sebagian di Boyolali-Jateng, Jenis yang
disuling adalah jenis kenanga hutan yang tumbuh besar membubung tinggi. Bunga segarnya
disuling menggunakan teknik penyulingan air (sistem rebus).
11. Calamus Oil (Acorus calamus) : Minyak Jeringo
Nama Indonesia dari tanaman ini adalah jeringau atau jeringo. Sering tumbuh liar di
pinggiran sungai atau di rawa-rawa. Pokoknya di tempat-tempat yang tergenang air.
Sepertinya memang di situlah habitatnya. Bagian yang disuling dan diambil minyak atsirinya
adalah akar-akar yang merambat sampai mendekati batangnya
12. Camphor Oil (Cinnamomum camphora) : Minyak Kamper
Minyak ini hasil dari “Kamper”. Kamper dihasilkan dari tamaman Dryobalanops
aromatic atau pohon kapur yang merupakan jenis pohon yang berada dalam ambang
kepunahan. Minyaknya disuling dari kayu yang terlebih dahulu dihancurkan seperti serbuk
gergaji. Jika pohon dikatakan kayu khas kalimatan, artinya pohon ini juga banyak tumbuh di
hutan-hutan Pulau Borneo ini. Tapi entah nilai ekonominya lebih besar yang mana, dijadikan
produk kayu-kayuan atau minyak atsiri. Tentunya membutuhkan analisis dan kajian yang
lebih mendalam.
13. Cardamom Oil (Ammomum cardamomum) : Minyak Kapol
Orang bilang ini adalah kapulaga, kapulogo, atau lebih singkat lagi ”kapol”. Juga sering
dikatakan kapulaga lokal dan dalam istilah Inggris sering dikatakan false cardamom.
Sebenarnya jenis kapol yang memiliki nilai jual tinggi di pasaran internasional adalah
kapulaga seberang (Elettaria cardamomum) yang sering disebut juga kapulaga India atau
juga true cardamom. Hanya sayangnya yang jenis ini kurang banyak yang
membudidayakannya. Aroma minyak atsirinya seperti minyak kayu putih karena kandungan
sineol-nya yang cukup tinggi.
14. Carrot Seed Oil (Daucus carota) : Minyak Wortel
Ternyata yang namanya wortel ini juga mengandung minyak atsiri, tapi bukan akarnya.
Minyak atsiri dari tanaman ini diambil dari bijinya. Jika dibiarkan tua, tanaman ini tentunya
akan memproduksi biji pada bagian atas daunya. Biasanya wortel dipanen sebelum muncul
biji. Sebagian dibiarkan menjadi tua hingga muncul biji yang pada akhirnya oleh para petani
dijadikan sebagai benih.
15. Cassia Oil (Cinnamomum cassia)
Banyak yang mengatakan tanaman ini adalah kayu manis China. Minyak kayu manis jenis ini
merupakan minyak kayu manis yang harganya paling murah di pasaran dunia. Sesuai dengan
namanya, produsen terbesar minyak ini adalah China.
16. Celery Oil (Apium graveolens) : Minyak Seledri
Tanaman ini banyak diproduksi oleh petani-petani di dataran tinggi sebagai daerah sentra
sayur-mayur. Minyak seledri ini bukan dihasilkan dari daunnya melainkan dari bijinya.
Meskipun banyak yang membudidayakan namun tidak secara khusus diambil bijinya untuk
dijadikan minyak atsiri. Biji seledri pastinya digunakan sebagai benih dan sebagian juga
digunakan untuk ramuan obat-obatan herbal.

17. Champaca Oil (Michelia alba) : Minyak Cempaka


Michelia alba ini bunganya berwarna putih, sedangkan Michelia champaka berwarna kuning.
Untuk menghasilkan minyak cempaka dengan rendemen tinggi digunakan teknik ekstraksi
pelarut dari bunga cempaka segar.
18. Cinnamon Bark Oil (Cinnamomum burmanii) : Minyak Kayu Manis
Minyak atsirinya diambil dari kulit kayu manis dari tanaman yang produk rempahnya sering
dinamakan “Cassia Vera” ini. Hanya jika ingin menyuling kulit kayu manis dengan rendemen
tertinggi dan kualitas minyak terbaik harus menggunakan bahan baku kulit kayu yang
tebalnya di atas 4 mm yang berasal dari pohon yang telah berusia di atas 15 atau bahkan 20
tahun.
19. Cinnamon Bark Oil (Cinnamomum zeylanicum)
Orang banyak bilang ini jenis kayu manis India atau kayu manis Sri Lanka. Jenis minyak
kayu manis yang paling tinggi nilainya di pasara dunia adalah jenis Zeylanicum ini. Selain
kulit kayunya, daun kayu manis ini pun juga bisa disuling (dan terjual) karena mengandung
eugenol dalam jumlah yang tinggi seperti halnya minyak daun cengkeh.
20. Cinnamomum parthenoxylon Oil
Minyak ini sepertinya belum ada nama dagang khusus dalam pasaran minyak atsiri dunia.
Beberapa nama daerah untuk tanaman ini diantaranya adalah Pakanangi atau Palio (Sulawesi)
dan Kayu Selasihan (Jawa). Terkadang minyak ini sering disamakan dengan sassafras oil
yang disuling dari tanaman karena secara aroma memang sama akibat kadar senyawa safrol
yang tinggi di atas 95%. Padahal juga bukan sassafras oil karena sassafras dihasilkan dari
tanaman jenis Sassafras variifolium.

B. MANFAAT MINYAK ATSIRI


Minyak atsiri membantu mengelola stres dan mempromosikan relaksasi. Minyak atsiri
sangat aktif terhadap bakteri, jamur dan virus dengan kekuatan kulit lebih baik penetrasi dari
antibiotik konvensional. Oleh karena itu mereka dapat bermanfaat sangat baik terhadap
berbagai macam infeksi kulit. Minyak atsiri menyeimbangkan produksi sebum dan karenanya
sangat baik untuk mengobati semua jenis kulit, kering, berminyak, kombinasi dan normal.
Minyak atsiri adalah antiseptik. Minyak atsiri telah ditunjukkan untuk menghancurkan semua
bakteri uji dan virus sekaligus mengembalikan keseimbangan tubuh.
Dengan membantu meningkatkan asimilasi nutrisi pada tingkat sel dan menyediakan oksigen
yang dibutuhkan, minyak esensial dapat membantu merangsang sistem kekebalan tubuh.
Minyak atsiri mengandung blok bangunan untuk kesehatan yang baik, termasuk mineral dan
asam amino.
Minyak atsiri memiliki kemampuan untuk mencerna bahan kimia beracun dalam tubuh.
Minyak atsiri merangsang aktivitas enzimatik, mendukung kesehatan pencernaan.
Minyak atsiri adalah antioksidan kuat. Antioksidan menciptakan lingkungan yang tidak
ramah bagi radikal bebas, sehingga membantu untuk mencegah mutasi. Sebagai pemulung
radikal bebas, mereka juga dapat membantu mencegah pertumbuhan jamur dan oksidasi
dalam sel.
Minyak atsiri akan ditampilkan untuk detoksifikasi sel dan darah dalam tubuh.
Minyak atsiri adalah aromatik. Saat menyebar, mereka menyediakan pemurnian udara dengan
:
· Menghapus partikel logam dan racun dari udara
· Meningkatkan oksigen atmosfir
· Meningkatkan ozon dan ion negatif di daerah, yang menghambat pertumbuhan bakteri
· Menghancurkan bau dari cetakan, rokok, dan hewan
· Mengisi udara dengan aroma, segar aromatik.
BAB III
PENUTUP

CARA MEMPEROLEH MINYAK ATSIRI :


1. Destilasi atau Penyulingan.
Pembuatan minyak atsiri dengan penyulingan dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:
besarnya tekanan uap yang digunakan, bobot molekul masing-masing komponen dalam
minyak, dan kecepatan keluarnya minyak atsiri dari simplisia. Namun demikian, pembuatan
minyak atisiri dengan cara penyulingan mempunyai beberapa kelemahan:
a. tidak baik terhadap beberapa jenis minyak yang mengalami kerusakan oleh adanya panas
dan air.
b. Minyak atisiri yang mengandung fraksi ester akan terhidrolisis karena adanya air dan
panas.
c. Komponen minyak yang larut dalam air tidak dapat tersuling.
d. Komponen minyak yang bertitik didih tinggi yang menentukan bau wangi dan mempunyai
daya ikat terhadap bau, sebgaian tidak ikut tersuling dan tetap tertinggal dalam bahan.

Jenis-jenis destilasi / penyulingan, ada 3 yaitu: destilasi air, destilasi uap dan air, dan
destilasi uap.:

Destilasi air
Pada destilasi air terjadi kontank langsung antara simplisia dengan air
mendidih. Simplisia yang telah dipotong-potong, digiling kasar, atau digerus halus dididihkan
dengan air, uap air dialirkan melalui pendingin, sulingan berupa minyak yang belum murni
ditampung. Penyulingan dengan cara ini sesuai untuk simplisia kering yang tidak rusak
dengan pendidihan. Penyulingan air biasa digunakan untuk menyari minyak atsiri yang
tahan panas dari grabahan maupun bahan yang berkayu dan keras.
Keuntungan metode ini adalah: kualitas minyak atsiri baik (jika diperhatikan suhu
tidak terlalu tinggi), alat sederhana dan mudah diperoleh, dan mudah pengerjaannya.
Kerugian dari metode ini adalah: tidak semua bahan dapat dilakukan dengan cara ini
(terutama bahan yang mengandung sabun, bahan yang larut dalam air, dan bahan yang mudah
hangus), adanya air sering menyebabkan terjadinya hidrolisis, dan waktu penyulingan yang
lama.
Destilasi uap dan air
Penyulingan degnan cara ini memakali alat semacam dandang. Simplisia diletakkan
di atas bagian yang berlubang-lubang sedangkan air di lapisan bawah. Uap dialirkan melalui
pendingin dan sulingan ditampung, minyak yang diperoleh belum murni. Cara ini baik untuk
simplisia basah atau kering yang rusak pada pendidihan. Untuk simplisia basah atau kering
yang rusak pada pendidihan. Untuk simplisia kering harus dimaserasi lebih dulu, sedangkan
untuk simplisia segar yang baru dipetik tidak perlu dimaserasi. Cara penyulingan ini banyak
dilakukan sebagai industri rumah, karena peralatan mudah didapat dan hasil yang diperoleh
cukup baik.
Kerugian cara ini, hanya minyak dengan titik didih lebih rendah dari air yang dapat
tersuling sehingga hasil penyulingan tidak sempurna (masih banyak minyak yang tertinggal
di ampas).

Destilasi uap.
Minyak atsiri biasanya didapatkan dengan penyulingan uap pada bagian tanaman
yang mengandung minyak. Metode penyulingan ini tergantung pada kondisi bahan tanaman.
Penyulingan dengan uap memerlukan air, uap panas yang biasanya bertekanan lebih dari 1
atmosfer dialirkan melalui suatu pipa uap. Peralatan yang dipakai tidak berbeda dnegn
penyulingan air dan uap, hanya diperlukan alat tambahan untuk memeriksa suhu dan
tekanan. Bila pemeriksaan telah dilakukan degnan air dan uap, hanya diperlukan alat
tambahan untuk memeriksa suhu dan tekanan. Bila pemeriksaan telah dilakukan dengan
baik, dengan cara ini akan diperoleh minyak yang lebih banyak. Cara ini bisa juga digunakan
untuk membuat minyak atisiri dari biji, akar, kayu, yang umumnya mengandugn komponen
minyak yang bertitik didih tinggi. Penyulingan ini dapat digunakan utnuk membuat minyak
cengkeh, minyak kayumanis, minyak akar wangi, minyak sereh, minyak kayuputih, dll.

Anda mungkin juga menyukai