Anda di halaman 1dari 221

Spektrofotometri

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Analisis instrumental mengalami perkembangan yang pesat mengikuti


perkembangan dan kemajuan teknik elektronika. Pesatnya perkembangan
analisis instrumental karena adanya tuntutan dan kebutuhan
analisis terhadap matriks sampel yang sulit serta diperlukannya waktu
analisis yang singkat.

Keshahihan analisis instrumental didukung oleh kecermatan, ketelitian,


keterulangan, sensitivitas, kelurusan, kepemilahan, kemantapan atau
ketahanan dan kestabilan dari suatu metode analisis yang dipakai.

Perbedaan sifat fisiko-kimia yang kecil pada molekul-molekul yang


sederhana lebih mudah diketahui daripada perbedaan yang sama
pada molekul-molekul yang kompleks. Untuk menentukan sifat fisiko-kimia
yang khas dan khusus pada molekul zat organik diperlukan suatu
instrumen fisiko-kima dengan metode analisis yang sesuai. Diantara
cara-cara penentuan sifat-sifat khusus suatu molekul dengan instrumen
fisiko-kimia adalah : penentuan rotasi optik, absorpsi, emisi dan
percikan radiasi elektromagnetik, hantaran listrik dan panas, massa
molekul relatif dan massa pecahan molekul, beda partisi dan absorpsi
diantara dua fasa, resonansi magnetik inti.

Kesulitan akan ditemui pada analisis fisiko-kimia karena sifat fisiko-


kimia yang diberikan oleh molekul-molekul yang dianalisis sangat
banyak, disamping banyak pula bentuk dan macam molekul zat
organik. Oleh karena itu pada analisis fisiko-kimia perlu diperhatikan
lingkup kegunaan dan keterbatasannya.

Keterbatasan suatu metode analisis instrumental dapat disebabkan oleh


molekul sampel yang dianalisis atau kuantitas molekul yang dianalisis.
Sebagai contoh metode analisis spektrofotometri UV-Vis hanya dapat
Spektrofotometri

dipakai untuk analisis terhadap molekul-molekul yang strukturnya ada


ikatan rangkap terkonjugasi atau mengandung kromofor dan
ausokrom. Disamping itu metode spektrofotometri UV-Vis memberikan
kecermatan dan ketelitian pada rentang pembacaan absorbansi 0,2
– 0,8 pada pengukuran yang dilakukan pada panjang gelombang
maksimum.

Spektrofotometri sebagai suatu metode yang telah lama dikembangkan


dan dipergunakan dalam pengerjaan analisa suatu bahan/produk pangan
memberikan beberapa kelebihan, baik dalam hal akurasi-presisi,
kemudahan pengerjaan maupun dalam hal biaya yang digunakan.

Spektrofotometer UV-Vis (Ultra Violet-Visible) adalah salah satu


dari sekian banyak instrumen yang biasa digunakan dalam menganalisa
suatu senyawa kimia. Spektrofotometer umum
digunakan karena kemampuannya dalam
menganalisa begitu banyak senyawa kimia serta kepraktisannya dalam
hal preparasi sampel apabila dibandingkan dengan beberapa metode
analisa. Instrumen ini selain digunakan secara
tersendiri juga dapat digabungkan dengan instrumen lain sepeti
dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT/HPLC),

Dalam unit kompetensi ini bahan atau produk pangan yang dianalisis atau
diuji dengan menggunakan instrumen dasar. Persiapan dari
sampel meliputi proses penggilingan, penghalusan,
penyiapan pelarutan, pengabuan, pereflukan
dan pengektraksian, penyaringan, penguapan, flokulasi, pengendapan
dan sentrifugasi/pemusingan.

B. Tujuan

Modul Spektrofotometri ini disusun untuk memberikan pengalaman belajar


bagi mahasiswa dalam mempelajari berbagai macam teknik spektroskopi.
Spektrofotometri

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

A. Tujuan Umum

Setelah mempelajari modul spektrofotometri diharapkan mahasiswa


mampu menerapkan konsep dan prinsip-prinsip spektrofotometri.

B. Tujuan Khusus

Setelah mempelajari modul spektrofotometri diharapkan mahasiswa


mampu melakukan:

1. Pengujian contoh dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS


2. Pengujian contoh dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan
Atom (AAS)
Spektrofotometri

III.KEGIATAN BELAJAR

A. KEGIATAN BELAJAR-1

1. LEMBAR INFORMASI 1: KONSEP DASAR SPEKTROFOTOMETRI

a. Teknik Spektroskopi

Spektroskopi merupakan metode analisis yang melibatkan pengukuran


dan interpretasi radiasi elektromagnetik yang diserap atau diemisikan
ketika molekul, atau atom, atau ion bergerak dari satu tingkat energi
tertentu ke tingkat energi lainnya. Setiap atom, ion atau molekul
berinteraksi secara khas dengan radiasi elektromagnetik. Spektroskopi
berkaitan dengan perubahan energi rotasi, energi vibrasi ataupun
energi elektronik sebagai akibat penyerapan radiasi. Ada pula
spektroskopi yang berkaitan dengan perbedaan energi yang terjadi
karena suatu contoh ditempatkan dalam medium magnet atau listrik.
Resonansi magnet inti (NMR) dan resonansi spin elektron (ESR)
merupakan contohnya.

b. Radiasi Elektromagnetik

Suatu berkas radiasi merupakan gelombang elektromagnetik atau


foton yang bergerak dengan kecepatan cahaya. Foton mempunyai sifat
partikel dengan energi tertentu dan pada saat yang sama juga
mempunyai sifat gelombang.

Sebuah foton yang berasal dari suatu titik tertentu dalam ruang bergerak
dari titik tersebut dalam bentuk gelombang yang dicirikan dengan
vektor medan listrik yang secara berkala mempunyai titik maksimum
pada arah tegak lurus terhadap arah gelombang. Panjang gelombang
(λ) suatu radiasi adalah jarak dari dua titik maksimum tersebut.
Besaran ini biasa
-8 Spektrofotometri
dinyatakan dengan satuan Angstrom (1 Ǻ = 10 cm) atau nanometer (1
Spektrofotometri

-7
nm = 10 cm). Radiasi juga mempunyai frekuensi (v) yaitu jumlah
gelombang yang melintasi satu titik tertentu selama waktu
tertentu. Panjang gelombang dan frekuensi dihubungkan dengan
energi, energi foton, E, menurut persamaan:

-27
Pada persamaan tersebut h ialah tetapan Planck (6,6626 x 10 erg.detik)
8
dan c adalah kecepatan cahaya (3 x 10 m/detik). Dari persamaan
tersebut tampak bahwa energi radiasi berbeda-beda tergantung pada
panjang gelombangnya. Energi semakin kecil dengan semakin
besarnya
panjang gelombang radiasi. Sebagai contoh panjang gelombang 5 Ǻ
-9
mempunyai energi 3,97 x 10 erg sementara sinar tampak
-12
dengan panjang gelombang 500 nm mempunyai energi 3,9 x 10 erg.

Ada kalanya digunakan besaran jumlah gelombang ( ) yaitu banyaknya

jumlah gelombang per satuan jarak tertentu. Spektroskopi serapan infra


merah sering menggunakan besaran tersebut. Jumlah gelombang dengan
panjang gelombang dapat dihubungkan dengan persamaan:

Sangat jelas bahwa jumlah gelombang semakin besar dengan semakin


kecilnya panjang gelombang.

c. Spektrum Elektromagnetik

Radiasi elektromagnetik mencakup kisaran panjang gelombang


yang sangat besar. Sesuai dengan kisaran panjang gelombangnya maka
energi juga beragam sehingga bagian zat yang bisa dipengaruhi beragam
pula.
Spektrofotometri

Gambar 1. Spektrum elektromagnetik

Pada gambar tersebut terlihat bahwa radiasi yang berbeda menyebabkan


perubahan tingkat energi pada bagian yang berbeda, sesuai dengan
tingkat energi radiasi tersebut. Dengan panjang gelombang yang kecil
(pendek) maka sinar X mempunyai energi yang besar sehingga dapat
mempengaruhi elektron dalam. Sinar ultraviolet dan sinar tampak yang
panjang gelombangnya lebih besar mempunyai energi yang cukup
untuk mempengaruhi elektron valensi, sedangkan sinar infra merah
yang panjang gelombangnya lebih besar dari panjang gelombang sinar
tampak, energi hanya cukup untuk mempengaruhi vibrasi dan rotasi
molekul.

d. Eksitasi Elektron
Spektrofotometri
Setiap atom atau molekul mempunyai harga energi dengan diskrit tertentu
yang akan menyerap sejumlah energi sesuai dengan energi yang ada
pada atom atau molekul tersebut sehingga akan terjadi eksitasi dari tingkat
Spektrofotometri

energi lebih rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Energi atom atau
molekul dinyatakan dengan energi translasi (Et), energi rotasi (Er), energi
getaran (Ev) dan energi elektronik (Ee).

Untuk energi translasi (Et) tidak memberikan informasi dalam spektroskopi,


sedangkan energi elektronik (Ee) akan banyak dibahas pada
spekrofotometri UV-Vis dan energi getaran (Ev) serta energi rotasi (Er)
akan banyak berperan pada spektrofotometri infra merah.

Secara umum setiap molekul mempunyai jumlah elektron tertentu dan


menempati berbagai orbital molekul dengan berpasangan. Menurut
asal Pauli, kedua elektron yang menempati
orbital molekul dengan berpasangan harus mempunyai spin
yang arahnya berlawanan. Tingkat energi elektron dalam molekul yang
berpasangan tadi disebut tingkat nergi elektron singlet. Tingkat Energi
singlet ini tidak terorientasi terhadap medan magnet sehingga bersifat
diamagnetik.

Tingkat energi elektron singlet yang berada dalam keadaan dasar (singlet
ground state) apabila dikenakan radiasi elektromagnetik akan mengalami
eksitasi (singlet exited state) ke tingkat energi yang lebih tinggi.

Pada molekul tertentu setelah satu elektron tereksitasi ke tingkat


energi yang lebih tinggi karena terjadi konversi internal dan eksternal
akan mengalami perubahan spin, tidak lagi berpasangan terhadap satu
elektron pasangannya yang masih berada dalam keadaan dasar.

Tingkat energi elektron dalam molekul yang spinnya sama (tidak


berpasangan) disebut tingkat energi elektron triplet (triplet exited
state). Pada keadaan ini molekul akan terorientasi terhadap medan
magnetik sehingga dikatakan bersifat paramagnetik.

Gambar berikut menyatakan pasangan elektron singlet dan pasangan


elektron triplet.
Spektrofotometri
Keadaan dasar pasangan Keadaan tereksitasi Keadaan tereksitasi
Spektrofotometri
elektron singlet pasangan elektron singlet pasangan elektron triplet
Spektrofotometri

Gambar 2. Eksitasi elektron

e. Interaksi Zat Dengan Radiasi

Ada berbagai cara interaksi antara zat dengan radiasi yang


bersentuhan dengannya. Interaksi tersebut bisa dikaitkan dengan sifat
radiasi sebagai gelombang bisa pula sebagai partikel yang berenergi.
Jenis interaksi yang berkaitan dengan sifat gelombang diantaranya ialah
difraksi, refraksi dan rotasi optis. Interaksi yang berkaitan dengan sifat
partikel berenergi ialah penyerapan (absorpsi) dan emisi.

Difraksi merupakan modifikasi gelombang yang berjalan melalui ujung


benda padat, melalui celah atau lubang kecil ataupun karena pemantulan
oleh suatu permukaan. Fenomena difraksi digunakan dalam analisis yang
berkaitan dengan monokromator kisi untuk memisahkan radiasi
polikromatis menjadi beberapa komponen radiasi. Difraksi juga digunakan
dalam spektroskopi sinar X.

Refraksi merupakan pembelokan atau perubahan arah berkas radiasi


ketika melintasi batas medium satu pindah ke medium lainnya yang tidak
sama densitasnya. Perubahan arah terjadi karena sedikit perbedaan
laju radiasi dalam kedua media tersebut. Besarnya refraksi tergantung
pada jenis media dan radiasinya. Refraksi dimanfaatkan dalam analisis
yang berkaitan dengan penggunaan monokromator prisma.
Fenomena ini secara langsung digunakan untuk analisis kualitatif zat
yang menjadi
media.
Spektrofotometri

Rotasi optis merupakan fenomena terputarnya (terotasinya) bidang


polarisasi sinar selama melalui media. Jenis dan komposisi media
menentukan apakah terjadi rotasi optis atau tidak, dan juga besarnya
rotasi tersebut bila memang terjadi.

Penyerapan dan pengemisian radiasi mungkin merupakan fenomena yang


paling penting dilihat dari segi analisis kimia. Penyerapan radiasi
merupakan proses terserapnya radiasi oleh zat sedangkan
pengemisian radiasi merupakan proses pengemisian radiasi oleh zat
yang menyerap energi atau radiasi. Bila suatu atom, partikel, molekul
apa saja menyerap foton maka partikel tersebut menjadi lebih
energetik. Dua sifat tersebut menjadi dasar penerapan penyerapan
atau pengemisian untuk prosedur analisis.

f. Serapan Sinar Dan Warna Zat

Bila suatu zat bertemu dengan radiasi maka akan terjadi


interaksi. Sebagian spektrum radiasi tersebut diserap oleh zat dan
sebagian lagi diteruskan ke mata kita. Bagian radiasi yang sampai ke
mata kita itulah yang memberikan gambaran mengenai benda tersebut.
Bila zat menyerap sebagian dari sinar tampak dan meneruskan sinar
tampak lainnya, maka akan terlihat warna sinar yang diteruskan
tersebut. Jelasnya bila benda meneruskan sinar merah ke mata kita
maka kita akan mellihat benda tersebut berwarna merah. Bila benda
menyampaikan sinar biru ke mata kita maka benda tersebut akan
tampak berwarna biru. Ke mana perginya sinar lainnya? Sinar lainnya
diserap walaupun tentu saja tidak seluruhnya diserap. Sinar yang
diserap merupakan komplemen dari sinar yang diteruskan ke mata
kita. Warna kedua sinar tersebut disebut warna komplementer.
Bagaimana dengan air, yang tampak tidak berwarna oleh mata kita?
Tidakkah zat tersebut menyerap sinar? Mungkin saja air menyerap
sinar, tetapi yang pasti air tidak menyerap sinar tampak. Inilah
yang menyebabkan air tidak berwarna.
Spektrofotometri

Tabel 1. Warna Komplementer

g. Prinsip Dasar Spektrofotometri

Gambar 3. Interaksi sinar dengan materi

Ketika suatu berkas sinar masuk ke sistem penyerap, maka laju serapan
foton akan berbanding lurus dengan intensitas sinar tersebut yang
biasa disimbolkan dengan I. Terjadinya penyerapan mengakibatkan
penurunan
Spektrofotometri
intensitas, -dl yang secara matematis dirumuskan:
Spektrofotometri

(k=tetapan yang tergantung pada zat penyerap dan sinar, I=intensitas


sinar, n=jumlah molekul penyerap, d=perubahan).

Penyusunan ulang rumusan tersebut menghasilkan:

Bila diintegralkan kemudian akan menghasilkan

n = jumlah molekul penyerap sesuai dengan banyaknya molekul yang


dilalui sinar yang tergqantung pada jumlah mol zat tersebut. Jumlah
mol zat ditentukan oleh volume larutan (v) dan konsentrasinya (C). Volume
zat sesuai dengan volume berkas sinar yaitu perkalian luas
penampang berkas (s) dikalikan panjang berkas yang sama dengan
tebal zat yang dilalui berkas (b). Luas penampang berkas akan tetap
selama panjang gelombang sinar tidak berubah, karenanya nilai
perkaliannya dengan k juga akan tetap yaitu a. berdasarkan hal tersebut
maka

log I0/I kemudian dikenal sebagai serapan (absorbance) dengan simbol A


sehingga rumusannya kemudian menjadi
Spektrofotometri
Spektrofotometri

Rumusan tersebut dikenal sebagai Hukum Lambert Beer.

Tetapan a dalam rumusan tersebut disebut absortivitas spesifik atau


koefisien serapan spesifik yang menyatakan besarnya serapan sinar yang
panjangnya 1 cm oleh zat yang konsentrasinya 1 g/I. Koefisien
serapan sering juga disebut koefisien ekstinsi. Selain absortivitas
spesifik dikenal pula absortivitas molar (έ) yaitu besarnya serapan sinar
yang panjangnya
1 cm oleh zat yang konsentrasinya 1 mol /l. Mudah diduga bahwa

(BM = berat molekul)

Sudah tentu nilai a ataupun έ tergantung dari barat jenis zat dan jenis
radiasi. Misalnya nilai a untuk KMnO4 akan berbeda dengan nilai a untuk
Fe(SCN)3 walaupun pengukuran dilakukan pada panjang gelombang yang
sama. Demikian pula nilai a untuk KMnO4 pada panjang gelombang
525 nm tidak akan sama dengan nilai a KMnO4 pada panjang gelombang
535 nm.

2. TUGAS-1
Jelaskan bagaimana suatu materi ketika berinteraksi dengan
radiasi elektromagnetik? Jelaskan pula bagaimana mata kita dapat
menerima radiasi yang dipancarkan dari materi tersebut sehingga
kita dapat membedakan warnanya?

Tugas dikirimkan pada minggu ke-3 bulan Oktober tahun 2008 melalui
pos atau e-mail dalam bentuk soft copy.

3. TES FORMATIF-1
SOAL ESSAY
1. Jelaskan bagaimana terjadinya eksitasi elektron? Bagaimana
pengaruhnya terhadap spin elektron!
2. Jelaskan jenis-jenis interaksi yang berkaitan dengan sifat gelombang!
Spektrofotometri

3. Jelaskan persamaan yang menyatakan hubungan antara energi radiasi


dengan panjang gelombang!
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan warna komplementer?
5. Jelaskan prinsip dasar spektroskopi menurut Hukum Lambert-Beer!

4. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT-1

Kerjakan soal pada Tes Formatif-1 tersebut secara jujur, kemudian


cocokkan hasil tes Anda dengan kunci jawaban. Setiap soal memiliki score
20 jika jawaban benar, sedangkan jika jawaban tidak benar scorenya
diberikan sesuai dengan tingkat kebenaran dari jawaban.

Hitunglah nilai Anda sesuai dengan ketentuan score untuk setiap


soal. Bila nilai tes Anda ≥ 80 maka Anda boleh melanjutkan belajar
pada Kegiatan Belajar berikutnya, tetapi bila skore Anda < 80 maka anda
harus mengulang belajar pada Kegiatan Belajar-1 lagi.

5. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF-1

NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE


1. Suatu molekul apabila dikenakan radiasi Spektrofotometri
• Penyebab eksitasi benar 20
elektromagnetik akan mengabsorpsi radiasi • Akibat eksitasi benar
elektromagnetik yang energinya sesuai. • Gambar perubahan spin
Akibatnya elektron dalam molekul benar
tersebut akan mengalami eksitasi dari • Tiga poin jawaban benar 15
dari tingkat energi dasar ke tingkat
energi tereksitasi. Pada molekul tertentu • Dua poin jawaban benar 10
setelah satu elektron tereksitasi ke tingkat
energi yang lebih tinggi karena • Tidak ada jawaban 5
terjadi konversi internal dan benar
eksternal akan mengalami perubahan
spin, tidak lagi berpasangan
terhadap satu elektron
pasangannya yang masih berada dalam
keadaan dasar.

Keadaan Keadaan Keadaan


dasar tereksitasi tereksitasi
NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE
pasangan pasangan pasangan
elektron elektron elektron
singlet singlet triplet
2. Jenis interaksi yang berkaitan dengan Tiga poin jawaban benar 20
sifat gelombang diantaranya
ialah difraksi, refraksi
Dua poin jawaban benar 15
dan rotasi optis
• Difraksi merupakan modifikasi gelombang
yang berjalan melalui ujung benda Satu poin jawaban benar 10
padat, melalui celah atau lubang kecil
ataupun karena pemantulan Tidak ada jawaban benar 5
oleh suatu
permukaan.
• Refraksi merupakan pembelokan atau
perubahan arah berkas radiasi ketika
melintasi batas medium satu pindah ke
medium lainnya yang tidak sama
densitasnya.
• Rotasi optis merupakan fenomena
terputarnya (terotasinya) bidang polarisasi
sinar selama melalui media.
3. Panjang gelombang dan frekuensi • Perumusan benar 20
dihubungkan dengan energi, energi foton, E, • Penjelasan simbol benar
menurut persamaan: • Kesimpulan benar
Dua poin jawaban benar 15

Pada persamaan tersebut h ialah tetapan


-27 Satu poin jawaban benar 10
Planck (6,6626 x 10 erg.detik) dan c
8
adalah kecepatan cahaya (3 x 10
m/detik). Dari persamaan tersebut
Tidak ada jawaban benar 0
tampak bahwa energi radiasi
berbeda-beda tergantung
pada panjang gelombangnya. Energi
semakin kecil dengan semakin
besarnya panjang gelombang radiasi.
4. Warna komplementer adalah warna • Definisi benar 20
yang diserap oleh materi. Bila suatu zat • Radiasi yang diterima
bertemu dengan radiasi maka akan terjadi dan diteruskan benar
interaksi. Sebagian spektrum radiasi • Contoh benar
tersebut diserap oleh zat dan sebagian Dua poin jawaban benar 15
lagi diteruskan ke mata kita. Bagian
radiasi yang sampai ke mata kita itulah
yang memberikan gambaran mengenai Satu poin jawaban benar 10
benda tersebut. Bila zat menyerap sebagian
dari sinar tampak dan meneruskan sinar Tidak ada jawaban benar 5
tampak lainnya, maka akan terlihat
warna sinar yang diteruskan tersebut.
Jelasnya bila benda meneruskan
sinar merah ke mata kita maka kita akan
mellihat benda tersebut berwarna merah.
Contoh:
Λ nm Warna Warna
diteruskan komplementer
400-435 Ungu Hijau
kekuningan
435-480 Biru Kuning
NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE
480-490 Biru Jingga
kehijauan

5. Jika radiasi elektromagnetik dilewatkan pada • Prinsip benar 20


suatu media yang homogen, maka sebagian • Perumusan benar
radiasi itu ada yang dipantulkan, diabsorpsi, • Penjelasan simbol benar
dan ada yang transmisikan. Radiasi yang
dipantulkan dapat diabaikan, Dua poin jawaban benar 15
sedangkan radiasi yang dilewatkan
sebagian diabsorpsi dan Satu poin jawaban benar 10
sebagian lagi ditransmisikan. Jika
intensitas awal radiasi yang datang adalah I0 Tidak ada jawaban benar 5
dan intensitsas radiasi yang dilewatkan
adalah I, maka berlaku Hukum Lambert
- Beer :
Log (I0/ I ) = abc
A = abc
A = έbc
B. KEGIATAN BELAJAR-2

1. LEMBAR INFORMASI-2: JENIS-JENIS SPEKTROFOTOMETRI

a. Penerapan Analitis Penyerapan Dan Pengemisian

Banyak cara untuk memanfaatkan penyerapan dan pengemisian dalam


analisis sehingga kita mengenal beberapa metode dasar. Metode-
metode tersebut ialah metode penyerapan yang lebih sering
disebut metode serapan, metode pengemisian yang lebih dikenal
sebagai metode emisi, metode pembauran foton, metode
fluorosensi dan fosforesensi.

Metode serapan merupakan metode yang berkaitan dengan


pengukuran intensitas radiasi elektromagnetik yang diserap oleh suatu
sampel. Panjang gelombang radiasi yang diserap sampel khas
untuk atom, ion, atau molekul yang menyerapnya. Hal ini
merupakan dasar analisis kualitatif sampel. Selain itu jumlah
foton yang diserap berbanding langsung dengan jumlah partikel
penyerap. Hubungan tersebut menjadi dasar analisis kuantitatif.

Metode emisi mengukur panjang gelombang dan intensitas radiasi


yang diemisikan oleh atom, ion ataupun molekul tereksitasi.
Pengukuran tersebut bisa untuk tujuan kualitatif maupun kuantitatif.
Panjang gelombang radiasi yang diemisikan tergantung pada jenis
zatnya sedangkan intensitasnya tergantung pada jumlahnya. Energi
yang diperlukan untuk menaikkan partikel tersebut ke keadaan
tereksitasi bisa diperoleh dengan berbagai cara dan salah
satu diantaranya ialah dengan pemanasan.

Metode pembauran foton melibatkan penyerapan radiasi diikuti


dengan pengemisian kembali radiasi yang sama panjang
gelombangnya dengan arah yang berlainan. Metode ini bisa juga
melibatkan pembauran foton oleh permukaan partikel koloid.
Tergantung pada peralatan yang digunakan, bisa diukur radiasi yang
dibaurkan bisa pula yang tidak terbaurkan. Turbidimetri memperhatikan
radiasi yang tidak dibaurkan sedangkan Nefelometri memperlihatkan
radiasi yang dibaurkan.

Metode fluoresensi dan fosforesensi melibatkan penyerapan radiasi


dan pengemisian radiasi yang umumnya lebih panjang gelombangnya
atau lebih rendah energinya. Energi radiasi yang tidak teremisikan
dalam bentuk radiasi kemudian diubah menjadi energi termal.
Fluorosensi maupun fosforesensi berkaitan dengan perubahan
energi vibrasi. Perbedaan antara kedua fenomena tersebut ialah dalam
selang waktu antara penyerapan dan emisi. Pada fosforesensi,
emisi terjadi
-3
pada waktu sekitar 10 detik setelah penyerapan sementara
-6 -9
fluorosensi lebih cepat terjadi yaitu dalam waktu 10 – 10 detik
setelah penyerapan.

b. Jenis-Jenis Spektrofotometri

1) Spektrofotometri Infra Merah

Spektrofotometri Infra Red atau Infra Merah merupakan


suatu metode yang mengamati interaksi
molekul dengan radiasi elektromagnetik
yang berada pada daerah panjang gelombang 0,75
-1
– 1.000 µm atau pada Bilangan Gelombang 13.000 – 10 cm .
Radiasi elektromagnetik dikemukakan pertama kali oleh James
Clark Maxwell, yang menyatakan bahwa cahaya secara fisis
merupakan gelombang elektromagnetik, artinya mempunyai
vektor listrik dan vektor magnetik yang keduanya saling
tegak lurus dengan arah rambatan.

Gambaran berkas radiasi elektromagnetik diperlihatkan pada


Gambar 4 berikut :
Gambar 4. Berkas radiasi elektromagnetik

Saat ini telah dikenal berbagai macam gelombang elektromagnetik


dengan rentang panjang gelombang tertentu. Spektrum lektromagnetik
merupakan kumpulan spektrum dari berbagai panjang gelombang.
Berdasarkan pembagian daerah panjang gelombang pada Tabel 1,
sinar infra merah dibagi atas tiga daerah, yaitu:

 Daerah Infra Merah dekat.


 Daerah Infra Merah pertengahan.
 Daerah infra Merah jauh.

Tabel 2. Pembagian daerah panjang gelombang


Dari pembagian daerah spektrum elektromagnetik tersebut diatas,
daerah panjang gelombang yang digunakan pada alat spektrofotometer
infra merah adalah pada daerah infra merah pertengahan, yaitu pada
panjang gelombang 2,5 – 50 µm atau pada bilangan gelombang 4.000
-1
– 200 cm . Satuan yang sering digunakan dalam spektrofotometri infra
merah adalah bilangan gelombang (‫ )ט‬atau disebut juga Kaiser.

Interaksi Sinar Infra Merah Dengan Molekul

Dasar Spektroskopi Infra


Merah dikemukakan oleh
Hooke dan didasarkan atas
senyawa yang terdiri atas
dua atom atau
diatom yang
digambarkan dengan dua buah
bola yang saling terikat oleh pegas seperti tampak pada gambar
disamping ini. Jika pegas direntangkan atau ditekan pada
jarak keseimbangan tersebut maka energi potensial dari sistim tersebut
akan naik.

Setiap senyawa pada keadaan tertentu telah mempunyai tiga macam


gerak, yaitu :

1. Gerak Translasi, yaitu perpindahan dari satu titik ke titik lain.


2. Gerak Rotasi, yaitu berputar pada porosnya, dan
3. Gerak Vibrasi, yaitu bergetar pada tempatnya.

Bila ikatan bergetar, maka energi vibrasi secara terus menerus


dan secara periodik berubah dari energi kinetik ke energi potensial
dan sebaiknya. Jumlah energi total adalah sebanding dengan
frekuensi vibrasi dan tetapan gaya ( k ) dari pegas dan massa ( m1
dan m2 ) dari dua atom yang terikat. Energi yang dimiliki oleh
sinar infra merah
hanya cukup kuat untuk mengadakan perubahan vibrasi.
Panjang gelombang atau bilangan gelombang dan kecepatan cahaya
dihubungkan dengan frekuensi melalui bersamaan berikut :

Energi yang timbul juga berbanding lurus dengan frekwesi dan


digambarkan dengan persamaan Max Plank :

sehingga :

dimana : E = Energi, Joule


-34
h = Tetapan Plank ; 6,6262 x 10 J.s
10
c = Kecepatan cahaya ; 3,0 x 10 cm/detik
n = indeks bias (dalam keadaan vakum harga n = 1)
= panjang gelombang ; cm
= frekuensi ; Hertz

Dalam spektroskopi infra merah panjang gelombang dan bilangan


gelombang adalah nilai yang digunakan untuk menunjukkan posisi
dalam spektrum serapan. Panjang gelombang biasanya diukur
dalam mikron atau mikro meter ( µm ). Sedangkan bilangan
gelombang (‫ )ט‬adalah frekuensi dibagi dengan kecepatan cahaya,
yaitu kebalikan dari
-1
panjang gelombang dalam satuan cm . Persamaan dari hubungan
kedua hal tersebut diatas adalah :
Posisi pita serapan dapat diprediksi berdasarkan teori mekanikal
tentang osilator harmoni, yaitu diturunkan dari hukum Hooke tentang
pegas sederhana yang bergetar, yaitu :

dimana :

Keterangan :
10
c = kecepatan cahaya : 3,0 x 10 cm/detik
k = tetapan gaya atau kuat ikat, dyne/cm
µ = massa tereduksi
m = massa atom, gram

Setiap molekul memiliki harga energi yang tertentu. Bila suatu senyawa
menyerap energi dari sinar infra merah, maka tingkatan energi di dalam
molekul itu akan tereksitasi ke tingkatan energi yang lebih tinggi.
Sesuai dengan tingkatan energi yang diserap, maka yang akan terjadi
pada molekul itu adalah perubahan energi vibrasi yang diikuti dengan
perubahan energi rotasi.

Perubahan Energi Vibrasi

Atom-atom di dalam molekul tidak dalam keadaan diam, tetapi


biasanya terjadi peristiwa vibrasi. Hal ini bergantung pada atom-
atom dan kekuatan ikatan yang menghubungkannya. Vibrasi molekul
sangat
khas untuk suatu molekul tertentu dan biasanya disebut vibrasi finger
print. Vibrasi molekul dapat digolongkan atas dua golongan besar,
yaitu :

1. Vibrasi Regangan (Streching)


2. Vibrasi Bengkokan (Bending)

Vibrasi Regangan (Streching)

Dalam vibrasi ini atom bergerak terus sepanjang ikatan yang


menghubungkannya sehingga akan terjadi perubahan jarak antara
keduanya, walaupun sudut ikatan tidak berubah. Vibrasi regangan ada
dua macam, yaitu:

1. Regangan Simetri, unit struktur bergerak bersamaan dan searah


dalam satu bidang datar.
2. Regangan Asimetri, unit struktur bergerak bersamaan dan tidak
searah tetapi masih dalam satu bidang datar.

Gambar 5. Vibrasi regangan

Vibrasi Bengkokan (Bending)

Jika sistim tiga atom merupakan bagian dari sebuah molekul yang lebih
besar, maka dapat menimbulkan vibrasi bengkokan atau vibrasi
deformasi yang mempengaruhi osilasi atom atau molekul
secara keseluruhan. Vibrasi bengkokan ini terbagi menjadi empat jenis,
yaitu :
1. Vibrasi Goyangan (Rocking), unit struktur bergerak mengayun
asimetri tetapi masih dalam bidang datar.
2. Vibrasi Guntingan (Scissoring), unit struktur bergerak mengayun
simetri dan masih dalam bidang datar.
3. Vibrasi Kibasan (Wagging), unit struktur bergerak mengibas keluar
dari bidang datar.
4. Vibrasi Pelintiran (Twisting), unit struktur berputar
mengelilingi ikatan yang menghubungkan dengan molekul induk
dan berada di dalam bidang datar.

Gambar 6. Vibrasi bengkokan

Daerah Spektrum Infra Merah

Para ahli kimia telah memetakan ribuan spektrum infra merah dan
menentukan panjang gelombang absorbsi masing-masing gugus
fungsi. Vibrasi suatu gugus fungsi spesifik pada bilangan gelombang
tertentu. Dari Tabel 2 diketahui bahwa vibrasi bengkokan C–H dari
metilena dalam cincin siklo pentana berada pada daerah bilangan
-1
gelombang 1455 cm . Artinya jika suatu senyawa spektrum senyawa
X menunjukkan pita absorbsi pada bilangan gelombang
tersebut tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
senyawa X tersebut mengandung gugus
siklo pentana.

Daerah Identifikasi

Vibrasi yang digunakan untuk identifikasi adalah vibrasi bengkokan,


khususnya goyangan (rocking), yaitu yang berada di daerah
-1
bilangan gelombang 2000 – 400 cm karena di daerah antara 4000 –
-1
2000 cm merupakan daerah yang khusus yang berguna untuk
identifikasi gugus fungsional. Daerah ini menunjukkan absorbsi yang
disebabkan oleh vibrasi regangan. Sedangkan daerah antara 2000 –
-1
400 cm seringkali sangat rumit, karena vibrasi regangan
maupun bengkokan mengakibatkan absorbsi pada daerah
tersebut.

-1
Dalam daerah 2000 – 400 cm tiap senyawa organik mempunyai
absorbsi yang unik, sehingga daerah tersebut sering juga disebut
sebagai daerah sidik jari (fingerprint region). Meskipun pada
daerah
-1
4000 – 2000 cm menunjukkan absorbsi yang sama, pada daerah
-1
2000 – 400 cm juga harus menunjukkan pola yang sama sehingga
dapat disimpulkan bahwa dua senyawa adalah sama.

2) Spektrofotometri Raman

Interaksi Radiasi Elektro Magnetik (REM) dengan atom atau


molekul yang berada dalam media yang transparan, maka sebagian
dari radiasi tersebut akan dipercikkan oleh atom atau molekul
tersebut. Percikan radiasi oleh atom atau molekul tersebut menuju ke
segala arah dengan panjang gelombang dan intensitas yang
dipengaruhi ukuran partikel
molekul.
Apabila media transparan tersebut mengandung hanya partikel dengan
2
ukuran dimensi atom (permukaan 0,01 A ) maka akan terjadi percikan
radiasi dengan intensitas yang sangat lemah. Radiasi percikan tersebut
tidak tampak oleh karena panjang gelombangnya adalah pada daerah
ultraviolet. Radiasi hamburan tersebut dikenal dengan hamburan
Rayleigh.

Demikian pula yang tejadi pada molekul-molekul dengan diameter yang


besar atau teragregasi sebagai contoh molekul suspensi atau koloida.
Percikan hamburan pada larutan suspensi dan sistem koloida panjang
gelombangnya mendekati ukuran partikel molekul suspensi atau sistem
koloid tersebut. Radiasi hamburan rersebut dikenal sebagai hamburan
Tyndal atau hamburan mie yang melahirkan metode turbidimetri. Suatu
penelitian yang sulit dengan hasil temuan yang sangat berarti,
dalam ilmu fisika telah dilakukan oleh Chandra Venkrama Raman
seorang ahli fisika berkebangsaan India, pada tahun 1928.

Menurut temuan Raman tampak gejala pada molekul dengan


struktur tertentu apabila dikenakan radiasi infra merah dekat atau
radiasi sinar tampak, akan memberikan sebagian kecil hamburan
yang tidak sama dengan radiasi semula.

Hamburan yang berbeda dengan radiasi semula (sumber


radiasi) tersebut berbeda dalam hal panjang gelombang,
frekuensi serta intensitasnya dikenal sebagai hamburan Raman.
Hamburan Raman tersebut memberikan garis Raman dengan
intensitas tidak lebih dari
0,001% dari garis spektra sumber radiasinya.

Hamburan Raman

Hamburan Raman didapat dengan jalan meradiasi sampel dengan


radiasi sinar tampak yang monokromatis dan mempunyai intensitas
yang kuat.
Sebagai sumber radiasi dipakai busur Merkuri dan saat ini yang terbaik
dipakai sumber radiasi Laser (Light Amplification by Stimulated
Emission of Radiation) bentuk gas atau padat dengan intensitas yang
kuat.

Ada dua macam garis-garis hamburan Raman yang seolah-


olah merupakan pergeseran terhadap posisi garis hamburan
Rayleigh. Kedua garis hamburan Raman tersebut sangat berbeda
intensitas, panjang gelombang dan frekuensinya.

Hamburan Raman yang sinambung akan menghasilkan


spektrum Raman. Untuk menggambarkan spektrum Raman serta
posisinya terhadap hamburan Rayleigh diambil contoh radiasi
terhadap CCl4 (karbon tetra klorida).

Radiasi sinar tampak monokromatis terhadap CCl4 akan menghasilkan


tiga macam hamburan dengan spektrum yang berbeda karena adanya
perbedaan eksitasi.

Kegunaan Spektroskopi Raman

Spektroskopi Raman ditujukan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif


terhadap komponen dengan kadar yang sangat kecil. Di samping
itu spektroskopi Raman juga ditujukan untuk elusidasi struktur,
jarang dipakai untuk analisis kuantitatif.

Jangkauan sampel yang dapat dianalisis adalah organik, anorganik


dan biologi.

Beberapa keunggulan spektroskopi Raman dibandingkan


spektrofotometri IR adalah :

 Adanya pelarut air tidak akan mengganggu terhadap hamburan


Raman.
 Dapat dipakai alat-alat gelas dan leburan silika tanpa ada pengaruh
pada spektrum Raman.
 Dapat dipakai sumber radiasi laser yang jauh lebih baik dibanding
sumber radiasi lainnya.

Instrumentasi Spektrofotometer Raman

Sistem optik spektrofotometer Raman berbeda dengan


spektrofotometer IR dalam banyak hal. Sistem optik
spektrofotometer Raman berkas tunggal dengan peralatan optik dari
gelas atau leburan silika.

Sebagai sumber radiasi dipakai lampu uap Hg atau radiasi laser. Salah
satu persyaratan sumber radiasi adalah intensitasnya harus tinggi, oleh
sebab itu pada era modern ini dipakai lsdr He-Ne, laser ion Kr atau ion
Hg.

Monokromator yang dipakai harus berkemampuan memisahkan


hamburan radiasi Rayleigh yang intensitasnya tinggi dengan hamburan
Raman yang intensitasnya rendah. Untuk itu perlu dipakai
monokromator ganda sebagai pencegah radiasi sesatan dari hamburan
Rayleigh. Diharapkan Spektrofotometer Raman memberikan resolusi
-1
yang baik sekitar 0,2 cm .

Spektrofotometer Raman memakai detektor PMT (Photo


Multiplier Tube). Rentang penentuan spektrum Raman berkisar
pada daerah infra merah medium sampai infra merah jauh (4000
-1
sampai 25 cm ).

3) Spektrofotometri Fluorescensi dan Fosforescensi

Suatu zat yang berinteraksi dengan radiasi, setelah mengabsorpsi


radiasi tersebut, bisa mengemisikan radiasi dengan panjang
gelombang yang umumnya lebih besar daripada panjang
gelombang
radiasi yang diserap. Fenomena tersebut disebut fotoluminensi yang
mencakup dua jenis yaitu fluoresensi dan fosforesensi. Fluoresensi
terjadi dalam selang waktu lebih pedek daripada fosforesensi.
Selain itu kondisi yang menyebabkan fluoresensi dan
fosforesensi pun berbeda. Fluoresensi biasa terjadi pada suhu
sedang dalam larutan cair, sedangkan fosforesensi biasa terjadi
pada suhu sangat rendah
dan pada media pekat.

Tingkat vibrasi keadaan


B
tereksitasi

λ1 Eeks

A Keadaan dasar

Gambar 7. Proses Fluoresensi

Pada fluoresensi dan fosforesensi terjadi perubahan energi vibrasi


molekul sebagai akibat dari penyerapan radiasi oleh molekul tersebut.
Gambar 7 di atas merupakan bagan proses fluoresensi. Pada gambar
tersebut, A menunjukkan tingkat energi pada keadaan dasar
sedangkan B pada tingkat keadaan ereksitasi. Bila suatu molekul
menyerap radiasi dengan energi sebesar Eeks maka molekul
tersebut akan mengalami peningkatan energi elektron dari A ke B.
Pada tingkat yang lebih tinggi, molekul dapat berada dalam
beberapa keadaan vibrasi. Bila molekul yang tereksitasi bertumbukan
sesamanya ataupun dengan molekul pelarut, maka energi vibrasi
akan turun ke tingkat vibrasi terendah. Pada tingkat vibrasi terendah
tersebut, kemungkinan untuk kembali ke keadaan dasar, paling besar.
Pada saat kembali ke
keadaan dasar tersebut energi dilepaskan dalam bentuk radiasi.
Proses ini disebut fluoresensi. Metode pengukuran yang memafaatkan
fenomena tersebut disebut fluorometri.

Peralatan

Pada pengukuran fluoresensi, radiasi yang diemisikan perlu dipisahkan


dari radiasi datang. Radiasi yang diemisikan menyebar ke segala arah
sedangkan radiasi datang langsung melalui larutan yang diukur. Bagian
fluorometer terlihat pada gambar 8. Alat tersebut terdiri dari
sumber cahaya, filter atau monokromator yang dilalui radiasi
datang untuk mengeksitasi zat, sel tempat zat yang diukur, filter atau
monokromator
untuk radiasi yang diemisikan zat, dan detektor.

Sumber Cahaya

Monokromator atau filter

Eksitasi
Sel Monokromator Detektor
Fluoresensi
atau filter
Gambar 8. Bagan Fluorometer

Fluorometer yang menggunakan filter biasa disebut fluorometer


berfilter atau fluorometer sedangkan yang menggunakan
monokromator disebut spektrofluorometer. Pada
spektrofluorometer bisa saja hanya satu monokromator yang
dipakai sedangkan yang lainnya tetap filter. Bila khususnya
demikian, maka monokromator
ditempatkan untuk menyaring radiasi datang.
Sumber cahaya

Lampu merkuri merupakan sumber cahya yang sering digunakan untuk


filter fluorometer.Sementara itu spektrofluorometer sering
menggunakan lampu xenon. Kedua jenis lampu tersebut
mempunyai intensitas sinar yang lebih besar daripada intensitas
yang diberikan lampu wolfram atau lampu halogen. Lampu uap
merkuri menghasilkan sebuah spektrum garis intensif. Lampu ini
bisa dilengkapi dengan bahan yang mengemisikan sinar ultraviolet
yang bisa menghasilkan garis spektrum lainnya. Lampu xenon
menghasilkan spektrum kontinu dengan kisaran panjang
gelombang dari 300-1300 nm dan menunjukkan
emisi yang kuat pada kisaran 800-1100 nm.

Filter dan monokromator

Pada fluorometer berfilter terdapat dua filter. Filter pertama melewatkan


radiasi yang diinginkan untuk mengeksitasi zat. Filter kedua, yang
ditempatkan di antara sampel dengan detektor, berfungsi untuk
melewatkan radiasi fluorosesnsi dan menyerap radiasi eksitasi
yang terbaurkan.

Pada spektroflurometer, monokromator menggantikan kedudukan filter.


Dengan monokromator tersebut, bisa dipilih kisaran panjang
gelombang 200-800 nm, yang paling banyak digunakan pada
teknik fluoresensi. Monokromator yang bisa digunakan ialah kisi-kisi
yang mempunyai 600 galur/mm dan diatur agar melewatkan radiasi
eksitasi
300 mm radiasi fluoresensi 500 nm.

Sel

Radiasi eksitasi yang melewati filter atau monokromator masuk ke


dalam larutan sampel yang ditempatkan dalam sel. Sel biasa terbuat
dari gelas atau kuarsa. Secara geometri, ada 3 cara penyusunan arah
radiasi eksitasi dengan radiasi fluoresensi. Tiga rangkaian tersebut
o o
ialah (1) tegak lurus (90 ); (2) frontal (37 ) dan (3) lurus (Gambar
9). Dari ketiga susunan tersebut, susunan tegak lurus paling
banyak digunakan karena pada susunan tersebut tidak akan ada
radiasi yang difluoresensikan ataupun dipantulkan dinding sel
yang mencapai monokromator emisi. Dengan demikian, radiasi
fluorescensi yang
terukur nanti bisa diharapkan hanya yang disebabkan oleh sampel.
Eksitasi
Eksitasi
Eksitasi
Emisi
Emisi
Contoh Contoh Contoh

Emisi

(a) (b) (c)

Gambar 9. Model rangkaian arah radiasi eksitasi dengan radiasi fluoresensi


a. tegak lurus b.frontal c. lurus

Metode pengukuran

Pengukuran zat dengan cara fluorometri biasa dilakukan dengan


merujuk pada standar tertentu yang dipilih. Hal ini dilakukan karena
adanya keragaman intensitas radiasi ataupun keragaman respon
detektor sehingga alat perlu dikalibrasi. Standar rujukan yang biasa
digunakan ialah kuinina bisulfat dalam asam sulfat, rhodamina B dalam
etilena glikol, triptofan dalam air dan antrasena dalam sikloheksana atau
etanol.
Dalam pengukuran zat, terlebih dahulu dilakukan kalibrasi alat dengan
cara menempatkan standar rujukan pada alatdan diatur
pembacaannya. Kemudian, tanpa mengatur ulang komponen sirkuitnya,
standar rujukan tersebut diganti dengan larutan standar untuk
analat yang konsentrasinya beragam. Nilai fluorosensi setiap standar
tersebut kemudian dicatat. Akhirnya, diukur pula fluorosensi
pelarut dan kuvetnya untuk mendapatkan konsentrasi nol pada
analat. Kurva yang menghubungkan konsentrasi larutan
standar dengan nilai fluorosensinya
deisebut kurva standar. Kurva standar inilah yang kemudian
digunakan untuk menghitung konsentrasi analat setelah
fluorosensinya diukur.

Ada kalanya, pengukuran zat, setelah alat dikalibrasi, tidak


mempergunakan sederetan larutan standar dengan konsentrasi yang
beragam, tetapi hanya dengan satu larutan standar. Kadang-kadang
suatu Zat fluorosensinya pada dua nilai pH yang berbeda.

Struktur molekul dan fluorosensi

Pada prinsipnya, fluorosensi bisa diharapkan terjadi pada molekul


aromatik ataupun yang mengandung ikatan ganda berkonjugasi dengan
stabilitas resonansi yang cukup tinggi. Adanya zat
pengsubstitusi memperngaruhi fluorosensi. Gugus-gugus –NH2, -OH,
-F, -OCH3, - NHCH3 dan –N(CH3)2 sering meningkatkan fluorosensi.
Sementara itu gugus-gugus -Cl, -Br, -I, NHCOCH3, -NO2, atau –
COOH mengurangi ataupun memadamkan fluorosensi.
Sebagai contoh, anilina (mengandung –NH2)
tidak berfluorosensi.

Senyawa yang tidak berfluorosensi bisa diubah menjadi


senyawa turunannya yang berfluorosensi dengan cara
mendehidrasinya dengan asam sulfat pekat. Logam-logam bisa
dibuat berfluorosensi setelah
membentuk kelat dengan senyawa organik.
Pemadaman fluorosensi

Satu masalah yang sering ditemukan dalam fluorometri ialah


pemadaman fluorosensi oleh beberapa senyawa. Senyawa-senyawa
tersebut bersaing dalam mendapatkan energi eksitasi sehingga
menurunkan efisiensi pengubahan radiasi yang diabsorbsi
menjadi radiasi fluorosensi. Ion iodida merupakan pemadam
fluorosensi yang sangat kuat. Gugus-gugus –Cl dan
–Br mengurangi efisiensi pengubahan radiasi.

Adanya senyawa berwarna dalam larutan yang berisi zat yang


berfluorosensi dapat mengganggu dengan cara menyerap radiasi
fluorosensi. Hal inilah yang disebut efek “inner filter”. Sebagai
contoh, dalam larutan natrium karbonat, kalium dikromat
menunjukkan puncak serapan pada 245 dan 348 nm. Nilai tersebut
bertumpang tindih dengan radiasi eksitasi (275 nm) dan radiasi
emisi (350 nm) dari triptofan. Akibatnya pengukuran triptofan akan
terganggu bila ada kalium dikromat. Efek “inner filter” bisa pula
terjadi karena konsentrasi zat yang diukur terlalu tinggi. Pada kasus
ini beberapa molekul analat akan menyerap kembali radiasi
fluorosensinya.

Pengaruh pelarut dan pH terhadap fluorosensi

Intensitas dan panjang gelombang radiasi fluorosensi sering berubah


dengan berubahnya pelarut. Pelarut yang memiliki pensubstitusi seperti
gugus-gugus –Br, -I, -NO2 atau –N=N- tidak disukai karena
mengakibatkan pemadaman fluorosensi yang jelas. Pelarut bisa
pula mengubah jenis radiasi fluorosensi. Misalnya dengan radiasi
eksitasi yang sama yaitu 285 nm, indol menunjukkan fluorosensi
maksimum pada 297 nm dalam sikloheksana, 305 nm dalam
benzena, 310 nm dalam dioksana, 330 nmdalam etanol, dan 350 nm
dalam air.
Posisi spektrum fluorosensi dan intensitas fluorosensi senyawa yang
dapat mengion sering dipengaruhi oleh pH larutannya. Perubahan pH
larutan akan mengubah nilai fluorosensi. Sebagai contoh dalam larutan
basa, fluorosensi α- atau β-naftilamina mencapai daerah sinar tampak.
Sementara itu dalam larutan asam, fluorosensinya hanya mencakup
daerah ultraviolet. Contoh lainnya, baik fenol maupun anisol
berfluorosensi pada pH 7, tetapi pada pH 12, fenol tidak berfluorosensi
sedangkan anisol tetap berfluorosensi. Adanya pengaruh pH
dan pelarut tersebut perlu dipertimbangkan ketika mengukur zat
dengan fluorometri.

4) Spektrofotometri Resonansi Magnetik Inti

Sebelum era 1950 para ilmuwan khususnya yang berkecimpung dalam


bidang kimia organik merasakan kurang puas terhadap apa yang telah
dicapai dalam analisis instrumental. Kekurangpuasan mereka terutama
dari segi analisis kuantitatif, penentuan struktur dan gugus hidrokarbon
yang dirasa banyak memberikan informasi.

Pada waktu itu dirasa perlu menambah anggota teknik spektroskopi


untuk tujuan lebih banyak memberikan informasi gugus hidrokarbon
dalam molekul. Dua orang ilmuwan dari USA pada tahun 1951
yaitu Felix Blochdan Edwardo M. Purcell (dari
Harvard university) menemukan bahwa inti atom terorientasi
terhadap medan magnet.

Selanjutnya menurut Bloch dan Purcell setiap proton di dalam molekul


yang sifat kimianya berbeda akan memberikan garis-garis resonansi
orientasi magnet yang diberikan berbeda.

Bertolak dari penemuan ini lahirlah metode baru sebagai anggota baru
teknik spektroskopi yang diberi nama “Nuclear Magnetic Resonance
(NMR)”.

Para ilmuwan di Indonesia mempopulerkan metode ini dengan


nama spektrofotometri Resonansi Magnet Inti (RMI).
Spektrofotometri RMI sangat penting artinya dalam analisis
kualitatif, khususnya dalam
penentuan struktur molekul zat organik. Spektrum RMI akan mampu
menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan inti atom yang
spesifik seperti:

 Gugus apa yang dihadapi?


 Di mana lokasinya gugus tersebut dalam molekul?
 Beberapa jumlah gugus tersebut dalam molekul?
 Siapa dan dimana gugus tetangganya?
 Bagaimana hubungan gugus tersebut dengan tetangganya?

Hasil spektoskopi RMI seringkali merupakan penegasan urutan gugus


atau susunan atom dalam satu molekul yang menyeluruh.

Fenomena Resonansi Magnet Inti dan Tingkat energinya

Setiap atom dalam sistem susunan berkala mempunyai lambang tertentu


a
disertai nomor dan bilangan massa b X adalah sebuah atom x yang

mempunyai nomor atom (a) dan massa relatif (b). Nomor atom
menunjukkan jumah proton dalam inti sedangkan massa atom relatif
menunjukkan jumlah netron dan proton dalam inti atom. Sebagai contoh
6
adalah 12 C adalah atom karbon yang massa atom relatifnya (12), jumlah
proton (6) dan netron (6).

Postulat dari Pauli (1924) mengatakan bahwa elektron yang mengelilingi


inti atom pada keadaan asas akan bergasing, demikian juga inti
atom. Setiap lintasan elektron terisi dengan dua elektron yang
berpasangan, artinya memberikan arah gasing yang berbeda. Sehingga
elektron yang berpasangan tersebut tidak terorientasi oleh medan
magnet luar atau bersifat diamagnetik.

Jadi ada suatu atom yang bersifat magnetik semata-mata


disebabkan ada sisa pergasingan dari inti atom. Percobaan yang
dilakukan oleh Bloch dan Purcell membuktikan bahwa inti atom akan
menyerap radiasi elektromagnetik pada medan magnet luar yang
kuat. Kesimpulan dari percobaan ini berarti inti atom tersebut
terorientasi terhadap medan
magnet.
Instrumentasi Spektrometer RMI

Bagian yang terpenting dari spektrofotometer RMI adalah :

1) Magnet kutub utara dan selatan yang dapat diubah kekuatannya dalam
rentang kecil tertentu. Induksi medan magnet magnetic flux density
dinyatakan dalam standar internasional (SI), yang disimbolkan
sebagai
H0, dengan satuan kekuatan dalam Tesla (T). Kekuatan medan magnet
13
RMI harus disesuaikan terhadap momen magnet inti proton atau C .
1
Untuk spektrometer H RMI umum dipakai Ho = 2,35 T yang sesuai
dengan frekuensi 100 MHz. Ada tiga jenis magnet yang dipakai :
 Magnet yang permanen,
 Eletromagnet
 Magnet superkonduksi
 Pemancar (transmisi) frekuensi Radio

2) Pancaran Frekuensi Radio (RF) dibuat tetap. Oleh sebab itu


spektrum RMI adalah merupakan grafik yang menunjukkan banyaknya
energi yang diabsorpsi oleh inti atom dirajah terhadap kuat medan
magnet luar (Ho).

3) Tempat sampel merupakan tabung gelas yang diletakkan di antara dua


magnet utara dan selatan. Tabung gelas ini tempatnya dalam lilitan
kumparan RF. Tabung sampel ini bergasing vertikal, berkekuatan di atas
25 Hz dengan memakai pemutar turbin udara.

2. TUGAS-2

Buatlah tulisan yang menjelaskan tentang aplikasi Spektrofotometer Raman,


Spektrofotometer Resonansi Magnetik Inti, Spektrofotometer Fluororescensi
dan Fosforesensi, Spektrofotometer sinar X, dan Spektrofotometri
IR.
Jelaskan pula kelebihannya masing-masing.
Tulisan dibuat sesuai dengan kaidah penulisan yang benar, ditik pada kertas
A4, spasi 1,5, jenis huruf Arial 12 dengan jumlah minimal halaman 3 lembar.
Tugas dikirimkan pada minggu ke-3 bulan Oktober tahun 2008 melalui pos
atau e-mail dalam bentuk soft copy.

3. TES FORMATIF-2
SOAL PILIHAN GANDA
Lingkari jawaban yang paling tepat diantara 5 pilihan jawaban berikut!
1) Prinsip dasar metode spektrofotometri infra merah adalah…
a. Mempelajari interaksi sinar infra merah dengan materi
b. Mempelajari karakter getaran gugus-gugus molekul yang
berinteraksi dengan radiasi infra merah
c. Mempelajari terjadinya eksitasi elektron karena berinteraksi dengan
radiasi infra merah
d. Mempelajari serapan radiasi infra merah terhadap molekul dari suatu
materi
e. Mempelajari intensitas sinar yang diemisikan oleh atom, ion atau
molekul.

2) Vibrasi molekul sangat khas untuk suatu molekul tertentu dan biasanya
disebut vibrasi finger print, jenis vibrasi yang digunakan untuk identifikasi
pada spketrofotometri IR adalah….
a. Vibrasi Goyangan (Rocking)
b. Vibrasi Guntingan (Scissoring)
c. Vibrasi Kibasan (Wagging)
d. Vibrasi Pelintiran (Twisting)
e. Vibrasi Regangan (Streching)

3) Spektrofotometri raman banyak diaplikasikan untuk...


a. Komponen dengan kadar yang sangat kecil
b. Komponen dengan kadar yang tinggi
c. Analisis runutan
d. Analisis multi komponen
e. Analisis senyawa terkonjugasi

4) Sumber cahaya yang digunakan pada spektrofluorometer adalah…


a. Lampu merkuri
b. Lampu halogen
c. Lampu neon
d. Lampu xenon
e. Lampu deuterium

5) Komponen terpenting yang terdapat pada spektrofotometer RMI


adalah…
a. Magnet kutub utara dan selatan-pancaran frekuensi radio-tempat
sampel
b. Magnet kutub utara dan selatan-tempat sampel-pancaran frekuensi
radio
c. Magnet kutub utara dan selatan-monokromator-tempat sampel
d. Magnet kutub utara dan selatan-tempat sampel-detektor
e. Magnet kutub utara dan selatan-tempat sampel-monokromator

SOAL ESSAY

1. Jelaskan prinsip dasar metode spektrofotometri Raman!


2. Apa kelebihan spektrofotometri Raman jika dibandingkan dengan
spektrofotometri IR?
3. Jelaskan empat (4) macam vibrasi bengkokan yang mempengaruhi
osilasi atom atau molekul!

4. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT-2

Kerjakan soal pada Tes Formatif-2 tersebut secara jujur, kemudian


cocokkan hasil tes Anda dengan kunci jawaban. Pada tes tersebut ada 2
jenis soal:
• Soal pilihan ganda, setiap soal diberi score 5 bila jawaban benar.
• Soal essay setiap soal, setiap soal memiliki score 25 bila jawaban benar,
sedangkan jika jawaban tidak benar scorenya diberikan sesuai
dengan tingkat kebenaran dari jawaban.

Hitunglah nilai Anda sesuai dengan ketentuan score untuk setiap soal. Bila
nilai tes Anda ≥ 80 maka Anda boleh melanjutkan belajar pada
Kegiatan Belajar berikutnya, tetapi bila skore Anda < 80 maka anda harus
mengulang belajar pada Kegiatan Belajar-2 lagi.

5. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF-2


SOAL PILIHAN GANDA
No Jawaban Score
1. B 5
2. A 5
3. A 5
4. D 5
5. A 5

SOAL ESSAY

NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE


1. Interaksi Radiasi Elektro Magnetik (REM) • Interaksi REM dengan 25
dengan atom atau molekul yang berada dalam atom dijelaskan dengan
media yang transparan, maka sebagian dari benar
radiasi tersebut akan dipercikkan oleh atom • Akibat radiasi
atau molekul tersebut. Percikan radiasi oleh dijelaskan dengan
atom atau molekul tersebut menuju ke benar
segala arah dengan panjang • Kesimpulan dibuat
gelombang dan intensitas dengan benar
yang dipengaruhi ukuran partikel molekul. • Dua poin jawaban 15
Molekul dengan struktur tertentu apabila benar
dikenakan radiasi infra merah dekat atau
radiasi sinar tampak, akan memberikan • Satu poin jawaban 10
sebagian kecil hamburan yang tidak benar
sama dengan radiasi semula. • Tidak ada jawaban 5
Hamburan yang berbeda dengan radiasi benar
semula (sumber radiasi) tersebut berbeda
dalam hal panjang gelombang, frekuensi serta
intensitasnya dikenal sebagai hamburan
Raman.
NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE
2. Beberapa keunggulan spektroskopi Raman Tiga poin jawaban benar 25
dibandingkan spektrofotometri IR adalah :
 Adanya pelarut air tidak akan
mengganggu terhadap hamburan Raman.
 Dapat dipakai alat-alat gelas dan leburan Dua poin jawaban benar 15
silika tanpa ada pengaruh pada spektrum
Raman.
 Dapat dipakai sumber radiasi laser Satu poin jawaban benar 10
yang jauh lebih baik dibanding sumber
radiasi lainnya.
Tidak ada jawaban benar 5

3. 1. Vibrasi Goyangan (Rocking), unit struktur empat poin jawaban dan 25


bergerak mengayun asimetri tetapi masih gambar benar
dalam bidang datar.
2. Vibrasi Guntingan (Scissoring), unit struktur
Tiga poin jawaban dan 15
bergerak mengayun simetri dan masih
dalam bidang datar. gambar benar
3. Vibrasi Kibasan (Wagging), unit struktur
bergerak mengibas keluar dari bidang datar. Dua poin jawaban dan 10
4. Vibrasi Pelintiran (Twisting), unit struktur gambar benar
berputar mengelilingi ikatan yang
menghubungkan dengan molekul induk dan
Tidak ada jawaban benar 5
berada di dalam bidang datar.
C. KEGIATAN BELAJAR-3

1. LEMBAR INFORMASI 3: SPEKTROFOTOMETER UV-VISIBLE

Spektrofotometri uv-vis adalah pengukuran serapan cahaya di


daerah ultraviolet (200 – 350 nm) dan sinar tampak (350 – 800 nm)
oleh suatu senyawa. Serapan cahaya uv atau cahaya tampak
mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari
orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi
berenergi lebih tinggi.

Panjang gelombang cahaya uv atau cahaya tampak bergantung pada


mudahnya promosi elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih
banyak energi untuk promosi elektron, akan menyerap pada
panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yang memerlukan
energi lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang yang
lebih panjang. Senyawa yang menyerap cahaya dalam
daerahtampak (senyawa berwarna) mempunyai elektron
yang lebih mudah dipromosikan dari pada senyawa yang menyerap pada
panjang gelombang lebih pendek.

a. Jenis Transisi Elektron

Keadaan dasar suatu molekul mengandung elektron-elektron valensi dalam


tiga jenis utama orbital molekul, yaitu : orbital sigma (σ), phi (π) dan
non bonding (n). Sebagai contoh ketiga orbital elektron tersebut ada
pada
senyawa organik formal dehide :

CH3
π ..
C O: n
σ
CH3
Apabila pada molekul tersebut dikenakan radiasi elektromagnetik maka akan
terjadi eksitasi elektron ke tingkat energi yang lebih tinggi yang dikenal sebagai
orbital elektron ”anti bonding”.

Anti-ikatan

Anti-ikatan

Bukan-ikatan

Ikatan

Ikatan

Gambar 10. Diagram tingkat energi elektronik


¤ Eksitasi elektron (σ – σ*) memerlukan energi yang relatif besar yang
memiliki cahaya pada daerah uv jauh yaitu pada panjang gelombang 100 –
200 nm, terjadi pada ikatan tunggal (alkana).
¤ Eksitasi elektron (π – π*) terjadi pada ikatan rangkap dua atau tiga (alkena
dan alkuna), juga pada daerah uv jauh.
¤ Eksitasi elektron (n – σ*) terjadi pada gugus karbonil (dimetil keton
dan asetaldehide) oleh cahaya pada daerah uv dekat dengan sinar tampak,
yaitu pada daerah panjang gelombang 200 – 380 nm.

Gugusan atom pada molekul yang mengabsorpsi radiasi disebut


gugus kromofor yang merupakan ikatan kovalen yang tidak jenuh yang
terdiri dari elektron π (phi) . Absorpsi radiasi oleh gugus kromofor dapat
dipengaruhi oleh gugus lain yang terdapat dalam molekul yang disebut
gugus ausokrom yang mempunyai elektron n (non bonding) seperti gugus : –
OH ; –OCH3 ; –NH2 yang dapat mengabsorpi radiasi uv jauh tapi tidak
mengabsorpsi radiasi uv dekat.

Terikatnya gugus ausokrom akan mengakibatkan pergeseran pita absorpsi


menuju ke panjang gelombang yang lebih panjang, disebut pergeseran merah
atau batokromik disertai peningkatan intensitas (efek hiperkromik).

Absorpsi radiasi di daerah sinar tampak dapat terjadi bila terdapat


sejumlah gugus kromofor yang terkonjugasi (-C=C-C=C-). Pada sistem
tersebut elektronnya mempunyai mobilitas yang tinggi. Oleh karena itu
energi yang dibutuhkan untuk mengeksitasi elektronnya tidak terlampau
tinggi. Semakin panjang rantai terkonjugasinya semakin rendah eksitasinya.
Dan jika radiasi yang diabsorpsi setara dengan energi radiasi sinar tampak
maka senyawa yang mengabsorpsi tersebut tampak berwarna.

b. Prinsip Pengukuran dengan Spektrofotometer UV-VIS


Jika radiasi elektromagnetik dilewatkan pada suatu media yang homogen,
maka sebagian radiasi itu ada yang dipantulkan, diabsorpsi, dan ada yang
transmisikan. Radiasi yang dipantulkan dapat diabaikan, sedangkan radiasi
yang dilewatkan sebagian diabsorpsi dan sebagian lagi ditransmisikan. Jika
intensitas awal radiasi yang datang adalah I0 dan intensitsas radiasi yang
dilewatkan adalah I, maka berlaku Hukum Lambert - Beer :

Log (I0/ I ) = abc

A = abc

A =εbc

Besaran spektroskopik yang diukur adalah transmitan T :

T = (I0/ I )

A = log (1/T)

dimana a = absorptivitas ;

b = tebal medium ;

c = konsentrasi senyawa yang mengabsorpsi radiasi.

Absorpsivitas a merupakan tetapan proposionalitas yang tidak tergantung pada


konsentrasi, tebal larutan dan intensitas radiasi yang dilewatkan. Absorpsivitas
hanya tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul dan panjang gelombang
atau frekuensi radiasi yang digunakan. Harga absorpsivitas tergantung kepada
besaran c dan b. Jika c dinyatakan dalam Molar, maka a disebut absorpsivitas
-1 -1
molar (ε) dan satuannya L mol cm . Jika c dinyatakan dalam % (b/v, g/100
1%
ml) maka a disebut absorpsivitas jenis (A ). Dengan demikian
absorpsivitas dapat diinterpretasikan sebagai absorban (dari suatu senyawa
pada panjang gelombang tertentu) dari suatu larutan per unit konsentrasi.

c. Spektrum Absorpsi
Spektrum absorpsi (kurva absorpsi) adalah kurva yang menggambarkan
hubungan antara absorban atau transmitan suatu larutan terhadap panjang
gelombang atau frekuensi radiasi. Spektrum ini dibuat dengan cara
merajah absorban (sumbu y) terhadap panjang gelombang (sumbu x).
Kurva ini mempunyai bentuk yang khas tetapi tidak mempunyai puncak yang
lancip dan dikarakterisasi oleh posisi panjang gelombang absorban
maksimum λmaks (panjang gelombang radiasi yang diabsorpsi maksimum)
dan oleh intensitas absorpsi yang dapat diinterpretasikan sebagai
absorpsivitas.

Gambar 11. Spektrum absorpsi

d. Pemilihan Panjang Gelombang

Pemilihan Panjang Gelombang untuk analisis kuantitatif dilakukan berdasarkan


pada spektrum absorpsi yang diperoleh pada percobaan. Pengukuran absorpsi
harus dilakukan pada panjang gelombang absorban maksimum λmaks karena :
1) Kepekaan maksimum dapat diperoleh jika larutan dengan konsentrasi
tertentu memberikan signal yang kuat pada panjang gelombang tersebut.
2) Perbedaan absorban sangat minimal dengan berubahnya panjang
gelombang disekitar panjang gelombang absorban maksimum sehingga
kesalahan pengukuran sangat kecil.

e. Pemilihan Pelarut
Pelarut yang digunakan untuk spektrofotometri harus memenuhi
persyaratan tertentu agar diperoleh hasil pengukuran yang tepat. Pertama-
tama, pelarut harus dipilih yang melarutkan komponen analat, tetapi sesuai
dengan bahan kuvet.

Pelarut juga harus relative transparan terhadap (melewatkan) daerah spektrum


radiasi yang digunakan untuk pengukuran. Pada spektroskopi sinar
tampak, tidak sulit memilih pelarut karena sebagian besar pelarut tidak
menyerap sinar tampak sehingga transparan terhadap
radiasi yang digunakan untuk pengukuran. Air
merupakan pelarut yang cukup banyak digunakan selain murah, juga
melarutkan banyak jenis zat. Untuk zat yang sulit larut dalam air dapat
digunakan asam/basa atau garam yang umumnya juga transparan
terhadap sinar tampak. Bila diperlukan pelarut organik, akan cukup banyak
pilihan karena tidak banyak pelarut organik yang menyerap sinar tampak.

Pada spektroskopi ultraviolet pemilihan pelarut sangat penting untuk


diperhatikan. Air menyerap radiasi ultraviolet pada panjang gelombang
yang cukup rendah sehingga bisa saja transparan terhadap radiasi
pengukuran, tetapi senyawa-senyawa organik banyak yang
tidak larut dalam air. Bila digunakan pelarut organik, maka pelarut
tersebut mungkin saja menyerap radiasi pengukuran. Pada spektroskopi
ultraviolet, nilai cut off suatu pelarut perlu diperhatikan. Sebaliknya suatu
pelarut tidak digunakan untuk pengukuran yang menggunakan spektrum
radiasi lebih rendah atau dekat batas cut off
tersebut. Tabel berikut menunjukkkan nilai cut off beberapa pelarut
Tabel 3. Batas Ultraviolet (nilai cut off) beberapa pelarut
Pelarut λ (nm) Pelarut λ (nm)
Asam asetat 260 Gliserol 207
Aseton 330 Heksana 210
Asetonitril 190 Methanol 210
Benzene 280 Metil etel keton 330
Karbon tetrakhlorida 265 Metil isobutyl keton 230
Chloroform 245 Pentane 210
Sikloheksana 210 1-propanol 210
Dietil eter 218 Toluene 286
Etanol 210 Piridin 330
Etil asetat 255 Xylena 290
Etilen khlorida 228 Air 191

Selain syarat transparan terhadap radiasi pengukuran, perlu pula diperhatikan


adanya kemungkinan pengaruh suatu pelarut terhadap spektrum serapan suatu
zat. Pelarut polar atau yang mungkin membentuk ikatan hydrogen dengan
kompponen akan berinteraksi cukup kuat dengan komponen sehingga
mempengaruhi spektrum absorpsi. Pada 5.11 terlihat bagaimana
penggunaan etanol sebagai pelarut untuk fenol menghasilkan spektrum
absorpsi yang melebar puncaknya bila dibandingkan dengan yang dihasilkan
oleh isooktana.

f. Instrumentasi Spektrofotometer UV-VIS

Alat yang digunakan untuk pengukuran spektrum disebut spektroskop atau


spektrometer. Jika radiasi yang dilewatkan pada sampel dideteksi dengan film
atau lempeng fotografi maka spektrometer itu disebut spektrograf. Jika
intensitas radiasi yang ditransmisikan diukur dengan sel fotolistrik maka alat itu
disebut spektrofotometer.

Pada umumnya konfigurasi dasar setiap Spektrofotometer uv-vis mempunyai


susunan sebagai berikut :
Gambar 12. Skema alat Spektrofotometer UV-VIS

Kebanyakan spektrometer dibangun dengan teknik optika sinar ganda (double


beam optics). Dengan berkembangnya dunia mikroprosesor secara pesat,
kemampuan kerja sebuah spektorofotometer dapat dioptimalkan dengan
mengintegrasikan sebuah mikroprosesor ke dalam sistem spektrofotometer
tersebut. Selain menggantikan fungsi kontrol analog dalam spektrofotometer
model lama, pemanfaatan mikroprosesor menghadirkan fungsi-fungsi baru.
Seperti terlihat dalam gambar di bawah ini, mikroprosesor menjadi “otak”
dari sebuah spektrofotomer yang berfungsi:

• mengontrol komponen optik dan mekanik,


• menyimpan dan melakukan operasi aritmatik,
• melakukan komunikasi, baik satu arah (lewat display atau printer) maupun
dua arah (dengan komputer)
Gambar 13. Mikroprosesor pada spektrofotometer

Dengan memanfaatkan kemampuan sebuah mikroprosesor dalam menyimpan


memori dan melakukan operasi aritmatik, spektrofotometer tidak perlu lagi
dibangun dengan teknik optika sinar ganda, melainkan cukup dengan
teknik optika sinar tunggal (single beam optics). Nilai absorbansi dari sel
referens disimpan di dalam memori. Nilai absorbansi sampel sesungguhnya
diperoleh dengan mengurangi nilai absorbansi hasil pengukuran dengan nilai
absorbansi referens tadi. Dengan menggunakan nilai absorbansi tadi,
mikroprosesor dapat diperintahkan untuk menghitungnya menjadi nilai
transmitansi, konsentrasi, ratio kandungan tertentu terhadap kandungan
lainnya, dsb. Dengan demikian, informasi yang ingin dicari lewat pengukuran
dapat langsung diperoleh.

1) Sumber Radiasi
Untuk pengukuran di daerah sinar tampak digunakan lampu
kompak halogen-tungstein yang dibungkus kwarsa atau lampu filamen
tungsten biasa. Untuk pengukuran di daerah ultra violet digunakan lampu
deuteurium. Dalam spektrometer yang diukur adalah intensitas radiasi yang
dipancarkan oleh sumber radiasi, maka emisinya harus tetap yang dapat
diperoleh bila tegangan listrik yang digunakan tetap. Setiap lampu
mempunyai batas waktu operasional yang terbatas, lampu deuteurium
umumnya mempunyai batas operasional sekitar 500 jam sedangkan lampu
tungstein sekitar 2000
jam.
VIS Wolfram/Tungstein 350 – 780 nm

Sumber Radiasi

UV Deuterium 180 – 350 nm


Lampu tungsten halogen biasa dipakai sebagai sumber cahaya tampak.
Lampu ini menghasilkan cahaya tampak dalam daerah panjang gelombang
350 - 2500 nm. Untuk keperluan spektroskopi cahaya tampak, hanya daerah
350 - 800 nm saja yang dimanfaatkan. Lampu tungsten halogen terbuat dari
tabung kuarsa yang berisi filamen tungsten dan sejumlah kecil iodine.
Filamen tungsten itu tidak lain adalah sebuah resistor (serupa dengan bola
lampu untuk pemakaian rumah/kantor). Ketika filamen dialiri arus maka
energi listrik tersebut diubah menjadi energi panas. Suhu dari filamen bisa
mencapai lebih dari 2000 °C. Pada suhu yang sedemikian tinggi
tersebut, energi panas (radiasi) dan cahaya terpancar dari filamen tadi.
Karena energi cahaya yang dihasilkan sebanding dengan pangkat empat
dari tegangan yang diberikan, stabilitas sumber tegangan sangatlah
penting untuk mendapatkan energi cahaya yang konstan.

Pada suhu yang sangat tinggi itu, molekul tungsten dapat terlepas
permukaan filamen. Filamen mengalami evaporasi secara perlahan-
lahan. Dengan adanya iodine di dalam tabung lampu, molekul tungsten
yang terevaporasi tadi akan bereaksi dengan molekul iodine
menghasilkan molekul WI2. Ketika molekul WI2 menumbuk filamen,
molekul WI2 ini mengalami dekomposisi dan molekul tungsten
kembali ter-redeposisi. Proses ini meningkatkan waktu hidup dan efisiensi.

Lampu deuterium arc (D2) biasa dipakai sebagai sumber cahaya ultraviolet.
Lampu ini dapat menghasilkan cahaya dalam daerah 160-380 nm. Lampu
ini harus dibungkus oleh tabung gelas khusus terbuat dari kuarsa atau silika
karena panas yang dihasilkan oleh lampu itu sendiri dan menghindari
penyerapan cahaya dengan panjang gelombang pendek. Gelas
biasa menyerap cahaya dengan panjang gelombang lebih pendek dari 350
nm.

Gambar di bawah ini menunjukkan bentuk kedua lampu tersebut dan


spektrum cahaya yang dihasilkannya. Kombinasi kedua lampu itu
mengkover daerah panjang gelombang dari 200 nm hingga 900 nm.
Gambar 14. Lampu Deuterium dan Tungstein

Selain kedua jenis lampu di atas, lampu Xenon juga sering


dipakai. Spektrum emisi dari lampu Xenon hampir menyerupai
spektrum sinar matahari pada suhu 5500 K, sepeerti ditunjukkan dalam
gambar di bawah ini, berada pada daerah panjang gelombang 300
– 1000 nm. Pada beberapa aplikasi (seperti
analisa darah, kromatografi, analisa immunoassay, dsb)
yang hanya membutuhkan informasi spektrum pada daerah antara 300
– 700 nm, lampu Xenon dapat digunakan karena lebih panjang waktu
hidupnya dan lebih ekonomis dibanding dengan
menggunakan kombinasi lampu D2 dan tungsten.
Gambar 15. Lampu Xenon
2) Monokromator
Alat ini berfungsi untuk memperoleh radiasi monokromatis dari sumber
radiasi polikromatis. Monokromator terdiri dari susunan : celah masuk – filter
– kisi (grating difraksi) atau prisma – celah keluar. Pada
spektrofotometer modern dipakai sistem monokromator ganda yaitu dua
monokromator yang dipasang secara paralel yang terdiri dari prisma dan
kisi, yang menghasilkan sinar monokromatis yang jauh lebih sempurna
dibandingkan dengan monokromator tunggal dan
mengurangi pengaruh radiasi asing.
Monokromatorlah yang membedakan spektrofotometer dengan piranti
lain
yaitu kolorimeter atau fotometer.

Gambar 16. Skema alat monokromator

Celah (Slit)

Celah monokromator adalah bagian dari suatu sistem optik


monokromator pada spektrofotometer uv-vis. Efek pengaturan celah (slit)
terhadap resolusi panjang gelombang antara intensitas radiasi yang
keluar dari celah
terhadap panjang gelombang terlihat pada Gambar 3.
Gambar 17. Efek pengaturan celah (slit)

 Panjang gelombang (puncak segitiga) adalah panjang gelombang


maksimum yang terbaca pada spektrofotometer
 Lebar pita efektif (effective band width) atau lebar celah spektra, ialah
rentangan panjang gelombang yang dipancarkan dari celah keluar.
 Rentangan panjang gelombang (band width) yang dipancarkan
dari intensitas radiasi menuju celah keluar, lebarnya adalah 2x lebar
pita efektif pada keadaan celah masuk dan celah keluar yang identik.
 Celah monokromator berperan penting dalam hal terbentuknya
radiasi monokromatis dan resolusi panjang gelombang.

Filter
Mengubah sinar menjadi sinar sejajar

Kisi difraksi atau prisma


Kisi difraksi : pemantulan sinar (menghasilkan dispersi yang sama untuk
semua l)
Prisma : pembiasan (terpecahnya radiasi menjadi beberapa radiasi dg l
tertentu)
Celah keluar
Mengisolasi sinar, menghalangi sinar lain dna membiarkan sinar yang
diinginkan melewati zat.

3) Sampel Kompartemen (Sel Atau Kuvet)


Sel atau kuvet adalah wadah berbentuk kotak empat persegi panjang atau
silinder untuk menyimpan larutan yang diukur. Sel harus transparan
dan dapat melewatkan sekurang-kurangnya 70% radiasi yang
mengenainya serta tidak boleh menyerap radiasi yang digunakan dalam
pengukuran. Kuvet untuk blanko dan kuvet untuk sampel harus ”matched”

Kuvet kaca digunakan untuk pengukuran di daerah sinar tampak (380 –


1100 nm) karena bahan dari kaca mengabsorpsi radiasi UV. Kuvet
silika dapat digunakan untuk pengukuran di daerah ultra violet dan sinar
tampak (190 – 1100 nm). Kuvet yang digunakan mempunyai ketebalan
tertentu yaitu
1, 2, 5, dan 10 cm. Yang biasa digunakan adalah kuvet berukuran 1 cm
dengan kapasitas 4 ml. Sampel yang diukur berupa larutan yang sangat
encer.

Gambar 18. Kuvet Spektrofotometer UV-VIS


4) Detektor
Detektor berfungsi mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh sampel dan
mengukur intensitas radiasi tersebut. Radiasi diubah menjadi energi listrik
oleh sel tabung foto, fotovoltaik atau silicon fotodida. Pada sel tabung foto
terdapat permukaan yang jika dikenai foton/radiasi akan memancarkan
elektron, kemudian elektron yang dipancarkan dikumpulkan pada lempeng
positif yang menghasilkan arus listrik yang proporsional dengan intensitas
radiasi yang ditransmisikan sampel. Pada piranti yang modern,
elektron yang terkumpul dikuatkan oleh alat tabung fotomultiflier beberapa
kali yang meningkatkan kepekaan pengukuran. Detektor terbaru dengan
teknologi maju dan cangggih adalah ”diode array”.

Beberapa persyaratan yang menunjukan kualitas dan fungsi detektor,


diantaranya :

a. Detektor harus mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap radiasi


yang diterima, tetapi harus memberikan derau (noise) yang
sangat minimum.
b. Detektor harus mempunyai kemampuan untuk memberikan respons
terhadap radiasi pada daerah panjang gelombang yang lebar (uv-vis).
c. Detektor harus memberikan respons terhadap radiasi dalam waktu
yang serempak.
d. Detektor harus memberikan jaminan terhadap respons kuantitatif dan
signal elektronik yang dikeluarkan harus berbanding lurus dengan
signal radiasi yang diterima.
e. Signal elektronik yang diteruskan oleh detektor harus dapat
diamplifikasi oleh penguat (amplifier) ke recorder (pencatat).

5) Rekorder
Signal listrik yang keluar dari detektor diterima pada sirkuit potensiometer
yang dapat langsung mengukur transmitans atau absorban. Rekorder
dapat mengggambarkan secara otomatis kurva absorpsi pada
kertas
rekorder. Yang diukur pada spektrofotometer adalah transmitans yaitu
ratio antara intensitas radiasi yang ditransmisikan sampel terhadap
intensitas radiasi yang ditransmisikan sel yang berisi pelarut
murni. Radiasi harus dikalibrasi agar memberikan harga
transmitans atau absorbannya yaitu log (1/T) secara langsung.

2. TUGAS-3
• Jelaskan apa yang dimaksud panjang gelombang maksimum pada
teknik pengukuran menggunakan metode spektrofotometri!
• Jelaskan apa yang harus dilakukan bila konsentrasi sampel berada di
bawah limit deteksi dari kurva baku!
• Apa yang harus anda lakukan bila sampel yang anda miliki tercampur
dengan senyawa lain yang akan mengganggu proses pengukuran,
jelaskan tahapannya!

Tugas dikirimkan pada minggu ke-3 bulan Oktober tahun 2008 melalui
pos atau e-mail dalam bentuk soft copy.

3. TES FORMATIF-3
SOAL A PILIHAN GANDA
Lingkari jawaban yang paling tepat diantara 5 pilihan jawaban berikut!
1) Pengukuran serapan cahaya di daerah ultra violet adalah pada panjang
gelombang …
a. 200 – 350 nm
b. 350 – 800 nm
c. 200 – 800 nm
d. 200 – 1100 nm
e. 350 – 1100 nm

2) Keadaan dasar suatu molekul mengandung elektron-elektron valensi


dalam tiga jenis utama orbital molekul, yaitu….
a. Orbital sigma, betha dan omega
b. Orbital sigma, betha dan gama
c. Orbital sigma, phi dan non bonding
d. Orbital sigma, phi dan bonding
e. Orbital sigma, bonding dan non bonding

3) Gugusan atom pada molekul yang mengabsorpsi radiasi disebut ....


a. Gugus ausokrom
b. Gugus kromofor
c. Gugus fungsi
d. Batokromik
e. Hiperkromik

4) Berikut yang bukan merupakan persyaratan pelarut yang digunakan


untuk spektrofotometri adalah….
a. Melarutkan analat
b. Sesuai dengan bahan kuvet
c. Transparan
d. Tidak mempengaruhi spektrum serapan zat
e. Mendekati nilai cut off pelarut

5) Susunan konfigurasi dasar spektrofotometer uv-vis adalah ….


a. Sumber radiasi-kuvet-monokromator-detektor-rekorder
b. Sumber radiasi- monokromator- kuvet-detektor-rekorder
c. Sumber radiasi- monokromator- detektor-kuvet- rekorder
d. Sumber radiasi-kuvet- detektor-monokromator- rekorder
e. Sumber radiasi- detektor-kuvet-monokromator- rekorder

6) Sumber radiasi yang digunkan untuk pengukuran di daerah sinar tampak


adalah …
a. Deuterium
b. Tungstein
c. Neon
d. Xenon
e. Halogen

7) Bagian alat dari spektrofotometer yang membedakan spektrofotometer


dengan kolorimeter atau fotometer adalah….
a. Sumber radiasi
b. Tempat sampel
c. Monokrmator
d. Detektor
e. Rekorder

8) Pengaturan celah (slit) pada spektrofotometer akan berpengaruh


terhadap ....
a. Pemisahan analat
b. Pemisahan senyawa pengganggu
c. Radiasi polikromatis
d. Resolusi panjang gelombang
e. Serapan radiasi

9) Berikut yang bukan merupakan persyaratan detektor yang digunakan


untuk spektrofotometri adalah….
a. Mempunyai kepekaan yang tinggi
b. Memberikan noise yang maksimal
c. Memberikan respon terhadap radiasi dalam waktu serempak
d. Memberikan respon kuantitatif
e. Memberikan respon pada panjang gelombang yang lebar

10)Kuvet dengan bahan dasar kaca hanya dapat digunakan pada


pengukuran didaerah sinar tampak, hal ini disebabkan….
a. Kuvet kaca mudah tergores
b. Kuvet kaca lebih tebal
c. Radiasi yang dilewatkannya kurang dari 70%
d. Mengabsorpsi radiasi ultraviolet
e. Mengabsorpsi radiasi pada panjang gelombang yang lebar
SOAL B ESSAY

1. Jelaskan prinsip dasar metode spektrofotometri Uv-Vis! Jelaskan pula


hukum dasar dan perumusannya!
2. Mengapa pengukuran absorpsi harus dilakukan pada panjang
gelombang maksimum?
3. Jelaskan instrumentasi dasar yang menyusun spektrofotometer Uv-vis!
4. Jelaskan persyaratan yang menunjukan kualitas dan fungsi detektor
yang baik pada spektrofotometer Uv-Vis!
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan spektrum absorpsi!

4. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT-3

Kerjakan soal pada Tes Formatif-2 tersebut secara jujur, kemudian


cocokkan hasil tes Anda dengan kunci jawaban. Pada tes tersebut ada
2 jenis soal:

• Soal pilihan ganda, setiap soal diberi score 3 bila jawaban benar.
• Soal essay, setiap soal memiliki score yang telah ditentukan pada kunci
jawaban, sedangkan jika jawaban tidak benar scorenya diberikan sesuai
dengan tingkat kebenaran dari jawaban.

Hitunglah nilai Anda sesuai dengan ketentuan score untuk setiap soal. Bila
nilai tes Anda ≥ 80 maka Anda boleh melanjutkan belajar pada
Kegiatan Belajar berikutnya, tetapi bila skore Anda < 80 maka anda harus
mengulang belajar pada Kegiatan Belajar-3 lagi.

5. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF-3


SOAL A PILIHAN GANDA

No Jawaban Score No Jawaban Score


1. A 3 6. B 3
2. C 3 7. C 3
3. B 3 8. D 3
4. E 3 9. B 3
5. B 3 10. D 3

SOAL B ESSAY

NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE


1. Jika radiasi elektromagnetik dilewatkan • Prinsip dasar benar 20
pada suatu media yang homogen, maka • Hukum yang mendasari
sebagian radiasi itu ada yang dipantulkan, benar
diabsorpsi, dan ada yang transmisikan. • Perumusan benar
Radiasi yang dipantulkan dapat diabaikan, • Keterangan rumus
sedangkan radiasi yang dilewatkan benar
sebagian diabsorpsi dan sebagian lagi Tiga poin jawaban benar 15
ditransmisikan. Jika intensitas awal radiasi
yang datang adalah I0 dan intensitsas
radiasi yang dilewatkan adalah I, maka Dua poin jawaban benar 10
berlaku Hukum Lambert - Beer :
Log (I0/ I ) = abc Satu poin jawaban benar 5
A = abc
A =εbc Tidak ada jawaban benar 2
Besaran spektroskopik yang diukur adalah
transmitan T :
T = (I0/ I )
A = log (1/T)
dimana a = absorptivitas ;
b = tebal medium ;
c=konsentrasi senyawa yang
mengabsorpsi radiasi.

2. 1) Kepekaan maksimum dapat diperoleh Dua poin jawaban benar 10


jika larutan dengan konsentrasi tertentu
memberikan signal yang kuat pada Satu poin jawaban benar 5
panjang gelombang tersebut.
2) Perbedaan absorban sangat minimal Tidak ada jawaban benar 2
dengan berubahnya panjang
gelombang disekitar panjang
gelombang absorban maksimum
sehingga kesalahan pengukuran sangat
kecil.

3. Lima poin jawaban benar 20

Empat poin jawaban benar 16


a. Sumber radiasi
Untuk pengukuran di daerah sinar
tampak (350–780 nm) digunakan lampu
Tiga poin jawaban benar 12
kompak halogen-tungstein yang
dibungkus kwarsa atau lampu filamen
NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE
tungsten biasa. Untuk pengukuran di Dua poin jawaban benar 8
daerah ultra violet (180–350 nm)
digunakan lampu deuteurium. Dalam
spektrometer yang diukur adalah
Satu poin jawaban benar 4
intensitas radiasi yang dipancarkan oleh
sumber radiasi, maka emisinya harus
tetap yang dapat diperoleh bila
tegangan listrik yang digunakan tetap.
b. Monokromator
Alat ini berfungsi untuk memperoleh
radiasi monokromatis dari sumber
radiasi polikromatis. Monokromator
terdiri dari susunan : celah masuk –
filter – kisi (grating difraksi) atau prisma
– celah keluar.
c. Tempat sampel
Sel atau kuvet adalah wadah berbentuk
kotak empat persegi panjang atau
silinder untuk menyimpan larutan yang
diukur. Sel harus transparan dan dapat
melewatkan sekurang-kurangnya 70%
radiasi yang mengenainya serta tidak
boleh menyerap radiasi yang digunakan
dalam pengukuran. Kuvet untuk blanko
dan kuvet untuk sampel harus
”matched”. Kuvet kaca digunakan untuk
pengukuran di daerah sinar tampak
(380 – 1100 nm) karena bahan dari
kaca mengabsorpsi radiasi UV. Kuvet
silika dapat digunakan untuk
pengukuran di daerah ultra violet dan
sinar tampak (190 – 1100 nm).
d. Detektor
Detektor berfungsi mengukur radiasi
yang ditransmisikan oleh sampel dan
mengukur intensitas radiasi tersebut.
Radiasi diubah menjadi energi listrik
oleh sel tabung foto, fotovoltaik atau
silicon fotodida.
e. Rekorder
Signal listrik yang keluar dari detektor
diterima pada sirkuit potensiometer
yang dapat langsung mengukur
transmitans atau absorban. Rekorder
dapat mengggambarkan secara
otomatis kurva absorpsi pada kertas
rekorder.
4. Beberapa persyaratan yang menunjukan Lima poin jawaban benar 10
kualitas dan fungsi detektor, diantaranya :
a. Detektor harus mempunyai
kepekaan yang tinggi terhadap
radiasi yang diterima,
Empat poin jawaban benar 8
tetapi harus memberikan
derau (noise) yang sangat minimum.
b. Detektor harus mempunyai kemampuan
untuk memberikan respons terhadap
NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE
radiasi pada daerah panjang gelombang Tiga poin jawaban benar 6
yang lebar (uv-vis).
c. Detektor harus memberikan respons
terhadap radiasi dalam waktu yang
serempak.
Dua poin jawaban benar 4
d. Detektor harus memberikan jaminan
terhadap respons kuantitatif dan
signal elektronik yang
dikeluarkan harus
berbanding lurus dengan signal Satu poin jawaban benar 2
radiasi yang diterima.
e. Signal elektronik yang diteruskan oleh
detektor harus dapat diamplifikasi
oleh penguat (amplifier) ke
5. Spektrum absorpsirecorder
(kurva(pencatat).
absorpsi) adalah • Definisi benar 10
kurva yang menggambarkan hubungan • Cara membuat kurva
antara absorban atau transmitan suatu benar
larutan terhadap panjang gelombang atau
frekuensi radiasi. Spektrum ini dibuat
dengan cara merajah absorban (sumbu y)
Satu poin jawaban benar 5
terhadap panjang gelombang (sumbu x).
Kurva ini mempunyai bentuk yang khas
tetapi tidak mempunyai puncak yang lancip
dan dikarakterisasi oleh posisi panjang
gelombang absorban maksimum λmaks
(panjang gelombang radiasi yang diabsorpsi Tidak ada jawaban benar 2
maksimum) dan oleh intensitas absorpsi
yang dapat diinterpretasikan sebagai
absorpsivitas.
D. KEGIATAN BELAJAR-4

1. LEMBAR INFORMASI-4: Kalibrasi Spektrofotometer UV-Vis

Salah satu proses yang dilakukan terkait dengan pekerjaan dan riset
dalam bidang kimia adalah pengukuran analitik. Tujuan pengukuran kimia
pada prinsipnya adalah untuk mencari “nilai sebenarnya” dari
suatu parameter kuantitas kimiawi. Nilai sebenarnya adalah
nilai yang mengkarakterisasi suatu kuantitas secara
benar dan didefinisikan pada kondisi tertentu yang eksis pada saat
kuantitas tersebut diukur, beberapa contoh parameter yang
dapat ditentukan secara analitik adalah
konsentrasi, pH, temperatur, titik didih, kecepatan reaksi, dan lain lain.

Pengukuran parameter-parameter ini sangat penting, karena data yang


diperoleh nantinya tidak hanya sebagai ukuran angka-angka biasa,
namun juga baik kualitatif maupun kuantitatif dengan dapat menunjukkan
nilai besaran yang sebenarnya. Sebagaimana biasa dalam
pengamatan eksperimen secara umum, hasil yang diperoleh pasti tidak
dapat terlepas dari faktor kesalahan. Nilai parameter sebenarnya yang
akan ditentukan dari suatu perhitungan analitik tersebut adalah ukuran
ideal. Nilai tersebut
ini hanya bisa diperoleh jika semua penyebab kesalahan pengukuran
dihilangkan dan jumlah populasi tidak terbatas. Faktor penyebab
kesalahan ini dapat disebabkan oleh berbagai hal antara lain adalah faktor
bahan kimia, peralatan, pemakai, dan kondisi pengukuran dan lain-
lain. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi kesalahan
dalam pengukuran analitik ini adalah dengan proses kalibrasi.

Tujuan kalibrasi :

a. Agar alat spektrofotometer dapat digunakan dengan baik


(menghasilkan data yang handal dan absah/valid) dan awet.
b. Untuk mengetahui letak kesalahan atau kerusakan secara dini
sehingga dapat diperbaiki sebelum alat mengalami kerusakan berat.
c. Sesuai persyaratan ISO/IEC-17025
Bagian yang perlu di kalibrasi :

a. Panjang gelombang (presisi-akurasi)


b. Absorban (presisi-akurasi)
c. Sinar sesatan

a. Kalibrasi Panjang Gelombang (λ)


Panjang gelombang perlu dikalibrasi dan diperiksa untuk melihat
keterulangan dan akurasinya. Keterulangan panjang gelombang/
wavelength repeatability adalah ukuran kemampuan suatu
spektrofotometer untuk kembali pada posisi spektral yang sama
yang ditentukan berdasarkan pita absorpsi dari suatu pita (band) dari
panjang gelombang yang telah diketahui bila alat di reset atau
dibaca pada panjang gelombang yang telah ditentukan.

Akurasi panjang gelombang/ wavelength accuracy adalah


besarnya penyimpangan (bias) dari rata-rata pembacaan panjang
gelombang pada suatu pita (band) absorpsi dari
panjang gelombang yang telah ditentukan.

Ada tiga metode kalibrasi panjang geombang (λ) :


• Lampu lucutan bertekanan rendah (Hg ; Cd atau Zn)
• Gelas filter Holmium atau Didimium
• Larutan Holmium oksida dalam HClO4

1) Lampu lucutan bertekanan rendah

Tabel 4. Garis Emisi Lampu Hg, Cd dan Zn


Unsur λ (nm) Unsur λ (nm)
Hg 185,0 Hg 435,8
Zn 213,9 Cd 467,8
Cd 228,8 Cd 480,0
Hg 253,7 Hg 546,1
Hg 365,0 Hg 579,1
Hg 404,7 Cd 643,8
2) Gelas Filter Holmium atau Didimium

Tabel 5. Data λmaks terseleksi dari Holmium dan Didimium


Filter Holmium λ maks (nm) Filter Didimium λmaks (nm)
241,5 ± 0,2 573 ± 3,0
279,4 ± 0,3 586 ± 3,0
287,5 ± 0,4 685 ±4,5
333,7 ± 0,6
360,9 ± 0,8
418,4 ± 1,1
453,2 ± 1,4
536,2 ± 2,3
637,5 ± 3,8

3) Larutan Holmium (III) Oksida dalam HClO4

Larutan holmium (III) oksida dibuat dengan cara sebagai berikut:


0,5 g Ho(III) Erlenmeyer 2,4 mL HClO4 70 %

Kocok 10 mLH2O
semalam dionised
Larutan kemudian diukur pada spektrofotometer dan memberikan
panjang gelombang maksimum seperti pada tabel 5 berikut.

Tabel 6. Panjang Gelombang Maksimum Larutan Ho(III)


Panjang Gelombang Maksimum Larutan Holmium Oksida (nm)
241,1 ± 0,1 416,3 ± 0,1
278,2 ± 0,5 450,8 ± 0,1
287,2 ± 0,2 485,2 ± 0,2
361,2 ± 0,2 536,5 ± 0,3
640,5
b. Kalibrasi Absorban
 Konsentrasi analit yang mengabsorpsi
berbanding lurus dengan absorbansi yang
terukur.
 Linieritas skala fotometrik harus diperiksa.
 Stabilitas pembacaan fotometrik harus cukup baik sehingga
vairasi selama pengukuran tidak berpengaruh pada ketelitian.

Bahan yang dapat digunakan untuk kalibrasi absorban adalah


 Larutan dikromat
 Asam kromat
 Tembaga sulfat

1) Larutan K2Cr2O7 dalam 0,005 M H2SO4 (direkomendasikan untuk daerah


UV)

K2Cr2O7

o
Pada 140-150 C
Keringkan 30-60 menit

Larutan A : 50 ± 0,5 mg dalam 1 L


0,005 mol/L H2SO4
K2Cr2O7
kering
Larutan B : 100 ± 0,1 mg dalam 1 L
0,005 mol/L H2SO4
Tabel 7. Harga Absorban K2Cr2O7 dalam 0,005 M H2SO4
λ (nm) Larutan A Larutan B
235 (min) 0,626 ± 0,009 1,251 ± 0,018
257 (maks) 0,727 ± 0,007 1,454 ± 0,014
313 (min) 0,244 ± 0,004 0,488 ± 0,008
350 (maks) 0,536 ± 0,005 1,071 ±0,010
Koreksi Suhu Terhadap Nilai ε
o
Kalibrasi absorban dilakukan pada suhu 20 – 30 C

λ (nm) K (koefisien suhu)


235 -0,05
257 -0,05
313 -0,02
345 -0,08
350 -0,05

2) Larutan CuSO4 dalam H2SO4 1 % (direkomendasikan untuk daerah Vis)

20 g CuSO4.5H2O
Aquadest Labu takar 1 L 10 mL H2SO4 (d 1,83)

addkan
Aquadest Larutan CuSO4
Tabel 8. Nilai Absorban Larutan CuSO4 dalam H2SO4 1 %
Panjang gelombang (nm) Absorban
600 0,068
650 0,224
700 0,527
750 0,817

Catatan :

- Pengukuran dilakukan dengan kuvet 10 mm


- Lebar pita (bandwidths) lebih kecil dari 10 nm
- Penyimpangan absorban maksimum 2 %
c. Tes Untuk Sinar Sesatan
Untuk mengetahui unjuk kerja sinar sesatan dianjurkan menggunakan
metode ASTM dengan cara :
Pada 220 nm : ukur transmitansi dari 10 g/L NaI dengan kuvet 1 cm
-10
→ % T < 10
3
Pada 340 nm: ukur transmitansi dari 50 g/L NaNO dengan kuvet 1 cm
→ %T = ?

Tabel 9. Tes untuk sinar sesatan


Ring spektral (nm) Filter cairan Panjang sel (mm)
165 – 173,5 Air 0,10
170 – 183,5 Air 10,0
175 – 200 KCl encer (12 g/L) 10,0
195 – 223 NaBr encer (10 g/L) 10,0
210 – 259 NaCl encer (10 g/L) 10,0
250 – 320 Aseton 10,0
300 – 385 NaNO3 encer (50 g/L) 10,0

2. TUGAS-4

Lakukan identifikasi peralatan (gelas, non gelas dan instrument)


yang dikalibrasi di laboratorium tempat Anda melakukan Praktik Kerja
Lapangan. Tuliskan dalam bentuk laporan dengan ruang lingkup:

a. Peralatan yang dikalibrasi.


b. Lembaga yang melakukan kalibrasi.
c. Interval kalibrasi.
d. Bagaimana melakukan kalibrasinya.
e. Hasil kalibrasi.

Catt. Tugas-4 pada Kegiatan Belajar-4 sama dengan Tugas-12


pada Kegiatan Belajar-12. Tugas ini dilakukan pada saat Anda melakukan
Praktik Kerja Lapangan dan dikumpulkan pada minggu ke-3 bulan
Nopember 2008
dalam bentuk soft copy.
3. TES FORMATIF-4
SOAL A PILIHAN GANDA
1) Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi kesalahan
dalam pengukuran analitik adalah proses kalibrasi. Pernyataan dibawah
ini adalah tujuan dari kalibrasi spektrofotometer Uv-Vis, kecuali …
a. Untuk mengetahui hasil pengukuran dari suatu sampel
b. Untuk mengetahui letak kesalahan atau kerusakan alat secara dini
c. Sesuai persyaratn ISO 17025
d. Untuk menghasilkan data yang absah/valid
e. Agar alat spektrofotometer dapat dipergunakan dengan baik dan
awet

2) Bagian dari sistem spektrofotometer yang perlu dikalibarsi adalah….


a. Panjang gelombang, absorban dan sumber sinar
b. Panjang gelombang, absorbans dan sinar sesatan
c. Panjang gelombang, sumber sinar dan monokromator
d. Sumber sinar, monokromator dan detektor
e. Sumber sinar, kuvet dan monokromator

3) Ukuran kemampuan suatu spektrofotometer untuk kembali pada


posisi spektral yang sama yang ditentukan berdasarkan pita
absorpsi dari suatu pita (band) dari panjang gelombang yang telah
diketahui bila alat
di reset atau dibaca pada panjang gelombang yang telah ditentukan
disebut ...
a. Accuracy
b. Precision
c. Repeatability
d. Wavelength repeatability
e. Wavelength accuracy

4) Besarnya penyimpanagan dari rata-rata pembacaan panjang gelombang


pada suatu pita (band) absorpsi dari panjang gelombang yang telah
ditentukan disebut …
a. Accuracy
b. Precision
c. Repeatability
d. Wavelength repeatability
e. Wavelength accuracy

5) Bahan yang dapat digunakan untuk kalibrasi absorbans adalah…


a. Larutan asam sulfat
b. Larutan tiosianat
c. Larutan asam klorida
d. Larutan dikromat
e. Larutan kupri sulfat
SOAL B ESSAY

1. Jelaskan tiga metode kalibrasi panjang gelombang (λ) yang Anda


ketahui!
2. Sebutkan persyaratan untuk kalibrasi absorbans!
3. Bagaimana cara membuat larutan Holmium (III) Oksida dalam HClO4
untuk kalibrasi panjang gelombang (λ)?

4. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT-4

Kerjakan soal pada Tes Formatif-4 tersebut secara jujur, kemudian


cocokkan hasil tes Anda dengan kunci jawaban. Pada tes tersebut ada
2 jenis soal:

• Soal pilihan ganda, setiap soal diberi score 5 bila jawaban benar.
• Soal essay, setiap soal memiliki score yang telah ditentukan pada kunci
jawaban, sedangkan jika jawaban tidak benar scorenya diberikan sesuai
dengan tingkat kebenaran dari jawaban.

Hitunglah nilai Anda sesuai dengan ketentuan score untuk setiap soal. Bila
nilai tes Anda ≥ 80 maka Anda boleh melanjutkan belajar pada
Kegiatan Belajar berikutnya, tetapi bila skore Anda < 80 maka anda harus
mengulang belajar pada Kegiatan Belajar-4 lagi.

5. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF-4


Soal A PILIHAN GANDA
No Jawaban Score
1. A 5
2. B 5
3. D 5
4. E 5
5. D 5
Soal B ESSAY

NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE


1. Ada tiga metode kalibrasi panjang • Tiga poinjawaban benar 25
geombang (λ) :
• Dua poin jawaban benar 15
• Lampu lucutan bertekanan rendah (Hg ;
Cd atau Zn) • Satu poin jawaban benar 10
• Gelas filter Holmium atau Didimium
• Tidak ada jawaban benar 5
• Larutan Holmium oksida dalam HClO4

2. • Pengukuran dilakukan dengan kuvet 10 Tiga poin jawaban benar 25


mm
• Lebar pita (bandwidths) lebih kecil dari Dua poin jawaban benar 15
10 nm
• Penyimpangan absorban maksimum 2 Satu poin jawaban benar 10
%
Tidak ada jawaban benar 5

3. Menimbang 0.5 gram Ho(III) ke dalam • Reagen yang ditambahkan 25


erlenmeyer, kemudian menambahkan 2.4 benar
ml HClO4 70% dan 10 ml H2O diionised • Jumlah reagen yang
dan dikocok selama satu malam. ditambahkan benar
• Prosedur benar
Dua poin jawaban benar 15
Satu poin jawaban benar 10

Tidak ada jawaban benar 5


E. KEGIATAN BELAJAR-5

1. LEMBAR INFORMASI-5: TEKNIK ANALISIS DENGAN


SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

a. TEKNIK SAMPLING

Jumlah sampel yang akan diuji di laboratorium biasanya melebihi yang


diperlukan untuk analisis, sehingga sejumlah kecil sampel
harus dicuplik. Teknik sub sampling yang diterapkan mempunyai
pengaruh terhadap kerepresentatifan bahan yang akan dianalisi.
Jika sub sampling tidak mewakili sampel aslinya, maka akan
dihasilkan data yang tidak akurat/tepat. Refresentatif berarti masih
membawa sifat-sifat (karakteristik) esensial yang diwakili oleh bahan
asalnya. Idealnya sub sampel representatif harus menjadi miniatur
sampel dari berbagai macam karakteristik yang dikandung oleh
sampel aslinya, termasuk :

 Jenis / ukuran butiran / partikel

 Komposisi kimia (relatif terhadap analit yang dikandung)

Ada tiga prinsip yang mendasari sub sampling sampel uji, yaitu :

1. Keperluan pengurangan jumlah sampel secara sistematik.

2. Kebutuhan untuk mereduksi ukuran partikel sampel tanpa


kehilangan/destruksi analit dan tanpa kontaminasi secara kimia.

3. Kebutuhan untuk mengaduk secara seksama guna menghasilkan


sampel lab yang lebih homogen sehingga diperoleh porsi analisis
yang representatif dari keseluruhan sampel.
Proses Analisis

PENTING

Proses Sampling

Lot/batch

Inkremen Sampling
lapangan
Primer/gross sampel

Lab sampel

Subsampling
Test sampel

Test portion
A
Tahap-tahap Subsampling Contoh Padatan

1. Sample division /splitting, tujuan untuk memperoleh jumlah


(berat) yang lebih kecil
 Alat : Divider, Riffler, dll
 Cara: Coning dan Quartering
 Keterangan: proses dapat dikombinasi dengan proses size
reduction
2. Size reduction, untuk memperoleh ukuran butir/partikel yang lebih
halus
 Alat: grinder/ mill/crusher/lumping/mortar /dll
 Keterangan: proses dapat dikombinasikan dengan sampel
division
3. Homogenasi sampel
 Alat: mixer / blender / pengadukan / dll

Proses persiapan sampel selanjutnya meliputi proses penggilingan,


penghalusan, penyiapan pelarutan, pengabuan, pereflukan dan
pengektraksian, penyaringan, penguapan, flokulasi, pengendapan dan
sentrifugasi/pemusingan.

Grinding (Penggilingan)

Proses penggilingan adalah penghalusan sampel dengan


menggunakan pestel dan mortar atau ball mill untuk memperoleh
sampel yang homogen. Ada beberapa jenis kesalahan yang dapat
terjadi selama proses penggilingan, yaitu :

1. Proses penghalusan/penggilingan akan melibatkan friksi/gesekan


yang menyebabkan timbulnya panas. Hal ini mengakibatkan
hilangnya komponen volatil dan juga terjadi proses dekomposisi
sampel yang tidak stabil karena kenaikan suhu.
2. Kandungan air dapat berubah (meningkat) yang disebabkan oleh
meningkatnya luas permukaan sampel sehingga dapat
meningkatkan jumlah air yang diserap lebih banyak.

3. Dapat terjadi kontaminasi karena permukaan sampel


bersinggungan dengan permukaan mateial yang lain.

Sampel Semi Padat

Termasuk dalam golongan sampel multilapisan (multilayered sample):

 Cairan – cairan → minyak dan air


 Cairan – padatan → sludge, ikan sardine dalam kaleng, saus dan
lain-lain
 Padat – padat → gravel dan pasir
 Campuran → minyak, air dan sludge

Subsampling Bahan Semi Padat


Penanganan Sampel Semi Padat

Contoh : produk pangan

a. Ikan dalam kaleng (sardine)

Letakkan seluruh isi kaleng (cairan dan padatan) dalam chopper.


Haluskan sampai homogen. Subsampling!

b. Daging dalam kaleng

Iris daging dan bagian lain (lemak) menjadi bentuk yang lebih
kecil, maskkan ke dalam chopper (1750 rpm). Bersihkan bagian
dalam kaleng (lemak dan cairan) dengan spatula karet. Satukan
dengan bagian daging. Proses 30 detik. Bersihkan sisi bagian
dalam wadah chopper dengan spatula. Satukan dengan bagian
daging. Proses 30 detik. Lanjutkan proses hingga waktu pross
menjadi 2 menit dan 3 kali membersihkan. Subsampling!

c. Timbang seluruh isi kemasan, timbang air panas. Satukan di


dalam blender/ chopper. Nyalakan chopper. Subsampling!
d. Food dressing (thousand island)
Pindahkan selruh isi ke dalam wadah yang sesuai, aduk dengan
spatula sampai homogen (2-3 menit). Ulangi pengadukan setiap
contoh akan di subsampling.

Penanganan sampel semi padat

Contoh Lingkungan

a. Jika porsi cairan dalam sludge sangat kecil dan dapat


terpisah kembali selama beberapa waktu maka sampel
diperlakukan sebagai sampel padatan
→ letakkan dalam baki flat, perlakukan seperti pada tahapan
berikutnya! → keringkan → coning dan quartering
b. Teknik lain adalah dengan memisahkan lapisan ke dalam/ menjadi
komponennya masing-masing. Masing-masing lapisan dapat
dianalisis terpisah.
c. Untuk analisis volatil (pemisahan lapisan)
Jika sampel lab mengandung lapisan padatan dan cairan
yang tidak dapat diaduk atau dicampur untuk melarutkan fasa
solid tanpa menghilangkan komponen volatil sampel tersebut
dapat dipisahkan melalui sentrifuse dalam wadah yang
tertutup atau dengan membiarkannya hingga bagian
solid mengendap. Presentasi dari setiap
fasa harus ditentukan baik dalam volume atau berat.
Ambil sejumlah massa yang akan dianalisis menggunakan syringe
atau pipet (untuk meminimalkan penguapan). Dekantasi
sisa cairan ke dalam wadah yang lain.
Bagian solid yang tersisa kemudian diperlakukan sebagai sampel
padatan
 Tidak dapat digrinder oleh karena sifat volatil analit dapat
hilang karena proses grinding
 Gunakan teknik ekstraksi dengan pelart organik
d. Sampel multilayer untuk analisis non-volatil (pemisahan lapisan)
e. Subsampel cairan dapat diperoleh dengan penyaringan,
sentrifuse atau dekantasi bagian cairan dan bagian solid, atau
memipet langsung bagian cairan ke dalam wadah analisis. Bagian
cairan diperlakukan sebagai sampel cairan yang
homogeny. Bagian padatan ditangani sebagai sampel padatan.
f. Teknik lain :
• membekukan sampel: sampel lab dipindahkan ke dalam box
rectangular dan bagian solid dibiarkan mengendap. Bekukan
sampel dengan dry ice.nitrogen cair dilerakkan di
dalam freezer sampai membeku. Subsampel diperlakukan
sebagai
solid.
• pengadukan (agitation) terus menerus selama proses
subsampling. Hal ini dapat diterapkan pada
subsampling senyawa nonvolatile untuk sampel dengan
porsi cairan lebih dominan atau banyak. Dan pada proses
agitasi sampel ini berbentk semi emulsi. Selama proses
pengadukan, ambil sejumlah specimen (subsampel) dari
sampel ntuk analitis.

Contoh Bahan Cairan

a. Untuk analit volatil


Jangan diaduk. Ambil sejumlah volume untuk dianallisis dengan
menggunakan syringe.
b. Untuk analit non volatil
 Jika contoh mengandung material yang mengendap, yang
menjadi bagian dari sampel laboratorium: aduk selama 15
detik, atau dikocok 6 kali untuk mengurangi hidrogenitas.
 Jika analisis hanya dari porsi cairan: pisahkan cairan dengan
cara saring, sentrifuse atau dekantasi. Porsi cairan
diperlakukan seperti di atas.

Subsampling sampel cairan

Sampel pupuk

a. Sampel dari tempat penyimpanan harus diagitasi (dikocok)


minimal 2- 4 jam, untuk menghilangkan stratifikasi analit
(nutrisi) dalam system cair. Jika tidak, N dan K terkonsentrasi
di lapisan atas dan P di dasar wadah.
b. Sampel pupuk cairan selalu mengandung material padatan; aduk
seksama dan homogenkan seluruh sampel lalu di subsampling,
dituang asalkan seluruh bagian solid tersuspensi secara merata.
Sampel Susu Kental Manis

• Buka kaleng
• Tuang seluruh isi kedalam beaker glass
• Tuang kembali ke dalam kaleng bekas
• Lakukan hal yang sama sampai 3 kali
• Segera cuplik sampel setelah diaduk dengan menggunakan
spatula

Kesalahan subsampling

Seluruh kesalahan proses subsampling merupakan heterogenitas.


Terdapat 2 kategori heterogenitas:

• Heterogenitas komposisi
Terjadi karena ada perbedaan kandungan analit di antara partikel
di dalam sampel. Jenis heterogenitas ini selalu terjadi bahkan
dalam material yang murni sekalipun.
• Heterogenitas distribusi
Terjadi karena adanya distribsi tidak acak dari partikel dalam
segregasi sampel. Kesalahan ini selallu terjadi karena adanya
gravitasi bumi. Partikel yang lebih besar selalu berada di bawah
partikel yang lebih halus.

Heterogenitas komposisi

• Jika hanya 1 partikel yang


terpilih sementara analit
berada di partikel yang lain,
konsentrasi yang akurat
tidak mungkin tercapai
• Pengambilan >1 ukuran partikel,
konsentrasi yang akurat lebih
mendekati.
Berapa massa yang harus diambil agar merepresentasikan
keseluruhan partikel?
• Massa yang diambil untuk ukuran partikel yang halus, lebih sedikit
dibandingkan dengan Ø partikel 0,5 inch
• Partikel besar lebih sulit merepresentasikan dibanding yang
lebih kecil, untuk jumlah massa yang sama, jumlah partikel
besar akan lebih sedikit dibandingkan partikel yang halus.
• Konsekuensinya, jika terdapat sejumlah massa yang cukup
untuk partikel besar maka pasti jumlah partikel tersebut akan cukup
untuk merepresentasikan partikel kecil.

b. TEKNIK PENGUKURAN

Pada spektrofotometri serapan sinar tampak dan ultraviolet, zat diukur


dalam bentuk larutan, oleh karena itu bila analat tersedia dalam bentuk
padatan maka harus diberi perlakuan yang memungkinkan
untuk mendapatkan larutan komponen yang akan
diukur. Ekstraksi komponen biasa menjadi tahap
pertama pada penyiapan contoh padat yang telah halus. Pelarut
pengekstrak dipilih cukup besar melarutkan komponen yang akan
diukur. Pelarut tersebut bisa air bisa pula pelarut organik. Adakalanya
dilakukan ekstraksi pelarut-pelarut. Setelah tahap ekstraksi awal
tersebut atau terhadap komponen analat yang memang sudah tersedia
dalam bentuk larutan.

Analat yang bisa diukur dengan spektrofotometer sinar tampak adalah


analat yang berwarna atau dapat dibuat berwarna. Contoh
komponen analat yang pada dasarnya sudah berwarna ialah
karoten dan klorofil. Untuk komponen seperti ini
biasanya pengukuran dilakukan langsung terhadap
larutan/ekstraknya, dalam arti, pada
kisaran yang memungkinkan untuk diukur. Mangan merupakan contoh
komponen analat yang tidak berwarna. Supaya bisa diukur
serapannya, maka mangan harus diubah menjadi ion permanganat
yang larutannya berwarna pink, dan kemudian diukur serapannya
dalam bentuk tersebut. Mangan diubah menjadi ion
permanganat melalui proses oksidasi.

Oksidasi merupakan salah satu proses yang digunakan untuk


membuat analat tertentu menjadi berwarna. Proses lainnya
yang mungkin digunakan ialah pembentukan senyawa kompleks.
Sebagai pengkompleks bisa senyawa anorganik maupun senyawa
organik. Sebagai contoh, ion feri bisa diubah menjadi senyawa
kompleks berwarna merah setelah mengikat ion SCN. Contoh
lainnya, ion kuro membentuk kompleks berwarna purple dengan
kuproin, dan ion fosfat membentuk senyawa berwarna kuning
dengan ion molibdat. Sering pula dilakukan gabungan kedua
proses tersebut. Sebagai contoh, untuk penentuan kadar besi total,
kita bisa memilih apakah akan diukur dalam bentuk kompleks fero
ataukah feri seluruhnya. Jadi yang kita lakukan pertama kali ialah
mereduksi atau mengoksidasi analat, kemudian ditambahkan
pereaksi pengompleks yang sesuai.

Adakalanya larutan analat perlu diencerkan supaya bisa diukur


serapannya. Pengenceran analat dilakukan sebelum
penambahan pereaksi atau perlakuan lainnya yang diperlukan untuk
pengukuran.

Pengukuran zat dengan spektrofotometer selalu melibatkan analat,


blanko, dan standar. Analat ialah bahan yang dianalisis yang
mengandung komponen yang akan ditentukan konsentrasinya. Blanko
adalah larutan yang mendapat perlakukan sama dengan analat tetapi
tidak mengandung komponen analat. Blanko dibuat untuk mengetahui
besarnya serapan yang disebabkan oleh zat yang bukan analat,
baik hanya pelarut untuk melarutkan atau mengencerkan ataupun
pelarut dan pereaksi tertentu yang ditambahkan. Selisih nilai
serapan analat (Aa) dengan nilai serapan blanko (Ab) menunjukan
serapan yang
disebabkan oleh komponen alat. Nilai itulah yang kemudian
diperhitungkan dalam persamaan Hukum Lambert Beer untuk
menghitung konsentrasi komponen dalam analat. Standar ialah larutan
yang mendapat perlakuan yang sama dengan analat dan mengandung
komponen alat dengan konsentrasi tertentu yang diketahui dengan
pasti. Kurva standar ialah gambaran yang menunjukan hubungan
antara serapan sinar tertentu dengan konsentrasi zat yang
menyerap sinar tersebut. Kurva standar juga digunakan untuk
menentukan konsentrasi zat yang akan ditentukan.

Pada waktu pengukuran zat diusahakan agar didapat ketelitian


pengukuran yang cukup besar walaupun tidak tepat pada ketelitian
terbesar atau kesalahan minimum. Jadi, pengukuran zat dilakukan
sedemikian sehingga nilai transmitan yang ditunjukkannya ada
pada kisaran 20 – 80 %. Metode pengukuran yang bisa dipilih ialah
metode serapan normal, metode serapan tinggi, metode renik dan
metode ketepatan maksimum. Selain itu ada pula metode penambahan
standar yang sebenarnya merupakan metode serapan normal untuk
larutan encer.

Metode serapan normal digunakan untuk zat dalam kisaran


normal, tidak terlalu pekat dan tidak terlalu encer. Seperti pada
umumnya metode spektrofotometri, selalu ada larutan yang diatur
menunjukkan serapan sama dengan nol atau transmitan 100 %
dan ada larutan- larutan lainnnya yang akan menunjukkan
transmitan < 100%. Bila konsentrasi larutan pertama yang biasa
dikenal sebagai blanko kita beri simbol C1 dan larutan yang
menunjukkan transmitan terkecil (larutan terpekat) kita beri
simbol C 2, maka metode ini C1 = 0 sedangkan C2 bisa
berapa saja asalkan pada saat diukur nilai transmitannya tidak
kurang dari 20 %. Bila analat menunjukkan transmitan lebih kecil
dari 20 % yang berarti bahwa analat cukup pekat dan mungkin lebih
pekat dari larutan standar yang tertinggi. Maka
analat tersebut sebaiknya diencerkan terlebih dahulu.
Metode serapan tinggi biasa digunakan untuk pengukuran analat
yang terlalu pekat sehingga perlu faktor pengenceran terlalu besar
untuk pengencerannya. Pada metode ini C1 ≠ 0, tetapi diatur agar
menunjukkan A = 0 atau T = 100%. Dengan demikian C2 yang
pada waktu diukur dengan metode serapan normal tergolong
pekat dan menunjukkan transmitan lebih kecil dari 20%, bisa
menunjukkan transmitan yang lebih besar bila diukur dengan
metode ini. Sudah tentu, perlu dibuat lagi sederetan standar untuk
membuat kurva standar yang menggunakan C1 ≠ 0 sebagai blanko.
Adakalanya sebagai blanko kita gunakan larutan yang
konsentrasinya lebih tinggi dari C1 bahkan dari larutan
terpekat pada metodeserapan normal. Dalam
menunjukkan transmitan sekitar 36% sebagai blanko, maka
pada metode ini larutan yang pada metode serapan normal
menunjukkan transmitan sekitar 20%, akanmemberikan transmitan
55%.

Metode renik untuk mengukur analat yang kadarnya sangat kecil atau
larutannya sangat encer. Berbeda dengan kedua metode sebelumnya,
pada metode ini, diusahakan peningkatan kepekaan yang
besar dengan mengatur terjadinya penyimpangan positif dari Hukum
Lambert Beer. Pada metode renik, ,larutan terpekat dalam deretan
yang sangat encer tersebut diatur agar menunjukkan transmitan 0%.
Sementara itu sebagai blanko digunakan C1=0, jadi seperti pada
metode serapan normal. Dengan cara pengaturan tersebut, larutan
yang konsentrasinya lebih rendah, yang bila diukur dengan
metode serapan normal menunjukkan transmitan lebih besar dari
80% dengan metode ini akan menunjukkan transmitan lebih kecil
dari 80 %. Pada gambar 5.9 tampak bahwa larutan yang
pada metode serapan normal menunjukkan
serapan transmitan 90% akan menunjukkan trasnsmitan sekitar 68%
bila diukur dengan metode renik.

Metode ketepatan maksimum merupakan kombinasi dua metode


sebelumnya. Kedua ujung skala transmitan (0 dan 100%)
diatur dengan larutan standar. Sebagai blanko bukan larutan C1= 0.
Selain itu
diatur pula agar larutan dengan konsentrasi yang tentunya lebih tinggi
dari larutan yang dijadikan blanko. Menunjukkan trasnmitan 0%.
Dengan cara ini, maka pembacaan untuk larutan yang konsentrasinya
di antara kedua nilai konsentrasi tersebut akan lebih tepat.
Larutan- larutan yang perbedaan konsentrasinya tidak cukup besar
masih bisa dibedakan dengan cukup tepat bila digunakan
metode ini. Pada gambar 5.9 tampak bahwa larutan yang
mula-mula menunjukkan transmitan 40% sebagai blanko dan
yang menunjukkan transmitan
30% diatur menjadi 0%, maka larutan yang transmitannya mula-mula
37% menjasi 62%. Secara teoritis, kecepatan pengukuran dengan
metode ini akan semakin besar dengan semakin kecilnya kisaran
konsentrasi C1 dan C2. Tetapi untuk mendapatkan ketepatan
tinggi tersebut diperlukan peralatan dengan kepekaan dan
kestabilan yang tinggi.

Metode penambahan standar digunakan untuk analat yang encer.


Seperti telah dikemukakan, pada pengukurannya digunakan metode
serapan normal, yaotu menggunakan C1=0. Metode
penambahan standar dilakukan dengan cara menambahkan
sejumlah tertentu standar kepada larutan analat sebelum
dibaca transmitannya. Perbedaan transmitan antara
larutan standar dengan larutan analat yang ditambah standar
tersebut menggambarkan besarnya jumlah analat. Perlu
diperhatikan bahwa standar yang dicampurkan dengan analat harus
memnberikan konsentrasi standar yang sama dengan standar yang
diukur tanpa analat.

c. APLIKASI SPEKTROFOTOMETER UV-VIS


1) Aplikasi Spektrofotometri Ultraviolet

Penerapan serapan ultraviolet yang paling penting ialah


pada penentuan kuantitatif senyawaan organik yang mengandung
gugus fungsi tertentu. Selain itu sejumlah spesies anorganik
terutama dari golongan logam tanah jarang, menyerap
radiasi uktraviolet
sehingga bisa dianalisis dnegan metode ini. Sering juga, spektrum
serapan ultraviolet digunakan untuk identifikasi kualitatif. Tetapi
penerapan untuk tujuan ini terbatas karena sifat puncak serapan
yang agak lebar dan tidak spesifik.

Serapan ultraviolet sering juga dimanfaatkan untuk


membantu analisis suatu bahan bila difraksinasi dengan
kromatografi kolom maupun TLC. Beberapa senyawa
menyerap radiasi ultraviolet tertentu sehingga
keberadaannya dalam suatu fraksi hasil
pemisahan dapat dipantau. Hal ini akan sangat membantu kerja
analisis.

Gugus fungsi organik yang menyerap radiasi ultraviolet

Eksitasi molekul yang disebabkan oleh radiasi sinar ultraviolet


melibatkan transisi elektron dan proses ini dipengaruhi oleh
distribusi elektron dalam molekul keseluruhan. Jadi posisi suatu
puncak serapan yang berkaitan dengan gugus fungsi,
dipengaruhi oleh struktur molekul. Hal ini berlawanan dengan
puncak serapan di daerah inframerah yang hanya sedikit
terpengaruh oleh komposisi keseluruhan molekul.

Serapan ultraviolet di daerah yang lebih besar dari 200 nm


terjadi bila ada salah satu dari sejumlah gugus fungsi yang
tercantum dalam tabel 10. Konjugasi antara gugus-gugus fungsi
pada tabel tersebut atau dengan ikatan ganda
aromatis menyebabkan perubahan spektrum.
Biasanya, konjugasi tersebut menggeser puncak ke daerah
panjang gelombang yang lebih besar.

Tabel 10. Beberapa gugus fungsi yang menyerap radiasi ultraviolet


λ serapan λ serapan
Gugus Fungsi Gugus Fungsi
maks (nm) maksimum (nm)
Karbonil ( –C=O) 280 Alkil iodida (R-I) 250
Nitro (–NO2) 370 Alkil bromida (R-Br) 200
Nitrat (–NO3) 300 Tiokarbonil (C-S) 330
Merkapto (–SH) 230 Azo (-N=N-) 370
Analisis kuantitatif yang didasari pada serapan ultraviolet

Hal utama yang perlu diperhatikan pada penggunaan radiasi sinar


ultraviolet adalah pemilihan pelarut. Selain melarutkan
analat, pelarut harus pula melewatkan radiasi ultraviolet yang
diperlukan. Air biasanya cukup memuaskan untuk memenuhi
persyaratan oleh karena air dapat melewatkan radiasi ultraviolet
mulai dari 200 nm. Tetapi, air jarang bisa menjadi pelarut yang
baik untuk senyawaan organik. Sebagai gantinya, bisa digunakan
metal dan etilalkohol, dan dietil eter yang juga bisa melewatkan
radiasi ultraviolet. Sudah tentu kita bisa memilih menggunakan
pelarut lain selain ketiga pelarut tersebut dengan
memperhatikan batas ultraviolet masing- masing pelarut seperti
tercantum pada Tabel 10. Perlu diperhatikan bahwa pelarut
organik tersebut dapat mempengaruhi titik puncak serapan.
Karena itu, pelarut yang sama harus digunakan untuk kalibrasi.

2) Penerapan spektroskopi serapan sinar tampak

Penerapan penting dari spektrofotometri sinar tampak adalah dalam


penentuan ion-ion organik dalam jumlah renik. Beberapa
diantara spesies tersebut cukup berwarna untuk ditentukan secara
langsung dengan metode ini. Sebagian besar dari spesies
anorganik tidak menyerap radiasi ultraviolet dan
radiasi tampak. Tetapi, kebanyakan ion
anorganik bereaksi dengan berbagai pereaksi pengkompleks
membentuk senyawa yang larutannya berwarna sehingga bisa
dianalisis dengan metode ini.

Syarat pereaksi untuk spektrofotometri sinar tampak

Pereaksi untuk spektrofotometri sebaiknya stabil dan mudah


diperoleh dan dimurnikan. Larutannya harus tidak menyerap radiasi
yang diperlukan. Larutan tersebut juga harus bereaksi cepat
dengan ion yang ditentukan dan menghasilkan senyawa stabil yang
menyerap kuat radiasi tampak. Reaksinya juga harus sempurna
dan hanya membentuk satu hasil reaksi berwarna. Sebaiknya, sifat
serannya juga tidak sangat tergantung pada berbagai
peubah seperti pH, suhu ataupun total konsentrasi elektrolit.

3) Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dengan metode spektrofotometri uv-vis hanya


dipakai untuk data sekunder atau data pendukung. Jenis-jenis
analisis kualitatif dengan metode spektrofotometri uv-vis, yaitu :

a. Pemeriksaan kemurnian
Pada pemeriksaan kemurnian dilakukan dengan cara
membandingkan kemiripan spektrum uv-vis senyawa
yang ditentukan dengan reference standard.

b. Pengujian identitas (identifikasi)


Identifikasi senyawa ditentukan melalui pengukuran
spektrum absorpsi, panjang gelombang absorbans
maksimum dan nilai absorptivitas molar dari senyawa asli
atau turunannya. Pada pengujian identitas senyawa kadang-
kadang dilakukan dengan mengukur absorban suatu larutan
dengan konsentrasi tertentu pada suatu panjang gelombang
tertentu. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan literatur
atau dengan hasil pengukuran larutan pembanding.

c. Elusidasi struktur
Spektrum absorpsi memberikan informasi adanya gugus
kromofor dan gugus fungsi melalui profil spektrum,
posisi panjang gelombang absorpsi maksimum dan
absorptivitasnya dalam pelarut tertentu. Melalui kaidah
Woodward, parameter
tersebut digunakan untuk menjelaskan struktur molekul yang
dianalisis. Namun data dari spektrum uv-vis ini belum
mencukupi untuk keperluan elusidasi yang lengkap,
masih dibutuhkan data pendukung lainnya seperti analisis
struktur, spektrum infra merah, NMR, dan lain-lain.

4) Analisis kuantitatif

a. Analisis kuantitatif senyawa tunggal


Analisis kuantitatif senyawa tunggal dilakukan dengan mengukur
harga absorban pada panjang gelombang maksimum, caranya :

 Dengan membandingkan absorban senyawa yang


dianalisis dengan reference standard pada
panjang gelombang maksimum. Persyaratannya
pembacaan nilai absorban sampel dan reference standard
tidak jauh berbeda.
A(s) . C(s) = A(R.S) .C(R.S)

dimana : A(s) = absorban larutan sampel

C(s) = konsentrasi larutan sampel

A(R.S) = absorban reference standard

C(R.S) = konsentrasi larutan reference standard

 Dengan menggunakankurva baku dari larutan reference


standard dengan pelarut tertentu pada panjang
gelombang maksimum. Kemudian dibuat grafik sistem
koordinat Cartesian dimana sebagai ordinat adalah absorban
dan sebagai absis adalah konsentrasi.

b. Analisis kuantitatif senyawa multikomponen


Analisis kuantitatif senyawa multikomponen dapat dilakukan
berdasarkan sifat aditif dari absorban. Misalnya ada campuran dua
senyawa dalam pelarut bening, masing-masing senyawa
mengabsorpsi radiasi. Jika spektrum absorpsi kedua komponen
berbeda dimana dua panjang gelombang dapat ditemukan pada
masing-masing spektrum yang tidak saling mengganggu satu
dengan yang lainnya. Kadar masing-masing dalam campuran dapat
dihitung dengan cara mengukur absorban campuran pada panjang
gelombang maksimum masing-masing dan larutan baku masing-
masing komponen pada kedua panjang gelombang tadi.

Pada panjang gelombang 1 : A1 = A x1 + A y1


(dimana A = abc dengan asumsi b = 1) maka :

A1 = a x1 cx + a y1 cy

Pada panjang gelombang 2 : A2 = a x2 cx + a y2 cy


Dengan menggunakan perhitungan aljabar diperoleh :

· Jika persamaan diatas dibagi a x dengan asumsi b = 1,


maka :

· Berdasarkan persamaan tersebut, dibuat rajah antara A/ax


terhadap (ay/ax) dihitung dari setiap panjang gelombang
yang sama, maka akan diperoleh garis lurus miring dengan
arah garis = cy dan perpotongan dengan sumbu y
merupakan cx.
d. GANGGUAN PADA PENGUKURAN DAN PENANGANANNYA
1) Pengukuran zat yang mengalami reaksi bolak-balik

Ada kalanya, zat yang diukur bisa berubah karena berbagai reaksi
kimia misalnya terjadi ionisasi. Bila partikel yang ada dalam reaksi
tersebut mempunyai warna yang berbeda, dalam arti masing-
masing punya warna tertentu, maka kita dapat memilih untuk
mengukurnya dalam bentuk yang mana dan kita pilibh panjang
gelombang yang paling banyak diserap oleh partikel yang dipilih
tersebut. Pilihan lainnya, bisa digunakan panjang gelombang yang
merupakan titik isobestik kedua komponen tersebut. Titik isobestik
ialah nilai panjang gelombang yang memberikan nilai absorptivitas
molar (έ) yang sama untuk kedua komponen
tersebut tanpa dipenngaruhi letak kesetimbangan
reaksinya. Indicator merah fenol bisa menjadi contoh dalam kasus
ini. Merah fenol (pKa = 7,9) berwarna kuning dalam bentuk
asamnya dan merah dalam bentuk basanya. Perubahan pH larutan
akan mengubah letak kesetimbangan perubahan indikator
tersebut dan tentunya mengubah spektrum absorpsinya indikator ini
menunjukkan serapan aksimum pada λ 433 nm, dalam bentuk
asamnya, dan λ 558 nm dalam bentuk basanya. Titik isobestiknya ialah
338, 367 dan 480 nm. Sudah tentu, bila ada lebih dari satu titik
isobestikm kita pilih yang memberikan serapan terbesar.
Dengan melakukan pengukuran pada titik isobestik ini, maka
perubahan pH, yang menyebabkan perubahan letak kesetimbangan,
tidak mengubah serapan total zat tersebut karena konsentrasi totalnya
tetap.

2) Pengukuran komponen ganda

Suatu analat kadang-kadang mengandung lebih dari satu


komponen yang bisa diukur dengan cara spektrofotometri. Dalam
hal ini yang dimaksud ialah komponen yang tercampur bukan
sebagai hasil reaksi
bolak-balik salah satu komponennya. Untuk menentukan komposisi
larutan campuran tersebut, perlu diketahui lebih dahulu spektrum
absorpsi masing-masing komponennya.

Pada dasarnya ada 3 kemungkinan spektrum absorpsi dua zat


yang tercampur yaitu terpisah, bertumpang tindih sebagian dan
bertumpang tindih sempurna (gambar di atas). Spektrum terpisah,
bisa berarti benar-benar terpisah bisa pula berarti bahwa λ
yang maksimum diserap oleh salah satu komponen diserap pula oleh
komponen lainnya sementara λ yang diserap maksimum oleh
komponen yang lain tersebut tidak diserap oleh komponen
yang pertama. Spektrum bertumpang tindih sempurna berarti
masing-masing λ yang diserap maksimum diserap pula oleh
komponen lainnya. Spektrum absorpsi dua zat tersebut akan
menentukan berapa kurva standar yang harus dibuat.

Kita perhatikan campuran yang spektrum serapannya terpisah. Bila


dibaca serapannya pada λ1 maka serapan (A1) yang terukur hanya
disebabkan oleh senyawa X. Bila dibaca pada λ2 maka serapan
(A2) yang terukur hanya disebabkan oleh senyawa Y. Berapapun
besarnya
Y tidak mengubah serapan pada λ1. Demikian pula besarnya X
tidak mempengaruhi serapan pada λ2. Kalau kemudian kita
masukkan ke dalam rumusan Lambert Beer, maka :

Nilai Cx dapat dihitung bila k1 dan nilai Cy bisa dihitung bila k2


diketahui. Kedua tetapan ini bisa diketahui dari kurva standar X
pada λ1 dan Y pada λ2. Jadi, hanya diperlukan dua kurva standar.

Bila X dan Y mempunyai kurva absorpsi berumpang tindih


sebagian seperti pada gambar di atas, maka A1 menunjukkan
serapan yang disebabkan hanya oleh X sedangkan A2 disebabkan
oleh X dan Y. Bila
dimasukkan ke dalam rumusan Lambert Beer, maka :
Perlu diingat bahwa k1x tidak sama dengan k2x karena panjang
gelombangnya berbeda. Nilai k2x tidak sama dengan k2y karena zatnya
berbeda. Tetapan k bisa saja disimbolkan dengan k11, k21, k22
untuk menunjukkan bahwa nilainya berbeda. Jadi pada kasus ini, perlu
dicari
3 nilai k dan itu bisa diperoleh dari kurva standar X pada λ1 dan λ2, dan
Y hanya pada λ2.

Dengan cara yang sama dapat ditentukan bahwa untuk dua komponen
yang mempunyai spektrum absorpsi bertumpang tindih
sempurna, perlu dihitung 4 nilai k yang berarti perlu dibuat 4
kurva standar. Masing-masing senyawa dibuat kurva standarnya pada
λ1 dan λ2.

3) Penyimpangan dari Hukum Lambert-Beer

Ada kalanya perubahan nilai serapan tidak linier dengan


perubahan konsentrasi. Artinya, kenaikan konsentrasi menjadi 2
x atau 3 x konsentrasi tidak mengubah nilai serapan menjadi 2 x
atau 3 x serapan mula-mula. Ketidaklinieran hubungan antara
serapan dengan konsentrasi tersebut dinamakan
penyimpangan dari Hukum Lambert Beer. Berbagai hal bisa
menjadi penyebab penyimpangan tersebut. Pada dasarnya terdapat
tiga jenis sebab penyimpangan dari Hukum Lambert Beer. Ketiga
jenis sebab tersebut adalah sebab kimia, sebab instrumental, dan
sebab nyata.

a. Sebab kimia
Berkaitan dengan perubahan kimia yang terjadi pada zat yang
diukur. Perubahan kimia yang terjadi antara lain ionisasi
dan hidrolisis. Ionisasi zat akan mengubah konsentrasi zat yang
diukur.
Kita ambil sebagai contoh, indikator asam basa yang umumnya
merupakan asam lemah atau basa lemah. Kita misalkan
saja senyawanya HX. Dalam larutan, HX akan mengion
menurut persamaan :

+ -
HX H + X

Dengan spektrofotometri serapan sinar tampak, kita bisa


-
memilih apakah zat tersebut akan diukur dalam bentuk HX atau X
-
bila HX dan X berwarna, dan warnanya berbeda. Tetapi, bila
salah satu berwarna dan yang lainnya tidak berwarna, kita
hanya bisa mengukur zat tersebut dalam bentuk berwarna.
Tidak menjadi
masalah apakah kasusnya seperti yang pertama ataukah yang
terakhir. Yang pasti, dengan adanya pengionan, maka jumlah
HX yang sebenarnya ada, yaitu yang tersisa sesudah
kesetimbangan pengionan tercapai, tidaklah sama dengan
yang kita hitung berdasarkan jumlah yang dilarutkan. Atau
konsentrasi efektifnya tidak sama dengan
konsentrasi analitisnya. Inilah yang
menyebabkan terjadinya penyimpangan.

Penyimpangan yang disebabkan oleh ionisasi ini bisa


diusahakan terjadi sekecil mungkin dengan menggeser
kesetimbangan ke arah bentuk yang diukur. Jadi, kalau diukur
dalam bentuk HX, maka kesetimbangan digeser ke arah HX.
Bagaimana melakukannya? Sudah tentu penguasaan kita
terhadap konsep kesetimbangan kimia akan sangat membantu.
Pergeseran ke arah HX akan terjadi
+
bila kita menambahkan ion H ke dalam larutan., jadi kita mengukur
HX dalam suasana asam. Pilihan lainnya kita bisa melakukan
pengukuran zat tersebut pada panjang gelombang yang merupakan
titik isobestiknya seperti yang dibicarakan pada bagian pengukuran
zat. Pada titik isobestik tersebut, pergeseran kesetimbangan
tidak mengubah serapan yang terukur.
Hidrolisis yaitu reaksi antar suatu partikel dengan air, bisa
menyebabkan penyimpangan karena hidrolisis mengurangi
konsentrasi larutan yang terukur. Sebagai contoh, ion dikromat
-
Cr2O 7 bereaksi dengan air membentuk ion bikromat HCr2O 4- yang
=
kemudian mengion menjadi ion kromat Cr2O4 dengan reaksi :

= - + =
Cr2O7 + H2 O 2HCrO4 2 H + Cr2O4

Hidrolisis mengurangi konsentrasi ion dikromat sehingga


konsentrasinya tidak sama dengan konsentrasi analitisnya.

Penyimpangan akibat hidrolisis bisa diatasi dengan menggeser


kesetimbangan ke arah bentuk yang diukur. Jadi paca contoh,
+
kesetimbangan digeser ke arah kiri, dengan cara menambah ion H
atau mengukurnya dalam suasana asam.

b. Sebab instrumental
Sebab yang berkaitan dengan keadaan alat. Dua hal yang
merupakan bagian dari sebab jenis ini yaitu kecapaian
alat, berkaitan dengan penggunaan yang terus menerus dalam
periode waktu yang cukup lama sehingga alat menjadi terlalu
panas. Efek ini diatasi dengan mengistirahatkan alat selama
beberapa waktu sebelum digunakan lebih lanjut.

Ketidakmonokromatisan sinar bisa menyebabkan penyimpangan


karena hal tersebut mempengaruhi nilai absorptivitas yang akhirnya
mempengaruhi nilai serapan oleh zat. Perlu diingat bahwa
dalam hukum Lambert Beer, rumusan ,
sebenarnya berlaku

untuk satu nilai a yaitu nilai a dari sinar yang bernar-benar


cocok untuk pengukuran . dengan tidak monokromatisnya sinar,
maka nilai a tidak hanya satu nilai.
Walaupun demikian, ketidakmonokromatisan sinar ini
secara praktik tidak terlalu tampak pengaruhnya walau
spektrofotometer tidak memberikan satu sinar
monokromatis.
c. Sebab nyata
Berkaitan dengan konsentrasi larutan. Penyimpangan dapat terjadi
di daerah konsentrasi terlalu pekat atau terlalu encer. Nilai
konsentrasi terlalu encer, terjadi efek penjenuhan sinar. Sementara
itu, pada daerah konsentrasi terlalu pekat, interaksi antar
molekul zat penyerap yang berdekatan akan mengganggu
serapan radiasi oleh molekul-molekul tersebut. Penyimpangan
yang disebabkan oleh sebab nyata bisa dicoba dicegah
dengan mengatur konsentrasi agar tidak terlalu encer atau
terlalu pekat tidak sama untuk zat-zat yang berbeda. Jadi,
tidak bisa ditentukan nilai konsentrasi berapa yang terlalu encer
atau terlalu pekat tersebut.

2. TUGAS-5

Identifikasi kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan kesalahan


pengukuran suatu sampel yang diakibatkan pada saat sampling sampel
uji dan preparasinya. Jelaskan setiap tahapannya dan jenis kesalahan
yang dapat terjadi selama proses tersebut!

Tugas dikirimkan pada minggu ke-3 bulan Nopember tahun 2008 melalui
pos atau e-mail dalam bentuk soft copy.

3. TES FORMATIF-5

SOAL ESSAY

1. Jelaskan tiga prinsip dasar sub sampling sampel uji!


2. Jelaskan tahapan sub sampling contoh padatan!
3. Sampel yang telah melalui tahapan sub sampel selanjutnya dilakukan
preparasi sampel, sebutkan tahapan yang termasuk ke dalam
ruang lingkup preparasi sampel!
4. Jelaskan tiga kemungkinan yang dapat menyebabkan faktor
kesalahan selama proses penggilingan sampel!
5. Jelaskan bagaimana penanganan sampel daging dalam kaleng
sebelum dilakukan analisis!
6. Jelaskan dua kategori heterogenitas yang menyebabkan kesalahan
proses sub sampling!
7. Analat yang dapat diukur dengan spektrofotometer sinar
tampak adalah analat yang berwarna atau dapat dibuat berwarna.
Jelaskan proses yang digunakan untuk membuat analat
tertentu menjadi berwarna!
8. Jelaskan istilah berikut:
a. Analat!
b. Blanko!
c. Standar!
d. Kurva standar!
9) Jelaskan aplikasi spektrofotometer ultra violet dan visible!
10) Jelaskan tiga penyebab terjadinya penyimpangan Hukum Lambert-
Beer!

4. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT-5

Kerjakan soal pada Tes Formatif-5 tersebut secara jujur, kemudian


cocokkan hasil tes Anda dengan kunci jawaban. Setiap soal memiliki score
10 jika jawaban benar, sedangkan jika jawaban tidak benar scorenya
diberikan sesuai dengan tingkat kebenaran dari jawaban.

Hitunglah nilai Anda sesuai dengan ketentuan score untuk setiap


soal. Bila nilai tes Anda ≥ 80 maka Anda boleh melanjutkan belajar
pada Kegiatan Belajar berikutnya, tetapi bila skore Anda < 80 maka anda
harus
mengulang belajar pada Kegiatan Belajar-5 lagi.
5. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF-5

NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE


1. 1. Keperluan pengurangan jumlah sampel Tiga poin jawaban benar 10
secara sistematik.
2. Kebutuhan untuk mereduksi ukuran Dua poin jawaban benar 6
partikel sampel tanpa
kehilangan/destruksi analit dan tanpa
kontaminasi secara kimia. Satu poin jawaban benar 3
3. Kebutuhan untuk mengaduk secara
seksama guna menghasilkan sampel lab
yang lebih homogen sehingga
diperoleh porsi analisis yang
representatif dari keseluruhan sampel

2. 1. Sample division /splitting, tujuan untuk Tiga poin jawaban benar 10


memperoleh jumlah (berat) yang lebih
kecil Dua poin jawaban benar 6
2. Size reduction, untuk memperoleh
ukuran butir/partikel yang lebih halus Satu poin jawaban benar 3
3. Homogenasi sampel
Alat: mixer / blender / pengadukan / dll

3. Proses persiapan sampel selanjutnya Jawaban lengkap dan 10


meliputi proses penggilingan, penghalusan, berurutan
penyiapan pelarutan, pengabuan, pereflukan Jawaban lengkap tidak 5
dan pengektraksian, penyaringan, berurutan
penguapan, flokulasi, pengendapan dan
sentrifugasi/pemusingan. Jawaban tidak lengkap 2

4. 1. Proses penghalusan/penggilingan akan Tiga poin jawaban benar 10


melibatkan friksi/gesekan yang
menyebabkan timbulnya panas. Hal ini
mengakibatkan hilangnya komponen
volatil dan juga terjadi proses Dua poin jawaban benar 6
dekomposisi sampel yang tidak stabil
karena kenaikan suhu.
2. Kandungan air dapat berubah
(meningkat) yang disebabkan oleh
meningkatnya luas permukaan sampel Satu poin jawaban benar 3
sehingga dapat meningkatkan jumlah air
yang diserap lebih banyak.
3. Dapat terjadi kontaminasi karena
permukaan sampel bersinggungan
dengan permukaan mateial yang lain.

5. Iris daging dan bagian lain (lemak) menjadi Prosedur lengkap dan 10
bentuk yang lebih kecil, maskkan ke dalam berurutan
chopper (1750 rpm). Bersihkan bagian dalam
kaleng (lemak dan cairan) dengan spatula
Prosedur lengkap tidak 5
karet. Satukan dengan bagian daging.
berurutan
Proses 30 detik. Bersihkan sisi bagian dalam
wadah chopper dengan spatula. Satukan
dengan bagian daging. Proses 30 detik.
Lanjutkan proses hingga waktu pross Prosedur tidak lengkap 2
menjadi 2 menit dan 3 kali membersihkan.
Subsampling!
NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE
6. 1. Heterogenitas komposisi Dua poin jawaban benar 10
Terjadi karena ada perbedaan
kandungan analit di antara partikel di
dalam sampel. Jenis heterogenitas ini
selalu terjadi bahkan dalam material Satu poin jawaban benar 5
yang murni sekalipun.
2. Heterogenitas distribusi
Terjadi karena adanya distribsi tidak
acak dari partikel dalam segregasi
sampel. Kesalahan ini selallu terjadi Tidak ada jawaban benar 2
karena adanya gravitasi bumi. Partikel
yang lebih besar selalu berada di bawah
partikel yang lebih halus.

7. a. Dengan cara Oksidasi, contoh mangan Tiga poin jawaban benar 10


(analat yang tidak berwarna) diubah
menjadi ion permanganat (larutan
menjadi berwarna merah muda)
b. Pembentukan senyawa kompleks.
Dua poin jawaban benar 6
Sebagai pengkompleks bisa senyawa
anorganik maupun senyawa organik.
Contoh, ion feri bisa diubah
menjadi senyawa kompleks
berwarna merah setelah Satu poin jawaban benar 3
mengikat ion SCN.
c. Penggabungan kedua proses tersebut.
Contoh, untuk penentuan kadar besi
total, kita bisa memilih apakah Tidak ada jawaban benar 1
akan diukur dalam bentuk kompleks
fero ataukah feri seluruhnya. Jadi yang
kita lakukan pertama kali ialah
mereduksi atau mengoksidasi analat,
kemudian ditambahkan pereaksi
pengompleks yang
8. a. sesuai.
Analat ialah bahan yang dianalisis yang Empat poin jawaban benar 10
mengandung komponen yang akan
ditentukan konsentrasinya.
b. Blanko adalah larutan yang mendapat
perlakukan sama dengan analat tetapi Tiga poin jawaban benar 7.5
tidak mengandung komponen analat.
c. Standar ialah larutan yang mendapat
perlakuan yang sama dengan analat dan
mengandung komponen alat
dengan konsentrasi tertentuyang Dua poin jawaban benar 5
diketahui dengan pasti.
d. Kurva standar ialah gambaran yang
menunjukan hubungan antara serapan
sinar tertentu dengan konsentrasi zat Satu poin jawaban benar 2.5
yang menyerap sinar tersebut.
Kurva standar juga
digunakan untuk
menentukan konsentrasi zat yang
akan ditentukan.
NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE
9. 1) Aplikasi Spektrofotometri UV Dua poin jawaban benar 10
Penerapan serapan ultraviolet yang
paling penting ialah pada penentuan
kuantitatif senyawaan organik yang
mengandung gugus fungsi tertentu. Satu poin jawaban benar 5
Serapan ultraviolet sering juga
dimanfaatkan untuk membantu analisis
suatu bahan bila difraksinasi dengan
kromatografi kolom maupun TLC.
2) Penerapan spektroskopi serapan sinar Tidak ada jawaban benar 2
tampak
Penerapan penting dari spektrofotometri
sinar tampak adalah dalam penentuan
ion-ion organik dalam jumlah renik.
Beberapa diantara spesies tersebut
cukup berwarna untuk ditentukan secara
langsung dengan metode ini.
10. Terdapat tiga jenis sebab penyimpangan dari Tiga poin jawaban benar 10
Hukum Lambert Beer. Ketiga jenis sebab
tersebut adalah sebab kimia, sebab
instrumental, dan sebab nyata.
a. Sebab kimia
Berkaitan dengan perubahan kimia yang
terjadi pada zat yang diukur. Perubahan
kimia yang terjadi antara lain ionisasi dan
hidrolisis. Ionisasi zat akan mengubah
konsentrasi zat yang diukur.
b. Sebab instrumental Dua poin jawaban benar 6
Sebab yang berkaitan dengan keadaan
alat. Dua hal yang merupakan bagian
dari sebab jenis ini yaitu kecapaian alat,
berkaitan dengan penggunaan yang
terus menerus dalam periode waktu yang
cukup lama sehingga alat menjadi terlalu
panas. Efek ini diatasi dengan
mengistirahatkan alat selama beberapa
waktu sebelum digunakan lebih lanjut.
c. Sebab nyata
Berkaitan dengan konsentrasi
larutan. Penyimpangan dapat terjadi di
daerah konsentrasi terlalu pekat atau
terlalu encer. Nilai konsentrasi terlalu
encer, terjadi efek penjenuhan sinar.
Sementara itu, pada daerah
Satu poin jawaban benar 3
konsentrasi terlalu pekat, interaksi antar
molekul zat penyerap yang
berdekatan akan
mengganggu serapan radiasi oleh
molekul-molekul tersebut.
F. KEGIATAN BELAJAR-6

1. LEMBAR INFORMASI-6: KESALAHAN ANALISIS DENGAN


SPEKTROFOTOMETER UV-VIS

Hasil pengukuran yang baik dari suatu parameter kuantitas kimia,


dapat dilihat berdasarkan tingkat presisi dan akurasi yang
dihasilkan. Akurasi menunjukkan kedekatan nilai hasil pengukuran
dengan nilai sebenarnya. Untuk menentukan tingkat akurasi perlu
diketahui nilai sebenarnya dari parameter yang diukur dan kemudian
dapat diketahui seberapa besar tingkat akurasinya. Presisi
menunjukkan tingkat reliabilitas dari data yang diperoleh. Hal ini
dapat dilihat dari standar deviasi yang diperoleh dari pengukuran,
presisi yang baik akan memberikan standar deviasi yang kecil
dan bias yang rendah. Jika diinginkan hasil pengukuran
yang valid, maka perlu dilakukan pengulangan,
misalnya dalam penentuan nilai konsentrasi suatu zat dalam larutan
larutan dilakukan pengulangan sebanyak n kali. Dari data tersebut
dapat diperoleh ukuran harga nilai terukur adalah rata- rata dari
hasil yang diperoleh dan standar deviasi. Perbandingan dari tingkat
presisi, akurasi dan bias dari suatu hasil pengukuran dapat
diilustrasikan pada gambar 16.

Gambar 19. Pola hasil pengukuran analitik


Pengendalian Mutu Agroindustri
Program D-4 PJJ 150
Gambar 16 menyajikan pola target hasil dari olah raga menembak atau
memanah yang analog dengan pola hasil pengukuran analitik yang
ideal.
Pada gambar 1 (a) sebaran data cukup baik dan mendekati data
aslinya. Hasil data dikatakan presisi dan tidak bias atau tidak
menyimpang. Gambar 1 (b) menunjukkan sebaran data yang
presisi, tetapi menyimpang dari target yang sebenarnya berarti data
dikatakan bias. Gambar 1 (c) menunjukkan sebaran data yang
meluas berarti data yang diperoleh tidap presisi. Data 1 (c) tersebut
tidak bias relatif jika dibandingkan dengan data 1 (d) yang sama-
sama tidak presisi. Faktor-faktor presisi dan bias ini sangat
ditentukan oleh terjadinya faktor-faktor kesalahan yang terjadi selama
pengukuran.

1. Sumber Kesalahan Dalam Pengukuran Analitik


Faktor yang memepengaruhi presisi dan bias di atas dapat diakibatkan
oleh kesalahan yang terjadi karena berbagai penyebab. Menurut Miller
& Miller (2001) tipe kesalahan dalam pengukuran analitik dapat dibagi
menjadi tiga, yaitu:
1) Kesalahan serius (Gross error)
Tipe kesalahan ini sangat fatal, sehingga konsekuensinya
pengukuran harus diulangi.
Contoh dari kesalahan ini adalah kontaminasi reagent yang
digunakan, peralatan yang memang rusak total, sampel
yang terbuang, dan lain lain. Indikasi dari kesalahan ini cukup
jelas dari gambaran data yang sangat menyimpang, data
tidak dapat memberikan pola hasil yang jelas, tingkat
reprodusibilitas yang sangat rendah dan lain lain.
2) Kesalahan acak (Random error)
Golongan kesalahan ini merupakan bentuk kesalahan yang
menyebabkan hasil dari suatu perulangan menjadi relatif berbeda
satu sama lain, dimana hasil secara individual berada di
sekitar harga rata-rata. Kesalahan ini memberi efek pada
Pengendalian Mutu Agroindustri
Program D-4 PJJ 151
tingkat akurasi dan kemampuan dapat terulang
(reprodusibilitas). Kesalahan ini

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 152
bersifat wajar dan tidak dapat dihindari, hanya bisa direduksi
dengan kehati-hatian dan konsentrasi dalam bekerja.
3) Kesalahan sistematik (Systematic error)
Kesalahan sistematik merupakan jenis kesalahan yang
menyebabkan semua hasil data salah dengan suatu kemiripan. Hal
ini dapat diatasi dengan:
 Standarisasi prosedur
 Standarisasi bahan
 Kalibrasi instrumen

2. Kesalahan pengukuran

Seperti halnya metode analis lainnya, ketidaktelitian pengukuran dikaitkan


dengan besarnya kesalahan pengukuran. Semakin kecil kesalahan
pengukuran semakin tingggi tingkat ketelitian pengukuran, dan sebaliknya
bila kesalahan pengukuran besar, maka tingkat ketelitian pengukuran
rendah. Kesalahan sering disimbolkan sebagai ∆C/C. C ialah nilai jumlah
atau konsentrasi analat yang seharusnya sedangkan ∆C ialah selisih
antara nilai jumlah atau konsentrasi analat yang seharusnya dengan yang
terukur. Pada spektrofotometri, konsentrasi dihitung berdasar nilai serapan
(A) yang dihitung berdasar pengukuran transmitan (T).

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 153
16

12
∆C/C

(%) 8

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 154
0
20 40 60 80 100

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 155
Transmitan (%)
Gambar 20. Persen kesalahan relatif sebagai fungsi persen transmitan

Nilai persen transmitan yang diperoleh dengan kebanyakan


spektrofotometer mencakup ketidakpastian yang disebabkan oleh
kesalahan acak pada penggunaan alat tersebut. Kedapatulangan
pengaturan tombol alat, ketetapan respon detector, dan intensitas radiasi,
kemampuan pengulangan penempatan sel dan kestabilan arus listrik
mempengaruhi ketelitian pembacaan tersebut. Ketidakragaman faktor-
faktor terebut akan mempengaruhi nilai persen transmitan yang dibaca
sehingga memberikan ketidakpastian pengukuran. Pada kebanyakan alat,
ketidakpastian berkisar antara 0.2-1.0 persen transmitan. Bila kita
menganggap ketidakpastian 1% maka bila terbaca transmitan 50
% sebenarnya ialah 50 % + 1 %. Bila kita anggap +1%, maka transmitan
5%,
50% dan 90% sebenarnya ialah 6%, 51% dan 91%. Sudah tentu
nilai serapan yang dihitung berdasar transmitan dihitung besarnya
persen kesalahan serapannya, maka bisa diperoleh gambaran seperti
tampak pada gambar di atas.

Pada gambar tersebut tampak bahwa persen kesalahan beragam


tergantung pada daerah nilai transmitan. Transmitan 36,8 % akan
memberikan persen kesalahan minimum. Persen kesalahan rendah terjadi

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 156
jika pada daerah transmitan antara 20% - 70%. Sementara itu, di daerah
transmitan lebih kecil dari 20%, persen kesalahan akan meningkat dengan
menurunnya nilali transmitan. Sebaliknya, di daerah transmitan yang lebih
besar dari 80%, persen kesalahan akan meningkat dengan meningkatnya
nilai transmitan. Hal ini memberi petunjuk bahwa untuk mendapatkan
pengukuran yang baik, maka analat tidak boleh terlalu pekat ataupun
terlalu encer.

Bila analat pekat, maka analat tersebut diencerkan. Sebaliknya bila analat
encer, maka analat dipekatkan (bila mungkin) atau kita pilih metode
pengkuran tertentu pula. Bila perlu pengenceran (untuk larutan pekat),
harus diperhatikan faktor pengencerannya. Perlu diingat bahwa
semakin besar faktor pengenceran akan semakin kecil volume larutan
awal yang harus diambil untuk diencerkan, bila dilakukan
pengenceran langsung (tidak bertahap). Semakin kecil volume larutan
yang diambil, akan semakin besar persen kesalahan pengukuran
volumenya yang berakibat semakin besar pula kesalahan analisis.

Penyebab kesalahan sistematik yang sering terjadi dalam analisis


menggunakan spektrofotometer adalah:

a. Serapan oleh pelarut


Hal ini dapat diatasi dengan penggunaan blangko, yaitu larutan
yang berisi matrik selain komponen yang akan dianalisis.
b. Serapan oleh kuvet
Kuvet yang biasa digunakan adalah dari bahan gelas atau kuarsa.
Dibandingkan dengan kuvet dari bahan gelas, kuvet kuarsa
memberikan kualitas yang lebih baik, namun tentu saja
harganya jauh lebih mahal. Serapan oleh
kuvet ini diatasi dengan penggunaan jenis,
ukuran, dan bahan kuvet yang sama untuk tempat blangko dan
sampel.
c. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan absorbansi
sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat diatur dengan

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 157
pengaturan konsentrasi, sesuai dengan kisaran sensitivitas dari
alat yang digunakan. (Melalui pengenceran atau pemekatan)

3. Penyimpangan pada spektrofotometer dan cara penanganannya


1. Baseline (garis dasar) jelek
Kemungkinan ada kesalahan instrumental:
 Periksa pada bagian kuvet apakah ada penggangu.
 Bila alat menggunakan filter, shuter dan attenuator manual maka
periksa posisinya.
 Periksa jalannya sinar dengan sepotong kertas putih setelah
panjang gelombang diset 550 nm dengan slit selebar mungkin.
 Untuk alat dengan berkas tunggal, mungkin ada noise karena out
put lampu lemah atau rusak elektroniknya
 Bila base line naik tajam, ada kesalahan pengganti filter
otomatisnya.

Kemungkinan lain adalah kondisi kuvetnya:

 Kosongkan dan isi kembali kuvet dengan larutan yang sama untuk
meyakinkan bahwa larutan homogen.
 Periksa kuvet apakah ada kotoran dibagian dalam kuvet atau ada
bagian kuvet yang tergores atau retak.

2. Nilai absorbansi rendah


Bila nilai A maks lebih rendah dari yang diharapkan, kemungkinannya
adalah:
 Larutan tidak sempurna, periksa apakah ada yang tertinggal pada
tabungnya atau ada bahan-bahan yang tersuspensi
 Ada pengotor contoh/impurities
 Ada kerusakan sampel, pH, fotokimia atau oksidasi
 Ada gelembung udara
 Sinar melewati contoh tetapi tidak sempurna

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 158
3. Nilai absorbansi rendah
Sebenarnya keadaan ini jarang terjadi, kemungkinannya adalah:
 Adanya gelembung
 Penguapan sampel
 Penguapan sampel
 Pengendapan sampel
 Kondensasi sampel pada jendela kuvet atau sebagian larutan
membeku.

4. Nilai λ maks tidak tepat


 Periksalah nilai skala kertas rekorder dengan skala pada
monokromator
 Bila mengukur campuran, pada umumnya λ maks
komponen- komponen kecil yang bersebelahan dengan
kompoenen utama akan bergeser
 Bila dua puncak komponen dengan ukuran hampir sama saling
tumpang tindih, maka puncak tunggal yang dihasilkan tidak
akan memberikan informasi
 Perubahan pH dapat menyebabkan nilai λ maks bila dibandingkan
dengan lteratur.

2. TUGAS-6

Analisis penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi pada


pengukuran dengan spektrofotometer dan cara penanganannya!

Tugas dikumpulkan pada minggu ke-3 bulan Nopember tahun 2008 dalam
bentuk soft copy.

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 159
3. TES FORMATIF-6

SOAL ESSAY

1. Jelaskan yang dimaksud dengan akurasi dan presisi!


2. Jelaskan tipe kesalahan dalam pengukuran menurut Miller & Miller!
3. Perhatikan gambar berikut:

16

12
∆C/C

(%) 8

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 160
0
20 40 60 80 100

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 161
Transmitan (%)

Jika C dinyatakan sebagai konsentrasi analat yang sebenarnya, ∆C


selisih konsentrasi analat seharusnya dengan yang terukur. Berapa
nilai % Transmitan yang dianjurkan untuk memperoleh %
kesalahan terrendah? Bagaimana perlakuan terhadap analat agar
tidak terukur pada nilai % Transmitan kurang dari 20% atau lebih dari
80%?

4. Jelaskan tiga penyebab kesalahan sistemik yang sering terjadi pada


analisis dengan menggunakan spektrofotometer dan bagaimana cara
penanganannya!

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 162
4. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT-6

Kerjakan soal pada Tes Formatif-6 tersebut secara jujur, kemudian


cocokkan hasil tes Anda dengan kunci jawaban. Setiap soal memiliki score
25 jika jawaban benar, sedangkan jika jawaban tidak benar scorenya
diberikan sesuai dengan tingkat kebenaran dari jawaban.

Hitunglah nilai Anda sesuai dengan ketentuan score untuk setiap soal. Bila
nilai tes Anda ≥ 80 maka Anda boleh melanjutkan belajar pada
Kegiatan Belajar berikutnya, tetapi bila skore Anda < 80 maka
anda harus mengulang belajar pada Kegiatan Belajar-6 lagi.

5. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF-6

NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE


1. Akurasi menunjukkan kedekatan nilai hasil • Dua poin jawaban benar 25
pengukuran dengan nilai disertai penjelasan
sebenarnya. Untuk menentukan • Dua poin jawaban benar 20
tingkat akurasi perlu diketahui nilai tanpa penjelasan
sebenarnya dari parameter yang diukur • Satu poin jawaban benar 10
dan kemudian dapat diketahui seberapa
besar tingkat akurasinya. Presisi • Tidak ada jawaban benar 5
menunjukkan tingkat reliabilitas dari data
yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat dari
standar deviasi yang diperoleh dari
pengukuran, presisi yang baik akan
memberikan standar deviasi yang kecil dan
2. biasKesalahan
1) yang rendah.
serius (Gross error) Tiga poin jawaban benar 25
Tipe kesalahan ini sangat fatal,
sehingga konsekuensinya
pengukuran harus diulangi. Contoh
dari kesalahan ini adalah
kontaminasi reagent yang digunakan, Dua poin jawaban benar 15
peralatan yang memang rusak total,
sampel yang terbuang, dan lain lain.
2) Kesalahan acak (Random error)
Golongan kesalahan ini merupakan
bentuk kesalahan yang
menyebabkan hasil dari suatu
perulangan menjadi relatif berbeda Satu poin jawaban benar 10
satu sama lain, dimana
hasil secara individual berada di sekitar
harga rata-rata. Kesalahan ini memberi
efek pada tingkat akurasi dan
kemampuan dapat terulang
(reprodusibilitas). Kesalahan ini

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 163
NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE
bersifat wajar dan tidak Tidak ada jawaban benar 5
dapat dihindari, hanya bisa direduksi
dengan kehati-hatian dan konsentrasi
dalam bekerja.
3) Kesalahan sistematik (Systematic
error)
Kesalahan sistematik merupakan jenis
kesalahan yang menyebabkan
semua hasil data salah
dengan suatu kemiripan.
Hal ini dapat diatasi
dengan:
 Standarisasi prosedur
 Standarisasi bahan
3. 
• Kalibrasikesalahan
Persen instrumen rendah terjadi jika Tiga poin jawaban benar 25
pada daerah transmitan antara 20% -
70%.
• Sementara itu, di daerah Dua poin jawaban benar 15
transmitan lebih kecil dari 20%,
persen kesalahan akan meningkat
dengan menurunnya nilali transmitan.
Sebaliknya, di daerah transmitan yang Tidak ada jawaban benar 5
lebih besar dari 80%, persen
kesalahan akan meningkat
dengan meningkatnya nilai transmitan.
• Hal ini memberi petunjuk bahwa
untuk mendapatkan pengukuran yang
baik, maka analat tidak boleh terlalu
4. a. pekat ataupun
Serapan terlalu encer.
oleh pelarut Tiga poin jawaban benar 25
Hal ini dapat diatasi dengan
penggunaan blangko, yaitu larutan yang Dua poin jawaban benar 15
berisi matrik selain komponen yang
akan dianalisis. Satu poin jawaban benar 10
b. Serapan oleh kuvet
Kuvet yang biasa digunakan adalah dari
bahan gelas atau kuarsa. Tidak ada jawaban benar 5
Dibandingkan dengan kuvet dari bahan
gelas, kuvet kuarsa memberikan
kualitas yang lebih baik, namun tentu
saja harganya jauh lebih mahal.
Serapan oleh kuvet ini diatasi
dengan penggunaan jenis, ukuran,
dan bahan kuvet yang sama untuk
tempat blangko dan sampel.
c. Kesalahan fotometrik normal pada
pengukuran dengan absorbansi
sangat rendah atau sangat tinggi, hal
ini dapat
diatur dengan pengaturan konsentrasi,
sesuai dengan kisaran sensitivitas
dari alat yang
digunakan. (Melalui

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 164
G. KEGIATAN BELAJAR-7

1. LEMBAR INFORMASI-7: KONSEP DASAR SPEKTROFOTOMETRI


SERAPAN ATOM (AAS)

Spektrofotometri Serapan atom (AAS) adalah suatu metode analisis


untuk penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang
berdasarkan pada penyerapan (absorpsi) radiasi oleh atom-atom
bebas unsur tersebut.

Sekitar 67 unsur telah dapat ditentukan dengan cara AAS. Banyak


penentuan unsur-unsur logam yang sebelumnya dilakukan dengan
metoda polarografi, kemudian dengan metoda spektrofotometri UV-
VIS, sekarang banyak diganti dengan metoda AAS.

Keuntungan metoda AAS adalah:

• Spesifik
• Batas (limit) deteksi rendah
• Dari satu larutan yang sama, beberapa unsur berlainan dapat
diukur
• Pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap larutan contoh
(preparasi contoh sebelum pengukuran lebih sederhana,
kecuali bila ada zat pengganggu)
• Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak
jenis contoh.
• Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas (mg/L
hingga persen)

a. PRINSIP PENGUKURAN DENGAN SPEKTROFOTOMETER


SERAPAN ATOM

Spektrofotometri serapan atom (AAS) adalah suatu metode analisis


yang didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-
atom yang berada pada tingkat energi dasar (ground state).
Pengendalian Mutu Agroindustri
Program D-4 PJJ 165
Penyerapan tersebut menyebabkan tereksitasinya elektron dalam kulit
atom ke tingkat energi yang lebih tinggi. Keadaan ini bersifat labil,
elektron akan kembali ke tingkat energi dasar sambil
mengeluarkan energi yang berbentuk radiasi.

Dalam AAS, atom bebas berinteraksi dengan berbagai bentuk


energi seperti energi panas, energi elektromagnetik, energi kimia
dan energi listrik. Interaksi ini menimbulkan proses-proses dalam atom
bebas yang menghasilkan absorpsi dan emisi (pancaran) radiasi dan
panas.

Radiasi yang dipancarkan bersifat khas karena mempunyai panjang


gelombang yang karakteristik untuk setiap atom bebas.

Adanya absorpsi atau emisi radiasi disebabkan adanya transisi


elektronik yaitu perpindahan elektron dalam atom, dari tingkat
energi yang satu ke tingkat energi yang lain.

Absorpsi radiasi terjadi apabila ada elektron yang mengabsorpsi energi


radiasi sehingga berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi.

Emisi terjadi apabila ada elektron yang berpindah ke tingkat energi


yang lebih rendah sehingga terjadi pelepasan energi dalam bentuk
radiasi.

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 166
D E D E

Absorpsi Emisi

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 167
Gambar 21. Proses absorpsi dan emisi suatu atom

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 168
Panjang gelombang dari radiasi yang menyebabkan eksitasi ke tingkat
eksitasi tingkat-1 disebut panjang gelombang radiasi resonansi.
Radiasi ini berasal dari unsur logam/metaloid.

Radiasi resonansi dari unsur X hanya dapat diabsorpsi oleh atom X,


sebaliknya atom X tidak dapat mengabsorpsi radiasi resonansi unsur
Y. Tak ada satupun unsur dalam susunan berkala yang radiasi
resonansinya menyamai unsur lain.

Hal inilah yang menyebabkan metode AAS sangat spesifik dan hampir
bebas gangguan karena frekuensi radiasi yang diserap adalah
karakteristik untuk setiap unsur. Gangguan hanya akan terjadi apabila
panjang radiasi resonansi dari dua unsur yang sangat berdekatan satu
sama lain.

b. ATOMISASI

Ada tiga cara atomisasi (pembentukan atom) dalam AAS :

1) Atomisasi dengan nyala


Suatu senyawa logam yang dipanaskan akan membentuk atom
logam pada suhu ± 1700 ºC atau lebih. Sampel yang
berbentuk cairan akan dilakukan atomisasi dengan cara
memasukan cairan tersebut ke dalam nyala campuran gas
bakar. Tingginya suhu nyala yang diperlukan untuk atomisasi
setiap unsur berbeda.

Tabel 11. Suhu Nyala pada Proses Atomisasi

Campuran Gas Unsur yang Diatomisasikan Suhu Nyala


(±ºC)

Udara : propana Logam-logam alkali 1900

Udara : C2H2 Gol I, IA, IB, IIB, VIII, Mg, Ca, Sr, 2200
Cr,
Mn, Tc, Pb, Bi, Mo, Ga, In, Sb, Te, Zn,
Cd dan Sn
Pengendalian Mutu Agroindustri
Program D-4 PJJ 169
N2 O : H2 As, Se, Sn, Sb 2250

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 170
Campuran Gas Unsur yang Diatomisasikan Suhu Nyala
(±ºC)

Udara : H2 As, Se, Sn, Zn, Pb, Cd 1550

N2 O : C2 H2 Gol. Lantanida, Aktinida, IVA, IIIB, IVB, 2955


VB, Mo, W, Re, Os, Ba, Sr, Ca, Be, B,
Al, Ti, Si,Ge

Beberapa unsur dapat ditentukan dengan nyala dari campuran gas yang
berbeda tetapi penggunaan bahan bakar dan oksidan yang berbeda akan
memberikan sensitivitas yang berbeda pula.

Syarat-syarat gas yang dapat digunakan dalam atomisasi dengan nyala:

• Campuran gas memberikan suhu nyala yang sesuai untuk atomisasi


unsur yang akan dianalisa
• Tidak berbahaya misalnya tidak mudah menimbulkan ledakan.
• Gas cukup aman, tidak beracun dan mudah dikendalikan
• Gas cukup murni dan bersih (UHP)

Campuran gas yang paling umum digunakan adalah Udara : C2H2


(suhu nyala 1900 – 2000 ºC), N2O : C2H2 (suhu nyala 2700 – 3000 ºC),
Udara : propana (suhu nyala 1700 – 1900 ºC)

Banyaknya atom dalam nyala tergantung pada suhu nyala. Suhu nyala
tergantung perbandingan gas bahan bakar dan oksidan.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada atomisasi dengan nyala :

1) Standar dan sampel harus dipersiapkan dalam bentuk larutan dan


cukup stabil. Dianjurkan dalam larutan dengan keasaman yang rendah
untuk mencegah korosi.
2) Atomisasi dilakukan dengan nyala dari campuran gas yang sesuai
dengan unsur yang dianalisa.
3) Persyaratan bila menggunakan pelarut organik :
• Tidak mudah meledak bila kena panas

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 171
• Mempunyai berat jenis > 0,7 g/mL
• Mempunyai titik didih > 100 ºC
• Mempunyai titik nyala yang tinggi
• Tidak menggunakan pelarut hidrokarbon

Pembuatan atom bebas dengan menggunakan nyala (Flame AAS)

Contoh: Suatu larutan MX, setelah dinebulisasi ke dalam spray chamber


sehingga terbentuk aerosol kemudian dibawa ke dalam nyala oleh
campuran gas oksidan dan bahan bakar akan mengalami proses atomisasi

Larutan MX Partikel (padat) MX

MX (padat) MX (cair) MX (gas)

MX (gas) M (atom) + X (atom)


Atomisasi

2) Atomisasi tanpa nyala


Atomisasi tanpa nyala dilakukan dengan mengalirkan energi listrik pada
batang karbon (CRA – Carbon Rod Atomizer) atau tabung karbon (GTA –
Graphite Tube Atomizer) yang mempunyai 2 elektroda.

Sampel dimasukan ke dalam CRA atau GTA. Arus listrik dialirkan sehingga
batang atau tabung menjadi panas (suhu naik menjadi tinggi) dan
unsur yang dianalisa akan teratomisasi. Suhu dapat diatur hingga
3000 ºC.
pemanasan larutan sampel melalui tiga tahapan yaitu :

• Tahap pengeringan (drying) untuk menguapkan pelarut


• Pengabuan (ashing), suhu furnace dinaikkan bertahap sampai terjadi
dekomposisi dan penguapan senyawa organik yang ada dalam sampel
sehingga diperoleh garam atau oksida logam
• Pengatoman (atomization)
Pengendalian Mutu Agroindustri
Program D-4 PJJ 172
3) Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida
Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida dilakukan untuk
unsur As, Se, Sb yang mudah terurai apabila dipanaskan pada suhu
lebih dari 800 ºC sehingga atomisasi dilakukan dengan
membentuk senyawa hibrida berbentuk gas atau yang lebih terurai
menjadi atom- atomnya melalui reaksi reduksi oleh SnCl2 atau
NaBH4, contohnya merkuri (Hg).

2. TUGAS-7

Spektrofotometri Serapan atom (AAS) adalah suatu metode analisis untuk


penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan
pada penyerapan (absorpsi) radiasi oleh atom-atom bebas unsur
tersebut. Ada beberapa cara pembentukan atom (atomisasi) dalam AAS.

Buatlah tulisan yang menjelaskan beberapa metode atomisasi, syarat-


syarat, kelebihan dan kekurangannya.

Tugas dikumpulkan pada minggu ke-3 bulan Desember tahun 2008 dalam
bentuk soft copy.

3. TES FORMATIF-7

SOAL ESSAY

1) Jelaskan prinsip pengukuran dengan metode AAS!


2) Jelaskan keuntungan dari metode AAS jika dibandingkan dengan
metode spektrofotometri Uv-Vis!
3) Jelaskan apa yang menyebabkan terjadinya absorpsi atau emisi
dalam suatu atom!
4) Bagaimana suatu unsur dapat diidentifikasi dan dikarakterisasi dengan
metode AAS?
5) Jelaskan tiga cara atomisasi dalam AAS!

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 173
4. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT-7

Kerjakan soal pada Tes Formatif-7 tersebut secara jujur, kemudian


cocokkan hasil tes Anda dengan kunci jawaban. Setiap soal memiliki score
25 jika jawaban benar, sedangkan jika jawaban tidak benar scorenya
diberikan sesuai dengan tingkat kebenaran dari jawaban.

Hitunglah nilai Anda sesuai dengan ketentuan score untuk setiap


soal. Bila nilai tes Anda ≥ 80 maka Anda boleh melanjutkan belajar
pada Kegiatan Belajar berikutnya, tetapi bila skore Anda < 80 maka anda
harus mengulang belajar pada Kegiatan Belajar-7 lagi.

5. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF-7

NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE


1. Spektrofotometri serapan atom (AAS) • Prinsip AAS benar 25
adalah suatu metode analisis yang • Akibat serapan dijelaskan
didasarkan pada proses penyerapan energi dengan benar benar
radiasi oleh atom-atom yang berada • Satu poin jawaban benar 15
pada tingkat energi dasar
(ground state). Penyerapan
• Tidak ada jawaban benar 5
tersebut menyebabkan
tereksitasinya elektron dalam kulit atom
ke tingkat energi yang lebih tinggi. Keadaan
ini bersifat labil, elektron akan kembali
ke tingkat energi dasar sambil
mengeluarkan energi yang berbentuk
2. radiasi.
• Spesifik Enam poin jawaban benar 25
• Batas (limit) deteksi rendah
• Dari satu larutan yang sama, beberapa Empat poin jawaban benar 16
unsur berlainan dapat diukur
• Pengukuran dapat langsung Dua poin jawaban benar 8
dilakukan terhadap larutan
contoh (preparasi contoh Tidak ada jawaban benar 2
sebelum pengukuran lebih
sederhana, kecuali bila ada zat
pengganggu)
• Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis
unsur dalam banyak jenis contoh.
• Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan
adalah amat luas (mg/L hingga persen)
3. • Adanya absorpsi atau emisi Tiga poin jawaban benar 25
radiasi disebabkan adanya transisi
elektronik yaitu perpindahan elektron
dalam atom,

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 174
NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE
dari tingkat energi yang satu ke tingkat Dua poin jawaban benar 15
energi yang lain.
• Absorpsi radiasi terjadi apabila
ada elektron yang Satu poin jawaban benar 10
mengabsorpsi energi
radiasi sehingga berpindah ke
tingkat energi yang lebih tinggi.
• Emisi terjadi apabila ada elektron Tidak ada jawaban benar 5
yang berpindah ke tingkat energi yang
lebih rendah sehingga
terjadi pelepasan energi
4. Radiasi resonansi dari unsur X hanya dapat • Serapan radiasi 25
diabsorpsi oleh atom X, sebaliknya atom X resonansi suatu unsur
tidak dapat mengabsorpsi radiasi resonansi dijelaskan dengan benar
unsur Y. Tak ada satupun unsur dalam • Kesimpulan dijelaskan
susunan berkala yang radiasi resonansinya dengan benar
menyamai unsur lain. Oleh karena itu Satu poin jawaban benar 15
metode AAS sangat spesifik dan hampir
bebas gangguan karena frekuensi radiasi
yang diserap adalah karakteristik untuk Tidak ada jawaban benar 5
setiap unsur. Gangguan hanya akan terjadi
apabila panjang radiasi resonansi dari
dua unsur yang sangat berdekatan satu
sama lain.

5. 1) Atomisasi dengan nyala Tiga poin jawaban benar 25


Suatu senyawa logam yang dipanaskan
akan membentuk atom logam pada
suhu ± 1700 ºC atau lebih. Sampel yang
Dua poin jawaban benar 15
berbentuk cairan akan dilakukan
atomisasi dengan cara
memasukan cairan tersebut ke
dalam nyala campuran Satu poin jawaban benar 10
gas bakar. Tingginya suhu nyala
yang diperlukan untuk atomisasi
setiap unsur berbeda.
2) Atomisasi tanpa nyala Tidak ada jawaban benar 5
Atomisasi tanpa nyala dilakukan dengan
mengalirkan energi listrik pada
batang karbon (CRA – Carbon Rod
Atomizer) atau tabung karbon (GTA –
Graphite Tube Atomizer) yang
mempunyai 2 elektroda.
3) Atomisasi dengan pembentukan
senyawa hidrida
Atomisasi dengan pembentukan
senyawa hidrida dilakukan untuk unsur
As, Se, Sb yang mudah terurai apabila
dipanaskan pada suhu lebih dari 800 ºC
sehingga atomisasi dilakukan dengan
membentuk senyawa hibrida
berbentuk gas atau yang lebih
terurai menjadi atom-atomnya melalui
reaksi reduksi oleh SnCl2 atau
NaBH4, contohnya merkuri (Hg).

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 175
H. KEGIATAN BELAJAR-8

1. LEMBAR INFORMASI-8: INTRUMENTASI AAS

3 5
1
4
2
Gambar 22. Skema peralatan AAS

Keterangan:

1. Sumber radiasi berupa lampu katoda berongga


2. Atomizer yang terdiri dari pengabut dan pembakar
3. Monokromator
4. Detektor
5. Rekorder

a. SUMBER RADIASI RESONANSI

Sumber radiasi resonansi yang digunakan adalah lampu


katoda berongga (Hollow Cathode Lamp) atau Electrodeless
Discharge Tube (EDT). Elektroda lampu katoda berongga biasanya
terdiri dari wolfram dan katoda berongga dilapisi dengan unsur murni
atau campuran dari unsur murni yang dikehendaki. Tanung lampu
dan jendela (window) terbuat dari silika atau kuarsa, diisi dengan
gas pengisi yang dapat menghasilkan proses ionisasi. Gas pengisi
yang biasanya digunakan
ialah Ne, Ar atau He.

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 176
Gambar 23. Lampu Katoda Berongga (Hallow Cathode Lamp)

Pemancaran radiasi resonansi terjadi bila kedua elektroda diberi


tegangan, arus listrik yang terjadi menimbulkan ionisasi gas-
gas pengisi. Ion-ion gas yang bermuatan positif ini menembaki atom-
atom yang terdapat pada katoda yang menyebabkan tereksitasinya
atom- atom tersebut. Atom-atom yang tereksitasi ini bersifat tidak
stabil dan akan kembali ke tingkat dasar dengan melepaskan energi
eksitasinya dalam bentuk radiasi. Radiasi ini yang dilewatkan
melalui atom yang berada dalam nyala.

b. ATOMIZER

Atomizer terdiri atas Nebulizer (sistem pengabut), spray chamber dan


burner (sistem pembakar)

• Nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan menjadi


aerosol (butir-butir kabut dengan ukuran partikel 15 – 20 µm)
dengan cara menarik larutan melalui kapiler (akibat efek dari
aliran udara) dengan pengisapan gas bahan bakar dan
oksidan, disemprotkan ke ruang pengabut. Partikel-partikel
kabut yang halus kemudian bersama-sama aliran campuran gas
Pengendalian Mutu Agroindustri
Program D-4 PJJ 177
bahan bakar, masuk ke dalam nyala, sedangkan titik kabut yang
besar dialirkan melalui saluran
pembuangan.

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 178
• Spray chamber berfungsi untuk membuat campuran yang
homogen antara gas oksidan, bahan bakar dan aerosol yang
mengandung contoh sebelum memasuki burner.
• Burner merupakan sistem tepat terjadi atomisasi yaitu pengubahan
kabut/uap garam unsur yang akan dianalisis menjadi atom-
atom normal dalam nyala.

c. MONOKROMATOR

Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga melalui populasi


atom di dalam nyala, energi radiasi ini sebagian diserap dan sebagian
lagi diteruskan. Fraksi radiasi yang diteruskan dipisahkan dari
radiasi lainnya. Pemilihan atau pemisahan radiasi tersebut
dilakukan oleh monokromator.

Monokromator berfungsi untuk memisahkan radiasi resonansi yang


telah mengalami absorpsi tersebut dari radiasi-radiasi lainnya. Radiasi
lainnya berasal dari lampu katoda berongga, gas pengisi lampu katoda
berongga atau logam pengotor dalam lampu katoda berongga.

Monokromator terdiri atas sistem optik yaitu celah, cermin dan kisi.

d. DETEKTOR

Detektor berfungsi mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh sampel


dan mengukur intensitas radiasi tersebut dalam bentuk energi listrik.

e. REKORDER

Sinyal listrik yang keluar dari detektor diterima oleh piranti yang dapat
menggambarkan secara otomatis kurva absorpsi.

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 179
2. TUGAS-8

Identifikasi sistem dasar peralatan AAS yang menggunakan pengaturan


elektrotermal (Graphite Furnace – AAS) dan menggunakan nyala ( Flame –
AAS)

¤ Gambarkan susunan sistem dasar kedua alat tersebut!


¤ Jelaskan masing-masing bagian alatnya!
¤ Jelaskan bagaimana terjadinya atomisasi pada kedua sistem tersebut!
¤ Jelaskan kekurangan dan kelebihan masing-masing alat!

Tugas dikumpulkan pada minggu ke-3 bulan Desember tahun 2008 dalam
bentuk soft copy.

3. TES FORMATIF-8

SOAL A PILIHAN GANDA

Lingkari jawaban yang paling tepat diantara 5 pilihan jawaban berikut!


1) Susunan sistem dasar peralatan AAS terdiri atas …
a. Sumber radiasi-atomizer-detektor-monokromator-rekorder
b. Atomizer-detektor-sumber radiasi-monokromator-rekorder
c. Sumber radiasi-detektor-atomizer-monokromator-rekorder
d. Sumber radiasi-monokromator-detektor-atomizer-rekorder
e. Sumber radiasi-atomizer-monokromator-detektor-rekorder

2) Sumber radiasi resonansi yang digunakan pada AAS adalah ….


a. Lampu deuteurium
b. Lampu halogen
c. Lampu wolfram
d. Lampu katoda berongga
e. Lampu anoda berongga

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 180
3) Gas pengisi yang biasa digunakan pada sumber radiasinya adalah ....
a. Ne, Ar, Xe
b. Ne, Ar, Kr
c. Ne, Ar, Rn
d. Ne, Ar, H
e. Ne, Ar, He

4) Susunan sistem atomizer pada AAS terdiri atas ….


a. Nebulizer, burner, detektor
b. Nebulizer, burner, monokromator
c. Nebulizer, spray chamber, burner
d. Burner, monokromator, detektor
e. Burner, nebulizer, detektor

5) Campuran gas yang paling umum digunakan pada sistem atomizer


adalah ….
a. Udara – C2H2
b. Udara – C2H4
c. Udara – C4H8
d. N 2 O – C 2 H4
e. N2O – Udara

6) Unsur-unsur dibawah ini diatomisasi dengan pembentukan senyawa


hidrida, unsur yang dimaksud adalah …
a. As, Se, He
b. As, Se, Sb
c. As, Se, Na
d. As, Sb, Na
e. As, Sb, Xe

7) Pada alat ini terjadi pencampuran antara gas oksidan, bahan bakar dan
aerosol yang mengansung sampel. Alat yang dimaksud adalah….
a. Nebulizer
Pengendalian Mutu Agroindustri
Program D-4 PJJ 181
b. Burner
c. Spray chamber
d. Atomizer
e. Monokromator

8) Sampel larutan yang akan dianalisis pada AAS diubah menjadi aerosol
atau butir-butir kabut dengan ukuran partikel 15 – 20 µm. Alat yang
berfungsi mengubah larutan sampel tersebut adalah ....
a. Nebulizer
b. Burner
c. Spray chamber
d. Atomizer
e. Monokromator

9) Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga melalui


populasi atom di dalam nyala, energi radiasi ini sebagian diserap
dan sebagian lagi diteruskan. Fraksi radiasi yang diteruskan
dipisahkan dari radiasi lainnya. Alat yang berfungsi memisahkan
radiasi resonansi yang telah mengalami absorpsi adalah….
a. Nebulizer
b. Burner
c. Spray chamber
d. Atomizer
e. Monokromator

10)Monokromator pada AAS terdiri atas sistem optik, yaitu ….


a. Cermin, kisi difraksi, celah
b. Kisi difraksi, cermin, celah
c. Celah, filter, kisi
d. Celah, cermin, kisi
e. Celah, cermin, filter

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 182
SOAL ESSAY

1. Gambarkan dan jelaskan sistem dasar peralatan AAS!


2. Jelaskan bagian-bagian dari atomizer dan fungsinya masing-masing!

4. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT-8

Kerjakan soal pada Tes Formatif-8 tersebut secara jujur, kemudian


cocokkan hasil tes Anda dengan kunci jawaban. Pada tes tersebut ada
2 jenis soal:

• Soal pilihan ganda, setiap soal diberi score 5 bila jawaban benar.
• Soal essay, setiap soal memiliki score yang telah ditentukan pada kunci
jawaban, sedangkan jika jawaban tidak benar scorenya diberikan sesuai
dengan tingkat kebenaran dari jawaban.

Hitunglah nilai Anda sesuai dengan ketentuan score untuk setiap soal. Bila
nilai tes Anda ≥ 80 maka Anda boleh melanjutkan belajar pada
Kegiatan Belajar berikutnya, tetapi bila skore Anda < 80 maka anda harus
mengulang belajar pada Kegiatan Belajar-8 lagi.

5. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF-8


SOAL A PILIHAN GANDA

No Jawaban Score No Jawaban Score


1. E 5 6. B 5
2. D 5 7. C 5
3. E 5 8. A 5
4. C 5 9. E 5
5. A 5 10. D 5

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 183
SOAL B ESSAY

NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE


1. Lima poin jawaban benar 25

3 5
1
4
2
Empat poin jawaban benar 20
1. Sumber radiasi resonansi
Sumber radiasi resonansi yang
digunakan adalah lampu katoda
berongga (Hollow Cathode Lamp) atau
Electrodeless Discharge Tube (EDT).
Elektroda lampu katoda berongga
biasanya terdiri dari wolfram dan
katoda berongga dilapisi dengan
unsur murni atau campuran dari Tiga poin jawaban benar 15
unsur murni yang dikehendaki.
2. Atomizer
Atomizer terdiri atas Nebulizer (sistem
pengabut), spray chamber dan
burner (sistem pembakar)
3. Monokromator
Setelah radiasi resonansi dari lampu
katoda berongga melalui populasi atom di Dua poin jawaban benar 10
dalam nyala, energi radiasi ini
sebagian diserap dan sebagian lagi
diteruskan. Fraksi radiasi yang diteruskan
dipisahkan dari radiasi lainnya.
Pemilihan atau pemisahan radiasi
tersebut dilakukan oleh monokromator
4. Detektor
Detektor berfungsi mengukur radiasi
Satu poin jawaban benar 5
yang ditransmisikan oleh sampel
dan mengukur intensitas
radiasi tersebut dalam
bentuk energi listrik
5. Rekorder
Sinyal listrik yang keluar dari detektor
diterima oleh piranti yang dapat
menggambarkan secara otomatis kurva
absorpsi.
2. Atomizer terdiri atas Nebulizer (sistem Tiga poin jawaban benar 25
pengabut), spray chamber dan burner
(sistem pembakar)
• Nebulizer berfungsi untuk
mengubah larutan menjadi aerosol
(butir-butir kabut dengan ukuran
partikel 15 – 20 µm)

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 184
NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE
dengan cara menarik larutan melalui Dua poin jawaban benar 15
kapiler (akibat efek dari aliran
udara) dengan pengisapan gas bahan
bakar dan oksidan,
disemprotkan ke ruang
pengabut. Partikel-partikel kabut yang
halus kemudian bersama-sama aliran
campuran gas bahan bakar, masuk ke Satu poin jawaban benar 10
dalam nyala, sedangkan titik kabut
yang besar dialirkan melalui saluran
pembuangan.
• Spray chamber berfungsi untuk membuat
campuran yang homogen antara gas
oksidan, bahan bakar dan aerosol Tidak ada jawaban benar 5
yang mengandung contoh sebelum
memasuki burner.
• Burner merupakan sistem tepat terjadi
atomisasi yaitu pengubahan
kabut/uap garam unsur yang akan
dianalisis menjadi atom-atom
normal dalam nyala.

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 185
I. KEGIATAN BELAJAR-9

1. LEMBAR INFORMASI-9: METODE PELARUTAN/DESTRUKSI


CONTOH UNTUK PENGUJIAN DENGAN AAS

Contoh harus diubah menjadi bentuk larutan yang stabil dan tidak
mengandung zat yang dapat menimbulkan gangguan dalam nyala.
Pelarutan dapat dilakukan secara langsung, dengan bantuan asam,
atau dalam asam setelah contoh dilebur dalam suatu basa. Cara
pelarutan dalam asam paling banyak digunakan karena mudah
penggunaannya dan juga mudah untuk mendapatkan asam dengan
tingkat kemurnian tinggi.

Contoh dari bahan organik dapat dilarutkan dengan proses


digestion dalam campuran asam (HNO3, H2SO4, HCl). Cara
pelarutan contoh harus menghindarkan munculnya zat yang tidak
dapat terurai dalam suhu tinggi (refractory). Sebagai contoh, bila
ada Ca, sebaiknya tidak menggunakan H3PO4 sebagai pelarut karena
akan terbentuk Ca3(PO4)2 yang bersifat refractory, sehingga
pengukuran akan lebih rendah dari yang seharusnya. Contoh
lainnya, penetapan Ta jangan menggunakan basa yang mengandung K
karena akan terbentuk K2TaF6 yang bersifat refractory.

Bila dalam contoh banyak terdapat zat pengganggu, perlu


dilakukan pemisahan. Bila analat konsentrasinya kecil dilakukan
pemekatan terlebih dahulu. Kedua hal ini biasa dilakukan dengan
cara ekstraksi pelarut-pelarut.

Pelarut organik yang berupa senyawa aromatik dan senyawa halogenik


seperti CHCl3 dan CCl4, sebaiknya tidak digunakan karena
senyawa- senyawa ini sangat mudah menguap. Akibatnya, nyala
menjadi tidak
stabil karena gangguan uap senyawaan tersebut.

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 186
Banyak jenis contoh yang tidak atau sulit untuk dilarutkan langsung
dengan air, terutama contoh yang berupa bahan padat bahan organik,
oleh karena itu diperlukan persiapan terlebih dahulu sebelum analisis.

a. CARA PREPARASI CONTOH UNTUK BAHAN ORGANIK / BIOLOGI


Contoh padat bahan organik terkadang dapat diekstrak dengan suatu
pelarut misalnya air, asam encer, etanol dsb, misalnya dalam analisis
sirup, gula, pati dan ekstrak dapat langsung diukur dengan AAS.
Namun apabila unsur-unsur tersebut terikat dalam bentuk senyawa
kompleks dengan zat-zat organik seperti protein maka apabila
langsung diukur dengan AAS akan diperoleh hasil analisa yang salah,
karena standar yang dipergunakan hanyalah terdiri atas larutan garam
dari unsur yang dianalisa tersebut, jadi benar-benar bersifat anorganik.
Maka contoh perlu dihidrolisis dulu.

Hidrolisis dapat dilakukan dengan larutan HCl 8 N, yaitu dengan cara


mendidihkan selama 10 menit atau lebih. Unsur-unsur
Ca,Na,Mg,Fe,Cu,Sr dapat larut dalam HCl 8 N, sehingga dapat diukur
dengan AAS setelah dilakukan penyaringan. Apabila cara hidrolisis ini
tidak efektif dalam mengekstrak unsur-unsur yang dimaksud maka
dapat ditempuh cara lain yaitu destruksi total.

Destruksi total yaitu menghilangkan seluruh bahan organik, sedangkan


bahan anorganik/mineral terdapat dalam residu yang tersisa,
caranya yaitu memanaskan contoh (5 gram) dalam cawan
o
porselen dalam tungku (furnace) pada suhu 550 C sampai seluruh
bahan organik habis teroksidasi sehingga diperoleh abu yang
berwarna putih. Apabila abu masih berwarna hitam maka perlu
dibasahi dengan 1-2 tetes asam
nitrat pekat untuk mengoksidasi sisa-sisa bahan organik dan karbon.
Abu yang sudah putih kemudian dilarutkan dalam HCl atau HNO3 dan
unsur siap dianalisa dengan AAS.

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 187
Unsur-unsur logam dan metaloid selain terikat sebagai senyawa
organik logam, garam mineral dapat juga sebagai garam anorganik
biasa (misalnya NaCl). Maka untuk dapat menganalisis unsur-unsur
anorganik tersebut adalah dengan cara:

1) Cara Oksidasi Kering


Proses oksidasi dilakukan secara bertahap, yaitu penguapan
air dan tahap awal oksidasi dilakukan pada suhu relatif rendah
o
(100 C atau lebih) pemanasan ini dapat dilakukan dengan
pembakar bunsen, hotplate dll, kemudian suhu dinaikkan
perlahan sampai
o
550 C sampai oksidasi sempurna (pemanasan dapat dilakukan
dengan tungku/furnace).

2) Cara Oksidasi Basah


Dalam oksidasi basah digunakan asam-asam sebagai berikut:

• Campuran H2SO4 –HNO3


• Campuran H2SO4 – HNO3 – HClO4
• Campuran HNO3 – HClO4
• Campuran H2SO4 – H2O2
Dalam penggunaan campuran H2SO4 – HNO3, mula-mula
H2SO4 (pekat) ditambahkan ke dalam contoh dengan disertai
sebagian HNO3 (pekat), kemudian apabila dengan
pemanasan terjadi kehabisan HNO3 maka HNO3
ditambahkan lagi, demikian seterusnya hingga
oksidasi selesai.

Pada pemakaian HClO4 biasanya dilakukan pada waktu


oksidasi sudah hampir selesai, bila tidak, terdapat bahaya
letusan atau reaksi yang terlalu keras

Perbandingan
Pengendalian Mutu Agroindustri antara cara oksidasi basah dengan cara oksidasi
Program D-4 PJJ 188
kering adalah sebagai berikut:

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 189
Tabel 12. Perbandingan cara oksdasi basah dan oksidasi kering

No Kriteria Cara Basah Cara Kering

1 Waktu yang tersita Banyak Lebih sedikit

2 Perhatian yang tersita Banyak sedikit

3 Biaya bahan kimia Banyak sedikit

4 Efek polusi terhadap lingkungan Sedang-Banyak sedikit

5 Akurasi hasil analisis Umumnya lebih Kurang baik/


baik (accurate) sampai baik

6 Keterbatasan dari segi jumlah Kecil Lebih banyak


jenis unsur yang dapat dianalisis *)
melalui cara/oksidasi ini

7 Peralatan yang diperlukan selain Hanya alat-alat Hotplate,


lemari asam gelas biasa dan furnace, krus
pemanas porselen dll

*) Unsur-unsur logam tertentu dapat dianalisis melalui oksidasi basah, tetapi


tidak dapat melalui cara oksidasi kering (misal Hg,As,Se,Sb)

3) Cara Kombinasi
Mengingat segi-segi keuntungan dan kerugian cara basah vs cara
kering, maka orang dapat mencari kombinasi-kombinasi
yang dianggap paling menguntungkan untuk jenis bahan
tertentu dan unsur tertentu.

4) Cara Disolusi dengan microwave


Cara pemanasan menggunakan energi microwave dalam
wadah teflon, memanaskan contoh plus asam. Beberapa
keuntungan cara disolusi dengan microwave adalah konsumsi
energi sedikit tetapi efisien dan cepat, memakai sistem tertutup.
Tekanan tinggi dan suhu tinggi akan menghasilkan reaksi lebih
cepat (– 20-30 menit
saja) dan daya oksidasi lebih kuat. Hasil analisa yang akurat
Pengendalian Mutu Agroindustri
Program D-4 PJJ 190
karena kehilangan analit akibat penguapan tidak terjadi,
kontaminan dari luar tidak masuk. Aplikasi untuk segala contoh
organik dan anorganik serta efek polusi terhadap
lingkungan laboratorium amat minim.

b. CARA PREPARASI CONTOH UNTUK BAHAN ANORGANIK


Dalam analisis mineral terdapat dua kelompok metoda, yaitu metoda
destruktif dan nondestruktif. Dalam metoda destruktif mineral harus
didekomposisi dan dilarutkan, sedangkan dalam metoda nondestruktif
tidak perlu dilarutkan. Dekomposisi mineral dapat dilakukan dengan
asam-asam (HCl, HBr, HF, HNO3, H2SO4,HClO4,H3PO4) atau bahan
pelebur (NaHCO3,NaOH atau KOH,Na2O2,Na2B4O7,KHSO4,KHF2).
Dekomposisi dengan asam sekaligus melarutkan mineral tersebut,
sedangkan dekomposisi dengan cara melebur diikuti dengan melarutkan
hasil peleburan itu dalam pelarut (biasanya asam) yang tepat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan adalah:

• Jenis contoh
• Ukuran butir contoh
• Jenis pelarut
• Suhu
• Konsentrasi pelarut
• Pengadukan dll

Cara peleburan dipergunakan apabila mineral sukar dilarutkan


dengan asam. Cara peleburan lebih cepat dan efektif daripada cara
pelarutan biasa dengan asam-asam, berkat suhu reaksi yang sangat
tinggi (250 –
o
1000 C) yang tidak akan pernah dicapai oleh cara pelarutan biasa.

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 191
c. CARA PREPARASI CONTOH UNTUK ANALISIS RUNUTAN (TRACE
ANALYSIS)
Apabila konsentrasi unsur dalam larutan yang diperoleh terlalu
kecil untuk diukur atau dianalisis dengan teknik AAS, maka
diperlukan pemekatan. Cara pemekatan yang umum dipakai adalah
cara ekstraksi pelarut, cara penukar ion, cara pengendapan
(kopresipitasi), dan kadang-kadang cara penguapan dari pelarutnya.

Apabila teknik pengukuran yang lebih peka seperti ICP-Spectrometry,


Graphite Furnace-AAS digunakan, maka tidak lagi diperlukan pemekatan
sehingga larutan dapat diukur secara langsung.

2. TUGAS-9
Jelaskan permasalahan-permasalahan yang dihadapi jika dilakukan
cara oksidasi basah dan cara oksidasi kering untuk preparasi contoh
bahan organik/biologi.

Tugas dikumpulkan pada minggu ke-3 bulan Desember tahun 2008 dalam
bentuk soft copy.

3. TES FORMATIF-9
SOAL ESSAY
1. Jelaskan langkah-langkah preparasi untuk contoh bahan organik dan
biologi
2. Jelaskan dua cara yang digunakan untuk menghilangkan bahan
organik dalam contoh yang mengandung unsur anorganik.
3. Jelaskan bagaimana proses yang terjadi pada cara oksidasi kering!
4. Sebutkan asam-asam yang dapat digunakan pada cara oksidasi
basah!
5. Jelaskan kelebihan dan kekurangan cara oksidasi basah dan kering!
6. Jelaskan keuntungan cara disolusi dengan microwave!
7. Jelaskan bagaimana cara preparasi contoh untuk bahan anorganik!

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 192
8. Jelaskan apa yang akan dilakukan untuk preparasi contoh jika
konsentrasi unsur dalam larutan terlalu kecil untk dianalisis dengan
AAS!

4. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT-9

Kerjakan soal pada Tes Formatif-9 tersebut secara jujur,


kemudian cocokkan hasil tes Anda dengan kunci jawaban. Setiap soal
memiliki score tertentu jika jawaban benar, sedangkan jika jawaban tidak
benar scorenya diberikan sesuai dengan tingkat kebenaran dari jawaban.

Hitunglah nilai Anda sesuai dengan ketentuan score untuk setiap


soal. Bila nilai tes Anda ≥ 80 maka Anda boleh melanjutkan belajar
pada Kegiatan Belajar berikutnya, tetapi bila skore Anda < 80 maka anda
harus mengulang belajar pada Kegiatan Belajar-9 lagi.

5. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF-9

NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE


1. a. Ekstraksi, contoh padat diekstraksi dengan Tiga poin jawaban benar 15
pelarut (misalnya dengan air, asam encer,
etanol dll)
b. Hidrolisis, jika unsur-unsur dalam contoh Dua poin jawaban benar 10
terikat dalam bentuk senyawa
kompleks dengan zat-zat anorganik
(misalnya protein) contoh dihidrolisis
dengan HCl 8N dan dididihkan. Tidak ada jawaban benar 5
c. Destruksi total, jika cara hidrolisis
tidak efektif dalam mengekstraksi unsur-
unsur yang dianalisis.
2. 1. Oksidasi kering Empat poin jawaban 20
Proses oksidasi dilakukan secara benar
bertahap, yaitu penguapan air dan
tahap awal oksidasi dilakukan pada
o
suhu relatif rendah (100 C atau lebih)
pemanasan ini dapat dilakukan dengan
pembakar bunsen, hotplate dll, Tiga poin jawaban benar 15
kemudian suhu dinaikkan perlahan
o
sampai 550 C sampai oksidasi
sempurna (pemanasan dapat dilakukan
dengan tungku/furnace).
2. Oksidasi basah

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 193
NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE
Dalam oksidasi basah digunakan Dua poin jawaban benar 10
campuran asam-asam
3. Cara kombinasi
Cara oksidasi basah yang didahului
cara kering parsial untuk mempercepat
analisis dan memperbaiki akurasi hasil
analisis Satu poin jawaban benar 5
4. Cara disolusi dengan microwave
Cara pemanasan menggunakan energi
microwave dalam wadah teflon,
memanaskan contoh plus asam. Beberapa
keuntungan cara disolusi dengan
microwave adalah konsumsi energi sedikit
tetapi efisien dan cepat, memakai
sistem tertutup.
3. Proses yang terjadi pada cara oksidasi kering Tiga poin jawaban benar 15
adalah:
o
1. Penguapan air (pada 100 C atau lebih)
2. Penguapan zat-zat yang mudah Dua poin jawaban benar 10
menguap sebagai produk reaksi “thermal
cracking” dan oksidasi parsial (pada 150
o
– 300 C atau lebih) Satu poin jawaban benar 5
3. Oksidasi terhadap residu, sampai seluruh
bahan organik habis.
4. • Campuran H2SO4 –HNO3 Empat poin jawaban 10
• Campuran H2SO4 – HNO3 – HClO4 benar
• Campuran HNO3 – HClO4 Tiga poin jawaban benar 7.5
• Campuran H2SO4 – H2O2 Dua poin jawaban benar 5
Satu poin jawaban benar 2.5
5. No Kriteria Cara Cara Tujuh poin jawab benar 15
Basah Kering
1 Waktu yang Banyak Lebih
tersita sedikit
2 Perhatian Banyak sedikit
yang tersita Empat poin jawaban 10
3 Biaya bahan Banyak sedikit benar
kimia
4 Efek polusi Sedang- sedikit
terhadap Banyak
lingkungan Dua poin jawaban benar 5
5 Akurasi hasil Umumnya Kurang
analisis lebih baik baik/
(accurate) sampai
baik
6 Keterbatasan Kecil Lebih
dari segi banyak
jumlah jenis *)
unsur yang
dapat
dianalisis
melalui
cara/oksidasi
ini

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 194
NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE
7 Peralatan Hanya Hotplate,
yang alat-alat furnace,
diperlukan gelas krus
selain lemari biasa dan porselen
asam pemanas dll

6. Beberapa keuntungan cara disolusi dengan Lima poin jawaban benar 10


microwave adalah
1. Konsumsi energi sedikit tetapi efisien dan
cepat, memakai sistem tertutup. Empat poin jawaban 8
2. Tekanan tinggi dan suhu tinggi akan benar
menghasilkan reaksi lebih cepat (– 20-30
menit saja) dan daya oksidasi lebih kuat. Tiga poin jawaban benar 6
3. Hasil analisa yang akurat karena
kehilangan analit akibat penguapan
tidak terjadi, kontaminan dari luar tidak Dua poin jawaban benar 4
masuk.
4. Aplikasi untuk segala contoh organik dan
anorganik Satu poin jawaban benar 2
5. Efek polusi terhadap lingkungan
laboratorium amat minim.
7. 1. Metoda destruktif Dua poin jawaban benar 10
Dalam metoda destruktif mineral harus
didekomposisi dan dilarutkan
2. Metoda nondestruktif
Dekomposisi mineral dapat dilakukan
dengan asam-asam (HCl, HBr, HF, HNO3, Satu poin jawaban benar 5
H2SO4,HClO4,H3PO4) atau bahan pelebur
(NaHCO3,NaOH atau
KOH,Na2O2,Na2B4O7,KHSO4,KHF2).
Dekomposisi dengan asam sekaligus
melarutkan mineral tersebut, sedangkan
dekomposisi dengan cara melebur diikuti Tidak ada jawaban benar 2
dengan melarutkan hasil peleburan itu
dalam pelarut (biasanya asam) yang
tepat.

8. Apabila konsentrasi unsur dalam larutan Jawaban lengkap dan 5


yang diperoleh terlalu kecil untuk diukur benar
atau dianalisis dengan teknik AAS,
maka
diperlukan pemekatan. Cara pemekatan yang
Jawaban tidak lengkap 2
umum dipakai adalah cara ekstraksi
pelarut, cara penukar ion, cara
pengendapan
(kopresipitasi), dan kadang-kadang cara
penguapan dari pelarutnya.

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 195
J. KEGIATAN BELAJAR-10

1. LEMBAR INFORMASI-10: TEKNIK ANALISIS DENGAN


SPEKTROFOTOMETER SERAPAN ATOM (AAS)

a. KEAMANAN LINGKUNGAN KERJA

Sebelum melakukan pengujian contoh menggunakan spektrofotometer


serapan atom (AAS) maka kita harus memahami dulu tentang
keamanan lingkungan kerja selama melakukan pengujian. Pedoman
keamanan lingkungan kerja menggunakan spektrofotometer serapan
atom (AAS) diantaranya adalah :

1) Pastikan laboratorium / tempat alat AAS tersebut berada


berventilasi dengan baik dan dilengkapi dengan sistem
pembuangan gas yang memadai yang sambungan-
sambungannya pada sisi pembuangan bersifat kedap
udara, karena beberapa pelarut organik, terutama yang
mengandung klor, menghasilkan produk toksik dalam nyala.
2) Silinder gas haruslah diikat dengan aman dalam suatu kamar
yang ventilasinya memadai, cukup jauh dari dari panas
apapun maupun sumber penyalaan. Silinder gas ditandai
dengan jelas sehingga isinya dapat segera dikenali.
3) Bila alat AAS dimatikan, tutuplah katup silinder gas bakar dan
buang gas yang tersisa dalam saluran ke udara lewat sistem
pembuangan.
4) Sistem pipa yang menyalurkan gas dari silider gas dipasang
dengan kuat
5) Lakukan pemeriksaan berkala akan adanya kebocoran dengan
menggunakan larutan sabun pada sambungan dan segel.
6) Jangan pernah mengalirkan gas asetilen pada tekanan lebih dari
15 psi, karena pada tekanan tinggi asetilen dapat meledak
dengan tiba-tiba.

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 196
7) Hindari kontak antara gas asetilen dengan perak, merkuri atau
klor.
8) Hati-hati apabila menggunakan pelarut organik atsiri yang
dapat terbakar pada penghembusan ke dalam
nyala, sebaiknya gunakan wadah yang tutupnya pas
dan berlubang kecil untuk kapiler larutan contoh.
9) Jangan pernah memandang langsung nyala atau sinar dari lampu
katode berongga tanpa menggunakan alat pelindung mata (kaca
mata)
10) Jangan pernah meninggalkan nyala tanpa dijaga.

b. MENYIAPKAN LARUTAN STANDAR

Dalam pengukuran menggunakan spektrofotometer serapan atom


(AAS) larutan-larutan yang akan diukur/diuji mempunyai konsentrasi
yang sangat rendah, sehingga larutan standar yang diperlukan
untuk analisis itu juga harus dibuat dalam konsentrasi yang sangat
rendah. Penyiapan larutan standar jarang dilakukan dengan
menimbang langsung zat standar yang diperlukan. Oleh karena itu
yang umum dilakukan adalah mempersiapkan
larutan-larutan induk yang mengandung
1000 ppm unsur yang akan diuji, dan kemudian larutan standar
untuk bekerja (pengukuran contoh) disiapkan dengan
pengenceran larutan induk tersebut. Larutan standar yang mempunyai
konsentrasi kurang dari 10 ppm seringkali rusak apabila disimpan
terlalu lama karena zat terlarutnya teradsorpsi pada dinding kaca labu
ukur, jadi larutan tersebut tidak boleh disimpan lebih dari 1-2 hari.

Larutan induk idealnya disiapkan dari logam murni atau oksida logam
murni dengan melarutkan dalam larutan asam yang sesuai, bahan
kimia yang digunakan tentu saja harus dari kemurnian tinggi.
Namun
kebanyakan, larutan standar dibuat dengan cara melarutkan garam
Pengendalian Mutu Agroindustri
Program D-4 PJJ 197
logam dalam air deionisasi asal garam logam tersebut memenuhi
persyaratan sebagai standar primer.

Persyaratan bahan kimia yang dapat dijadikan sebagai standar primer


diantaranya adalah :

1. Mempunyai kemurnian yang tinggi


2. Mempunyai berat molekul (BM) yang tinggi
3. Tidak bersifat higroskopis
4. Mudah didapat

Analisis kualitatif dalam AAS adalah berdasarkan pada hasil


pengukuran absorbans dari larutan contoh yang diaspirasikan.

Menurut hukum Beer, nilai absorbans (A) mempunyai hubungan linier


dengan konsentrasi analit dalam larutan (c)

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 198
A= kc

dimana k : tetapan

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 199
Dengan demikian konsentrasi analit dalam contoh uji dapat ditentukan
dengan mengukur absorban (A), kemudian memplotkannya pada kurva
kalibrasi yang sudah dibuat sebelumnya dengan interpolasi.

Gambar 24. Kurva kalibrasi

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 200
Interpolasi itu akan memberikan hasil yang benar (accurate) apabila tidak
ada gangguan yang ditemui, gangguan ini misalnya ialah disebabkan oleh
tidak samanya komposisi unsur-unsur dalam standar dengan
dalam contoh.

Misalkan Ca dalam suatu larutan yang tidak mengandung fosfat atau


silikat akan memberikan harga absorbans yang berbeda apabila ke dalam
larutan tersebut dibubuhkan fosfat atau silikat. Jadi fosfat atau silikat
ini adalah zat-zat penggangu dalam analisis Ca.

c. MEMBUAT KURVA KALIBRASI


Cara pembuatan kurva kalibrasi ada 3 macam yang aplikasinya tergantung
kepada kondisi analisis yang dihadapi:

1) Cara biasa
Sederet larutan baku yang konsentrasinya berada dalam
rentang konsentrasi kerja AAS ini diukur langsung dan hasilnya
diplotkan sebagai kurva kalibrasi. Biasanya akan ditemui daerah yang
linier dan non linier. Daerah yang tidak linier sebaiknya tidak
dipakai dan konsentrasi contoh-contoh yang diukur sebaiknya
berada dalam konsentrasi dalam daerah yang linier

2) Metode adisi standar


Kurva baku dibuat di dalam matriks contoh yang bersangkutan. Kepada
larutan contoh ditambahkan analit yang konsentrasinya sebesar 0, 50,
100 dan 150 % dari konsentrasi analit dalam contoh asalnya. Hasil
pengukuran diplotkan dalam kurva adisi standar yang harus linier. Cara
ini tidak dapat dipakai apabila kurva tersebut tidak linier. Konsentrasi
analit ditemukan dengan cara interpolasi

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 201
3) Metode “high precision ratio” (bracketting)
Metode ini diperlukan untuk memperoleh presisi hasil analisa
(pengukuran) yang amat tinggi. Untuk itu larutan contoh yang
konsentrasinya berada dalam batas linier kurva kalibrasi diukur
menggunakan 2 buah larutan standar yang konsentrasinya masing-
masing C1 (konsentrasi = 5% lebih rendah) dan C2 (konsentrasi = 5%
lebih tinggi) daripada konsentrasi larutan contoh Cs. Hasil pengukuran
absorban masing-masing adalah A1 dan A2 (larutan standar) dan
As (larutan contoh)

Maka nilai Cs dihitung dari rumus :

2. TUGAS-10
Carilah referensi di internet mengenai Teknis Analisis dengan AAS,
kemudian buatlah tulisannya dan sertakan referensinya!

Tugas dikumpulkan pada minggu ke-3 bulan Januari tahun 2009 dalam
bentuk soft copy.

3. TES FORMATIF-10
SOAL ESSAY
1. Jelaskan tahapan analisis dengan mengunakan AAS!
2. Bagaimana cara menyiapkan larutan induk? Apa persyaratan bahan
kimia yang dapat dijadikan standar?
3. Jelaskan tiga cara pembuatan kurva kalibrasi!
4. Jelaskan bagaimana membuat kurva kalibrasi dengan metode “high
precision ratio (Bracketting)”? bagaimana menghitung konsentrasi
sampelnya?

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 202
4. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT-10

Kerjakan soal pada Tes Formatif-10 tersebut secara jujur, kemudian


cocokkan hasil tes Anda dengan kunci jawaban. Setiap soal memiliki score
25 jika jawaban benar, sedangkan jika jawaban tidak benar scorenya
diberikan sesuai dengan tingkat kebenaran dari jawaban.

Hitunglah nilai Anda sesuai dengan ketentuan score untuk setiap


soal. Bila nilai tes Anda ≥ 80 maka Anda boleh melanjutkan belajar
pada Kegiatan Belajar berikutnya, tetapi bila skore Anda < 80 maka anda
harus mengulang belajar pada Kegiatan Belajar-10 lagi.

5. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF-10

NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE


1. 1. Menyiapkan larutan standar Empat poin jawaban benar 25
Dalam pengukuran menggunakan
AAS larutan-larutan yang akan
diukur/diuji mempunyai konsentrasi
yang sangat rendah, sehingga Tiga poin jawaban benar 15
larutan standar yang diperlukan untuk
analisis itu juga harus dibuat dalam
konsentrasi yang sangat rendah.
Penyiapan larutan standar
Dua poin jawaban benar 10
jarang dilakukan dengan
menimbang langsung zat standar
yang diperlukan, tetapi dengan
mempersiapkan larutan- larutan induk
yang mengandung 1000 ppm unsur Tidak ada jawaban benar 5
yang akan diuji, dan kemudian
larutan standar untuk bekerja
(pengukuran contoh) disiapkan dengan
pengenceran larutan induk tersebut.
2. Preparasi contoh
Preparasi contoh dilakukan sesuai
dengan jenisnya.
3. Membuat kurva kalibrasi
4. Mengukur contoh dan memplotkan
2. 1. Cara menyiapkan larutan induk: Dua poin jawaban benar 25
Larutan induk idealnya disiapkan
dari logam murni atau oksida logam
murni dengan melarutkan dalam
larutan asam

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 203
NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 204
yang sesuai, bahan kimia yang Satu poin jawaban benar 15
digunakan tentu saja harus dari
kemurnian tinggi. Namun kebanyakan,
larutan standar dibuat dengan cara
melarutkan garam logam dalam air
deionisasi asal garam logam
tersebut memenuhi persyaratan
sebagai standar primer. Tidak ada jawaban benar 5
2. Persyaratan bahan kimia yang dapat
dijadikan sebagai standar primer
diantaranya adalah :
a. Mempunyai kemurnian yang tinggi
b. Mempunyai berat molekul (BM) yang
tinggi
c. Tidak bersifat higroskopis
d. Mudah didapat
3. 1) Cara biasa Tiga poin jawaban benar 25
Sederet larutan baku yang
konsentrasinya berada dalam rentang
konsentrasi kerja AAS ini diukur
langsung dan hasilnya diplotkan sebagai Dua poin jawaban benar 15
kurva kalibrasi.
2) Metode adisi standar
Kurva baku dibuat di dalam Satu poin jawaban benar 10
matriks contoh yang
bersangkutan. Kepada
larutan contoh ditambahkan analit
yang konsentrasinya sebesar 0, 50, Tidak ada jawaban benar 5
100 dan
150 % dari konsentrasi analit
dalam contoh asalnya. Hasil
pengukuran diplotkan dalam
kurva adisi standar yang
harus linier. Cara ini tidak dapat dipakai
apabila kurva tersebut tidak linier.
Konsentrasi analit ditemukan dengan
cara interpolasi
3) Metode “high precision ratio”
(bracketting)
Metode ini diperlukan untuk memperoleh
presisi hasil analisa (pengukuran)
yang amat tinggi.
4. Metode ini diperlukan untuk memperoleh • Prosedur pembuatan 25
presisi hasil analisa (pengukuran) yang kurva benar
amat tinggi. Untuk itu larutan contoh • Perumusan benar
yang konsentrasinya berada dalam batas
linier kurva kalibrasi diukur menggunakan 2 Satu poin jawaban benar 15
buah larutan standar yang
konsentrasinya masing-masing
C1 (konsentrasi = 5% lebih rendah) dan
C2 (konsentrasi = 5% lebih tinggi)
daripada konsentrasi larutan contoh Cs.
Hasil pengukuran absorban masing- Tidak ada jawaban benar 5
masing adalah A1 dan A2 (larutan
standar) dan As (larutan contoh)
Maka nilai Cs dihitung dari rumus :

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 205
I. KEGIATAN BELAJAR-11

1. LEMBAR INFORMASI-11: GANGGUAN PADA PENGUKURAN


DENGAN AAS

Data hasil pengujian larutan contoh dan larutan deret standar


diantaranya adalah : absorban larutan deret standar,
konsentrasi larutan deret standar, absorban larutan contoh, jumlah
contoh, jumlah pengenceran / pemekatan dll. Untuk menentukan
konsentrasi contoh yang diuji maka data absorban larutan contoh
kemudian dibandingkan (diplotkan) terhadap kurva larutan standar yang
sudah dibuat.

Hasil pengujian yang tidak sesuai dengan estimasi atau tidak


seperti biasa, kemungkinan hal tersebut diakibatkan oleh kesalahan
pada saat menyiapkan contoh atau adanya gangguan pada saat
pelaksanaan pengujian. Berikut beberapa kemungkinan gangguan
yang terjadi pada saat pelaksanaan pengujian (analisis).

a. Serapan latar (background absorption)


Sinar yang diberikan lampu katoda berongga terkadang diserap
oleh senyawa lain yang terkandung dalam cuplikan sehingga
mengganggu pengukuran serapan atom dari unsur yang akan dianalisis.

Serapan latar disebabkan antara lain :

• Serapan molekuler
• Senyawa yang tidak teratomisasi di atomizer
• Hamburan sinar yang disebabkan partikel padat yang halus
melintang berkas sinar
• Serapan nyala bahan bakar yang digunakan
Serapan latar umumnya mengganggu di daerah panjang gelombang
250 nm. Serapan latar ini dapat dikoreksi dengan menggunakan lampu
Deuteurium atau matriks modifier pada metode grafit furnace.
b. Gangguan matriks
Gangguan fisika (matriks) biasanya berasal dari sifat fisik larutan contoh
(viskositas, berat jenis) yang dapat berpengaruh langsung
kepada kecepatan aspirasi larutan contoh, kecepatan pembentukan
kabut dan ukuran partikel kabut dalam spray chamber yang dapat
mempercepat dan memperlambat pembentukan atom analit. Gangguan
ini disebabkan adanya unsur-unsur atau senyawa lain yang ada di
dalam contoh yang menyebabkan sifat fisik dari setiap contoh
berbeda dengan standar murni. Perbedaan kandungan matriks ini
menyebabkan perbedaan proses atomisasi dan penyerapan energi
radiasi oleh atom-atom yang dianalisis. Untuk menghindari gangguan
ini, sifat fisika larutan baku harus disamakan dengan larutan contoh
yang diukur.

c. Gangguan kimia
Gangguan kimia disebabkan adanya komponen-komponen yang
membentuk senyawa stabil secara termal dengan unsur yang akan
dianalisis yang tidak terdisosiasi sempurna pada proses atomisasi.

Contoh adanya ion fosfat pada penentuan kalsium. Fosfat dan kalsium
akan membentuk senyawa yang sulit diatomisasi secara sempurna.
Gangguan ini diatasi dengan menambahkan unsur lain secara berlebih
pada larutan contoh dan standar sehingga unsur tersebut akan
membentuk senyawa stabil dengan ion fosfat. Cara lain adalah dengan
menaikkan suhu nyala untuk memecahkan senyawa stabil yang
terbentuk, meski terkadang hasil yang diperoleh kurang memuaskan.

d. Gangguan Ionisasi
Gangguan ini terjadi pada penggunaan suhu yang tinggi sehingga atom-
atom yang dianalisis tidak hanya teratomisasi pada keadaan tingkat
dasar tetapi atom-atom dapat tereksitasi karena panas dan bahkan
dapat terionisasi.
e. Gangguan spektra
Gangguan ini terjadi apabila serapan atom unsur yang akan dianalisis
tumpang tindih dengan garis spektra unsur lain.

Gangguan ini jarang terjadi karena panjang gelombang setiap unsur


sangat karakteristik. Gangguan ini hanya terjadi bila garis spektra unsur
lain tepat sama dengan panjang gelombang yang digunakan
dengan lebar garis spektra 0,002.

Gangguan diatasi dengan memilih panjang gelombang karakteristik


lainnya.

2. TUGAS-11

Identifikasi sumber sumber gangguan pada pengukuran dengan AAS dan


bagaimana cara mengatasinya?

Tugas dikumpulkan pada minggu ke-3 bulan Januari tahun 2009 dalam
bentuk soft copy.

3. TES FORMATIF-11
1. Jelaskan secara singkat beberapa kemungkinan gangguan yang
terjadi pada pengujian dengan AAS!
2. Apa yang menyebabkan terjadinya serapan latar (background
absorption)? Bagaimana cara mengatasinya?
3. Apa yang menyebabkan terjadinya gangguan matriks? Bagaimana
cara mengatasinya?
4. Apa yang menyebabkan terjadinya gangguan spektral? Bagaimana
cara mengatasinya?
5. Bagaimana cara mengatasi gangguan kimia? Berikan contohnya!
4. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT-11

Kerjakan soal pada Tes Formatif-11 tersebut secara jujur, kemudian


cocokkan hasil tes Anda dengan kunci jawaban. Setiap soal memiliki score
20 jika jawaban benar, sedangkan jika jawaban tidak benar scorenya
diberikan sesuai dengan tingkat kebenaran dari jawaban.

Hitunglah nilai Anda sesuai dengan ketentuan score untuk setiap


soal. Bila nilai tes Anda ≥ 80 maka Anda boleh melanjutkan belajar
pada Kegiatan Belajar berikutnya, tetapi bila skore Anda < 80 maka anda
harus mengulang belajar pada Kegiatan Belajar-11 lagi.

5. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF-11

NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE


1. a. Serapan latar (background Lima poin jawaban benar 20
absorption)
Sinar yang diberikan lampu katoda
berongga terkadang diserap oleh
senyawa lain yang terkandung dalam
cuplikan sehingga mengganggu
pengukuran serapan atom dari unsur Empat poin jawaban benar 15
yang akan dianalisis.
b. Gangguan matriks
Gangguan fisika (matriks)
biasanya berasal dari sifat fisik
larutan contoh (viskositas, berat
jenis) yang dapat berpengaruh Tiga poin jawaban benar 10
langsung kepada
kecepatan aspirasi larutan contoh,
kecepatan pembentukan kabut
dan ukuran partikel kabut dalam
spray chamber yang dapat
mempercepat dan memperlambat Dua poin jawaban benar 5
pembentukan atom
analit.
c. Gangguan kimia
Gangguan kimia disebabkan adanya
komponen-komponen yang membentuk
senyawa stabil secara termal dengan
unsur yang akan dianalisis yang
tidak terdisosiasi Satu poin jawaban benar 3
sempurna pada proses
atomisasi.
d. Gangguan Ionisasi
Gangguan ini terjadi pada
penggunaan suhu yang tinggi
sehingga atom-atom yang dianalisis
tidak hanya teratomisasi pada
NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE
e. Gangguan spektra
Gangguan ini terjadi apabila serapan
atom unsur yang akan dianalisis
tumpang tindih dengan garis
spektra unsur lain.

2. Sinar yang diberikan lampu katoda Lima poin jawaban benar 20


berongga terkadang diserap oleh senyawa
lain yang terkandung dalam cuplikan
sehingga mengganggu pengukuran
serapan atom dari unsur yang Tiga poin jawaban benar 15
akan dianalisis.
Serapan latar disebabkan antara lain :
Dua poin jawaban benar 10
• Serapan molekuler
• Senyawa yang tidak teratomisasi di
atomizer
• Hamburan sinar yang disebabkan Tidak ada jawaban benar 5
partikel padat yang halus
melintang berkas sinar
• Serapan nyala bahan bakar yang
digunakan
3. • Gangguan matriks disebabkan Dua poin jawaban benar 20
adanya unsur-unsur atau senyawa
lain yang ada di
dalam contoh yang Satu poin jawaban benar 15
menyebabkan sifat fisik dari setiap
contoh berbeda dengan standar murni.
• Untuk menghindari gangguan ini, Tidak ada jawaban benar 5
sifat fisika larutan baku harus
disamakan dengan larutan contoh yang
4. • diukur.
Gangguan ini terjadi apabila Dua poin jawaban benar 20
serapan atom unsur yang akan
dianalisis tumpang tindih
dengan garis spektra unsur lain. Satu poin jawaban benar 15
• Gangguan diatasi dengan memilih
panjang gelombang karakteristik
Tidak ada jawaban benar 5
lainnya.
5. • Gangguan kimia disebabkan Tiga poin jawaban benar 20
adanya komponen-komponen yang
membentuk senyawa stabil secara
termal dengan unsur yang akan
dianalisis yang tidak terdisosiasi
Dua poin jawaban benar 15
sempurna pada proses
atomisasi.
• Gangguan ini diatasi dengan
menambahkan unsur lain secara
berlebih pada larutan contoh dan Satu poin jawaban benar 10
standar sehingga unsur tersebut akan
membentuk senyawa stabil dengan
ion fosfat. Cara lain adalah
dengan menaikkan suhu
nyala untuk memecahkan Tidak ada jawaban benar 5
senyawa stabil yang terbentuk,
meski terkadang hasil yang diperoleh
kurang memuaskan.
NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE
penentuan kalsium. Fosfat dan kalsium
akan membentuk senyawa yang sulit
diatomisasi secara sempurna.
J. KEGIATAN BELAJAR-12

1. LEMBAR INFORMASI-12: VERIFIKASI (PENGECEKAN KINERJA)


DAN KALIBRASI AAS

Pengujian yang menggunakan metode pengukuran AAS


termasuk dalam kategori metode/teknik komperatif, dimana
absorbans larutan contoh dibandingkan dengan absorbans larutan
standar larutan standar pembanding untuk memperoleh konsentrasi
larutan contoh tersebut. Jadi disini skala absorbans dari AAS
dikalibrasi dengan suatu deret standar yang diketahui konsentrasinya.
Hasilnya adalah kurva kalibrasi. Dari kurva kalibrasi ini konsentrasi
analit dalam larutan contoh (unknown) dapat dicari setelah
mengukur absorban-nya. Jadi istilah “kalibrasi AAS” diartikan
sebagai “mengkalibrasi skala absorbans menggunakan larutan
sandar pembanding yang diketahui dengan akurat konsentrasinya
(atau menggunkan CRM).”

Sebelum melakukan kalibrasi AAS kondisi AAS harus dioptimalkan


terlebih dahulu. Yang dimaksud dengan kondisi optimal adalah kondisi
yang sesuai dengan spesifikasi alat yang digunakan ( spesifikasi
dari pabrik pembuatnya). Spesifikasi yang dimaksud biasanya
tercantum dalam manual alat yang disertakan oleh pabrik pembuatnya.

Spesifikasi alat tersebut biasanya meliputi :

• Kepekaan (sensitivitas)
• Reproduksibilitas/repetibilitas pengukuran
• Limit deteksi ( Instrumen detection Limit, IDL)
• Linier range/batas linier (dari kurva kalibrasi)

a. VERIFIKASI AAS

Untuk mengetahui apakah kondisi AAS yang digunakan optimal atau


tidak, spesifikasi tersebut di atas harus dicek terlebih dahulu. Pekerjaan
pengecekan inilah yang dinamakan “verifikasi” yang meliputi komponen
pengujian sebagai berikut:

• Penentuan Kepekaan (Sensitivity)


• Penentuan Presisi
• Penentuan Batas Linieritas
• Penentuan Batas/Limit deteksi

1. Pengukuran Kepekaan (Sensitivity)


 Analit yang berbeda → kepekaan berbeda
Prosedur :
a. Pilih larutan kalibrasi (konsentrasi analit = C1) di mana 0,2 <
A < 0,4.
b. Optimalkan kondisi AAS dengan larutan ini.
c. Ukur A larutan kalibrasi tersebut= 3x.
d. Ukur A larutan blanko 3 X (dengan cara yang sama) →
Rata-rata AB.

Perhitungan
i. Kepekaan alat : ada 2 versi :
(a) Kepekaan analit yang memberikan nilai A = 0,0044 ata
% T = 1,0.
Acceptable : bila S ≤ 1,35 x spesifikasi dari pabrik.
(S makin besar : alat makin kurang sensitif)
(b) Kepekaan = slope kurva kalibrasi
Persamaan kurva kalibrasi : A1 = a C1 +b
Kepekaan =

Bila kurva kalibrasi lewat titik nol, kepekaan =

Atau respon alat per unit konsentrasi


ii. Nilai blanko
(Yaitu konsentrasi analit dalam blanko = Ca)

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 214
Nilai blanko ini (CB) harus :
• Ditambahkan ke nilai analit dalam larutan kalibrasi
• Dikurangkan dari nilai analit hasil pengukuran contoh.

2. Pengukuran Presisi (Repelibilitas)


a. Pilih larutan kalibrasi (0,2 < A < 0,4)
b. Ukur A-nya 6x
(setiap kali skala a dinolkan dengan larutan pembanding)
c. Hitung A rata-rata dan R.S.D
Cara cepat menghitung SD adalah :
SD = (p-q) x 0,40
(P = nilai A tertinggi ; Q: terendah).
Acceptable : bila RSD ≤ 1% dari A rata-rata.

3. Batas (limit) deteksi


(Instrument Detection Limit, IDL)
Prosedur :
a. Siapkan sebuah larutan blanko
b. Ukr absorbans 7 – 10 kali
c. Hitung absorbans rata-rata = AB
d. Hitung SD, dinyatakan atau dibah menjadi dalam unit
konsentrasi
e. Hitung IDL = CB + 3 SD

Apabila SD titik diperoleh karena AB = 0, dilakukan prosedur ssb.


a. Siapkan sebuah blanko yang di “spiking” dengan “minimum
consentration” dari analit.
Artinya : konsentrasi analit yang paling rendah tetapi masih
terukur absorbansnya (≠ 0)
b. Ukur absorbans 7 kali
c. Hitung absorbans rata-rata = As
d. Hitung SD, diubah dalam unit konsentrasi.
e. IDL = CB + 3 SD

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 215
= 0 + 3 SD
= 3 SD

4. Batas Linieritas
Kurva kalibrasi AAS biasanya diawali dengan bagian yang linier,
yang kemudian menjadi non-linier (melengkung). Bagian yang linier
bisa dikenali secara visual, yang dapat diuji linieritasnya dengan
cara statistic (metode least square).
Bagian yang linier akan memenuhi persamaan : Y = aX + b, dengan
2
R melekati angka 1. (a=slope ; b=intercept) agar hasil analisis lebh
akurat, disarankan menggunakan bagian kurva kalibrasi yang linier
saja.

b. KALIBRASI AAS

 Akurasi kurva kalibrasi bergantung akkurasi konsentrasi larutan kalibrasi


dan faktor matriks.
 Dilakukan pada setiap analisis.
Prosedur umum :
1. Siapkan larutan contoh (yang akan diukur dan larutan pembanding.
2. Siapkan AAS (kondisi optimum).
3. Cek presisi (dengan larutan kalibrasi yang 0,2 < A < 0,4). RSD harus ≤
1 % (kalau > 1 % : cek AAS).
4. Encerkan larutan contoh agar konsentrasinya masuk daerah kerja.
5. Buatlah kurva kalibrasi. Pilih cara yang terbaik atau akurat.

METODE GRAFIK BIASA (UMUM)


Siapkan :
- Larutan pembanding; blanko.
- Larutan kalibrasi (5-6 buah saja sbb. :)

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 216
1. Konsentrasi mencakup seluruh rentang kerja (working range)

6
5
Bagian kurva non linier (4 lar. Kalibrasi)
4
2 3
1 Bagian kurva yang linier (2 lar. Kalibrasi)

Rentang kerja C

2. Konsentrasi larutan kalibrasi mencakup sebagian UCR saja :

5
6
3
4 Larutan kalibrasi mencakup kurva
1 2 yang linier saja

Daerah linier C

Prosedur :

1. Ukur larutan kalibrasi 3 kali. (setiap pengukran didahului dengan


larutan pembanding untuk meng-nolkan A)
Jangan ada perbedaan A yang > 0,01 unit antara skala 2 hasil
pengukuran! Bila ada → periksa AAS (presisi menurun)

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 217
2. Hitung rata-rata nilai absorbans masing-masing.
3. Plot A versus C (= kurva kalibrasi)
4. Ukur larutan contoh (juga 3 kali) hitung rata-rata = AContoh
konsentrasi (CContoh) : cari konsentrasinya dari kurva kalibrasi
tersebut.

Curve Fitting – dalam pembuatan kurva kalibrasi.


Persamaan yang dipakai → berbeda-beda (tergantung merk).

Misalnya untuk alat AAS :


Baird Atomic :

Perkin Elmer :

2. TUGAS-12

Lakukan identifikasi peralatan (gelas, non gelas dan instrument) yang


dikalibrasi di laboratorium tempat Anda melakukan Praktik Kerja
Lapangan. Tuliskan dalam bentuk laporan dengan ruang lingkup:

f. Peralatan yang dikalibrasi.


g. Lembaga yang melakukan kalibrasi.
h. Interval kalibrasi.
i. Bagaimana melakukan kalibrasinya.
j. Hasil kalibrasi.

Catt. Tugas-4 pada Kegiatan Belajar-4 sama dengan Tugas-12 pada


Kegiatan Belajar-12. Tugas ini dilakukan pada saat Anda melakukan
Praktik Kerja Lapangan dan dikumpulkan pada minggu ke-3
bulan
Nopember tahun 2008 dalam bentuk soft copy.

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 218
3. TES FORMATIF-12
1. Apa yang dimaksud dengan kalibrasi AAS dan verifikasi AAS?
2. Langkah apa yang harus dilakukan sebelum melakukan kalibrasi AAS?
3. Jelaskan cara melakukan kalibrasi AAS!
4. Jelaskan ruang lingkup verifikasi AAS!

4. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT-12

Kerjakan soal pada Tes Formatif-12 tersebut secara jujur, kemudian


cocokkan hasil tes Anda dengan kunci jawaban. Setiap soal memiliki score
25 jika jawaban benar, sedangkan jika jawaban tidak benar scorenya
diberikan sesuai dengan tingkat kebenaran dari jawaban.

Hitunglah nilai Anda sesuai dengan ketentuan score untuk setiap


soal. Bila nilai tes Anda ≥ 80 maka Anda boleh melanjutkan belajar
pada Kegiatan Belajar berikutnya, tetapi bila skore Anda < 80 maka anda
harus mengulang belajar pada Kegiatan Belajar-11 lagi.

5. KUNCI JAWABAN TES FORMATIF-12

NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE


1. • Kalibrasi AAS diartikan sebagai Dua poin jawaban benar 25
“mengkalibrasi skala absorbans
menggunakan larutan sandar
pembanding yang diketahui dengan satupoin jawaban benar 15
akurat konsentrasinya (atau
menggunkan CRM).”
• Verifikasi AAS adalah untuk mengetahui Tidak ada jawaban benar 5
apakah kondisi AAS yang digunakan
optimal atau tidak, spesifikasi
tersebut di atas harus dicek terlebih
dahulu.
2. Sebelum melakukan kalibrasi AAS kondisi Lima poin jawaban benar 25
AAS harus dioptimalkan terlebih dahulu.
Yang dimaksud dengan kondisi
optimal adalah kondisi yang sesuai Tiga poin jawaban benar 15
dengan
spesifikasi alat yang digunakan (spesifikasi
dari pabrik pembuatnya). Spesifikasi yang
dimaksud biasanya tercantum dalam

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 219
NO. JAWABAN YANG BENAR INDIKATOR SCORE
manual alat yang disertakan oleh pabrik Dua poin jawaban benar 10
pembuatnya.
Spesifikasi alat tersebut biasanya meliputi :
• Kepekaan (sensitivitas) Tidak ada jawaban benar 5
• Reproduksibilitas/repetibilitas
pengukuran
• Limit deteksi ( Instrumen detection Limit,
IDL)
• Linier range/batas linier (dari kurva
kalibrasi)

3. 1. Siapkan larutan contoh (yang akan Lima poin jawaban benar 25


diukur dan larutan pembanding.
2. Siapkan AAS (kondisi optimum). empat poin jawaban benar 20
3. Cek presisi (dengan larutan kalibrasi
yang 0,2 < A < 0,4). RSD harus ≤ 1 %
(kalau > 1 % : cek AAS). Tiga poin jawaban benar 15
4. Encerkan larutan contoh agar
konsentrasinya masuk daerah kerja. Dua poin jawaban benar 10
5. Buatlah kurva kalibrasi. Pilih cara yang
terbaik atau akurat. Satu poin jawaban benar 5

4. • Penentuan Kepekaan (Sensitivity) Empat poin jawaban benar 25


• Penentuan Presisi Tiga poin jawaban benar 15
• Penentuan Batas Linieritas Dua poin jawaban benar 10
• Penentuan Batas/Limit deteksi Satu poin jawaban benar 5

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 220
DAFTAR PUSTAKA

---------2006. Teknik Analisis dan Validasi Spektrofotometri UV-VIS. LIPI. Bandung.

Fessenden & Fessenden. 1995. Kimia Organik. Jilid 1 & 2. Alih Bahasa : Aloysius HP.
Penerbit Erlangga. Jakarta.

Mulja, HM. 1995. Analisis Instrumental. Airlangga University Press. Surabaya.

Tahid. 2006. Kalibrasi Spektrofotometer UV-VIS. LIPI. Bandung

Underwood, A.L. 1994. Analisa Kimia Kuantitatif. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Vogel. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Alih Bahasa : Aloysius HP..
Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.

Yuliana, Trisna,. 2006. Penyiapan Contoh Dalam Analisis Spektrofotometer UV-


VIS. LIPI. Bandung

Pengendalian Mutu Agroindustri


Program D-4 PJJ 221

Anda mungkin juga menyukai