Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMBUATAN SIMPLISIA DAUN KETAPANG (Terminalia


catappa L)

OLEH :

NURUL RAIZHA FARADILLAH SYAFIQAH


N011 19 1027

KELOMPOK VIII
GOLONGAN SELASA PAGI

SEMESTER AKHIR 2019/2020


LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

Simplisia merupakan bahan alami yang digunakan untuk obat

tradisional dan belum mengalami perubahan proses apapun, kecuali proses

pengeringan (1).

Simplisia telah lama dikenal masyarakat sebagai bahan dasar obat

tradisional yang bermanfaat untuk mengobati suatu penyakit tanpa

menimbulkan efek samping apapun. Agar dapat bermanfaat dengan optimal

simplisia harus memenuhi syarat sebagai simplisia yang aman, berkhasiat

dan bermutu baik. Simplisia yang aman dan berkhasiat adalah simplisia yang

tidak mengandung bahaya bagi kesehatan serta simplisia yang masih

mengandung bahan aktif yang berkhasiat bagi kesehatan (2).

Ketapang (Terminalia catappa L.) merupakan spesies tanaman asli

dari Asia Tenggara. Tanaman ini banyak ditemukan di negara tropis,

termasuk Australia bagian utara, Sri Lanka, Pakistan, India dan negara-

negara lainnya di Asia Selatan. Tanaman ini dikenal karena memiliki banyak

fungsi dan semua bagian dari pohonnya dapat dimanfaatkan untuk

kehidupan manusia (3).

Ketapang (Terminalia catappa) merupakan salah satu tumbuhan dari

family combretaceae yang banyak digunakan sebagai obat oleh masyarakat

Indonesia. Secara tradisional daun ketapang digunakan untuk mengobati

penyakit kulit, liver, pernapasan, perut, gonorrhea, dan insomnia (3).


Beberapa tahun terakhir ketapang pun banyak diteliti khasiat

medisnya, terutama perannya sebagai antikanker dan efeknya untuk

pencegahan diabetes (4).

Oleh karena itu, pada praktikum ini digunakan sampel daun ketapang

(Terminalia catappa) karena mempunyai banyak manfaat dan terdapat

banyak daun ketapang (Terminalia catappa) di Indonesia. Daun ketapang

(Terminalia catappa) juga dijadikan simplisia agar dapat menjadi bahan baku

obat yang tahan lama dan tidak cepat rusak.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Daun Ketapang (Terminalia catappa)

II.1.1 Klasifikasi Tanaman

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Myrtales

Familia : Combretaceae
Gambar 1. Daun Ketapang (Terminalia
Genus : Terminalia catappa)

Species : Terminalia

catappa L. (5)

II.1.2 Morfologi Tanaman

Tumbuhan Terminalia catappa L. memiliki batang bertajuk rindang

dengan cabang-cabang yang tumbuh mendatar dan bertingkat-tingkat. Daun

tersebar, sebagian besar berjejalan di ujung ranting, bertangkai pendek atau

hampir duduk. Helaian daun bulat telur terbalik, dengan panjang 8-38 cm dan

lebar 5-19 cm, dengan ujung lebar dan pangkal yang menyempit, helaian di

pangkal bentuk jantung, dibagian sisi bawah pangkal daun terdapat kelenjar

di kiri-kanan ibu tulang daun, permukaan atas licin dan bagian bawah

berambut halus, berwarna kemerahan jika akan rontok. Bunga berukuran


kecil, terkumpul dalam bulir dekat ujung ranting, panjang 4-8. Buah berbentuk

bulat telur gepeng, bersegi atau bersayap sempit (6).

II.2 Simplisia

II.2.1 Pengertian Simplisia

Simplisia ialah bahan baku alami yang digunakan untuk membuat

ramuan obat tradisional yang belum mengalami pengolahan apapun kecuali

proses pengeringan (7).

II.2.2 Jenis - Jenis Simplisia

1. Simplisia Nabati

Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman,

atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan

keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan oleh selnya (8).

2. Simplisia Hewani

Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan,

atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat

kimia murni (8).

3. Simplisia Pelikan atau Mineral

Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan

atau mineral yang belum atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum

berupa zat kimia murni (8).

II.2.3 Cara Pembuatan Simplisia

1. Pengumpulan Bahan Baku


Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda- beda, antara lain

tergantung pada bagian tanaman yang digunakan, umur tanaman atau

bagian tanaman saat panen, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh

(9).

2. Sortasi Basah

Kegiatan sortasi perlu dilakukan untuk membuang bahan lain yang tidak

berguna atau berbahaya. Misalnya rumput, kotoran binatang, bahan-bahan

yang busuk, dan benda lain yang bisa mempengaruhi kualitas simplisia (9).

3. Pencucian

Agar bahan baku bersih dan bebas dari tanah atau kotoran yang

melekat, harus dilakukan pencucian. Pencucian bisa menggunakan air

PDAM, air sumur, atau air sumber yang bersih. Bahan simplisia yang

mengandung zat yang mudah larut dalam air sebaiknya dicuci sesingkat

mungkin (9).

4. Perajangan

Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan.

Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah pengeringan,

pengepakan, dan penggiling- an. Tanaman yang baru diambil sebaiknya tidak

langsung dirajang, tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari.

Perajangan dapat dilakukan dengan pisau atau mesin perajang khusus,

sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang

dikehendaki atau seragam (9).


5. Pengeringan

Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak

mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lama. Mengurangi

kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik bisa mencegah penurunan

mutu atau kerusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia

dengan kadar tertentu dapat menjadi media pertumbuhan kapang dan jasad

renik lainnya. Enzim tertentu dalam sel masih dapat bekerja menguraikan

senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut

masih mengandung sejumlah kadar air (9).

Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari

atau menggunakan alat pengering. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama

proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembapan udara, aliran

udara, waktu pengeringan, dan luas permukaan bahan. Mengeringkan bahan

simplisia tidak dianjurkan menggunakan alat atau bahan plastik karena tidak

atau kurang menyerap air (9).

6. Sortasi Kering

Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan

simplisia. Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan benda-benda asing,

seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-


pengotoran lain yang masih ada dan tertinggal. Proses ini dilakukan sebelum

simplisia dibungkus atau dikemas dan disimpan (9).

7. Pengepakan dan Penyimpanan

Tujuan pengepakan dan penyimpanan adalah untuk melindungi agar

simplisia tidak rusak atau berubah mutunya karena beberapa faktor, baik dari

dalam maupun dari luar, seperti cahaya, oksigen, reaksi kimia interm,

dehidrasi, penye- rapan air, kotoran, atau serangga. Jika penyimpanan perlu

dilakukan, sebaiknya simplisia disimpan di tempat yang kering, tidak lembap,

dan terhindar dari sinar matahari langsung (9).

8. Pemeriksaan Mutu

Simplisia harus memenuhi persyaratan umum untuk simplisia seperti

yang disebutkan dalam buku Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope

Indonesia, atau Materia Mexdika Indonesia. Secara umum, simplisia harus

memenuhi persyaratan kadar air yang tepat, tidak berjamur, tidak

mengandung lendir, tidak berubah warma dan berubah bau, serta tidak

terserang serangga (9).

Suatu simplisia dapat dinyatakan bermutu jika memenuhi persyaratan

yang disebutkan dalam buku-buku yang bersangkutan, Secara umum,

simplisia yang tidak memenuhi syarat misalnya kekeringannya kurang,


ditumbuhi kapang, mengandung lendir, berubah warna atau baunya, dan ada

serangga atau termakan serangga (9).

II.2.4 Tahap Pengambilan Sampel

1. Kulit Batang, kulit kayu pada batang utama dan cabang dikelupas

dengan panjang dan lebar tertentu. Kulit kayu atau kulit batang tanaman

yang banyak mengandung senyawa fenol atau minyak atsiri, dipanen

dengan cara dikelupas menggunakan alat yang tidak terbuat dari logam

(10).

2. Batang, cabang yang sehat dan memiliki panjang serta diameter

tertentu dipotong dengan pemotong yang bersih dan steril (10).

3. Kayu, batang atau cabang dipotong ukuran kecil atau diserut setelah

dikelupas kulitnya (10).

4. Daun, daun tua atau muda (pucuk), dipetik dengan tangan satu per satu

(10).

5. Bunga, bunga yang masih kuncup, bunga mekar, mahkota bunga, atau

daun bunga, dipetik dengan tangan (10).

6. Pucuk, pucuk berbunga, daun muda atau bunga dipetik dengan tangan

(10).

7. Akar, tanaman dibongkar kemudia dipotong bagian akarnya. Jika

tanaman tidak dibongkar, pemanenan akar dilakukan dengan cara


memotong-motong akar dengan ukuran tertentu dari bagian bawah

permukaan tanah (10).

8. Rimpang, seluruh tanaman dicabut, rimpang dibersihkan dari akar dan

daun yang telah mengering; kemudian dipotong melintang dengan

ketebalan tertentu (10).

9. Buah, buah yang telah masak atau hampir masak dipetik dengan

tangan (10).

10. Biji, buah dipetik; kulit buah dikupas deengan menggunakan tangan,

pisau, atau alat penggilas, biji dikumpulkan dan dicuci (10).

11. Kulit buah, seperti biji, kulit buah dikumpulkan dan dicuci (10).

12. Bulbus, tanaman dicabut, bulbus dipisah dari daun akar dengan

memotongnya, dicuci (10).

II.2.5 Faktor yang Mempengaruhi Simplisia

1. Bahan Baku Simplisia

Berdasarkan bahan bakunya, simplisia dapat diperoleh dari tanaman

liar dan atau dari tanaman yang dibudidayakan. Jika simplisia diambil dari

tanaman budidaya maka keseragaman umur, masa panen, dan galur asal

usul, garis keturunan tanaman dapat dipantau. Sementara jika diambil dari

tanaman liar maka banyak kendala dan variabilitas yang tidak bisa

dikendalikan seperti asal tanaman, umur, dan tempat tumbuh (11).

2. Proses pembuatan simplisia


Dasar pembuatan simplisia meliputi beberapa tahapan. Adapun

tahapan tersebut dimulai dari pengumpulan bahan baku, sortasi basah,

pencucian, pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering, pengepakan,

dan penyimpanan (11).

3. Pengumpulan Bahan Baku

Tahapan pengumpulan bahan baku sangat menentukan kualitas

bahan baku. Faktor yang paling berperan dalam tahapan ini adalah masa

panen. Berdasarkan garis besar pedoman panen, pengambilan bahan baku

tanaman dilakukan pada saat yang berbeda-beda untuk setiap bagian

tumbuhan, seperti biji, buah, bunga, daun atau herba, kulit batang, umbi

lapis, rimpang, dan akar. Panen daun dilakukan pada saat proses fotosintesis

berlangsung maksimal, yaitu ditandai dengan saat-saat tanaman mulai

berbunga atau buah mulai masak. Untuk pengambilan pucuk daun,

dianjurkan pada saat warna pucuk daun berubah menjadi daun tua (11).

II.2.6 Waktu Pengambilan

Untuk tumbuhan yang melakukan fotosintesis, waktu panen biasanya

antara pukul 09.00 – 12.00 dimana terjadi reaksi fotosintesis maksimum.

Tumbuhan bisa dipanen ketika telah berbunga, berbuah, atau menghasilkan

spora. Pengambilan tumbuhan untuk simplisia harus diambil yang sehat ,

yaitu yang tidak berpenyakit atau tidak terjangkit virus, bakteri, atau jamur

(12).
II.2.7 Parameter Non-Spesifik dan Spesifik

Parameter Non-Spesifik

1. Organoleptik

Penggunaan pancaindera yang mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan

rasa. Pada parameter ini merupakan pengenalan awal yang sederhana

seobyektif mungkin.

2. Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu

Melarutkan ekstrak dengan pelarut (alkohol atau air) untuk ditentukan jumlah

solut yang identik dengan jumlah senyawa kandungan secara gravimetri.

Parameter ini bertujuan unruk memberikan gambaran awal jumlah senyawa

kandungan dari suatu simplisia (13).

Parameter Spesifik

1. Uji Makroskopik

Uji makroskopik dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau

tanpa alat. Cara ini dilakukan untuk mencari kekhususan morfologi dan warna

simplisia (14).

2. Uji Mikroskopik

Uji mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia dan diamati fragmen

pengenal daun secara umum yang dilakukan melalui pengamatan di bawah

mikroskop (14).
BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah baskom, gunting,

koran, oven, pisau, dan timbangan.

III.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah daun ketapang

(Terminalia catappa)

III.2 Cara Kerja

Daun ketapang dicuci dengan air mengalir, kemudian dpotong-potong

sehingga menjadi ukuran yang lebih kecil dan membuat luas permukaan

menjadi banyak. Setelah itu, keringkan daun ketapang dengan cara disebar

pada pada lantai yang telah dilapisi dengan koran atau bisa juga dilakukan

pengeringan dengan menggunakan oven.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil dan Pembahasan

IV.1 Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan Simplisia

Warna daun Sebelum Sesudah


Hijau Hijau kecoklatan

Berat sampel Mengalami penyusutan berat


1050 g - 150 g =900 g

Tabel 2. Hasil %Perubahan Bobot Simplisia

Nama Simplisia Hasil %Perubahan Bobot Simplisia

Daun Ketapang (Terminalia 85,72%


catappa)

IV.2 Pembahasan

Pada prakikum ini digunakan sampel daun ketapang (Terminalia

catappa) yang diolah menjadi simplisia. Sampel daun ketapang (Terminalia

catappa) telah melewati proses sortasi basah, pencucian, perajangan, dan

pengeringan.

Dari praktikum kali ini, didapatkan hasil bobot kering simplisia adalah

150 g dari berat basah awal sampel adalah 1050 g. Dari hasil tersebut dapat
dihitung persen perubahan bobot simplisia, hasil yang didapatkan adalah

85,72%.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Dari berat awal simplisia 1050 g, hasil berat simplisia kering yang

diperoleh hanya 150 g. Dan didapatkan hasil persen perubahan bobot

simplisia adalah 85,72%

V.2 Saran

Sebaiknya fasilitas laboratorium lebih dilengkapi lagi agar

memudahkan praktikan dalam melakukan praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

1. Rukmi I. Keanekaragaman Aspergillus pada Berbagai Simplisia Jamu


Tradisional. Jurnal Sains dan Matematika (JSM), 17(2):82-89.

2. Herawati, et al. Cara Produksi Simplisia Yang Baik. Seafast Center.


Bogor: IPB. 2012.

3. Coode M. Notes on Terminalia L. (Combretaceae) in Papuasia. Herb


Aust. 2(3):33-45. 2003.

4. Gilles Pauly. Cosmetic, Dermatological and Pharmaceutical Use of An


Extract of Terminalia catappa. Google Patents. 2001.

5. Divya N, Vijaya Anand A. Phytochemical Investigation and In Vitro


Anti-diabetic Activity of Terminalia catappa Leaves. Int J Phyto Pharm.
2014;4:132–4. 2014.

6. Backer A. dan Van Den Brick. Flora of Java (Spermatophytes Only),


Volume 1, N.V.P. The Netherlands, Noordhoff-Gronigen. 1965.

7. Syamsuhidayat dan Hutapea J.R. Inventaris Tanaman Indonesia.


Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan. 1991.

8. Ahmad Said. Khasiat dan Manfaat Temulawak. Jakarta: Sinar Wadja


Lestari. 2007.

9. Suharmiati dan Maryani H. Khasiat dan Manfaat Daun Dewa dan


Sambung Nyawa. Cetakan II, 5, 9, 10. Jakarta: Agromedia Pustaka.
2003.

10. Eko Widaryanto dan Nur Azizah. Perspektif Tanaman Obat Berkhasiat
(Peluang, Budidaya, Pengolahan Hasil, dan Pemanfaatan). Malang:
UB Press. 2018.

11. D. Gunawan dan S. Mulyani. Ilmu Obat Alam. Jakarta: Penebar


Swadaya. 2004.
12. Susanti,Nora. Obat Tradisional dan Simplisia. Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan Direktorat jendral Guru dan Tenaga Kerja
Kependidikan. 2016.

13. Adhyatma. Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta. 1998.

14. Eliyanoor, B. Penuntun Praktikum Farmakognosi, Edisi II, Buku


Kedokteran EGC, Jakarta, Indonesia. 2012.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Skema Kerja

Sampel Daun Ketapang


(Terminalia catappa L.)

 Mengambil sampel
 Masukkan dalam sak obat
 Disortasi basah
 Lakukan pencucian dengan air
mengalir
 Timbang sampel basah
 Lakukan perajangan
 Keringkan simplisia di bawah sinar
matahari atau di dalam oven
 Disortasi kering
 Timbang simplisia kering
 Hitung persen penyusutan simplisia
 Lakukan pengepakan dan
penyimpanan.

Simplisia Daun Ketapang (Terminalia


catappa L.)
Simplisia Daun ketapang (Terminalia
catappa L.)

Lampiran 2. Gambar

Gambar 2. Pengambilan Sampel


Gambar 3. Pencucian Sampel

Gambar 4. Disortasi basah Gambar 5. Perajangan Sampel

Gambar 6. Pengeringan Sampel Gambar 7. Penimbangan


Lampiran 3. Kunci Determinasi

4b-6b-7b-9b-10b-11b-12b13b-14a-15a-109b-119b-120b-128b-129b-135b-136b-
139b-140b-142b-143b-146b-154b-155b-156a-157a-158b-159b-160b
Lampiran 4. Perhitungan Perubahan Bobot Simplisia

Hasil perubahan bobot simplisia


bobot awal−bobot akhir
Persen (% ¿ bobot = × 100 %
bobot awal
1050 g−150 g
= ×100 %
1050 g
= 85,72%

Anda mungkin juga menyukai