Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

JUDUL : Amylum Singkong


NAMA KELOMPOK : 1. Siti julaeha (16330110)
2. Putri Ella Agustina (16330111)
3. Evi Yulia (16330113)
4. Kholipia Azizah (16330114)
5. Zaharatun Nura (16330118)
6. Nadya Nitami (16330123)
7. Asniatul Ania (16330131)
Kelas :C
TANGGAL PRAKTEK : 5 Juli 2019

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2019
I. JUDUL

Amylum Singkong

II. TUJUAN

1. Untuk mengetahui dan memahami dengan mengidentifikasi secara mikroskopik,


makroskopik dan kimiawi terhadap amilum singkong.
2. Untuk mengetahui cara membuat amilum dari singkong.

III. PRINSIP

Pengamatan pada amilum singkong secara mikroskopik, makroskopik serta kimia


(reaksi warna).

IV. TEORI

Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu sebagian
besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang dan biji-bijian. Amilum merupakan
suatu senyawa organic yang tersebar luas pada kandungan tanaman. Amilum dihasilkan
dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud penyimpanan sementara dari produk
fotosintesis. Amilum juga tersimpan dalam bahan makanan cadangan yang permanen
untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar tanaman menahun, dan umbi.
Amilum merupakan 50-65% berat kering biji gandum dan 80% bahan kering umbi.
Amilum terdiri dari dua macam polisakarida yang kedua-keduanya adalah polimer dari
glukosa, yaitu amilosa (kira-kira 20-28%) dan sisanya amilopektin.

Secara umum, amilum terdiri dari 20% bagian yang larut air (amilosa) dan 80%
bagian yang tidak larut air (amilopektin). Hidrolisis amilum oleh asam mineral
menghasilkan glukosa sebagai produk akhir secara kuantitatif. Bentuk sederhana amilum
adalah glukosa dan rumus struktur glukosa adalah C6H12O6 dan rumus bangun dari
α −D−glukosa . Amilum dapat dihidrolisis sempurna dengan menggunakan asam
sehingga menghasilkan glukosa. Amilum juga disebut dengan pati. Tanaman dengan
kandungan amilum yang digunakan di bidang farmasi salah satunya adalah singkong
(Manihot utilissima).

Morfologi Tanaman Singkong (Manihot utilissima)

Tanaman singkong tidak memiliki bunga, termasuk tanaman berkormus karena


memiliki akar, batang, daun sejati. Tanaman singkong mempunyai system perakaran
serabut, akar berwarna putih kekuningan, panjang akar 30 cm, panjang rambut akar 50
cm, termasuk tumbuhan dikotil, akar mengembung berisi cadangan makanan. Permukaan
batang berwarna coklat, dalam batang berwarna putih kekuning-kuningan, memiliki
diameter selebar 2-4 cm, batangnya beruas-ruas.

Permukaan daun rata, tulang daun menjari, jenis daun tunggal, bentuk daun
lingkaran, daun berwarna hijau (berklorofil, tangkai daun berwarna merah, ujung daun
lancip, tangkai daun panjang, berwarna kemerahan. Bunga berukuran sangat kecil,
berwarna putih, kelopak berjumlah 5 buah berwarna hijau dan berukuran lebih besar dari
ukuran bunga, bunga tidak memiliki alat kelamin jantan maupun betina. Umbi memiliki
diameter 2-5 cm panjang 20-60 cm, daging umbi berwarna putih/kekuning-kuningan,
kulit umbi berwarna coklat, dagingnya bergetah.

Klasifikasi Tanaman Singkong (Manihot utilissima)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Malpighiales

Famili : Euphorbiaceae

Bangsa : Manihoteae

Genus : Manihot

Spesies : Manihot utilissima

Makroskopik dan Mikroskopik Amilum Singkong


Pemerian dari amilum singkong yaitu serbuk sangat halus dan berwarna putih.
Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol. Mikroskopik dari amilum singkong
yaitu butir tunggal, agak bulat atau bersegi banyak, butir kecil diameter 5 - 10 μm ,
butir besar bergaris tengah 20 - 35 μm , hilus di tengah berupa titik, garis lurus atau
bercabang tiga, lamela tidak jelas, konsentris, butir majemuk sedikit, terdiri atas dua atau
tiga butir tunggal tidak sama bentuknya.

V. ALAT DAN BAHAN

1. ALAT
 Pipet tetes
 Beaker glass
 Gelas ukur
 Kaca arloji
 Oven
 Lumpang
 Mortir
 Timbangan elektrik
 Pot plastic
 Kain
 Blender
 Plat tetes

2. BAHAN
 Singkong
 NaCl 1%
 NaOH 0,01 M
 Aquadest

VI. PROSEDUR KERJA

1) Kupas 250 g bahan, cuci sampai bersih, iris tipis-tipis.


2) Masukkan dalam blender tambahkan 175 ml NaCl 1%.
3) Saring bubur yang didapat dengan kain penyaring (kain).
4) Ampas ditambahkan 40 ml NaCl 1%, saring lagi.
5) Campurkan filtrat yang didapat, diamkan 1 jam sampai amilum mengendap.
6) Lakukan dekantasi pelan-pelan.
7) Cuci bagian yang mengendap dengan NaCl 1% (sebanyak 3x), NaOH 0,01 M
(sebanyak 1x) dan aquadest (sebanyak 1x), diamkan lagi 30 menit.
8) Lakukan dekantasi lagi.
9) Amilum yang di dapat (bagian yang mengendap) di pindahkan ke kaca arloji,
keringkan dalam oven (50 ℃) sampai kering.
10) Setelah kering amilum/pati digerus dalam lumping/mortir.
11) Ditimbang dan di masukkan dalam pot plastic, tutup rapat, beri label, nama
kelompok, dan tanggal praktikum.
12) Lakukan identifikasi makroskopik, mikroskopik, dan kimiawi (reaksi warna).

VII. HASIL PENGAMATAN

 Hasil Uji

No Keterangan Hasil
1. Reaksi Kimiawi (Reaksi Warna)
 Sebagian serbuk amilum Hasilnya positif (+). Karena
singkong di uji dengan larutan berubah warna menjadi biru
iodium (dalam plat tete) keunguan.
2. Makroskopik
 Warna  Putih
 Tekstur  Serbuk halus
 Bau  Tidak berbau
3. Mikroskopik
 Serbuk amilum singkong
diletakan di kaca objek teteskan
beberapa tetes air. Amati
dibawah mikroskop pada
pembesaran 100x.
VIII. PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dilakukan pembuatan dan pengamatan amilum. Sampel pada
pengamatan amilum adalah singkong yang sebelumnya telah ditimbang sebanyak 250 g
kemudian cuci bersih dan iris tipis-tipis. Masukkan dalam blender dan tambahkan 175 ml NaCl
1%. Saring bubur dengan kain. Ampas yang didapat tambahkan 40 ml NaCl 1% kemudian saring
lagi. Campurkan filtrat yang didapat, diamkan 1 jam sampai amilum mengendap. Setelah
mengendap, lakukan dekantasi (dekantasi adalah sebuah proses yang dilakukan untuk
memisahkan campuran larutan dan padatan yang paling sederhana yaitu dengan menuangkan
cairan secara perlahan sehingga endapan tertinggal dibagian dasar bejana). Cuci bagian yang
mengendap dengan NaCl 1% sebanyak 3x, NaOH 0,01 M sebanyak 1x dan air sebanyak 1x,
diamkan selama 30 menit. Lakukan dekantasi lagi. Amilum yang di dapat (bagian yang
mengendap) dipindahkan ke kaca arloji, keringkan dalam oven ( 50 ℃ ) sampai kering. Setelah
kering amilum di gerus di lumpang atau mortir. Lalu ditimbang dan dimasukkan dalam pot
plastic. Kemudian dilakukan uji reaksi kimiawi, makroskopik, dan mikroskopik.

Pada proses pengamatan reaksi kimiawi (reaksi warna) amilum singkong diuji dengan
larutan iodide terjadi perubahan warna menjadi biru keunguan yang menandakan hasil positif
terhadap kandungan polisakarida. Terbentuknya warna biru disebabkan molekul amilosa dan
amilopektin yang membentuk suatu molekul dari larutan iodine. Berubah menjadi biru
diperkirakan adalah hasil dari ikatan kompleks antara amilum dan iodine. Identifikasi secara
kimiawi kandungan amilum bertujuan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya amilum dalam
sampel yakni dengan cara iodine. Pada pengamatan makroskopik, warna dari amilum singkong
berwarna putih, mempunyai tekstur serbuk halus dan tidak berbau.

Pengamatan mikroskopik amilum bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk yang khas


dari masing-masing amilum. Hasil yang didapat berupa butir tunggal, butir agak bulat, atau
bersegi banyak butir kecil, ada butir pati, dan juga hilus yang berupa garis dan titik, ada juga
lamella tapi tidak jelas, yang berupa butir majemuk sedikit.
IX. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Amilum adalah jenis polisakarida yang banyak terdapat dialam, yaitu sebagian
besar tumbuhan terdapat pada umbi, daun, batang dan biji-bijian. Amilum merupakan
salah satu bagian dari sel yang bersifat nonprotoplasmik yang ada didalam plastida.
Amilum singkong kemudian di uji reaksi kimia (reaksi warna) hasilnya positif karna
berwarna biru. Amilum singkong berwarna putih, memiliki tekstur yang lembut dan tidak
berbau. Pada pengamatan mikroskopik hasil yang didapat berbentuk butir agak bula, butir
tunggal, ada butir pati dan juga hilus yang berupa garis dan titik.

2. Saran

Sebaiknya alat-alat yang ada di laboratorium lebih diperhatikan dan dirawat lagi
agar saat praktikum bisa dipergunakan dengan baik dan maksimal tanpa ada kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Harbone, J.B, 1987, Metode Fitokimia. Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan.
Terjemahan K. Padmawinata & I. Soediro, Bandung: ITB
2. Poedjiadi, 2009, Dasar-Dasar Biokimia, Jakarta: Universitas Indonesia Press.
3. Fahn, A, 1995, Anatomi Tumbuhan Edisi ketiga, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
Press.

Anda mungkin juga menyukai