Anda di halaman 1dari 11

PERCOBAAN 5

I. NAMA PERCOBAAN
ANTIPIRETIK

II. PENDAHULUAN
II.1. Tujuan percobaan
Mengenal dan mempraktekkan uji anti demam menggunakan metode
induksi demam.

II.2. Dasar teori


Antipiretika adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh pada
keadaan demam. Antipiretik mempunyai suatu efek pada termostat
hipotalamus yang berlawanan dengan zat pirogen. Penurunan demam oleh
antipiretik seringkali melalui pengurangan pembuangan panas daripada
pengurangan produksi panas.

Penginduksi demam ada bermacam-macam, antara lain: sengatan


panas, toksin mikroorganisme, senyawa pirogenik dan senyawa-senyawa
yang dapat menstimulasi metabolisme tubuh.Demam dapat terjadi karena
peningkatan suhu di hipotalamus, jika sel tubuh terluka oleh rangsangan
pirogen seperti bakteri, virus, parasit, maka membrane sel yang tersusun
oleh fosfolipid akan rusak. Salah satu komponen.

Demam adalah suatu bagian penting dari mekanisme pertahanan


tubuh melawan infeksi. Kebanyakan bakteri dan virus yang menyebabkan
infeksi pada manusia hidup subur pada suhu 37 derajat C. Demam akan
mengaktifkan sistem kekebalan tubuh untuk membuat lebih banyak sel
darah putih, membuat lebih banyak antibodi dan membuat lebih banyak
zat-zat lain untuk melawan infeksi (Wibowo, S., 2006).

Demam merupakan keadaan ketika suhu tubuh meningkat melebihi suhu


normal. Demam merupakan istilah umum, sedangkan istilah yang biasa
digunakan adalah pireksia atau hipertemia. Apabila suhu tubuh sangat tinggi
(mencapai sekitar 410 C), demam disebut hiperpireksia. Individu yang
mengalami demam dikatakan dalam keadaan febril (febris) dan individu
yang tidak mengalami demam disebut afebril (afebris). Peningkatan suhu
37,5-380 C pada manusia dikatakan mengalami kenaikan suhu subfebril atau
kenaikan suhu tubuh ringan (Tamsuri, 2006).

Menurut Nelwan (1996), Demam diindikasikan peningkatan suhu


tubuh diatas rata-rata nilai normal sebagai hasil dari perubahan dalam
pusat pengatur suhu yang terletak di hipotalamus. Suhu normal berkisar
antara 36,50C-37,20C, demam diartikan sebagai suhu tubuh diatas
37,20C-41,20C. Suhu yang telah disebutkan diatas ketika pengukurannya
dilakukan menggunakan thermometer melaui rektal terdapat perbedaan
sebesar 0,50C yaitu lebih tinggi pada pengukuran rektal.

1. Mekanisme kerja antipiretik


- Meningkatkan eliminasi panas pada penderita dengan suhu badan
tinggi, dengan cara menimbulkan dilatasi buluh darah perifer &
mobilisasi air sehingga terjadi pengenceran darah & pengeluaran
keringat
- Penurunan suhu tsb hsl kerja obat pd SSP yg melibatkan pusat kontrol
suhu di hipotalamus
- Pengaruh obat pd suhu badan normal relative kecil.

2. Paracetamol ( Acetaminofen)
- Efek analgetik & antipiretik (+)
- Efek antiinflamasi (-)
- Bekerja pada COX-3
- Merupakan penghambat prostaglandin yang lemah.
- Efek iritasi, erosi, dan perdarahan lambung tidak terlihat pada obat ini,
demikian juga gangguan pernafasan dan keseimbangan asam basa
(Wilwana dan Gan, 2007).

3. Pepton
Pepton menginduksi terjadinya demam pada mencit melalui reaksi
tubuh. Sesaat setelah penyuntikan pepton ± 5 menit mencit mengalami
berbagai hal yaitu menggigil, peningkatan rasa haus, peningkatan denyut
jantung dan mengantuk. Pengukuran suhu demam pada mencit yang
dilakukan pada rektal optimal pada waktu 1 jam sesudah penyuntikan.
Pada waktu tersebut mencit mengalami demam yang optimal.

Menurut Suwandito (2008), pengertian pepton adalah Bio stimulasi


alami, yang terdiri dari asam Amino dengan bobot molekular rendah
peptida dan asam humic yang berlaku bersama-sama untuk mendukung
metabolisme dan mengkatalisasi proses pertumbuhan.

III. CARA PERCOBAAN


III.1. Bahan dan alat yang digunakan
1. Stimulus Demam
Untuk penginduksi demam dapat digunakan: pirogen 5% atau pepton
5%, 0,6ml tiap hewan
2. Bahan
a. Stimulus demam
b. Larutan tilosan 1% dalam air
c. Suspensi parasetamol 1% dalam tilosa 1%
d. Bahan uji
3. Alat  thermometer
4. Hewan uji
Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih atau marmut dengan
umur 2-3 bulan dan bobot badan 200-300 g. Diadaptasikan dengan
lingkungan pengujian selama 1-2 hari. Selanjutnya hewan dibagi
menjadi 3 kelompok (kontrol, uji, pembanding)
III.2. Cara kerja
Masing-masing hewan diukur suhu tubuhnya melalui rektal

Selanjutnya hewan uji yang memiliki suhu tubuh normal diluar rata-
rata + 1 SD tidak diikutkan dalam proses pengujian.

Hewan diberi stimulus demam lalu suhu tubuh diukur pada setiap
interval waktu yang ditentukan.

Diusahakan bahwa hewan berada dalam satu populasi, memiliki respon


yang sama terhadap stimulus demam yang diberikan.

Bahan kontrol, uji dan pembanding diberikan secara oral, sebelum atau
setelah induksi demam, bergantung efek yang akan dievaluasi.

Untuk mengamati efek terapi  bahan uji diberikan setelah


pemberian stimulus nyeri.

sedangkan untuk mengamati efek preventif  bahan uji diberikan


sebelum diinduksi demam.

Sebagai pembanding digunakan antipiretik standar atau antipiretik lain


yang telah dikenal potensinya.

Kontrol, bahan uji atau pembanding harus diberikan dalam bentuk


sediaan yang homogen.

Selanjutnya suhu tubuh diukur dalam interval waktu yang ditentukan


selama durasi demam.
Pengumpulan data dan analisis

Data yang dikumpulkan adalah suhu tubuh pada masing-masing


kelompok.

Selanjutnya dihitung persentasi peningkatan suhu tubuh akibat


simulasi demam.

Hewan dinyatakan dalam keadaan demam patologis bila terjadi


peningkatan suhu tubuh yang bermakna bila dibandingkan dengan
hewan kontrol atau kondisi normal.

Bahan uji yang diberikan dinyatakan memiliki efek antipiretik bila


suhu tubuh hewan dalam keadaan patologik dapat menurun bermakna.
IV. HASIL PERCOBAAN

1. Hasil Kelompok IV

Suhu mencit ( ° C )
Paracetamol As. Mefenamat PGS
( 37,1 ° ) ( 35,5 ° ) ( 33,8 ° )

10 20 30 10 20 30 10 20 30

36,1 35,6 35,1 34,3 34,2 35,3 34,7 34,9 34,4

2. Hasil Kelompok V

Suhu mencit ( ° C )
Paracetamol As. Mefenamat PGS
( 36,8 ° ) ( 33,5 ° ) ( 36,6 ° )

10 20 30 10 20 30 10 20 30

32,8 32,2 31,8 33,2 33,9 33,5 36,4 35,7 35,4

3. Hasil Kelompok VI

Suhu mencit ( ° C )
Paracetamol As. Mefenamat PGS
( 36,8 ° ) ( 35,9 ° ) ( 36 ° )

10 20 30 10 20 30 10 20 30

35,3 34,8 36,6 33,7 33,5 33,0 35,5 34,7 34,5


4. Data Statistic
Suhu (10 + 20 + 30)
𝐑𝐮𝐦𝐮𝐬 → Suhu Awal − ( ) = X
3

Asam
Kelompok Paracetamol PGS
Mefanamat

IV -1,5 -0,9 0,87

V -4,53 0,033 -0,77

VI -1,23 -2,5 -1,1

V. PERHITUNGAN
Dosis konversi Dosis larutan stok
Paracetamol 1,305 mg / 20 gr 233,6 mg /75 ml
Asam mefenamat 1,305 mg / 20 gr 136,6 mg /50 ml
PGS Maksimal 1,0 ml
Pepton Maksimal 1,0 ml

1. PGS, BB mencit 30 gr
maksimal pemakaiian 1,0 ml

2. Paracetamol, BB mencit 30 gr

30 gr
X 1,305 mg = 1,957 mg
20 gr

1,957 mg
= 0,63 ml
233,6 mg/75 ml

3. Asam Mefenamat, BB mencit 30 gr

30 gr
X 1,305 mg = 1,957 mg
20 gr

1,957 mg
= 0,72 ml
136,6 mg/50 ml
LARUTAN STOK ANTIPIRETIK

Diketahui :
- Dosis Paracetamol dan Asam mefenamat = 500 mg
- Berat tablet Paracetamol = 628 mg
- Berat tablet Asam mefenamat = 861 mg

Pembuatan larutan stok :


Dosis untuk mencit = 500 mg x 0,00261
= 1,305 mg / 20 g BB.

Untuk mencit BB 35 g:
35 gr
Dosis untuk mencit = x 1,305 mg = 2,284 mg
20 gr

1. Pepton = 0,1 % dalam 50 ml

2. Bobot tablet Paracetamol dalam 75 ml


75 ml
x 2,284 mg = 171,3 mg
1 ml
682 mg
mg Paracetamol = x 171,3 mg = 233,653 mg / 75 ml
500 mg

3. Bobot tablet As. Mefenamat dalam 50 ml


50 ml
x 2,284 mg = 171,3 mg
1 ml
861 mg
mg As. Mefenamat = x 171,3 mg = 196,652 mg / 50 ml
500 mg
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum pengujian efek antipiretik, menggunakan hewan coba 3
mencit yaitu di berikan parasetamol sebagai antipiretik, di berikan asam
Mefenamat sebagai pembanding antipiretika dari paracetamol, dan di berikan
tilosa tapi praktikum ini diganti dengan PGS. Ketiga obat tersebut di berikan
secara per oral, tapi terlebih dulu diberikan pepton sebagai induksi demam
(demam buatan).

Suhu mencit ( ° C )
Paracetamol As. Mefenamat PGS
( 37,1 ° ) ( 35,5 ° ) ( 33,8 ° )

10 20 30 10 20 30 10 20 30

36,1 35,6 35,1 34,3 34,2 35,3 34,7 34,9 34,4

Mencit control di berikan pepton, 5 menit kemudian di beri PGS per oral,
untuk suhu nya meningkat terus selama 30 menit, sedangkan untuk mencit
perlakuan dengan di berikan pepton, 5 menit kemudian di beri PCT dan Asam
Mefenamat, suhu tubuh mencit sudah bisa menurun dengan cepat.

Penurunan suhu untuk Paracetamol lebih cepat dan tidak mengalami


penaikan, sedangkan untuk Asam Mefenamat lebih lambat dan pada menit ke
30 mengalami penaikan suhu atau suhu tubuh mencit kembali pada suhu awal.

Hal tersebut dikarenakan, parasetamol mempunyai efek analgesic dan


antipiretik lebih kuat dari pada Asam Mefenamat, sehingga mencit yang
mendapatkan perlakuan dengan diberikannya parasetamol, penurunnan suhu
tubuhnya akan lebih cepat, dari pada mencit di berikan Asam Mefenamat.

Jadi hasil praktikum dari percobaan antipiretika ini sesuai dengan teori
dimana suhu paling cepat turun didapat oleh obat Paracetamol, sedangkan
untuk Asam Mefenamat suhu yang turun sedikit dan pada menit 30 kembali
mendekati suhu awal, dan suhu yang terus meningkat didapat oleh PGS.
Penjelasan tentang Data Statistic

- Data kolom normalitas suhunya untuk kolom Sig. pada Shapiro Wilk
memperoleh 0,423 yang bearti tidak memenuhi syarat karena data yang
di dapat harus < 0,05.
- Data pada kolom homogenitas suhu nya untuk kolom Sig. memperoleh
0,417 yang bearti memenuhi syarat karena data yang didapat harus >
0,05.
- Dan digunakan table kruskal wallis karena suhu pemberian oral pada
normalitas tidak signifikan dan homogenitas signifikan atau terjadi
perbedaan antara normalitas dan homogenitasnya.

VII. KESIMPULAN
1. Pemberian semua obat dilakukan secara per oral.
2. Suhu yang paling cepat turun dari suhu awalnya adalah Paracetamol.
3. Suhu yang paling lambat turun dari suhu awalnya adalah Asam Mefenamat.
4. Suhu yang terus meningkat dari suhu awalnya adalah PGS.
5. Hasil praktikum antipiretik ini sesuai dengan teori.
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2013, Penuntun praktikum Farmakologi II, Akademi Farmasi ISFI,


Banjarmasin.
Nelwan, R.H. 1996. Demam Dalam Ilmu Penyakit Dalam. Edisi tiga Jilid ke I.
Jakarta: FK UI
Suwandito. 2008. Pepton. Http:www/Haifachem.com. Diakses tanggal 11 Juni
2008.
Tamsuri, Anas. 2007. Tanda-Tanda Vital Suhu Tubuh. Jakarta: EGC Buku
Kedokteran
Tjay, T.H. dan Kirana, R., 2007, Obat – Obat Penting, Edisi VI, PT Elex Media
Komputindo, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai