SKRIPSI
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
APRIL 2018
1
AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK DAUN MAYANA
(Coleus atropurpureus [L] Benth ) BERDASARKAN
TINGKAT KEPOLARAN PELARUT
SKRIPSI
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS TADULAKO
APRIL 2018
2
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian tentang Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun mayana
(Coleus atropurpureus [L] Benth.) dari beberapa tingkat kepolaran pelarut.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui berapa daya hambat ekstrak daun mayana
terhadap bakteri gram positif (Streptococcus mutans) dan bakteri gram negatif
(Shigella dysenteriae) berdasarkan tingkat kepolaran pelarut. Metode ekstraksi
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode maserasi dengan 4 tingkat
polaritas pelarut yang dimulai dari pelarut non polar (n-heksan), diikuti dengan
pelarut semipolar (etil asetat dan kloroform) dan pelarut polar (etanol). Pengujian
aktivitas antibakteri dilakukan dengan uji metode sumur difusi, dan parameter
yang diamati adalah diameter daya hambat. Hasil penelitian menunjukan bahwa
ekstrak n-heksan memberikan daya hambat tertinggi pada bakteri gram negatif
(Shigella dysenteriae) dan ektrak n-heksan pada bakteri gram positif
(Streptococcus mutans) berturut-turut adalah 22.81 mm dan 20.99 mm. Jadi,
ekstrak daun mayana dapat menghambat bakteri Shigella dysenteriae dan
Streptococcus mutans dengan kategori yang sangat kuat.
3
ABSTRACK
A study was conducted on the antibacterial activity test of leaf extract (Coleus
atropurpureus [L] Benth.) from several levels of solvent polarity. The purpose of
this research is to find out its inhibition capacity of extract against Gram positive
bacteria (Streptococcus mutans) and gram negative bacteria (Shigella dysenteriae)
based on polarity level of solvent. The method of extraction used in this research
was maceration method with 4 levels of solvent polarity starting from non polar
solvent (n-hexane), followed by semipolar solvent (ethyl acetate and chloroform)
and polar solvent (ethanol). The antibacterial activity test was performed by
diffusion well test, and the observed parameter was the inhibitory diameter. The
results showed that n-hexane extract gave the highest inhibition in gram negative
bacteria (Shigella dysenteriae) and Gram positive bacteria (Streptococcus mutans)
were 22.81 mm and 20.99 mm, respectively. In conclusion, mayana leaf extract
can inhibit the growth of Shigella dysenteriae and Streptococcus mutans bacteria
with very strong category.
4
DAFTAR TABEL
Tabel 2.3 Ciri-ciri bakteri gram positif dan gram negatif ....................................... 20
Tabel 4.1 Hasil analisis golongan senyawa ekstrak daun mayana dari keempat
Tabel 4.2 Hasil zona hambat bakteri gram negatif Shigella dysenteriae dan
5
DAFTAR GAMBAR
6
DAFTAR SIMBOL
mL : Mililiter
mm : Milimeter
g : Gram
µL : Mikroliter
cm : Centimeter
% : Persen
7
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 3. Bagan Alir Tahap Uji Golongan Senyawa Ekstrak Daun Mayana 47
Lampiran 4. Bagan Alir Tahap Uji Aktivitas Anti Bakteri Dengan Metode
Sumur Difusi 48
Lampiran 5. Tabel Hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak daun mayana 49
8
BAB I
PENDAHULUAN
9
Golongan senyawa metabolit sekunder adalah alkaloid, flavonoid, sapponin,
tanin, steroid dan triterpenoid (Harbone, 1987). Metabolit sekunder ada yang
berperan sebagai antimikroba, antibiotik, antioksidan, antikanker, anti
koagulan darah dan dapat menghambat efek karsinogenik (Copriady dkk.
2005 dalam Handayani). Uji metabolit sekunder sebagai antibakteri selalu
didahului dengan ekstraksi pelarut yang bertujuan untuk menarik metabolit
sekunder yang bersifat antibakteri. Pelarut polar akan melarutkan senyawa
polar, demikian pula pelarut non polar akan melarutkan senyawa non polar.
Sedangkan pelarut semi polar akan melarutkan senyawa semi polar pula.
10
dibandingkan dengan ekstrak lain, pada bakteri Bacillus cereus 14,3 mm dan
Salmonella typhy 9,8 mm (Eva, 2011).
Jenis pelarut yang biasa digunakan dalam proses ekstraksi sampel yaitu etanol,
etil asetat, kloroform dan n-heksan. Pelarut dipilih berdasarkan tingkat
kepolaran yang berbeda dengan tujuan untuk memperoleh pelarut terbaik yaitu
pelarut pelarut yang dapat mengekstrak dalam jumlah besar dan dapat
mengekstrak golongan senyawa antibakteri yang mempunyai aktifitas tinggi.
Variasi pelarut perlu dilakukan karena senyawa senyawa aktif yang berpotensi
sebagai antibakteri dalam daun mayana belum diketahui sifat kepolarannya.
a. Apakah senyawa antibakteri dalam daun mayana bersifat polar, non polar
dan semi polar ?
b. Berapa diameter zona hambat tertinggi ekstrak daun mayana pada bakteri
gram negatif (Shigella dysenteriae) dan gram positif (Streptococcus
mutans) ?
11
b. Mengetahui berapa diameter zona hambat tertinggi ekstrak dau mayana
pada bakteri gram negatif (Shigella dysenteriae) dan gram positif
(Streptococcus mutans).
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
13
Genus : Plectranthus
Spesies : Plectranthus scutellarioides (L.) R.Br. sinonim Coleus
atropurpureus [L.] Benth
14
Sedangkan akar tumbuhan ini berkhasiat untuk mengatasi perut mulas dan diare.
Dalimartha juga menyebutkan bahwa tumbuhan iler dapat menyembuhkan radang
telinga. Sebagai catatan ibu hamil dilarang meminum rebusan daun iler ini karena
dapat menyebabkan keguguran (Yuniarti,2008).
Mayana memiliki tinggi 1-2 meter dan terdapat di semak-semak. Tanaman yang
tergolong kedalam famili Labiate ini merupakan perdu. Tanaman ini biasanya
rimbun dengan daun berwarna hijau kemerahan atau merah ke arah ungu. Tepian
daunnya bergerigi dan permukaannya berbulu halus. Karakteristik daun yaitu
tunggal, silang berhadapan, berbentuk lonjong dengan tepi bergerigi dan ujung
runcing, pangkal membulat, panjang daun mencapai 4-8 cm dan lebar 2-5 cm,
tangkai silindris dengan panjang 2-5 cm dan berwarna hijau dan merah keunguan.
Bunganya berwarna putih keunguan. Kelopak bunga berbentuk bintang terdiri dari
lima helai, benang sari dan putik kecil, mahkota bunga berbentuk bibir berwarna
ungu. Batang tanaman ini tegak, bersifat lunak, berbentuk segi dengan warna
hijau pucat. Karakteristik buah berbentuk bulat, kecil dan berwarna coklat.
Karakteristik biji berbentuk bulat, kecil dan hitam ( Hutapea dan syamsuhidayat,
1991)
Tumbuhan Mayana memiliki batang herba, tegak atau berbaring pada pangkalnya
dan merayap tinggi berkisar 30-150 cm dan mayana termasuk kategori tumbuhan
basah yang batangnya mudah patah. Daun tunggal, helaian daun berbentuk hati,
pangkal membulat atau melekuk menyerupai bentuk jantung dan setiap tepiannya
dihiasi oleh lekuk-lekuk tipis yang bersambungan dan didukung tangkai daun
dengan panjang tangkai 3-4 cm yang memiliki warna beranekaragam, ujung
meruncing dan tulang daun menyirip berupa alur. Batang bersegi empat dengan
alur yang agak dalam pada masing-masing sisinya, percabangan banyak, berwarna
ungu kemerahan. Bunga berbentuk untaian bunga bersusun, muncul pada pucuk
tangkai batang berwarna putih, merah dan ungu. Tumbuhan mayana memiliki
aroma bau yang khas dan rasa yang agak pahit, sifatnya dingin. Jika seluruh
bagian diremas akan mengeluarkan bau yang harum. Untuk memperbanyak
tanaman ini dilakukan dengan cara stek batang dan biji (Yuniarti, 2008)
15
Pada umumnya, mayana ditanam di pekarangan sebagai tanaman hias atau
tanaman obat. Mayana atau iler ini juga bisa ditemukan disekitar sungai atau
pematang sawah dan tepi-tepi jalan pedesaan sebagai tumbuhan liar. Syarat
tanaman ini dapat tumbuh dengan subur adalah didaerah dataran rendah
sampai ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut ( Nurcahyo, 2009)
2.2.1 Tannin
16
dengan target penyerangan tannin terhadap kerusakan polipeptida yang terdapat
pada dinding sel bakteri sehingga mengganggu sintesa peptidoglikan yang
menjadikan pembentukan dinding sel tidak sempurna dan mengakibatkan
inaktivasi sel bakteri pada sel inang. Struktur tannin disajikan pada gambar 2.2
Menurut Mutiatikum (2010) Tannin dapat digunakan sebagai masker atau zat
identitas untuk tanaman mayana. Penggolongan tannin dalam tumbuhan mayan
terdiri dari tannin terkondensasi, Tannin terhidrolisa (strukturnya ester asam galat
dan glukosa) dan Prototanin (struktur katekin dan galokatekin).
Tannin dalam sabut kelapa merupakan golongan polifenol atau tannin terhidrolisis
yang memiliki banyak manfaat seperti antibakteri, antioksidan, antijamur, dan
antivirus. Ekstrak etanol sabut kelapa menunjukan efek antibakteri terhadap
Escherichia coli dan Shigella dysenteriae. Terbukti setelah dilakukannya uji
terhadap bakteri tersebut, terlihat adanya hambatan pertumbuhan bakteri atau
daerah jernih di sekeliling kertas cakram pada konsentrasi 500 mg/ml hingga 10
mg/ml (Dalimunthe dan Nainggolan, 2006).
17
2.2.2 Polifenol
Fenol merupakan cairan bening yang beracun dengan bau yang khas. Rumus
kimianya adalah C6H5OH dan memiliki struktur grup hidroksil (-OH) yang
terikat dengan sebuah cincin phenyl yang juga merupakan senyawa
aromatis. Fenol memiliki sifat antiseptik dan digunakan oleh Sir Joseph
Lister (1827-1912) pada teknik pembedahan antiseptiknya. Fenol juga
merupakan bahan aktif anastesi oral seperti Chloraseptic spray. Fenol juga
merupakan bahan utama dari Carbolic Smoke Ball, sebuah alat yang
dipasarkan di London pada abad ke 19 sebagai pengaman pengguna
terhadap influenza dan penyakit lainnya. Struktur salah satu senyawa
polifenol disajikan pada gambar 2.3
Gambar 2.3. Struktur molekul prosianidin salah satu senyawa polifenol (Hagerman, 2002)
18
jalur shikimate, Cincin fenolik dibuat dari inti aromatik hidrofobik dan
gugus hidroksi hidrofilik, yang dapat dilibatkan dalam pembentukan
ikatan hidrogen. Sebagai senyawa redoks aktif, fenol tanaman juga
dapat bertindak sebagai antioksidan atau sebagai pro-oksidan
(Lattanzio, 2006)
Hasil uji analisis fitokimia salah satu genus dari Plectrantus/coleus ini
yaitu Coleus ambionicus .L menunjukkan bahwa senyawa utama yang
terkandung dalam daun tersebut adalah polifenol, saponin, glikosida
flavonol dan minyak atsiri. Coleus ambionicus mampu meningkatkan
pertahanan tubuh dengan cara meningkatkan sifat fagositik sel retrofil
(Batubara, 2004).
2.2.3 Flavonoid
19
yang paling tinggi dibandingkan jenis flavonoid lainnya. Sebagai
contoh isoflavon dapat menghambat pertumbuhan kapang dan
membantu dalam mengontrol wabah penyakit (Naidu, 2000). Struktur
Flavonoid disajikan pada gambar 2.4
2.2.4 Alkaloid
20
organik nonpolar, tetapi ada beberapa kelompok seperti pseudoalkaloid
dan protoalkaloid yang larut pada pelarut polar seperti air (Lenny,
2006). Senyawa aktif golongan alkaloid dapat berperan sebagai
antibakteri. Mekanisme penghambatan pertumbuhan bakteri oleh
senyawa alkaloid yaitu dengan cara menganggu komponen penyusun
peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak
terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel tersebut
(Robinson, 1995). Struktur salah satu senyawa alkaloid disajikan pada
gambar 2.5
HO
H N
HO
2.2.5 Steroid
21
terutama, mono-, sesqui-, di- dan tri-terpenes yang berpotensi sebagai anti
bakteri dan obat-obatan (Luisa Pistelli, 2006).Struktur salah satu senyawa
steroid disajikan pada gambar 2.6
H H
2.3 Ekstraksi
22
senyawa kimia akan mudah larut pada pelarut yang relatif sama
kepolarannya. Kepolaran suatu pelarut ditentukan oleh besar konstanta
dielektriknya, yaitu semakin besar nilai konstanta dielektrik suatu pelarut
maka polaritasnya semakin besar. Menurut Ahmad (2006), beberapa aspek
yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pelarut antara lain:
a. Selektifitas, yaitu pelarut hanya melarutkan komponen target yang
diinginkan dan bukan komponen lain.
b. Kelarutan, yaitu kemampuan pelarut untuk melarutkan ekstrak yang lebih
besar dengan sedikit pelarut.
c. Toksisitas, yaitu pelarut tidak beracun
d. Penguapan, yaitu pelarut yang digunakan mudah diuapkan
e. Ekonomis, yaitu harga pelarut relatif murah.
Secara umum metode ekstraksi dibagi menjadi dua macam yaitu ekstraksi
tunggal dan ekstraksi bertingkat. Ekstraksi tunggal adalah melarutkan bahan
yang akan diekstrak dengan satu jenis pelarut. Kelebihan dari metode ini
yaitu lebih sederhana dan tidak memerlukan waktu yang lama, akan tetapi
rendemen yang dihasilkan lebih sedikit. Adapun metode ekstraksi bertingkat
adalah melarutkan bahan atau sampel dengan menggunakan dua atau lebih
pelarut. Kelebihan dari metode ekstraksi bertingkat ini adalah dapat
menghasilkan rendemen dalam jumlah yang besar dengan senyawa-senyawa
yang berbeda tingkat kepolarannya (Pratiwi, 2009).
23
larut. Indikator kelarutan pelarut dapat ditentukan dari nilai konstanta
dielektrik dan nilai polaritas pelarut. Besarnya nilai polaritas pelarut
proporsional dengan konstanta dielektriknya (Stahl, 1969).
Konstanta Indeks
Titik didih Titik beku
Pelarut dielektrik polaritas
(0C) (0C)
(ɛ) (µ)
Akuades 100,0 0 80,2 10,2
Methanol 64,0 -98 32,6 5,1
Etanol 78,4 -117 24,3 5,2
Kloroform 61,2 -64 4,8 4,1
Etil asetat 77,1 -84 6,0 4,4
Dietil eter 35,0 -116 4,3 2,8
Aseton 56,0 -95 20,7 5,1
Sumber : Sudarmadji (2007).
Konsep yang selalu dipakai like disolve like merupakan konsep yang
menjelaskan adanya fenomena dalam proses ekstraksi, nilai kepolaran pelarut
harus sedekat mungkin dengan kepolaran sampel. Konsep ini sangat berguna
jika komponen yang sudah di ekstrak diketahui kepolarannya. Untuk bahan
yang bersifat polar sebaiknya menggunakan pelarut yang polar, sedangkan
24
untuk bahan yang non polar digunakan pula pelarut yang bersifat nonpolar
(Stahl, 1969)
Tabel 2.2 Jenis pelarut dan komponen terlarut serta titik didihnya
Jenis Pelarut Titik didih (◦C)
Air 100
Etanol 78,4
Etil Asetat 77
Petroleum eter 70
Kloroform 61,7
Heksan 71
Asam Askorbat ≥ 190
Flavonoid ≥ 160
Karotenoid ≥ 580
Alkaloid ≥ 100
Steroid ≥ 135
Sumber : (Bernasconi, 1995)
2.5 Antibakteri
25
Membran sel berperan penting dalam mengatur keluar masuknya zat antar sel
dengan lingkungan luar. Mekanisme kerja antibakteri dalam mengubah
permeabilitas membran sel bakteri yaitu dengan cara merusak membran sel
sehingga fungsi permeabilitas membran mengalami kerusakan yang
mengakibatkan kematian sel. Contoh antibakteri yang dapat melakukan hal
ini adalah polimiksin, kolistin, nistatin dan sebagainya.
Sintesis protein merupakan hasil akhir dari dua proses utama yaitu transkripsi
dan translasi. Antibakteri yang dapat mengganggu proses transkripsi maupun
translasi sehingga menghambat sintesis protein adalah streptomisin,
tetraksilin kloramfenikol dan sebagainya.
Antibakteri ini bekerja dengan cara membentuk kompleks dengan DNA yang
menyebabkan terhambatnya proses replika DNA, misalnya asam nalidiksat.
Aktivitas penghambatan senyawa antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri
dapat dilihat dengan melakukan uji aktivitas antibakteri dengan cara
mengamati besar kecilnya zona hambat yang dibentuk. Aktivitas antibakteri
dibagi menjadi dua macam yaitu aktivitas bakteriostatik berupa
penghambatan pertumbuhan tetapi tidak membunuh patogen dan aktivitas
bakterisidal yaitu membunuh patogen dalam kisaran luas (Brooks et al.,
2005).
Antibakteri yang ditandai dengan ukuran diameter zona bening (clear zone).
Kelebihan dari metode kertas cakram yaitu dapat menunjukan secara
langsung aktivitas antibakteri yang ditandai dengan adanya zona hambatan
26
disekitar kertas cakram serta lebih sederhana dalam pengerjaannya dan tidak
memerlukan waktu yang lama (Hermawan, 2007).
2.6 Bakteri
Bakteri adalah sel prokariot yang khas bersifat uniseluler yang inti selnya
tidak memiliki membran inti. Gram positif dan gram negatif adalah klasifikasi
bakteri yang dibedakan dari ciri – ciri fisik bakteri. Perbedaan yang mendasar
terdapat pada komponen peptidoglikan dan lipid yang terkandung dalam
dinding sel kedua kelompok bakteri tersebut. Perbedaan struktur dan dinding
sel bakteri gram positif dan gram negatif disajikan pada tabel berikut:
27
Tabel 2.2. Ciri-ciri Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif
Peptidoglikan pada dinding sel bakteri gram postif berupa lapisan tunggal yang
bobotnya lebih dari 50% berat kering, sedangkan pada bakteri gram negatif
peptidoglikan berperan sebagai lapisan kaku dengan bobot sekitar 10% berat
kering. Selain itu, lipid pada kelompok bakteri gram postif lebih sedikit sehingga
pertumbuhannya lebih mudah terhambat oleh senyawa antibakteri. Sebaliknya,
lipid pada bakteri gram positif lebih tinggi sehingga lebih tahan terhadap senyawa
antibakteri (Purwoko, 2007).
Terkait dengan peran bakteri dalam kehidupan manusia, bakteri pada umumnya
dibagi menjadi dua golongan, yaitu bakteri menguntungkan dan merugikan.
Bakteri menguntungkan merupakan kelompok bakteri yang banyak dimanfaatkan
oleh manusia, seperti digunakan sebagai bahan pengawet makanan, fermentasi
dan juga digunakan untuk meningkatkan kesehatan pencernaan. Selain bakteri
yang menguntungkan ada juga bakteri yang merugikan. Salah satu kelompok
bakteri yang merugikan yaitu bakteri patogen. Bakteri patogen yaitu bakteri yang
dapat menginfeksi tubuh manusia, hewan maupun tanaman. Diantara bakteri yang
sering menginfeksi manusia dan mencemari makanan adalah Shigella dysenteriae
dan Micrococcus luteus (Purwoko, 2007).
28
2.6.1 Shigella dysenteriae
29
2.6.2 Streptococcus mutans
Bakteri ini tumbuh secara optimal pada suhu sekitar 18-40 oC. S.
Mutans biasanya ditemukan pada rongga gigi manusia yang luka dan
menjadi bakteri yang paling kondusif menyebabkan karies untuk
email gigi (Krieg et al, 1994).
30
Gambar 2.8. Bentuk Mikroskopis Streptococcus mutans (Krieg et al, 1994)
31
b. E-test technique digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum
Inhibitoryn Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum), yaitu
konsentrasi minimal suatu agen antimikroba untuk dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Pada metode ini digunakan strip plastik
yang mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga tertinggi
dan diletakkan pada permukaan media agar yang telah ditanami
mikroorganisme. Pengamatan dilakukan pada area jernih yang ditimbulkan
yang menunjukkan kadar agen antimikroba yang menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada media agar (Pratiwi, 2009).
c. Ditch plate technique. Pada metode ini sampel uji berupa agen antimikroba
yang diletakkan pada parit yang dibuat dengan cara memotong media agar
dalam cawan petri pada bagian tengah secara membujur dan mikroba uji
(maksimum 6 macam) digoreskan ke arah parit yang berisi agen
antimikroba (Pratiwi, 2009).
d. Cup-plate technique. Metode ini serupa dengan disc diffusion, dimana
dibuat sumur pada media agar yeng telah ditanami dengan
mikroorganisme dan pada sumur tersebut diberi agen antimikroba yang
diuji (Pratiwi, 2009).
e. Gradient-plate technique. Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba
pada media agar secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal. Media
agar dicairkan dan larutan uji ditambahkan. Campuran kemudian dituang
ke dalam cawan petri dan diletakkan dalam posisi miring. Nutrisi kedua
selanjutnya dituang diatasnya dan diinkubasi selama 24 jam untuk
memungkinkan agen antimikroba berdifusi dan permukaan media
mengering. Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah mulai
dari konsentrasi tinggi ke rendah. Hasil perhitungan sebagai panjang total
pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin dibandingkan
dengan panjang pertumbuhan hasil goresan. (Pratiwi. 2009)
32
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2017 sampai bulan Februari
2017 di Laboratorium Penelitian Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tadulako dan Laboratorium Kesehatan
Provinsi Sulawesi Tengah.
3.2.1 Alat
3.2.2 Bahan
Bahan dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun mayana
di ambil di daerah Petobo, Palu Selatan Sulawesi Tengah, Bahan
lainnya berupa bakteri patogen Streptococcus mutans, Shigella
dysenteriae, etanol, n-heksan,etil asetat, kloroform, reagen dragendroff,
FeCl3, H2SO4 Pekat, HCl pekat, CH3COOH glasial, akuades, Nutrien
Agar (NA), serbuk magnesium, aluminium foil, kertas saring whatman
no.1, dan tissue.
Penelitian ini dilaksanakan dalam empat tahap yaitu tahap preparasi sampel,
tahap ekstraksi, tahap uji golongan senyawa dan tahap uji aktivitas antibakteri
33
daun mayana. Tahap ekstraksi daun mayana dengan metode maserasi
bertingkat berdasarkan tingkat kepolaran pelarut, dan analisis aktivitas
antibakteri dengan metode sumur difusi.
Daun mayana dicuci bersih, diiris tipis-tipis dan dikering anginkan dan
dihaluskan menggunakan blender dan diayak dengan ayakan 60 mesh
untuk mendapatkan daun mayana dalam bentuk tepung, kemudian
tepung daun mayana disimpan untuk digunakan pada prosedur
selanjutnya.
34
3.4.3 Uji Fitokimia Secara Kualitatif
35
3.4.4 Persiapan Bahan Uji Antibakteri
Satu mata ose bakteri diambil dari biakan agar miring baru dan
diinokulasikan ke dalam media cair steril MHB, kemudian diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 37˚C. Kultur bakteri siap digunakan untuk
pengujian aktivitas antibakteri.
36
BAB IV
Hasil skrining fitokimia pada daun mayana dari empat jenis pelarut, disajikan
pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Hasil analisis golongan senyawa ekstrak daun mayana dari
keempat jenis pelarut.
Tabel 4.1 terlihat bahwa ekstrak n-heksan terdeteksi adanya steroid dan
alkaloid, tetapi tidak terdeteksi adanya flavonoid dan tannin. Hal tersebut
menunjukan bahwa dalam daun mayana terdapat senyawa steroid dan
alkaloid yang bersifat nonpolar. Ini sesuai dengan pendapat Lestiani dan
Lanny (2008), tingkat kepolaran pelarut menentukan jenis dan jumlah
senyawa yang dapat diekstrak dari bahan. Pelarut akan mengekstrak senyawa-
senyawa yang mempunyai kepolaran yang sama dengan kepolaran pelarut
yang digunakan. Menurut Lisdawati (2008) pada sampel simplisia daun
mayana mengandung golongan senyawa kimia terpenoid (dimana minyak
atsiri termasuk ke dalam golongan ini), dan tannin.
37
Pada ekstrak kloroform terdeteksi adanya steroid dan tanin dalam jumlah
sedikit, sedangkan untuk ekstrak etil asetat terdeteksi adanya alkaloid dan
tanin. Kedua senyawa ini terdeteksi juga dalam ekstrak etanol, yang berarti
alkaloid dan tanin yang ada pada daun mayana terdiri atas alkaloid dan tanin
semi polar serta alkaloid dan tanin polar. Fakta-fakta ini sesuai dengan apa
yang dilaporkan oleh Simaremare (2014) menyatakan bahwa senyawa
golongan alkaloid mengandung nitrogen sebagai bagian dari system sikliknya
serta mengandung substituen yang bervariasi seperti gugus amina, amida,
fenol dan metoksi sehingga alkaloid bersifat semipolar yang dapat larut dalam
pelarut semi polar.
4.2 Uji Aktifitas Antibakteri dan daya hambat Ekstrak Daun Mayana
38
Tabel 4.2 Hasil zona hambat bakteri gram negative Shigella dysenteriae dan
bakteri gram positif Streptococcus mutans.
Menurut Ernawati (2007), senyawa yang di duga dapat ditarik oleh pelarut non
polar misalnya n-heksan adalah asetogenin, dan berbagai macam terpen seperti
myrcene, thymol. Beberapa hasil penelitian menunjukkan senyawa terpenoid
memiliki aktivitas sebagai antimikroba yaitu monoterpenoid linalool, diterpenoid
(-) hardwicklic acid, phytol, triterpenoid saponin dan triterpenoid glikosida
(Gunawan, 2008). Thanh (2006) juga telah berhasil mengisolasi triterpen
39
glikosida dari teripang pasir yang terbukti mampu menjadi agen antijamur,
antibakteri, dan sitotoksik. Berdasarkan hasil penelitian Heni (2015) fraksi n-
heksana mengandung senyawa terpenoid yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri, triterpenoid, tanin, saponin, flavonoid dan memiliki aktivitas antibakteri
dengan berbagai mekanisme kerja.
CH3
OH OH OH
O
H3C O
OH OH O
(a)
(b)
Gambar 4.1. Struktur Molekul Asetogenin (a) dan myrcene (b) (Ernawati, 2007)
Ekstrak kloroform dan etil asetat yang mengandung alkaloid semi polar, steroid
semi polar dan tannin semi polar memberikan zona hambar terhadap semua
bakteri uji, meskipun diameter zona hambatnya berbeda-beda. Hal ini sesuai
dengan Parekh dkk., (2005) juga menemukan bahwa, aktivitas antibakteri
dipengaruhi oleh polaritas senyawa yang diekstraksi oleh masing-masing pelarut
dengan kemampuan zat tersebut untuk menyebar pada media yang digunakan
dalam pengujian aktivitas antibakteri. Tanin pada tanaman digunakan sebagai
proteksi dari mikroorganisme yang mensekresikan enzim yang dapat membuat
dinding sel tanaman lisis, enzim ini akan inaktif ketika tanin yang ada pada
tanaman terikat dengan enzim yang disekresikan oleh mikroorganisme patogen
tersebut (Heldt dan Hans, 2004)
40
mengurangi permeabilitas dinding sel bakteri sehingga sel bakteri akan
kekurangan nutrisi dan pertumbuhan bakteri terhambat atau mati (Cowan, 1999).
41
ukuran dari zona hambat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti tingkat sensitifitas
dari organisme uji, kecepatan difusi dari senyawa antibakteri dan konsentrasi
senyawa antibakteri.
Menurut Davis dan Stout (1971) dalam Arista (2013), berdasarkan zona jernih
atau zona bening yang terbentuk, daya hambat dikelompokkan menjadi 4
kelompok yaitu sangat kuat bila zona hambat >20 mm, kuat 10-20 mm, sedang 5-
10 mm dan lemah <5 mm. Berdasarkan pernyataan Davis dan Stout (1971),
senyawa antibakteri dalam ekstrak n-heksan termasuk antibakteri daya hambat
sangat kuat terhadap kedua bakteri uji, senyawa antibakteri dalam ekstrak etil
asetat termasuk antibakteri daya hambat kuat terhadap kedua bakteri uji, dan
senyawa antibakteri dalam ekstrak kloroform dan etanol termasuk antibakteri daya
hambat kuat terhadap bakteri shigella dysenteriae. Sedangkan pada bakteri
Streptococcus mutans etanol termasuk antibakteri daya hambat sangat kuat dan
kloroform termasuk antibakteri daya hambat kuat.
42
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengisolasi lebih dalam lagi
senyawa yang berperan sebagai antibakteri dalam daun mayana terkhusus
pada ekstrak n-heksan
2. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut ekstrak n-heksan dengan perbedaan
konsentrasi dengan menggunakan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
43
44
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Y., Dolan, M. J., dan Larson, E. L. (2001). Alcohol. Dalam Block, S. S. (ed).
2001. Disinfections, Sterilization, and Preservation. Edisi ke- 5. Lippincott
Williams and Wilkins, Philadelphia. Halaman 231 dan 234.
Arista, Y. N. (2013). Formulasi dan Uji Aktivitas Gel Antijerawat Ekstrak Umbi
Bakung (Crinum Asiaticum L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus
secara in Vitro.(http://ejournal.unstrat.ac.id/indeks.php/pharmacon/article/vi
ew/1552). Diaskes 1 Januari 2018.
Batubara I. (2004) Profil Unsur-unsur Penting (P, K, Ca, Mg dan Fe) Flavonoid
Daun Torbangun (Coleusamboinicus Lour) sebagai Gambaran Daun
Torbangun dalam Kesehatan Masyarakat. Bogor: Pusat Studi Biofarmaka
LPPM IPB
Bellanti, J.A., (1993). Imunologi III, diterjemahkan oleh Samik Wahab, 203-211,
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
45
Brenner et al. (2010). Bergey’s manual of systematic bacteriology. Volume two.
Departement of Microbiology and molecular Genetics Michigan State
University.
Brooks, G.F., J.S. Butel dan S.A. Morse. (2005). Medical microbiology. New
York: Mc Graw Hill.
Copriady. Jimmi, Elva Yasmi, dan Handayani. 2005. Isolasi dan karakterisasi
senyawa kumarin dari kulit buah jeruk purut (Citrus hystrix DC) jurnal
Biogenesis Vol. 2(1):13-15. Laboratorium kimia jurusan FMIPA FKIP.
Universitas Riau Pekanbaru.
Dalimartha S. (2007). Atlas Tumbhan Obat Indonesia (2end ed). Jakarta : Trubus
Agriwidya
Davis dan Stout. (1971). Disc plate method of microbiological antibiotic essay.
Jounal Of Microbiology. 22 (4).
Deby A. Mpila, Fatimawali (2012). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun
Mayana (Coleus atropurpureus [L] Benth) Terhadap Staphylococcus aureus,
46
Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa Secara In-Vitro. Journal
Januari UNSRAT Manado.
Eva Marliana. (2011). Uji Fitokimia dan Aktivitas Antibakteri ekstrak Kasar
Etanol, n-heksan,etil asetat dan metanol dari Buah Labu Air (Lagenari
Skeraria). Jurnal Kimia Mulawarman Vol. 8 No 2. Kimia FMIPA UNMUL.
Fessenden. J. (1982). Kimia organik, Edisi ke-4, Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Fitrial. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Ganiswara, S.G. (1995). Farmakologi dan terapi edisi ke-4. Jakarta: FKUI.
Gunawan, S.G. (2008). Farmakologi dan Terapi Edisi ke-5. Jakarta: FKUI
47
Heath, HB, Reineccius, G. (1987). Flavor Chemistry and Technology. New York :
Van Nostrand Reinhold Comp. Publ.
Heldt dan Hans. (2004). Plant Biochemistry. New York. Elsevier Academic Press.
Jawetz E, Melnick GE, dan Adelberg CA. (2005). Mikrobiologi kedokteran, edisi
II, Diterjemahkan oleh dr. Nani Widorini, Jakarta, Salemba Medika
Pradono, D. I. Y.
48
Hallucinogens. International Symposium The Labiate.Advances in
Production, Biotechnology and Utilization. 22 – 25 February 2006.
Saremo, Italy.
Naidu, A.S. (2000). Natural food antimicrobial system. New York: CRC Press..
Nugroho Y A. (2003). Karakterisasi, uji toksisitas akut oral dan uji mukolitik
tanaman mayana (Plectranthus scutellarioides (L) R. Br.). Laporan
Penelitian. Jakarta : Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2003: hal.
5.
Nurbaya. (2015). Kajian ekstrak etanol bunga kembang telang (Clitoria ternate)
sebagai bioindikator asam basa. Skripsi FMIPA Kimia, Universitas
Tadulako. Palu
Pal et al., (2013). Comparative analysis of the genome of shigella dysenteriae type
2 and type 7 isolates. Indian J Med Res 137, 169-177.
Pelczar, M.J. dan Chan, E.C.S (2006). Dasar-dasar mikrobiologi I. Jakarta: Jurnal
Universitas Indonesia 4(2) 140-148.
49
Rahman. (2012). Comparative antioxidant potensial of different extract of
flacourtia jangomas lour fruits. Asian Journal of Pharmaceutical and
Clinical Research. 5 (1) 73-75.
50
Winarto, W.P. (2007). Tanaman Obat Indonesia Untuk Pengobatan Herbal, 152-
153. Jakarta. Karyasari Herba Media.
Yuniarti, T. (2008). Ensiklopedia Tanaman Obat Tradisional Cetakan Pertama.
MedPress. Yogyakarta.
51
LAMPIRAN
-Diblender
Tepung Daun
Mayana
52
Lampiran II: Bagan Alir Ekstraksi Daun Mayana dengan Metode Maserasi
(Nurbaya, 2015)
-Disaring
Disaring
Ekstrak etanol
daun mayana
54
Lampiran III: Bagan Alir Tahap Uji Golongan Senyawa Ekstrak Daun
Mayana (Harborne, 1987)
Ekstrak n-heksan Ekstrak kloroform Ekstrak etil asetat Ekstrak etanol daun
daun mayana daun mayana daun mayana mayana
Uji Flavonoid Uji fenol dan tanin Uji Alkaloid Uji Steroid
Ekstrak di +
Ekstrak di + serbuk Mg CH3COOH anhidrat
dan HCL pekat. Uji di + H2SO4 dan
positif larutan berwarna dikocok. Uji positif
jingga, merah muda, atau larutan berwarna biru
merah. atau hijau.
Ekstrak di + pereaksi
Ekstrak di + larutan FeCl3 5%.
dragendroff. Uji positif
Uji positif larutan berwarna
terbentuk endapan orange
hijau, ungu, biru atau hitam.
atau jingga.
55
Lampiran IV: Bagan Alir Uji Aktivitas Antibakteri dengan Metode Sumur
Difusi (Darmawati, 2009)
Perlakuan yang sama dilakukan terhadap ekstrak kloroform, etil asetat dan etanol
Perlakuan yang sama dilakukan terhadap bakteri Streptococcus mutans
56
Lampiran V : Tabel hasil pengamatan uji daya hambat ekstrak daun
mayana.
Tabel 5.1 Hasil zona hambat bakteri gram negatif Shigella dysenteriae
Tabel 5.2 Hasil zona hambat bakteri gram positif Streptococcus mutans
Pengamatan Zona Hambat Tiap
Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata
Perlakuan
(mm) (mm)
U1 U2 U3
Ekstrak etanol 20,52 20,58 20,47 61,57 20,52
Kontrol Positif etanol 31,82 31,94 31,97 95,73 31,91
Ekstrak Etil Asetat 17,58 17,49 17,62 52,69 17,56
Kontrol Positif Etil Asetat 31,67 31,73 31,77 95,17 31,72
Ekstrak Kloroform 18,01 18,17 18,07 54,25 18,08
Kontrol Positif Kloroform 32,59 32,74 32,43 97,76 32,58
Ekstrak n-heksan 20,95 21,06 20,98 62,99 20,99
Kontrol Positif n-heksan 32,59 32,64 32,57 97,8 32,6
Kontrol Negatif 0 0 0 0 0
57
Lampiran VI : Dokumentasi Penelitian
58
Hasil Uji Senyawa Metabolit Sekunder
Keterangan Gambar
Uji Alkaloid
59
Uji flavonoid
Uji Steroid
n-heksan
Kloroform
Etil asetat
60
Etanol
61