Anda di halaman 1dari 11

TEKNOLOGI SEDIAAN KOSMETIKA

“SOAP”

Dosen : Amelia Febriani, S. Farm.,MSi, Apt.

Disusun Oleh :

Nadya Nitami 16330123

Asniatul Ania 16330131

Indria Apriska 16330140

Vidya Hervina 17330733

Cut Alya Monica 17330745

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sabun merupakan salah satu produk pembersih yang memiliki banyak kegunaan.
Sabun telah dipakai sejak jaman dahulu kala. Akan tetapi teknik pembuatannya masih
sangat sederhana. Sebagai contohnya, suku bangsa Jerman telah memakai sabun sejak
dahulu kala dan telah mampu membuat sabun dengan menggunakan lemak babi atau sapi
dan abu kayu yang banyak mengandung garam alkali.
Sabun dibuat melalui proses hidrolisa gliserida dengan larutan KOH atau NaOH
atau yang lebih dikenal dengan safonifikasi. Sekarang ini sabun dibuat dengan cara
praktis dan dilakukan dengan teknik yang sederhana. Lelehan lemak sapi atau lemak lain
dipanaskan dengan NaOH atau KOH. Sabun adalah garam alkali (biasanya garam
natrium) dari asam-asam lemak. Dimana asam lemak diartikan sebagai asam karboksilat
yang diperoleh dari hidrolisis dari suatu lemak atau minyak, yang umumnya mempunyai
rantai hidrokarbon panjamng dan tak bercabang. Sabun mengandung garam, terutama
garam C16 dan C18, namun dapat juga mengandung beberapa karboksilat dengan bobot
atom rendah.
Pada pembuatan sabun dipergunakan bahan–bahan antara lain minyak sayur,
garam, pewarna dan NaOH. Minyak termasuk ke dalam lemak biasa dimana lemak dan
minyak adalah trigliserida. Beberapa contoh lemak dan minyak adalah lemak sapi,
minyak kelapa, minyak jagung dan minyak ikan.
Saat ini sabun telah dikembangkan sedemikian rupa sehingga telah bermunculan
produk-produk sabun dengan komposisi tambahan yang beraneka ragam dengan berbagai
macam merek dagang seperti sabun cair, sabun transparan, sabun anti acne dan lain-lain.
Teknik pembuatan dan bahan yang ditambhakan ke dalam sabun-sabun tersebut pun
berbeda. Dengan mengetahui teknik pembuatan dan bahan-bahan tambahan maka akan
diperoleh pemahaman yang baik mengenai sabun dan jenis-jenisnya.
1.2 Sejarah Sabun
Sebuah legenda menceritakan tentang asal mula sabun, dimana kata sabun “soap”
diambil dari nama sebuah gunung “Mount Sapo” dimana orang-orang Romawi kuno
mempersembahkan kurban hewan. Hujan mengalirkan sisa-sisa lemak dari tubuh hewan
ke daratan di bawah gunung menuju suatu sungai “Tiber”. Wanita-wanita disana
mengatakan bahwa pakaian yang mereka cuci di sungai tersebut menjadi lebih bersih.
Pengetahuan tentang sabun, pembuatan serta penggunaannya telah dimulai sejak
zaman Babilonia sekitar 2800 SM, dimana sebuah formula pembuatan sabun ditulis
dalam lempengan tanah liat di sekitar tahun 2200 SM. Orang-orang Mesir kuno di tahun
1550 SM mandi secara teratur dengan suatu substansi dari campuran minyak tumbuhan
dengan asam alkali. Sedangkan menurut Julius Caesar, suku bangsa Jerman pada waktu
itu membuat sabun dengan menggunakan lemak babi atau sapi dan abu kayu yang
banyak mengandung garam alkali.
Perusahaan pertama pembuatan sabun sederhana berbentuk batangan ditemukan
di Mesir pada zaman Pompeii (79 AD). Produksi sabun khususnya sabun batangan,
pertama dimulai secara besar-besaran di abad ke-19. Pengembangannya dengan bantuan
periklanan, menambah popularitasnya di kawasan Amerika dan Eropa, mengingat
hubungannya dengan kebersihan dan kesehatan. Di tahun 1950, sabun berhasil
menggalang kesepakatan publik sebagai alat kebersihan personal sehari-hari.

1.3 Pengenalan Sabun


Sabun merupakan bahan logam alkali (basa) dengan rantai asam monocarboxylic
yang panjang. Larutan alkali yang digunakan dalam pembuatan sabun bergantung pada
jenis sabun tersebut. Larutan alkali yang biasa digunakan pada sabun keras adalah
Natrium Hidroksida (NaOH) dan alkali yang biasa digunakn pada sabun lunak adalah
Kalium Hidroksida (KOH).
Sabun berfungsi untuk mengemulsi kotoran-kotoran berupa minyak ataupun zat
pengotor lainnya. Sabun dibuat melalui proses saponifikasi lemak minyak dengan larutan
alkali membebaskan gliserol. Lemak minyak yang digunakan dapat berupa lemak hewani,
minyak nabati, lilin, ataupun minyak ikan laut.
Pada saat ini teknologi sabun telah berkembang pesat. Sabun dengan jenis dan
bentuk yang bervariasi dapat diperoleh dengan mudah dipasaran seperti sabun mandi,
sabun cuci baik untuk pakaian maupun untuk perkakas rumah tangga, hingga sabun yang
digunakan dalam industri.
Kandungan zat-zat yang terdapat pada sabun juga bervariasi sesuai dengan sifat
dan jenis sabun. Zat-zat tersebut dapat menimbulkan efek baik yang menguntungkan
maupun yang merugikan. Oleh karena itu, konsumen perlu memperhatikan kualitas sabun
dengan teliti sebelum membeli dan menggunakannya.
Sabun murni terdiri dari 95% sabun aktif dan sisanya adalah air, dliserin, garam
dan impurity lainnya. Semua minyak atau lemak pada dasarnya dapat digunakan untuk
membuat sabun. Lemak dan minyak nabati merupakan dua tipe ester. Lemak merupakan
campuran ester yang dibuat dari alcohol dan asam karboksilat seperti asam stearat, asam
oleat dan asam palmitat. Lemak padat mengandung ester dari gliserol dan asam palmitat,
sedangkan minyak, seperti minyak zaitun mengandung ester dari gliserol asam oleat.

1.4 Reaksi pembuatan sabun


Sabun merupakan salah satu jenis pembersih yang dapat dibuat dengan reaksi
kimia antara basa natrium dengan kalium natrium dengan minyak nabati atau lemak
hewani. Surfaktan mempunyai struktur bipolar, bagian kepala bersifat hidrofilik dan
bagian ekor bersifat hidrofobik. Karena sifat itulah sabun mampu mengangkat kotoran
(biasanya lemak) dari badan atau pakaian. Selain itu, sabun juga merupakan pembersih
yang dapat dibuat dengan reaksi kimia antara kalium atau natrium dengan asam lemak
dari minyak nabati atau lemak hewani. Sabun dibuat dengan dua cara yaitu proses
saponifikasi dan proses netralisasi minyak proses saponifikasi minyak akan memperoleh
produk sampingan yaitu gliserol. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara
trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak
bebas dengan akali.
Proses esterifikasi merupakan proses yang cenderung digunakan dalam produksi
ester dari asam lemak spesifik. Laju reaksi esterifikasi sangat dipengaruhi oleh struktur
molekul reaktan dan radikal yang terbentuk dalam senyawa antara. Data tentang laju
reaksi serta mekanismenya disusun berdasarkan karakter kinetiknya, sedangkan data
tentang perkembangan reaksi dinyatakan sebagai konstanta kesetimbangan. Secara umum
laju reaksi esterifikasi mempunyai sifat sebagai berikut:
1. Alkohol primer bereaksi paling cepat, disusul alkohol sekunder, dan paling lambat
alkohol tersier
2. Ikatan rangkap memperlambat reaksi
3. Asam aromatik (benzoat dan p-toluat) bereaksi lambat, tetapi mempunyai batas
konversi yang tinggi
4. Makin panjang rantai alkohol, cenderung mempercepat reaksi atau tidak terlalu
berpengaruh terhadap laju reaksi.
Pemilihan jenis asam lemak menentukan karakteristik sabun yang dihasilkan,
karena setiap jenis asam lemak akan memberikan sifat yang berbeda pada sabun yaitu
perbedaan kekerasan dan karakteristik busa pada sabun akhir. Secara umum, panjang
rantai atom karbon dalam trigliserida (minyak) yang kurang dari 12 adalah tidak
diinginkan, karena reaksi peyabunan minyak tersebut akan menghasilkan sabun yang
dapat menyebabkan iritasi kulit. Panjang rantai atom karbon yang lebih dari 20 dalam
minyak akan membentuk sabun yang tidak mudah larut dalam air. Selain itu, semakin
besar proporsi asam-asam lemak tidak jenuh dalam minyak akan menghasilkan sabun
yang tidak stabil karena proses sifat asam lemak tidak jenuh yang mudah teroksidasi.
Komposisi asam lemak yang baik untuk sabun adalah rantai panjang (C12-C18). Rantai
C12-C14 memberikan fungsi yang baik untuk pembusaaan, sedangkan C16-C18 baik
untuk kekerasan pada sabun.
Karakteristik sabun bukan hanya ditentukan oleh pemilihan asam lemaknya saja,
tetapi juga ditentukan oleh kadar dari bahan baku lainnya seperti NaOH.
NaOH berfungsi sebagai pengubah minyak nabati dan lemak hewan menjadi sabun.
NaOH memiliki efek korosif yang tinggi pada kulit, sehingga dapat menyebabkan luka
pada kulit, sehingga kadar NaOH pada pembuatan sabun perlu ditangani dan diperhatikan
sebab penambahan alkali yang berlebihan pada proses penyabunan menyebabkan
meningkatnya alkali bebas. Alkali bebas yang berlebihan tidak diinginkan ada dalam
sabun, sebab alkali bersifat keras dan dapat menyebabakan iritasi pada kulit, tetapi jika
sabun kekurangan NaOH maka akan menyebabkan berlebihnya asam lemak bebas yang
tidak dapat tersabunkan sehingga akan mengurangi daya ikat sabun terhadap kotoran.
Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun padat.
Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang digunakan dalam reaksi
pembuatan sabun. Sabun yang dibuat dengan NaOH dikenal dengan sabun keras (hard
soap), sedangkan sabun yang dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (soft
soap), sabun keras (hard soap) dibuat dari lemak netral yang padat atau dari minyak
nabati, sabun ini dalam bentuk batangan dan bersifat sukar larut dalam air. sabun lunak
(soft soap) dibuat dari minyak kelapa, minyak kelapa sawit atau minyak tumbuhan yang
tidak jernih, sabun ini dalam bentuk pasta maupun cair bersifat mudah larut dalam air.
Asam lemak akan memberikan sifat yang berbeda pada sabun yang terbentuk.
Asam laurat pada sabun dapat menyebabkan sabun menjadi keras dan menghasilkan busa
yang lembut, sama seperti asam miristat . asam palmitat, selain dapat mengeraskan juga
dapat menyebabkan busa menjadi stabil. Berbeda dengan asam oleat dan linoleat, mereka
berperan dalam melembabkan sabun pada saat sabun digunakan ( paul, 2007 ).
Molekul sabun terdiri dari rantai karbon, hydrogen dan oksigen yang disusun
dalam bagian kepala dan ekor. Bagian kepala merupakan gugus hidrofilik (rantai
karboksil) yang berfungsi untuk mengikat air, sedangkan bagian ekor merupakan
gugus hidrofobik (rantai hidrokarbon) yang berfungsi untuk mengikat kotoran dan
minyak.
Jika sabun dilarutkan di dalam air, ujung hidrofilik dari molekulnya ditarik
kedalam air dan melarutkannya, tetapi bagian hidrofobik ditolak oleh moekul air.
Akibatnya, suatu lapisan tipis terbentuk diatas permukaan air, dan secara drastis
menurunkan tegangan permukaan air.

1.5 Macam - Macam Sabun


a. Shaving Cream
Shaving Cream disebut juga dengan sabun Kalium. Bahan dasarnya adalah
campuran minyak kelapa dengan asam stearat dengan perbandingan 2:1.
b. Sabun Cair
Sabun cair dibuat melalui proses saponifikasi dengan menggunakan minyak jarak
serta menggunakan alkali (KOH). Untuk meningkatkan kejernihan sabun, dapat
ditambahkan gliserin atau alcohol.

c. Sabun kesehatan
Sabun kesehatan pada dasarnya merupakan sabun mandi dengan kadar parfum
yang rendah, tetapi mengandung bahan-bahan antiseptic dan bebas dari bakteri
adiktif. Bahan-bahan yang digunakan dalam sabun ini adalah tri-salisil anilida, tri-
klor carbanilyda, irgassan Dp 300 dan sulfur.
d. Sabun Chip
Pembutan sabun chip tergantung pada tujuan konsumen didalam menggunakan
sabun yaitu sebagai sabun cuci atau sabun mandi dengan beberapa pilihan
komposisi tertentu. Sabun chip dapat dibuat dengan berbagai cara yaitu melalui
pengeringan, atau menggiling atau menghancurkan sabun yang berbentuk
batangan.

e. Sabun Bubuk untuk mecuci


Sabun bubuk dapat diproduksi melalui dry-mixing. Sabun bubuk mengandung
bermacam-macam komponen seperti sabun, sodasah, sodium metaksilat, sodium
karbonat, sodium sulfat, dan lain-lain.

Berdasarkan ion yang dikandungnya, sabun dibedakan atas :


a. Cationic Sabun
Sabun yang memiliki kutub positif disebut sebagai kationic detergents. Sebagai
tambahan selain adalah bahan pencuci yang bersih, mereka juga mengandung sifat
antikuman yang membuat mereka banyak digunakan pada rumah sakit.
Kebanyakan sabun jenis ini adalah turunan dari ammonia.
b. Anionic Sabun
Sabun jenis ini adalah merupakan sabun yang memiliki gugus ion negatif.
c. Neutral atau Non Ionic Sabun
Non ionic sabun banyak digunakan untuk keperluan pencucian piring. Karena
sabun jenis ini tidak memiliki adanya gugus ion apapun, sabun jenis ini tidak
beraksi dengan ion yang terdapat dalam air sadah. Non ionic sabun kurang
mengeluarkan busa dibandingkan dengan ionic sabun.

1.6 Metode Pembuatan Sabun


a. Proses dingin (Cold Process)
Metode pembuatan sabun ini tidak memerlukan tambahan panas dari luar reaktor
seperti dari kompor. Bahkan terkadang suhu tinggi dihindari dalam reaksi
saponifikasi. Caranya dengan dengan menggunakan reaktor dingin (dibalut
dengan es). Proses dingin digunakan dalam proses pembuatan sabun susu.
b. Proses panas (Hot Process)
Penambahan panas dari luar reaktor dilakukan dalam proses ini. Terutama jika
menggunakan bahan yang memerlukan suhu dalam pelelehan dan penyempurnaan
reaksi seperti asam stearat.
c. Lelehkan dan tuang (Melt and Pour)
Metode termurah dalam pembuatan sabun. Sabun setengah jadi dilelehkan,
tambahkan pewarna atau pewangi, dan cetak. Jadilah sabun.
BAB II
METODE PEMBUATAN

2.1 Alat dan Bahan


Alat :
1. Timbangan
2. Pengaduk/mixer
3. Cetakan
4. Spatula
5. Gelas transparan
Bahan :
Tiap 100 gr mengandung :
1. Minyak Palm/sawit 30 gr
2. Minyak Kelapa 35 gr
3. Minyak Zaitun 35 gr
4. NaOH 15,83 gr
5. Aqua dest 36,93 gr
6. Serbuk kunyit secukupnya
7. Tepung beras secukupnya
8. Pewarna secukupnya
9. Parfum secukupnya

2.2 Cara Pembuatan


1. Siapkan alat dan bahan
2. Timbang semua bahan yang dibutuhkan
3. Larutkan NaOH dengan Aqua dest secukupnya sebagai base sabun
4. Campurkan minyak kelapa, minyak sawit, dan minyak zaitun kemudian tambahkan
base sabun
5. Kocok campuran bahan dengan menggunakan mixer selama beberapa saat sampai
semua bahan tercampur dan bahan agak mengental
6. Tambahkan pewarna dan parfum ke dalam campuran sabun secukupnya
7. Lalu tambahkan zat aktif serbuk kunyit dan tepung beras ke dalam campuran sabun
sesuai dengan selera, aduk kembali hingga rata
8. Masukkan campuran sabun ke dalam cetakan yang sudah disiapkan, jangan sampai
ada gelembung yang muncul
9. Diamkan hingga mengeras.

Anda mungkin juga menyukai