Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

URAIAN TANAMAN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia)

Kelompok 1
Achmad Fauzan N011191099
Ayu Susanti N011191114
Shabrina Vashtinia Putri T N011191077
Melvina Gosti N011191113
Novelya Pratiwi N011191148
Nadiyyah Mardhatillah Armin N011191166
Nuridha N011181365
Taffya Salsabil Nurmajidah N011191021

FITOMEDISIN C
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR
2021
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman flora yang sangat

tinggi. Terdapat 30.000 jenis flora yang tumbuh di Indonesia dengan 6.000

lebihjenistumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup

manusia. Pemanfaatan flora dengan metode pengobatan tradisional dalam bentuk dasar

tumbuhan herbal dapat menjadi salah satu cara untuk memanfaatkan kekayaan flora

tersebut sehingga cita-cita negara dalam memajukan kesejahteraan masyarakat dapat

tercapai (1).

Rakyat yang sehat merupakan salah satu modal pokok dalam pertumbuhan dan

kehidupan suatu bangsa, serta menjadi indikator kesejahteraan umum yang dicita-

citakan oleh bangsa Indonesia. Adanya pengobatan tradisional dapat menjadi suatu

alternatif pendamping pengobatan modern untuk mencapai tujuan yang tertera pada

pernyataan tersebut dan dapat diterapkan di seluruh kalangan masyarakat (1).

Pengobatan tradisional terhadap penyakit dengan menggunakan ramuan-ramuan

berbahan dasar tumbuhan yang berada di alam atau yang lebih dikenal dengan ekstrak

tanaman jati belanda dan terus dilestarikan oleh masyarakat modern.

Tanaman jati belanda sudah sejak dulu digunakan dalam bidang pengobatan

tradisional sebagai obat untuk mengurangi kolesterol dan lemak dalam tubuh. Tanaman

Guazuma ulmifolia Lamk, khususnya bagian daunnya telah banyak diolah menjadi jamu

dalam berbagai bentuk seperti teh celup, kapsul, maupun hanya daun yang telah

dikeringkan (2).
Tanaman Jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) merupakan salah satu tanaman

yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Penelitian Silitonga (2008)

menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jati belanda mempunyai daya inhibisi yang

paling tinggi terhadap aktivitas enzim lipase pankreas manusia, dengan demikian akan

menghambat proses kegemukan. Senyawa yang paling banyak terkandung dalam

ekstrak yaitu tanin dan flavonoid, sedangkan senyawa yang lain yaitu saponin dan steroid

(3).

I.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini sebagai berikut:

1. Bagaimana Klasifikasi tanaman, morfologi dan anatomi tanaman jati belanda?

2. Apa saja jenis-jenis guazuma yang lain, selain jati belanda?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana Klasifikasi tanaman, morfologi dan anatomi

tanaman jati belanda?

2. Untuk mengetahui jenis-jenis guazuma yang lain


BAB II

ISI

II.1 Uraian Tanaman

II.1.1 Klasifikasi Tanaman

Klasifikasi Tanaman Jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.), sebagai berikut (4):

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotylledonae

Ordo : Malvales

Famili : Sterculiceae

Genus : Guazuma

Species : Guazuma ulmifolia Lamk.

II.1.1 Morfologi Tanaman

Tumbuhan berasal dari Amerika. Morfologi tumbuhan berupa semak atau pohon,

tinggi 10-20 m, percabangan ramping. Bentuk daun bundar telur sampai lanset, panjang

helai daun 4 cm sampai 22,5 cm, lebar 2-10 cm, pangkal menyerong berbentuk jantung,

bagian ujung tajam, permukaan daun bagian atas berambut jarang, permukaan bagian

bawah berambut rapat; panjang tangkai daun 5-25 mm, mempunyai daun penumpu

berbentuk lanset atau berbentuk paku, panjang 3-6 mm. Perbungaan berupa mayang,

panjang 2-4 cm, berbunga banyak, bentuk bunga agak ramping dan berbau wangi;

panjang gagang bunga lebih kurang 5 mm; kelopak bunga lebih kurang 3 mm; mahkota

bunga berwarna kuning, panjang 3-4 mm; tajuk terbagi dalam 2 bagian, berwarna ungu

tua kadang-kadang kuning tua, panjang 3-4 mm;bagian bawah terbentuk garis, panjang
2-2,5 mm; tabung benang sari berbentuk mangkuk; bakal buah berambut, panjang buah

2 cm sampai 3,5 cm. Buah yang telah masak berwarna hitam (5).

II.2 Jenis-jenis Tanaman Jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.),

Guazuma adalah genus dari tumbuhan berbunga dari famili yang berasal dari

Mexico, wilayah Amerika Tropis. Berikut adalah spesies dari genus Guazuma:

II.2.1 Guazuma crinita (Bolaina)

Guazuma crinita Mart. adalah pohon tropis di Amazon, Peru sebagai salah satu

spesies kayu prioritas pada sistem agroforestri. Spesies ini dapat dibudidayakan dengan

tanaman pangan karena memiliki cabang yang sedikit dan tipis, dan cabang yang tua

akan memangkas dirinya sendiri/jatuh sendiri. Pohon ini dapat berbunga setelah 2-3

tahun dan memproduksi jutaan biji yang akan disebarkan pada saat musim hujan oleh

angina dan air. Spesies ini dapat beregenerasi secara natural dengan cepat (6).
II.2.2 Guazuma tomentosa Kunth.

Bunganya berwarna kuning berbintik merah. Daunnya berbentuk jantung dan

berbuluh pada bagian bawah daun, akan siap dipanen ketika sudah berumur 2-3 tahun.

Buahnya sangat keras beruas lima dan berwarna hitam serta memiliki banyak biji yang

berwarna kuning kecoklatan berlendir dan rasanya agak manis. Jati belanda akan

berbuah setelah berumur kurang lebih 5-6 tahun (7).

Guazuma tomentosa Kunth. sin. G.ulmifolia Lamk. (biasanya dikenal sebagai

"guacimo" atau "mutamba") adalah pohon berukuran sedang, milik keluarga

Sterculiaceae, yang terjadi secara alami di seluruh Amerika Latin. Di India hanya spesies

ini yang tumbuh dari lima yang ada. Dalam pengobatan populer, G. tomentosa secara

tradisional digunakan di beberapa negara untuk mengobati bronkitis, luka bakar, diare,

asma,inflamasi dan alopesia. Kulit batangnya digunakan untuk pengobatan diare,

perdarahan, demam, penyakit dada, gastrointestinal nyeri, hipertensi dan sebagai

stimulan kontraksi uterus (8).


BAB II

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Tanaman Jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) merupakan salah satu tanaman

yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Salah satunya yaitu ekstrak etanol

daun jati belanda mempunyai daya inhibisi yang paling tinggi terhadap aktivitas enzim

lipase pankreas manusia, dengan demikian akan menghambat proses kegemukan.

Adapun jenis-jenis tanaman Jati Belanda yaitu Guazuma crinita (Bolaina) dan Guazuma

tomentosa Kunth.
DAFTAR PUSTAKA

1) Lavenia, C., dkk. Tumbuhan Herbal dan Kandungan Senyawa pada Jamu

sebagai Obat Tradisional di Desa Kayumas, Situbondo (Studi Ethnobotani).

Jurnal KSM Eka Prasetya UI. 1(5). 2019.

2) Fatmawat, S. Bioaktivitas Dan Konstituen Kimia Tanaman Obat

Indonesia.Yogyakarta: Deepublish. 2019.

3) Silitonga, F.R. Daya Inhibisi Ekstrak Daun Jati Belanda Terhadap Aktivitas

Lipase Pankreas Sebagai Antiobesitas. Bogor: Departemen Kimia IPB. 2008.

4) Backer, A and Van Den Brink, B. Flora of Java (Spermatophytes Only).

N.V.P. The Nederlands, Noordhoff-Groningen. 1. 1965.

5) Anonim. Materia Medika Indonesia Jilid II. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia. 1978.

6) Coral, L.L.T., dkk. Genetic Diversity in Guazuma crinita from Eleven

Provenances in the Peruvian Amazon Revealed by ISSR Markers. BOSQUE.

37(1): 63-70. 2016

7) http://ipbiotics.apps.cs.ipb.ac.id/index.php/tumbuhan/1188. Diakses pada 7

Oktober 2021

8) Renuka Jain dan Namita Yadav. Phytochemical constituents and antioxidant

activity of various fractions of Guazuma tomentosa root heartwood.

International Journal of phytomedicine. 4:304-409. 2012.


MAKALAH
EFEK FARMAKOLOGI JATI BELANDA

Anggota Kelompok 2

Hikmat Al Hakim N011191135


Eka Kurnia Pla'bistoni N011191012
Chintya Jessica N011191051
Zalwa Nurul Shafira N011191149
Rifqa Inayah Agus N011191014
Jeane Kamba N011191028
Herdi Mulia Ramadhan N011191013

MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Jati belanda dengan nama ilmiah Guazuma ulmifolia L. Ciri tanaman ini yaitu
daun berbentuk bulat telur sampai lanset, pangkalnya menyerong berbentuk
jantung, bagian ujung tajam, permukaan kasar dan banyak alur, berkayu,
bercabang, warna hijau agak putih. Bunga tunggal, bulat di ketiak daun. Buahnya
berbentuk kotak, bulat, keras, dan berwarna hijau. Bijinya kecil, keras dan
berwarna cokelat. Jati belanda memiliki kulit batang yang mengandung zat
berlendir 10%, asam damar 9,3% dan zat samak sebanyak 2,7%. Daun jati
belanda mengandung triterpan, sterol, alkaloid, saponin, cardenolin dan
bufadienol, flavonoid, tannin, polifenol dan antrakinon. Bagian tanaman yang
umumnya dimanfaatkan dari jati belanda yaitu daun dan biji [1].
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengetahui klasifikasi dan morfologi dari tanaman jati belanda?
2. Bagaimana mekanisme pada tanaman jati belanda?
3. Bagaimana efek farmakologi pada tanaman jati belanda?
4. Bagaimana mengetahui teknik budidaya tanaman jati belanda?
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui klasifikasi dan morfologi dari tanaman jati belanda
2. Dapat mengetahui mekanisme pada tanaman jati belanda
3. Dapat mengetahui efek farmakologi pada tanaman jati belanda
4. Dapat mengetahui teknik budidaya tanaman jati belanda
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Klasifikasi Tanaman Jati Belanda


Klasifikasi jati belanda (Guazuma ulmufolia Lamk) sebagai berikut [2]:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Stercuiliaceae
Genus : Guazuma
Spesies : Guazuma Ulmifolia Lamk
II.2 Mekanisme Kerja Tanaman Jati Belanda
Kandungan tanin yang terdapat dalam ekstrak daun jati belanda juga
memiliki peranan selain dari penghambatan enzim lipase pankreas juga bekerja
sebagai astringen yang diduga dapat mengurangi daya penyerapan makanan.
Ketika tanin bertemu dengan membran mukosa, tanin akan bereaksi terhadap
membran mukosa dan berikatan dengan mukus dan sel epitel dari mukosa.
Mukosa akan terikat kencang dan menjadi kurang permeabel. Cara kerja tannin
tersebut dinamakan sebagai astringency [3].
Tanin memiliki efek pada usus dengan membuat pasien diare, bekerja
dengan cara membentuk suatu lapisan proteksi yang terdiri dari protein yang
terkoagulasi di sepanjang dinding usus yang akan melingkupi ujung-ujung saraf
bebas di sekitarnya sehingga menjadi kurang sensitif juga menyebabkan stimulus
profokatif yang meningkatkan kerja peristaltik usus [3].
Senyawa musilago yang terkandung dalam daun jati belanda merupakan
suatu senyawa yang hidrofilik dan mampu untuk menampung air membentuk
suatu jel atau lendir. Musilago yang berbentuk lendir ini dapat melapisi mukosa
usus dan mengganggu penyerapan nutrisi. Musilago juga membantu dalam
penurunan berat badan karena dengan berfungsi sebagai laksatif,pembuat rasa
kenyang dan penurun kolesterol darah. Bersama dengan tanin, musilago yang
terkandung dalam daun jati belanda dapat mengendapkan mukosa protein yang
ada di dalam permukaan usus [4].
II.3 Efek Farmakologi Jati Belanda
Kandungan utama daun jati belanda adalah tanin dan musilago. Tanin
bersifat sebagai astringen yang dapat mengendapkan mukosa protein yang ada di
dalam permukaan intestin (usus halus) yang akan mengurangi penyerapan
makanan, sehingga proses obesitas (kelebihan berat badan) dapat dihambat. Jadi,
daun jati belanda bisa mengurangi berat badan. Musilago yang terkandung dalam
daun jati belanda bersifat sebagai pelicin atau pelumas. Dengan adanya pelumas
mengurangi ini, makanan tidak diberi kesempatan untuk diabsorpsi [5]
Efek farmakologi dari bagian tanaman jati belanda yaitu [6]:
• Biji : Menghentikan diare, pelangsing, obat penyembelit, perut kembung dan
sakit perut
• Kulit dalam : astringen, diaforetik, serta elephantiasis
• Buah: melarutkan lendir (obat batuk), perut kembung (obat mencret/diare),
• Daun: pelangsing tubuh.
MPO (myeloperoksidase) merupakan jaringan paru yang merupakan marker
aktivasi neutrophil. MPO yang berlebih akan menyebabkan pembentukan asam
hipoklorus berkontribusi dalam cedera jaringan melalui mekanisme stress oksidatif.
Penurunan level aktivitas MPO (myeloperoksidase) setelah pemberian ekstrak daun
jati belanda mungkin disebabkan adanya kandungan quercetin pada ekstrak daun
jati belanda. Senyawa quercetin ini dapat bertindak sebagai antiinflamasi serta
antioksidan. Quercetin menghambat sintesis MPO dengan jalan menghambat
ekspresi gen NF-kB melalui penurunan aktivitas faktor transkripsi gen IkB.
Penghambatan pada NF-kB ini akan menghambat sintesis dari sitokin pro inflamasi
seperti IL-8, IL-6, IL-1β, dll. Sehingga disimpulkan bahwa ekstrak daun jati belanda
memberikan efek penurunan level aktivitas MPO (myeloperoksidase) [7].

II.4 Teknik Budidaya dan Kandungan Senyawa Kimia

Jati belanda dapat tumbuh dengan subur pada ketinggian 1-800 m di atas
permukaan laut. Tanaman ini mampu tumbuh dengan baik pada tanah yang
gembur. Lahan untuk penanaman jati belanda diolah sedalam 30-40 cm hingga
gembur. Waktu pengolahan yang paling baik yaitu pada akhir musim hujan. Setelah
lahan diolah maka lakukan pembuatan lubang tanam. Setiap lubang tanam diisi
pupuk organik (kotoran ternak, kompos). Selanjutnya, penyemaian bibit di bedeng
dengan menanam biji jati belanda [8].

Selama di persemaian bibit sebaiknya diberikan pupuk dan lakukan


penyiraman 2 kali sehari. Untuk bibit semai di bedeng perlu dilakukan pemindahan
bibit atau anakan dari bedeng persemaian ke lahan penanaman dengan hati-hati.
Dengan cara mendongkel tanaman serta tanah dan akarnya. Setelah didongkel,
bibit dicabut dengan hati-hati, lalu dipindahkan ke lahan atau ke lubang tanam yang
telah disiapkan. Setelah ditimbuni, di sekitar pangkal batang bibit disiram air
secukupnya [8].

Pemberian mulsa jerami atau serasah daun di sekeliling batang tanaman jati
belanda yang baru dipindahtanamkan sangat dianjurkan. Keuntungan pemberian
mulsa tersebut antara lain menekan pertumbuhan rumput liar, menjaga kelembapan
tanah agar tetap stabil, mengurangi penguapan air dalam tanah, dan menjadi bahan
organik penyubur tanah. Cara pemberian mulsa dengan menghamparkan jerami
padi secara merata pada permukaan tanah di bawah tajuk tanaman setebal 3-5 cm.
untuk menghindari adanya hama maka dapat memperlancar drainase dengan
menggemburkan tanah di sekitar tanaman. Pencegahan lain yang bisa dilakukan
monitoring pertumbuhan tanaman secara rutin. Dengan demikian, jika terjadi
serangan hama dan penyakit segera dapat diketahui dan dapat dilakukan
penanggulangan secara cepat [8]

Panen dan pasca panen tanaman jati belanda, pemanenan dapat dilakukan
setelah mencapai ketinggian 4 meter. Untuk mencegah terjadinya pencemaran,
perlu dilakukan usaha penanganan pascapanen sebagai berikut [8]:

• Pemanenan dilakukan dalam waktu yang singkat


• Perlu dilakukan pencucian dan penyortiran setelah panen. Pengeringan harus
sampai pada kadar air maksimal 10%.
• Tempat penyimpanan harus tertutup dan kering.
• Pengemasan dan pengangkutan harus baik.
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Tanaman jati belanda secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam divisi
Magnoliophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Magnoliopsida, bangsa Malvales,
suku Sterculiaceae, marga Guazuma, jenis Guazuma ulmifolia Lamk. Kandungan
kimia daun dan kulit batang jati belanda adalah alkaloid dan flavonoid, dengan
kandungan utama pada daunnya adalah tanin. Penggunaan tanaman jati belanda
secara tradisional adalah bagian daun sebagai pelangsing tubuh, biji sebagai obat
mencret, sembelit, karminatif, kulit batang sebagai diaforetik, bengkak kaki, dan
bagian buah/daun untuk obat diare, batuk, nyeri perut, tonik, astringen.
Daftar Pustaka
[1]. Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB & Gagas Ulung. Sehat Alami dengan Herbal 250
Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
[2]. Dasuki, A.U. Sistematika Tumbuhan Tinggi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
1991.
[3]. Zhu W, Jia Y, Peng J, Li C. Inhibitory Effect of Persimmon Tannin on Pancreatic
Lipase and the Underlying Mechanism in Vitro. J Agric Food Chem. 2018;66(24):6013–
21
[4]. Regestein L, Klement T, Grande P, Kreyenschulte D, Heyman B, Maßmann T, dkk.
From beech wood to itaconic acid: case study on biorefinery process integration.
Biotechnol Biofuels. 2018;11(1):279
[5]. Tini N, & Khairul A. Khasiat dan Manfaat Jati Belanda; Si Pelangsing & Peluruh
Kolesterol. Jakarta: AgroMedia. 2003
[6]. Mahendra & Evi R. Atasi Stroke dengan Tanaman Obat. Jakarta: Penebar Swadaya.
2008
[7]. Tamzil,S,. dkk. Efek Ekstrak Daun Jati Belanda terhadap Kadar Myeloperoxidase
Jaringan Paru Tikus Putih Wistar Model Kontusio Pulmonum. Biomedical Journal of
Indonesia. Vol 5. No 3. 2019.
[8]. Sumarna, Y. Budi Daya Jati. Jakarta: Niaga Swadaya. 2011.
MAKALAH
KANDUNGAN SENYAWA KIMIA JATI BELANDA (Guaziuma ulmifolia)

Kelompok 3
Citra Gledis Putri N011171349
Nur Rahmi N011191031
Kadek Ardayanti N011191067
Annisa Salsabila N011191075
Fitrah Prana Mulya N011191092
Nurul Aisha Fitri Sultan N011191122
Jonathan Elbert Karsten Halim N011191153
Pebbi Atu Putri N011191159

FITOMEDISIN C

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR
2021
A. Latar Belakang
Keanekaragaman tumbuhan yang ada di Indonesia dapat memberikan
banyak manfaat bagi kita terutama di bidang kesehatan. Contoh yang dapat
diambil adalah pengobatan secara tradisional dengan memanfaatkan
tumbuhan berkhasiat obat untuk mencapai kesehatan yang optimal dan
mengatasi berbagai penyakit secara alami. Tumbuhan memiliki senyawa
metabolit yang sangat berguna bagi kesehatan manusia. Pemanfaatan
tanaman sebagai obat dapat dilakukan dengan mengonsumsi secara
langsung tanaman yang berkhasiat maupun dibuat menjadi simplisia
terlebih dahulu. Salah satu tumbuhan yang dimanfaatkan untuk pengobatan
adalah Jati Belanda [1].
Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) merupakan tanaman yang
diklasifikasikan ke dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae,
kelas Dicotyledoneae, bangsa Malvales, suku Aterculiaceae. Tanaman ini
memiliki manfaat sebagai terapi alternatif pasien obesitas, sebagai
antihiperlipidemia, menurunkan kadar kolesterol, dan pengobatan pada
pasien diabetes tipe 2 [1, 2].
Adanya efek farmakologi dari Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.)
tidak lepas dari aktivitas senyawa metabolit yang terdapat dari tanaman Jati
Belanda. Oleh karena itu, pada makalah kali ini, akan ddijelaskan mengenai
senyawa metabolit yang terdapat pada bagian tanaman Jati Belanda
(Guazuma ulmifolia Lamk.) yang memiliki efek farmakologi bagi manusia.

B. Metabolit Tumbuhan
Metabolisme merupakan seluruh perubahan kimia yang terjadi dalam
sel hidup yang meliputi pembentukan dan penguraian senyawaan kimia.
Metabolime primer dalam suatu tumbuhan meliputi seluruh jalur
metabolisme yang sangat penting kemampuan tumbuhan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya [3].
1. Metabolit Primer
Metabolit primer merupakan senyawa esensial yang secara langsung
terlibat dalam pertumbuhan suatu tumbuhan. Metabolisme primer
membentuk seluruh proses fisiologis yang memungkinkan tumbuhan
mengalami pertumbuhan melalui menerjemahkan kode genetik
menghasilkan protein, karbohidrat dan asam amino [3].
2. Metabolit Sekunder
Metabolit sekunder merupakan senyawa yang dihasilkan dalam jalur
metabolisme lain yang walaupun dibutuhkan tapi dianggap tidak penting
peranannya dalam pertumbuhan suatu tumbuhan [3]. Metabolit sekunder
pada tumbuhan umumnya bersifat sangat spesifik dalam hal fungsi dan
tidak terlalu penting karena jika tidak diproduksi, dalam jangka pendek tidak
menyebabkan kematian. Biosintesis metabolit sekunder dapat terjadi pada
semua organ tumbuhan, termasuk di akar, pucuk, daun bunga, buah, dan
biji. Beberapa metabolit disimpan dalam kompartemen khusus, bisa pada
organ atau tipe sel yang terspesialisasi. Dalam kompartemen tersebut
konsentrasi metabolit sekunder yang bersifat toksik bisa sangat tinggi,
sehingga menjadi pertahanan yang efisien terhadap herbivora [4].
Klasifikasi metabolit sekunder secara sederhana terdiri atas tiga
kelompok utama, yaitu [4]:
a. Terpen (misalnya volatil, glikosida kardiak, karotenoid, dan sterol).
b. Fenolik (misalnya asam fenolat, kumarin, lignan, stilbena, flavonoid,
tanin, dan lignin)
c. Senyawa yang mengandung nitrogen (misalnya alkaloid dan
glukosinolat)
Berdasarkan senyawa pembangunnya (building block) maka jalur
biosintesis metabolit sekunder dalam tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 jalur
yaitu [3]:
a. Jalur Asam Asetat
Asetil KoA dibentuk oleh reaksi dekarboksilasi oksidatif dari jalur
glikolitik produk asam piruvat. Asetil Ko-A juga dihasilkan oleh proses β-
oksidasi asam lemak, secara efektif membalikkan proses dimana asam
lemak itu sendiri disintesis dari asetil-KoA. Metabolit sekunder penting yang
terbentuk dari jalur asetat meliputi senyawa fenolik, prostaglandin, dan
antibiotik makrolida, serta berbagai asam lemak dan turunan pada
antarmuka metabolisme primer / sekunder.
b. Jalur Asam Sikimat
Asam shikimat diproduksi dari kombinasi fosfoenolpiruvat, jalur glikolitik
antara,dan erythrose 4-fosfat dari jalur pentosa fosfat. Reaksi siklus
pentosa fosfat dapat digunakan untuk degradasi glukosa, tetapi mereka
juga fitur dalam sintesis gula oleh fotosintesis. Jalur sikimat mengarah ke
berbagai senyawa fenolik, turunan asam sinamat, lignan, dan alkaloid.
c. Jalur Asam Mevalonat dan Deoksisilulosa
Asam mevalonik sendiri terbentuk dari tiga molekul asetil Ko-A, tetapi
saluran jalur mevalonatasetat menjadi serangkaian senyawa yang berbeda
daripada jalur asetat. Deoksisilulosa pospat muncul dari kombinasi dua
intermediet jalur glikolitik, yaitu asam piruvat dan gliseraldehida-3-fosfat.
Jalur fosfat mevalonat dan deoksisilulosa bersama-sama bertanggung
jawab untuk biosintesis dari arah besar metabolit terpenoid dan steroid.

Gambar 1. Jalur pembentukan metabolit sekunder


C. Manfaat Metabolit Sekunder
Senyawa metabolit sekunder pada tanaman memiliki beberapa fungsi,
di antaranya [9]:
1. Sebagai atraktan (menarik serangga penyerbuk),
2. Melindungi dari stress lingkungan,
3. Pelindung dari serangan hama/penyakit (fitoaleksin),
4. Pelindung dari sinar ultra violet,
5. Sebagai zat pengatur tumbuh dan untuk bersaing dengan tanaman lain
(alelopati).
6. Untuk pertahanan terhadap predator dan patogen.
Senyawa alkaloid berfungsi melindungi tanaman dari berbagai hewan
herbivora. Tanin, lignin, flavonoid, dan beberapa senyawa fenolik
sederhana juga berfungsi sebagai pertahanan terhadap herbivora dan
patogen. Selain itu, lignin berfungsi memperkuat dinding sel mekanis, dan
banyak pigmen flavonoid yang berperan sebagai penarik bagi penyerbuk
dan penyebar biji. Beberapa senyawa fenolik memiliki aktivitas alelopati dan
dapat mempengaruhi serta merugikan tanaman yang tumbuh
berdampingan [9].
Selain memberikan manfaat bagi tanaman, senyawa metabolit
sekunder tertentu juga dapat bermanfaat bagi manusia. Fenilpropanoid
yang dikandung beberapa tanaman memberikan aroma dan rasa, sehingga
dapat digunakan dalam industri makanan dan minuman. Metabolit
sekunder juga bersifat anti-inflamasi dan antimikroba [9].
Flavonoid yang mengandung gugus flavon, flavanon, katekin, dan
antosianin dalam struktur molekulnya mempunyai aktivitas sebagai
antioksidan. Flavonoid berfungsi meredam radikal bebas seperti
superoksida yang dihasilkan dari reaksi enzim xantin oksidase [10].
D. Kandungan Kimia pada Jati Belanda
Berdasarkan bagian tanamannya, kandungan kimia jati belanda terbagi
menjadi:
1. Kulit Batang
Kulit batang mengandung 10% zat lendir, 9,3% damar-damaran, 2,7%
tanin, beberapa zat pahit, glukosa dan asam lemak [5].

Gambar 2. Glukosa pada jati belanda

Gambar 3. Tanin pada jati belanda


2. Daun
Terdapat beberapa kandungan senyawa kimia yang terdapat pada
daun Jati Belanda, hasil penelitian menunjukkan bahwa daun Jati Belanda
mengandung flavonoid, saponin dan tannin [6]. Sementara dalam buku Diet
Aman & Sehat dengan Herbal yang ditulis oleh Utami menjelaskan,
kandungan utama daun jati belanda adalah tannin dan musilago. Tannin
bersifat astrigen. Senyawa tersebut diketahui dapat mengendapkan
mukosa protein yang ada dipermukaan usus halus yang akan mengurangi
penyerapan makanan sehingga proses penumpukan lemak dapat
dihambat. Musilago yang terkandung dalam daun jati belanda bersifat
sebagai pelicin atau pelumas. Dengan adanya pelumas ini maka makanan
tidak diberi kesempatan untuk diabsorbsi atau diserap [7].

Gambar 4. Flavonoid pada daun jati belanda

Gambar 5. Tanin pada daun jati belanda

Gambar 6. Saponin pada daun jati belanda


3. Buah dan Biji
Pada bagian buah dan biji tanaman jati belanda memiliki kandungan
senyawa kimia berupa zat pahit, minyak lemak, triterpenoid, alkaloid,
karotenoid, flavonoid, tannin, karbohidrat dan juga saponin [8].
Gambar 7. Triterpenoid pada jati belanda

Gambar 8. Karotenoid pada jati belanda

Gambar 9. Alkaloid pada jati belanda

E. Uji Metabolit Sekunder Jati Belanda


Penyiapan Bahan
Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) yang masih segar
diperoleh dari daerah Bawen. Daun Jati Belanda yang telah dikumpulkan
lalu dibersihkan dan dicuci dengan air mengalir dilakukan sortasi basah,
kemudian dilakukan perajangan pada daun Jati Belanda dan dikeringkan di
bawah sinar matahari langsung ditutupi dengan kain hitam. Hal ini bertujuan
untuk menghindari kerusakan senyawa kimia yang terkandung dalam daun
Jati Belanda. Sampel yang telah kering kemudian dibuat serbuk dengan
menggunakan blender, kemudian serbuk yang dihasilkan diayak
menggunakan ayakan No.30 mesh, sehingga diperoleh serbuk yang halus
dan hasil serbuk disimpan dalam wadah bersih tertutup rapat [11].
Pembuatan Ekstrak
Ekstrak dibuat dengan menggunakan metode maserasi. Ditimbang
sebanyak 1200 gram serbuk halus, dimasukkan dalam panci, kemudian
dimasukkan pelarut etanol 70% sebanyak 8550 ml dan dibiarkan selama 5
hari sambil seringkali diaduk, didiamkan selama 5 hari. Setelah 5 hari
sampel yang direndam tersebut disaring menggunakan kertas saring
menghasilkan maserat pertama dan ampas pertama. Ampas pertama yang
di dapatkan kemudian ditambah dengan larutan etanol sebanyak 3500 ml,
dan dibiarkan selama 2 hari sambil sesekali diaduk, setelah 2 hari, sampel
tersebut disaring dengan kertas saring dihasilkan maserat kedua dan
ampas kedua. Kemudian maserat pertama dan maerat kedua dicampur
menjadi satu, kemudian diuapkan menggunakan waterbath pada suhu 60C,
sehingga diperoleh ekstrak kental daun Jati Belanda [11].
Uji Metabolit Sekunder
1. Flavonoid
Ekstrak ditambah metanol dan kocok Selama 15 menit dengan
menutup rapat mulut tabung, saring, filtrat diteteskan pada Kertas saring
dan diuapkan dengan amoniak Pekat. Warna kuningan atau bercak kuning
Pada kertas saring menunjukkan adanya Kandungan flavonoid [11].
2. Saponin
Ekstrak dimasukkan dalam tabung Reaksi ditambah aquadest, didihkan
selama 2-3 menit, dinginkan, setelah dingin dikocok dengan kuat. Uji positif
ditandai dengan adanya busa yang stabil selama 5 menit [11].
3. Tanin
Dua gram ekstrak ditambahkan aquadest kemudian didihkan selama
beberpa menit. Selanjutnya dilakukan penyaringan dan filtrat yang
diperoleh ditambahkan 3 tetes FeCl3 warna biru tua atau hitam kehijauan
yang terbentuk menunjukkan adanya senyawa tanin [11].
4. Alkaloid
Uji alkaloid dilakukan dengan menggunakan pereaksi Mayer dan
dikocok. Alkaloid dianggap positif jika timbul endapan berwarna putih [11].
Selain itu dapat digunakan Uji analisis fitokimia untuk mengetahui
kandungan metabolit sekunder sampel secara Kualitatif. Analisis fitokimia
dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) [11].

F. Kesimpulan
Tumbuhan memiliki senyawa metabolit yang sangat berguna dan
bermanfaat bagi tanaman itu sendiri dan juga bermanfaat bagi manusia.
Adapun kandungan senyawa kimia yang terapat pada tanaman jati belanda
diantaranya yaitu; Pada bagian daun mengandung flavonoid, saponin dan
tannin. Pada bagian buah dan biji memiliki kandungan senyawa kimia
berupa zat pahit, minyak lemak, triterpenoid, alkaloid, karotenoid , flavonoid,
tannin, karbohidrat dan juga saponin. Dan pada Kulit batang mengandung
zat lendir, damar-damaran, tanin, beberapa zat pahit, glukosa dan asam
lemak.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ulfah, V., F., dan Iskandar, Y. Review Jurnal: Aktivitas Tanaman Jati
Belanda (Guazuma ulmifolia Lam.) Sebagai Antihiperlipidemia. Jurnal
Faramaka 2019; 17(1).
2. Lumbantobing, Z., R., Muhartono, dan Mutiara, U., G. Jati Belanda
(Guazuma ulmifolia Lamk.) Sebagai Terapi Alternatif Obesitas. Jurnal
Medula 2019; 8(2).
3. Julianto, T. S. Fitokimia Tinjauan Metabolit Sekunder dan Skrining
Fitokimia. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. 2019.
4. Anggraito, dkk. Metabolit Sekunder dari Tanaman: Aplikasi dan
Produksi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Negeri Semarang. 2018.
5. Sulaksana, J., & Jayusman, D. I. Kemuning & Jati Belanda. Jakarta:
Penebar Swadaya. 2005.
6. Wahyuni S. Vifta R.L., Erwiyani A.R., Kajian Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) Terhadap
Pertumbuhan Streptococcus mutans. Inovasi Teknik Kimia 2018; 3(1).
7. Utami P. Diet Aman & Sehat dengan Herbal. Jakarta : FMedia. 2013.
8. Permadi A., Membuat Kebun Tanaman Obat. Jakarta : Pustaka Bunda.
2008.
9. Croteau, R., T.M. Kutchan, and N.G. Lewis. Natural products
(secondary metabolites). Biochemistry & Molecular Biology of Plants.
2000.
10. Simanjuntak, K. Peran antioksidan flavonoid dalam meningkatkan
kesehatan. Bina Widya 2012; 23(3): 135-140.
11. Wahyuni Sri, dkk. Kajian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jati
Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) Terhadap Pertumbuhan
Streptococcus mutans. Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu
Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo. Candirejo 2018; 3(1): 25-30.
TEHKNIK BUDIDAYA JATI BELANDA

DISUSUN OLEH :
Nama : 1. Gian ananta prabaswara (N011191072)
2. Fadel Zifa Zila (N011191109)
3. Aulia Zahraeni Syamsir (N011191154)
4. Mutiara Alvionita Tumanan (N011191088)
5. Miftahul Janna (N011191102)
6. Maulida Annisa Sakinah (N011191041)
7. Ummu Athiyah (N011191059)
8 Yosua Taruk Allo (N01116512)
Kelompok : 4 (Empat)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tanaman Jati cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia, terutama


yang dapat menghasilkan kayu. Di Indonesia, sesungguhnya terdapat tiga
jenis Jati, yaitu Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk), Jati (Tectona grandis
L) dan Jati Awang (Hymenodictyron excelsum Wall). Tanaman Jati Belanda
secara umum dimanfaatkan untuk keperluan pengobatan berbagai macam
penyakit. Hampir semua bagian tanaman ini dapat dipergunakan untuk
pengobatan. Daun, buah, biji, dan kulit kayu bagian dalam merupakan bagian
tanaman yang bisa dipergunakan sebagai obat (Chandra, 2017).

Deskripsi dari Jati belanda yaitu, tanaman pohon, tinggi lebih kurang
10 meter. Batang keras, bulat, permukaan kasar, banyak alur, berkayu,
bercabang, warna hijau keputihputihan. Daun tunggal, bulat telur, permukaan
kasar, tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal berlekuk, pertulangan menyirip,
panjang 1016 cm, lebar 3-6 cm, warna hijau. Bunga tunggal, bulat di ketiak
daun, warna hijau muda. Buah kotak, bulat, keras, permukaan berduri, warna
hitam (Lumbantobing, 2019).

Secara umum, zat utama yang terkandung dari seluruh bagian


tanaman adalah tanin dan musilago. Kandungan lainnya yaitu resin,
flavonoid, karotenoid, asam fenolat, zat pahit, karbohidrat, kafein, terpen,
juga senyawa – senyawa lain seperti sterol, beta-sitosterol, friedelin3-alfa-
asetat, friedelin -3-betaol, alkoloida serta karbohidrat dan minyak lemak. Hal
ini yang menjadi alasan banyaknya daun jati belanda yang dimanfaatkan
sebagai obat susut perut dan pelangsing. Dalam perkembangannya, daun
Jati Belanda juga banyak dimanfaatkan untuk mengatasi penyakit kolesterol
dan rematik gout. Tak hanya sampai di situ, dewasa ini daun jati Belanda
juga dapat digunakan sebagai obat elephantiasis atau penyakit kaki gajah
(Chandra, 2017).

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan di atas diperoleh


beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah perkembangan tanaman jati belanda di Indonesia?


2. Bagaimana karakteristik tanaman jati belanda?
3. Bagaimana Teknik budidaya jati belanda?
4. Apa factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhna jati belanda?
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Karakteristik Jati Belanda

Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) berupa pohon dan


merupakan tanaman dikotil yang bercabang ramping. Tngginya dapat
mencapai 20 m. Akarnya jenis akar tunggang berwarna putih
kecoklatan. Batang keras, bulat, permukaan kasar, banyak alur,
berkayu bercabang dan berwarna hijau keputihan.
Daunnya berupa daun tunggal berbentuk bulat lanset, pangkal
daun menyerong berbentuk jantung, ujung daun meruncing tajam dan
permukaan daun berambut. Daunnya mempunyai stipula namun
biasanya gugur di awal.
Bunga Jati Belanda berupa mayang yang terletak di ketiak
daun. Berbentuk bulat dan agak ramping serta berbau wangi ketika
berbunga. Bunga mempunyai mahkota berwarna kuning, mempunyai
tajuk yang terbagi dalam dua bagian, berwarna ungu tua namun
terkadang berwarna kuning tua.
Buah Jati Belanda terlihat berbentuk bulat berwarna hitam dan
permukaannya berduri. Buah ini keras, mempunyai diameter mencapai
2 sampai 3,5 cm. Buah yang belum masak berwarna hijau dan dan
yang telah masak berwarna hitam. Jati Belanda akan berbuah pada
musim penghujan. Biji mempunyai morfologi kecil dan keras.
II.2 Tehknik Budidaya Jati Belanda
1. Tanah Tempat Tumbuh
Tanaman Jati Belanda Tingginya Bisa Mencapai 10
Hingga 20 Meter. Oleh Karena Itu, Media Tanam Yang Cocok
Untuk Tanaman Ini Sebaiknya Berupa Kebun Atau Pekarangan.
Tanah Yang Digunakan Berupa Tanah Kebun, Tanah Liat, Atau
Tanah Berpasir. Perlakuan Terhadap Setiap Jenis Tanah
Tersebut Berbeda Beda.
Tanah Kebun Yang Subur Biasanya Mudah Ditemukan,
Tetapi Sering Pula Timbul Hama Seperti Bekicot, Telur
Kumbang Atau Bibit Hama Yang Lainnya. Jika Menggunakan
Tanah Liat, Tanah Harus Dicampur Dengan Kompos Atau
Pupuk Kandang Dan Pasir Dengan Perbandingan 1:1:1. Hal Ini
Disebabkan Karena Tanah Liat Sangat Sedikit Mengandung Zat
Organik Dan Sangat Kuat Mengikat Air Yang Membuat Udara
Tidak Mudah Masuk, Selain Itu Tanah Liat Ini Susah Ditembus
Akar.
Jenis Tanah Berpasir Umumnya Gembur Dan Tak
Mampu Menahan Air Dalam Waktu Lama, Sehingga
Kandungan Haranya Sedikit. Tanah Berpasir Ini Harus
Dicampur Pasing 20% Dan Kompos Atau Pupuk Kandang 30%.
Jika Benih Akan Ditanam Di Kebun, Tanah Kebun
Secara Mekanis Harus Menunjang Tanaman Agar Bisa Berdiri
Kokoh Disamping Itu Harus Mampu Memberi ruang Pada
Tanaman Untuk Memperoleh Unsur Hara Karena Unsur Hara
Dalam Jumlah Tepat Dapat Membantu Kesuburan Tanah.
Menyuburkan Tanah Dapat Menggunakan Pupuk Kandang
Atau Pupuk Kompos.
2. Pembuatan bibit
Tanaman Jati Belanda dilakukan dengan menggunakan
cara generatif menggunakan biji atau benih tanaman. Benih
disemaikan dahulu dalam bak persemaian yang berisi
campuran pasir dan kompos dengan perbandingan 1:1. Setelah
benih berkecambah, kira-kira 2 minggu, atau setelah berdaun 3-
4 helai, maka segera dipindahkan ke dalam plastik yang berisi
campuran tanah dan kompos. Setelah bibit berumur 7 minggu,
kemudian bibit siap untuk ditanam.

3. Pemeliharaan
Setelah dapat tumbuh dengan baik, dilakukan perawatan
tanaman yang meliputi :
a. Pemupukan
Pemupukan didefinisikan sebagai pemberian
bahan yang mengandung unsur hara kepada tanaman
ataupun kepada tanah dan substrat lainnya. Tujuan
pemupukan adalah untuk mempertahankan kesuburan
tanah mengingat banyak unsur hara yang diserap dan
hilang akibat pemanenan, penguapan, erosi dan,
pencucian.. Jenis pupuk yang digunakan harus sesuai
dengan kebutuhan, sehingga diperlukan metode
diagnosis yang benar agar unsur yang ditambahkan
hanya yang dibutuhkan oleh tanaman dan yang kurang
didalam tanah. Konsentrasi, waktu dan cara alokasi
harus tepat agar tidak merugikan dan berefek merusak
lingkungan akibat konsentrasi yang salah dalam waktu
dan cara aplikasinya. Aplikasi pupuk urea dilakukan tiap
10 hari selama 10 minggu. Pupuk disebar merata
disekeliling tanaman kemudian ditutup dengan media
tanam untuk menghindari penguapan.
Pupuk yang diberikan pada tanaman obat dapat
berupa pupuk organik maupun anorganik. Sebaiknya
pupuk yang digunakan dalam budidaya tanaman obat
adalah pupuk organik, penggunaan pupuk anorganik
dikhawatirkan dapat menimbulkan pengaruh yang kurang
baik bagi kandungan/senyawa-senyawa berkhasiat obat
yang ada pada tanaman. Pupuk organik yang dapat
digunakan adalah berbagai jenis pupuk kandang dan
kompos, yang harus diperhatikan pupuk organik yang
digunakan harus benar-benar matang dan tidak
mengandung bahan pencemar. Pupuk organik dapat
diberikan dengan cara mencampurkannya pada lubang
tanam pada saat penanaman atau mencampurkannya
pada tanah di antara barisan tanaman atau areal di
bawah tajuk tanaman.Apabila menggunakan pupuk
anorganik dapat diberikan dalam tiga tahap. Pertama,
pupuk diberikan sebagai pupuk dasar pertama yang
berupa pupuk organik dan pupuk fosfat yaitu pada saat
pengolahan tanah dengan cara dicampur rata dengan
tanah, baik di dalam lubang tanam, alur tanam, dan di
permukaan bedengan. Kedua, pupuk diberikan sebagai
pupuk dasar kedua berupa urea atau kompos yang
diberikan sebelum benih ditanam atau bersamaan pada
saat penanaman. Ketiga, pupuk tambahan berupa pupuk
anorganik yang diberikan sebagai pupuk susulan. Dosis
pupuk disesuaikan dengan jenis dan kondisi tanaman.
Pupuk sebaiknya diberikan pada awal atau akhir musim
hujan dan pada pagi atau sore hari.
b. Pengairan
Pada awal penanaman dan musim kemarau
penyiraman harus dilakukan dengan teratur. Kelembaban
tanah harus selalu dijaga, sebaiknya penyiraman
dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Pada
musim hujan frekuensi penyiraman dapat dikurangi
tergantung kondisi kelembaban tanah. Apabila tanaman
obat dibudidayakan pada lahan yang tidak terlalu luas,
pekarangan rumah atau di dalam pot maka penyiraman
dapat menggunakan gembor. Tetapi apabila tanaman
obat dibudidayakan dalam skala luas sebaiknya
menggunakan sprinkle untuk membantu penyiramannya.
Sarana irigasi dan sistem pengairan lain juga dapat
dimanfaatkan untuk mengairi lahan. Selain pengairan,
sistem pembuangan air yang berlebih juga harus
diperhatikan. Harus diusahakan agar lahan tidak
tergenang. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk
menjaga kelembaban tanah adalah dengan
menggunakan mulsa. Berbagai jenis mulsa dapat
dimanfaatkan seperti mulsa jerami, mulsa plastik hitam
perak dan mulsa plastik hitam. Masing-masing jenis
mulsa memiliki keunggulan dan kelemahan, sebaiknya
penggunaannya disesuaikan dengan jenis tanaman obat
yang dibudidayakan dan kondisi lingkungan
c. Pendangiran
Pendangiran adalah kegiatan penggemburan tanah. Dengan
tujuan supaya membuat tanah menjadi lunak dan memperbaiki
aerasi tanah. Dengan demikian kehidupan mikro organisme dapat
dirangsang dan mempercepat pelapukan bahan organik di dalam
tanah Pengendalian hama dan penyakit

d. Pengendalian hama dan penyakit dapat dilakukan secara mekanis,


kultur teknis, dan kimia. Pengendalian secara mekanis adalah
dengan cara menangkap hama yang menyerang tanaman atau
membuang bagian tanaman yang terserang hama atau penyakit.
Pengendalian secara kultur teknis antara dengan pengaturan
kelembaban udara, pengaturan pelindung dan intensitas sinar
matahari. Pengendalian secara kimia dengan menggunakan
insektisida dan fungsida. Sebaiknya penggunaan insektisida dan
fungisida pada budidaya tanaman obat dihindari, dikhawatirkan
residu bahan kimia tersebut dapat mempengaruhi senyawa-
senyawa berkhasiat obat pada tanaman. Pengendalian hama
dilakukan dengan penyemprotan pestisida nabati (seperti; mimba,
brotowali, dan sambiloto) yang juga dibuat dari tanaman obat yang
ada. Dengan perbandingan antara air perasan sari tanaman dengan
tambahan air 2:1. Setelah itu larutan tersebut didiamkan selama ± 5
hari atau bahkan 1 bulan. Semakin lama didiamkan maka kualitas
pestisida tersebut semakin bagus, kemudian pestisida tersebut
dapat dipindahkan ke sprayer dan bisa diaplikasikan yang biasanya
digunakan untuk hama ulat, dan belalang
e. Panen dan pasca panen
Panen Jati Belanda dilakukan dengan cara memotong ranting
tanaman dengan gunting tanaman atau sabit, kemudian daun
dipetik dan dikumpulkan dalam wadah, selanjutnya ditimbang untuk
mengetahui hasil produksinya. Hasil panen dilakukan perempelan
sortasi, penyucian, penirisan, pengeringan. Bahan yang disortasi
untuk memisahkan bahan asing yang melekat. Setelah bahan
bersih dari pencemaran kemudian dikeringkan di bawah sinar
matahari sampai kering konstan. Bahan yang sudah kering
kemudian dikemas dalam kantong plastik dan ditutup rapat
II.3 Faktor yang mempengaruhi jati belanda
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jati belanda:

 Untuk mendapatkan bibit yang berkualitas, diperlukan media tumbuh


yang sesuai dan pemberian pupuk tertentu sehingga pupuk dapat
memengaruhi pertumbuhan tanaman jati, serta unsur hara memegang
peranan penting dalam pertumbuhan tanaman sehingga cara
meningkatkan ketersediaan unsur hara yang akan diserap oleh
tanaman, yang dapat dilakukan dengan pemupukan (1).
 Selain pupuk tanaman juga dipengaruhi oleh pemilihan bibit yang baik
(2), sehingga ketika pupuk yang digunakan baik akan menghasilkan
bibit yang baik pula.
 Faktor lainnya ialah pertumbuhan jati memang sangat cepat pada fase
awal pertumbuhannya dan kemudian secara berangsur menurun. Saat
tanaman berumur 10 tahun tegakan jati mencapai 85% dari tinggi
potensialnya dan 50% dari diameter potensialnya (2).
 Faktor selanjutnya ialah tempat tumbuh (termasuk faktor fisik dan
kimia) merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan pohon atau tegakan (2).
 Selain hal tersebut, penting juga untuk diperhatikan terkait faktor
pemeliharaan yang diberikan pada tegakan selama masa
pertumbuhannya. Seperti pada awal tumbuh baiknya dilakukan
pewiwilan, pemangkasan dan penjarangan untuk meningkatkan
pertumbuhan dan kualitas batang (2).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanaman jati belanda berupa pohon dan merupakan tanaman
dikotil bercabang ramping dengan tinggi dapat mencapai 20 m yang
hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pengobatan berbagai macam penyakit. Dalam membudidayakan
tanaman jati belanda ada beberapa faktor yang harus diperhatikan
seperti kualitas dari bibitnya, penggunaan pupuk tanaman, tempat
tumbuhnya dan beberapa faktor lain. Maka penting diketahui
bagaimana terknik budidaya tanaman jati belanda agar kita dapat
melestarikan dan memanfaatkan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Chandra K.M., Indra C. 2017. Pengaruh Pemberian Pupuk Npk Mutiara
Terhadap Pertumbuhan Bibit Jati Belanda (Guazuma Ulmifolia Lamk)
Pada Tanah Podsolik Merah Kuning. PIPER No.25 Volume 13.Hidayat,
Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: Penerbit ITB.
Lamk.) Sebagai Terapi Alternatif Obesitas. Medula Volume 8, Nomor 2.
Lumbantobing Z.R., Muhartono, Utari. 2019. Jati Belanda (Guazuma ulmifolia
Murtinah, V., dkk. Pertumbuhan Hutan Tanaman Jati (Tectona grandis
Linn.f.) di Kalimantan Timur. Jurnal AGRIFOR. 14(2). 2015
Suryawati, A. Perlakuan Osmoconditioning dan Pupuk Pelengkap Cair
Organik Terhadap Vigor, Viabilitas dan Pertumbuhan Jati Belanda
(Guazoma ulmifolia Lamk.). Jurnal Agronomi. 10(2): 71-75. 2004.
Suharmiati, Maryani H. (2003). Khasiat dan manfaat jati belanda si
pelangsing tubuh dan peluruh kolestrol. Depok: Agromedia Pusaka.

Anda mungkin juga menyukai