Kelompok 1
Achmad Fauzan N011191099
Ayu Susanti N011191114
Shabrina Vashtinia Putri T N011191077
Melvina Gosti N011191113
Novelya Pratiwi N011191148
Nadiyyah Mardhatillah Armin N011191166
Nuridha N011181365
Taffya Salsabil Nurmajidah N011191021
FITOMEDISIN C
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
tinggi. Terdapat 30.000 jenis flora yang tumbuh di Indonesia dengan 6.000
manusia. Pemanfaatan flora dengan metode pengobatan tradisional dalam bentuk dasar
tumbuhan herbal dapat menjadi salah satu cara untuk memanfaatkan kekayaan flora
tercapai (1).
Rakyat yang sehat merupakan salah satu modal pokok dalam pertumbuhan dan
kehidupan suatu bangsa, serta menjadi indikator kesejahteraan umum yang dicita-
citakan oleh bangsa Indonesia. Adanya pengobatan tradisional dapat menjadi suatu
alternatif pendamping pengobatan modern untuk mencapai tujuan yang tertera pada
berbahan dasar tumbuhan yang berada di alam atau yang lebih dikenal dengan ekstrak
Tanaman jati belanda sudah sejak dulu digunakan dalam bidang pengobatan
tradisional sebagai obat untuk mengurangi kolesterol dan lemak dalam tubuh. Tanaman
Guazuma ulmifolia Lamk, khususnya bagian daunnya telah banyak diolah menjadi jamu
dalam berbagai bentuk seperti teh celup, kapsul, maupun hanya daun yang telah
dikeringkan (2).
Tanaman Jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) merupakan salah satu tanaman
menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jati belanda mempunyai daya inhibisi yang
paling tinggi terhadap aktivitas enzim lipase pankreas manusia, dengan demikian akan
ekstrak yaitu tanin dan flavonoid, sedangkan senyawa yang lain yaitu saponin dan steroid
(3).
1.3 Tujuan
ISI
Klasifikasi Tanaman Jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.), sebagai berikut (4):
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotylledonae
Ordo : Malvales
Famili : Sterculiceae
Genus : Guazuma
Tumbuhan berasal dari Amerika. Morfologi tumbuhan berupa semak atau pohon,
tinggi 10-20 m, percabangan ramping. Bentuk daun bundar telur sampai lanset, panjang
helai daun 4 cm sampai 22,5 cm, lebar 2-10 cm, pangkal menyerong berbentuk jantung,
bagian ujung tajam, permukaan daun bagian atas berambut jarang, permukaan bagian
bawah berambut rapat; panjang tangkai daun 5-25 mm, mempunyai daun penumpu
berbentuk lanset atau berbentuk paku, panjang 3-6 mm. Perbungaan berupa mayang,
panjang 2-4 cm, berbunga banyak, bentuk bunga agak ramping dan berbau wangi;
panjang gagang bunga lebih kurang 5 mm; kelopak bunga lebih kurang 3 mm; mahkota
bunga berwarna kuning, panjang 3-4 mm; tajuk terbagi dalam 2 bagian, berwarna ungu
tua kadang-kadang kuning tua, panjang 3-4 mm;bagian bawah terbentuk garis, panjang
2-2,5 mm; tabung benang sari berbentuk mangkuk; bakal buah berambut, panjang buah
2 cm sampai 3,5 cm. Buah yang telah masak berwarna hitam (5).
Guazuma adalah genus dari tumbuhan berbunga dari famili yang berasal dari
Mexico, wilayah Amerika Tropis. Berikut adalah spesies dari genus Guazuma:
Guazuma crinita Mart. adalah pohon tropis di Amazon, Peru sebagai salah satu
spesies kayu prioritas pada sistem agroforestri. Spesies ini dapat dibudidayakan dengan
tanaman pangan karena memiliki cabang yang sedikit dan tipis, dan cabang yang tua
akan memangkas dirinya sendiri/jatuh sendiri. Pohon ini dapat berbunga setelah 2-3
tahun dan memproduksi jutaan biji yang akan disebarkan pada saat musim hujan oleh
angina dan air. Spesies ini dapat beregenerasi secara natural dengan cepat (6).
II.2.2 Guazuma tomentosa Kunth.
berbuluh pada bagian bawah daun, akan siap dipanen ketika sudah berumur 2-3 tahun.
Buahnya sangat keras beruas lima dan berwarna hitam serta memiliki banyak biji yang
berwarna kuning kecoklatan berlendir dan rasanya agak manis. Jati belanda akan
Sterculiaceae, yang terjadi secara alami di seluruh Amerika Latin. Di India hanya spesies
ini yang tumbuh dari lima yang ada. Dalam pengobatan populer, G. tomentosa secara
tradisional digunakan di beberapa negara untuk mengobati bronkitis, luka bakar, diare,
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Tanaman Jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) merupakan salah satu tanaman
yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Salah satunya yaitu ekstrak etanol
daun jati belanda mempunyai daya inhibisi yang paling tinggi terhadap aktivitas enzim
Adapun jenis-jenis tanaman Jati Belanda yaitu Guazuma crinita (Bolaina) dan Guazuma
tomentosa Kunth.
DAFTAR PUSTAKA
1) Lavenia, C., dkk. Tumbuhan Herbal dan Kandungan Senyawa pada Jamu
3) Silitonga, F.R. Daya Inhibisi Ekstrak Daun Jati Belanda Terhadap Aktivitas
Oktober 2021
Anggota Kelompok 2
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Jati belanda dengan nama ilmiah Guazuma ulmifolia L. Ciri tanaman ini yaitu
daun berbentuk bulat telur sampai lanset, pangkalnya menyerong berbentuk
jantung, bagian ujung tajam, permukaan kasar dan banyak alur, berkayu,
bercabang, warna hijau agak putih. Bunga tunggal, bulat di ketiak daun. Buahnya
berbentuk kotak, bulat, keras, dan berwarna hijau. Bijinya kecil, keras dan
berwarna cokelat. Jati belanda memiliki kulit batang yang mengandung zat
berlendir 10%, asam damar 9,3% dan zat samak sebanyak 2,7%. Daun jati
belanda mengandung triterpan, sterol, alkaloid, saponin, cardenolin dan
bufadienol, flavonoid, tannin, polifenol dan antrakinon. Bagian tanaman yang
umumnya dimanfaatkan dari jati belanda yaitu daun dan biji [1].
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengetahui klasifikasi dan morfologi dari tanaman jati belanda?
2. Bagaimana mekanisme pada tanaman jati belanda?
3. Bagaimana efek farmakologi pada tanaman jati belanda?
4. Bagaimana mengetahui teknik budidaya tanaman jati belanda?
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui klasifikasi dan morfologi dari tanaman jati belanda
2. Dapat mengetahui mekanisme pada tanaman jati belanda
3. Dapat mengetahui efek farmakologi pada tanaman jati belanda
4. Dapat mengetahui teknik budidaya tanaman jati belanda
BAB II
PEMBAHASAN
Jati belanda dapat tumbuh dengan subur pada ketinggian 1-800 m di atas
permukaan laut. Tanaman ini mampu tumbuh dengan baik pada tanah yang
gembur. Lahan untuk penanaman jati belanda diolah sedalam 30-40 cm hingga
gembur. Waktu pengolahan yang paling baik yaitu pada akhir musim hujan. Setelah
lahan diolah maka lakukan pembuatan lubang tanam. Setiap lubang tanam diisi
pupuk organik (kotoran ternak, kompos). Selanjutnya, penyemaian bibit di bedeng
dengan menanam biji jati belanda [8].
Pemberian mulsa jerami atau serasah daun di sekeliling batang tanaman jati
belanda yang baru dipindahtanamkan sangat dianjurkan. Keuntungan pemberian
mulsa tersebut antara lain menekan pertumbuhan rumput liar, menjaga kelembapan
tanah agar tetap stabil, mengurangi penguapan air dalam tanah, dan menjadi bahan
organik penyubur tanah. Cara pemberian mulsa dengan menghamparkan jerami
padi secara merata pada permukaan tanah di bawah tajuk tanaman setebal 3-5 cm.
untuk menghindari adanya hama maka dapat memperlancar drainase dengan
menggemburkan tanah di sekitar tanaman. Pencegahan lain yang bisa dilakukan
monitoring pertumbuhan tanaman secara rutin. Dengan demikian, jika terjadi
serangan hama dan penyakit segera dapat diketahui dan dapat dilakukan
penanggulangan secara cepat [8]
Panen dan pasca panen tanaman jati belanda, pemanenan dapat dilakukan
setelah mencapai ketinggian 4 meter. Untuk mencegah terjadinya pencemaran,
perlu dilakukan usaha penanganan pascapanen sebagai berikut [8]:
III.1 Kesimpulan
Tanaman jati belanda secara taksonomi diklasifikasikan ke dalam divisi
Magnoliophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Magnoliopsida, bangsa Malvales,
suku Sterculiaceae, marga Guazuma, jenis Guazuma ulmifolia Lamk. Kandungan
kimia daun dan kulit batang jati belanda adalah alkaloid dan flavonoid, dengan
kandungan utama pada daunnya adalah tanin. Penggunaan tanaman jati belanda
secara tradisional adalah bagian daun sebagai pelangsing tubuh, biji sebagai obat
mencret, sembelit, karminatif, kulit batang sebagai diaforetik, bengkak kaki, dan
bagian buah/daun untuk obat diare, batuk, nyeri perut, tonik, astringen.
Daftar Pustaka
[1]. Pusat Studi Biofarmaka LPPM IPB & Gagas Ulung. Sehat Alami dengan Herbal 250
Tanaman Berkhasiat Obat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
[2]. Dasuki, A.U. Sistematika Tumbuhan Tinggi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
1991.
[3]. Zhu W, Jia Y, Peng J, Li C. Inhibitory Effect of Persimmon Tannin on Pancreatic
Lipase and the Underlying Mechanism in Vitro. J Agric Food Chem. 2018;66(24):6013–
21
[4]. Regestein L, Klement T, Grande P, Kreyenschulte D, Heyman B, Maßmann T, dkk.
From beech wood to itaconic acid: case study on biorefinery process integration.
Biotechnol Biofuels. 2018;11(1):279
[5]. Tini N, & Khairul A. Khasiat dan Manfaat Jati Belanda; Si Pelangsing & Peluruh
Kolesterol. Jakarta: AgroMedia. 2003
[6]. Mahendra & Evi R. Atasi Stroke dengan Tanaman Obat. Jakarta: Penebar Swadaya.
2008
[7]. Tamzil,S,. dkk. Efek Ekstrak Daun Jati Belanda terhadap Kadar Myeloperoxidase
Jaringan Paru Tikus Putih Wistar Model Kontusio Pulmonum. Biomedical Journal of
Indonesia. Vol 5. No 3. 2019.
[8]. Sumarna, Y. Budi Daya Jati. Jakarta: Niaga Swadaya. 2011.
MAKALAH
KANDUNGAN SENYAWA KIMIA JATI BELANDA (Guaziuma ulmifolia)
Kelompok 3
Citra Gledis Putri N011171349
Nur Rahmi N011191031
Kadek Ardayanti N011191067
Annisa Salsabila N011191075
Fitrah Prana Mulya N011191092
Nurul Aisha Fitri Sultan N011191122
Jonathan Elbert Karsten Halim N011191153
Pebbi Atu Putri N011191159
FITOMEDISIN C
MAKASSAR
2021
A. Latar Belakang
Keanekaragaman tumbuhan yang ada di Indonesia dapat memberikan
banyak manfaat bagi kita terutama di bidang kesehatan. Contoh yang dapat
diambil adalah pengobatan secara tradisional dengan memanfaatkan
tumbuhan berkhasiat obat untuk mencapai kesehatan yang optimal dan
mengatasi berbagai penyakit secara alami. Tumbuhan memiliki senyawa
metabolit yang sangat berguna bagi kesehatan manusia. Pemanfaatan
tanaman sebagai obat dapat dilakukan dengan mengonsumsi secara
langsung tanaman yang berkhasiat maupun dibuat menjadi simplisia
terlebih dahulu. Salah satu tumbuhan yang dimanfaatkan untuk pengobatan
adalah Jati Belanda [1].
Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) merupakan tanaman yang
diklasifikasikan ke dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae,
kelas Dicotyledoneae, bangsa Malvales, suku Aterculiaceae. Tanaman ini
memiliki manfaat sebagai terapi alternatif pasien obesitas, sebagai
antihiperlipidemia, menurunkan kadar kolesterol, dan pengobatan pada
pasien diabetes tipe 2 [1, 2].
Adanya efek farmakologi dari Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.)
tidak lepas dari aktivitas senyawa metabolit yang terdapat dari tanaman Jati
Belanda. Oleh karena itu, pada makalah kali ini, akan ddijelaskan mengenai
senyawa metabolit yang terdapat pada bagian tanaman Jati Belanda
(Guazuma ulmifolia Lamk.) yang memiliki efek farmakologi bagi manusia.
B. Metabolit Tumbuhan
Metabolisme merupakan seluruh perubahan kimia yang terjadi dalam
sel hidup yang meliputi pembentukan dan penguraian senyawaan kimia.
Metabolime primer dalam suatu tumbuhan meliputi seluruh jalur
metabolisme yang sangat penting kemampuan tumbuhan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya [3].
1. Metabolit Primer
Metabolit primer merupakan senyawa esensial yang secara langsung
terlibat dalam pertumbuhan suatu tumbuhan. Metabolisme primer
membentuk seluruh proses fisiologis yang memungkinkan tumbuhan
mengalami pertumbuhan melalui menerjemahkan kode genetik
menghasilkan protein, karbohidrat dan asam amino [3].
2. Metabolit Sekunder
Metabolit sekunder merupakan senyawa yang dihasilkan dalam jalur
metabolisme lain yang walaupun dibutuhkan tapi dianggap tidak penting
peranannya dalam pertumbuhan suatu tumbuhan [3]. Metabolit sekunder
pada tumbuhan umumnya bersifat sangat spesifik dalam hal fungsi dan
tidak terlalu penting karena jika tidak diproduksi, dalam jangka pendek tidak
menyebabkan kematian. Biosintesis metabolit sekunder dapat terjadi pada
semua organ tumbuhan, termasuk di akar, pucuk, daun bunga, buah, dan
biji. Beberapa metabolit disimpan dalam kompartemen khusus, bisa pada
organ atau tipe sel yang terspesialisasi. Dalam kompartemen tersebut
konsentrasi metabolit sekunder yang bersifat toksik bisa sangat tinggi,
sehingga menjadi pertahanan yang efisien terhadap herbivora [4].
Klasifikasi metabolit sekunder secara sederhana terdiri atas tiga
kelompok utama, yaitu [4]:
a. Terpen (misalnya volatil, glikosida kardiak, karotenoid, dan sterol).
b. Fenolik (misalnya asam fenolat, kumarin, lignan, stilbena, flavonoid,
tanin, dan lignin)
c. Senyawa yang mengandung nitrogen (misalnya alkaloid dan
glukosinolat)
Berdasarkan senyawa pembangunnya (building block) maka jalur
biosintesis metabolit sekunder dalam tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 jalur
yaitu [3]:
a. Jalur Asam Asetat
Asetil KoA dibentuk oleh reaksi dekarboksilasi oksidatif dari jalur
glikolitik produk asam piruvat. Asetil Ko-A juga dihasilkan oleh proses β-
oksidasi asam lemak, secara efektif membalikkan proses dimana asam
lemak itu sendiri disintesis dari asetil-KoA. Metabolit sekunder penting yang
terbentuk dari jalur asetat meliputi senyawa fenolik, prostaglandin, dan
antibiotik makrolida, serta berbagai asam lemak dan turunan pada
antarmuka metabolisme primer / sekunder.
b. Jalur Asam Sikimat
Asam shikimat diproduksi dari kombinasi fosfoenolpiruvat, jalur glikolitik
antara,dan erythrose 4-fosfat dari jalur pentosa fosfat. Reaksi siklus
pentosa fosfat dapat digunakan untuk degradasi glukosa, tetapi mereka
juga fitur dalam sintesis gula oleh fotosintesis. Jalur sikimat mengarah ke
berbagai senyawa fenolik, turunan asam sinamat, lignan, dan alkaloid.
c. Jalur Asam Mevalonat dan Deoksisilulosa
Asam mevalonik sendiri terbentuk dari tiga molekul asetil Ko-A, tetapi
saluran jalur mevalonatasetat menjadi serangkaian senyawa yang berbeda
daripada jalur asetat. Deoksisilulosa pospat muncul dari kombinasi dua
intermediet jalur glikolitik, yaitu asam piruvat dan gliseraldehida-3-fosfat.
Jalur fosfat mevalonat dan deoksisilulosa bersama-sama bertanggung
jawab untuk biosintesis dari arah besar metabolit terpenoid dan steroid.
F. Kesimpulan
Tumbuhan memiliki senyawa metabolit yang sangat berguna dan
bermanfaat bagi tanaman itu sendiri dan juga bermanfaat bagi manusia.
Adapun kandungan senyawa kimia yang terapat pada tanaman jati belanda
diantaranya yaitu; Pada bagian daun mengandung flavonoid, saponin dan
tannin. Pada bagian buah dan biji memiliki kandungan senyawa kimia
berupa zat pahit, minyak lemak, triterpenoid, alkaloid, karotenoid , flavonoid,
tannin, karbohidrat dan juga saponin. Dan pada Kulit batang mengandung
zat lendir, damar-damaran, tanin, beberapa zat pahit, glukosa dan asam
lemak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ulfah, V., F., dan Iskandar, Y. Review Jurnal: Aktivitas Tanaman Jati
Belanda (Guazuma ulmifolia Lam.) Sebagai Antihiperlipidemia. Jurnal
Faramaka 2019; 17(1).
2. Lumbantobing, Z., R., Muhartono, dan Mutiara, U., G. Jati Belanda
(Guazuma ulmifolia Lamk.) Sebagai Terapi Alternatif Obesitas. Jurnal
Medula 2019; 8(2).
3. Julianto, T. S. Fitokimia Tinjauan Metabolit Sekunder dan Skrining
Fitokimia. Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. 2019.
4. Anggraito, dkk. Metabolit Sekunder dari Tanaman: Aplikasi dan
Produksi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Negeri Semarang. 2018.
5. Sulaksana, J., & Jayusman, D. I. Kemuning & Jati Belanda. Jakarta:
Penebar Swadaya. 2005.
6. Wahyuni S. Vifta R.L., Erwiyani A.R., Kajian Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) Terhadap
Pertumbuhan Streptococcus mutans. Inovasi Teknik Kimia 2018; 3(1).
7. Utami P. Diet Aman & Sehat dengan Herbal. Jakarta : FMedia. 2013.
8. Permadi A., Membuat Kebun Tanaman Obat. Jakarta : Pustaka Bunda.
2008.
9. Croteau, R., T.M. Kutchan, and N.G. Lewis. Natural products
(secondary metabolites). Biochemistry & Molecular Biology of Plants.
2000.
10. Simanjuntak, K. Peran antioksidan flavonoid dalam meningkatkan
kesehatan. Bina Widya 2012; 23(3): 135-140.
11. Wahyuni Sri, dkk. Kajian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Jati
Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk) Terhadap Pertumbuhan
Streptococcus mutans. Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu
Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo. Candirejo 2018; 3(1): 25-30.
TEHKNIK BUDIDAYA JATI BELANDA
DISUSUN OLEH :
Nama : 1. Gian ananta prabaswara (N011191072)
2. Fadel Zifa Zila (N011191109)
3. Aulia Zahraeni Syamsir (N011191154)
4. Mutiara Alvionita Tumanan (N011191088)
5. Miftahul Janna (N011191102)
6. Maulida Annisa Sakinah (N011191041)
7. Ummu Athiyah (N011191059)
8 Yosua Taruk Allo (N01116512)
Kelompok : 4 (Empat)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Deskripsi dari Jati belanda yaitu, tanaman pohon, tinggi lebih kurang
10 meter. Batang keras, bulat, permukaan kasar, banyak alur, berkayu,
bercabang, warna hijau keputihputihan. Daun tunggal, bulat telur, permukaan
kasar, tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal berlekuk, pertulangan menyirip,
panjang 1016 cm, lebar 3-6 cm, warna hijau. Bunga tunggal, bulat di ketiak
daun, warna hijau muda. Buah kotak, bulat, keras, permukaan berduri, warna
hitam (Lumbantobing, 2019).
PEMBAHASAN
3. Pemeliharaan
Setelah dapat tumbuh dengan baik, dilakukan perawatan
tanaman yang meliputi :
a. Pemupukan
Pemupukan didefinisikan sebagai pemberian
bahan yang mengandung unsur hara kepada tanaman
ataupun kepada tanah dan substrat lainnya. Tujuan
pemupukan adalah untuk mempertahankan kesuburan
tanah mengingat banyak unsur hara yang diserap dan
hilang akibat pemanenan, penguapan, erosi dan,
pencucian.. Jenis pupuk yang digunakan harus sesuai
dengan kebutuhan, sehingga diperlukan metode
diagnosis yang benar agar unsur yang ditambahkan
hanya yang dibutuhkan oleh tanaman dan yang kurang
didalam tanah. Konsentrasi, waktu dan cara alokasi
harus tepat agar tidak merugikan dan berefek merusak
lingkungan akibat konsentrasi yang salah dalam waktu
dan cara aplikasinya. Aplikasi pupuk urea dilakukan tiap
10 hari selama 10 minggu. Pupuk disebar merata
disekeliling tanaman kemudian ditutup dengan media
tanam untuk menghindari penguapan.
Pupuk yang diberikan pada tanaman obat dapat
berupa pupuk organik maupun anorganik. Sebaiknya
pupuk yang digunakan dalam budidaya tanaman obat
adalah pupuk organik, penggunaan pupuk anorganik
dikhawatirkan dapat menimbulkan pengaruh yang kurang
baik bagi kandungan/senyawa-senyawa berkhasiat obat
yang ada pada tanaman. Pupuk organik yang dapat
digunakan adalah berbagai jenis pupuk kandang dan
kompos, yang harus diperhatikan pupuk organik yang
digunakan harus benar-benar matang dan tidak
mengandung bahan pencemar. Pupuk organik dapat
diberikan dengan cara mencampurkannya pada lubang
tanam pada saat penanaman atau mencampurkannya
pada tanah di antara barisan tanaman atau areal di
bawah tajuk tanaman.Apabila menggunakan pupuk
anorganik dapat diberikan dalam tiga tahap. Pertama,
pupuk diberikan sebagai pupuk dasar pertama yang
berupa pupuk organik dan pupuk fosfat yaitu pada saat
pengolahan tanah dengan cara dicampur rata dengan
tanah, baik di dalam lubang tanam, alur tanam, dan di
permukaan bedengan. Kedua, pupuk diberikan sebagai
pupuk dasar kedua berupa urea atau kompos yang
diberikan sebelum benih ditanam atau bersamaan pada
saat penanaman. Ketiga, pupuk tambahan berupa pupuk
anorganik yang diberikan sebagai pupuk susulan. Dosis
pupuk disesuaikan dengan jenis dan kondisi tanaman.
Pupuk sebaiknya diberikan pada awal atau akhir musim
hujan dan pada pagi atau sore hari.
b. Pengairan
Pada awal penanaman dan musim kemarau
penyiraman harus dilakukan dengan teratur. Kelembaban
tanah harus selalu dijaga, sebaiknya penyiraman
dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari. Pada
musim hujan frekuensi penyiraman dapat dikurangi
tergantung kondisi kelembaban tanah. Apabila tanaman
obat dibudidayakan pada lahan yang tidak terlalu luas,
pekarangan rumah atau di dalam pot maka penyiraman
dapat menggunakan gembor. Tetapi apabila tanaman
obat dibudidayakan dalam skala luas sebaiknya
menggunakan sprinkle untuk membantu penyiramannya.
Sarana irigasi dan sistem pengairan lain juga dapat
dimanfaatkan untuk mengairi lahan. Selain pengairan,
sistem pembuangan air yang berlebih juga harus
diperhatikan. Harus diusahakan agar lahan tidak
tergenang. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk
menjaga kelembaban tanah adalah dengan
menggunakan mulsa. Berbagai jenis mulsa dapat
dimanfaatkan seperti mulsa jerami, mulsa plastik hitam
perak dan mulsa plastik hitam. Masing-masing jenis
mulsa memiliki keunggulan dan kelemahan, sebaiknya
penggunaannya disesuaikan dengan jenis tanaman obat
yang dibudidayakan dan kondisi lingkungan
c. Pendangiran
Pendangiran adalah kegiatan penggemburan tanah. Dengan
tujuan supaya membuat tanah menjadi lunak dan memperbaiki
aerasi tanah. Dengan demikian kehidupan mikro organisme dapat
dirangsang dan mempercepat pelapukan bahan organik di dalam
tanah Pengendalian hama dan penyakit