Anda di halaman 1dari 5

Nama ; Fitriyani

Nim ; N011191047
Kelas ; Mikrobiologi Analisis C

SOAL UJIAN FINAL MKROBIOLOGI ANALISIS


WAKTU :60 MENIT (JAM 8.15 – 9.15)

1. Bedak bayi merk B dilaporkan tidak memenuhi syarat batas cemaran mikroba, sehingga oleh BPOM
Dilakukan kembali pengujian batas cemaran mikroba, meliputi : angka lempeng total, angka kapang
Khamir, ada tidaknya bakteri Pseudomonas auroginosa, Staphylococcus aureus, Candida albicans.
Tulislah mulai dari penyiapan sampel uji, cara kerjanya, interpretasi hasil jika diperoleh hasil sbb:

10-1 10-2 10-3


Jumlah bakteri 300 150 20
Angka kapang/ 100 20 5
kamir
P.auroginosa Koloni yg tumbuh berwarna hijau dlm
media cetrimide agar
S. aureus Koloni yg tumbuh berwarna putih dlm
media VJA
C. albicans Tidak ada pertumbuhan dlm media
Dextrose Agar

2. a. Jelaskan minimal 3 perbedaan uji potensi dan uji sensitivitas antibiotika Chloramfenicol
b. Jelaskan metode-metode uji untuk uji sensitivitas antibiotika.
c. Jelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi diameter zona hambat dari uji difusi agar.
Jawaban
1.
- Penyiapan sampel uji
a. Sediaan bedak bayi di desinfeksi terlebih dahulu
b. Sampel dihancurkan dilumpang
c. Ditimbang 1 gram
d. Dibuat pengenceran 1 : 10 dengan penambahan aquadest
e. Dihomogenkan dengan menggunakan vortex mixer
- Uji Angka Lempeng Total
a. 3 pengenceran terakhir dipipet, masing-masing sebanyak 1 ml kedalam
cawan petri
b. Medium NA sebanyak ± 15 ml dituang ke cawan petri
c. Dihomogenkan hingga memadat
d. Di inkubasi suhu 37°C selama 1x24 jam
e. Dihitung jumlah koloni yang tumbuh dihitung
f. Interpretasi hasil
Data yang masuk dalam range jumlah bakteri (30-300) maka rumus yang
digunakan

1
Jumlah koloni x
faktor pengenceran

(150 x 10^2)/(300 x 10^1) = 0,5 x 101

dan diperoleh hasil yaitu 0,5 x 101 koloni/ml. Berdasarkan pustaka dalam
peraturan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) Nomor 12 Tahun 2019
tentang batas maksimal cemaran mikroba pada kosmetika untuk anak di bawah
3 tahun, jumlah bakteri tidak lebih dari 5 x 102 koloni/ml. Sehingga hasil telah
sesuai

- Uji angka kapang khamir


a. 3 pengenceran pertama dipipet masing-masing sebnayka 1 ml ke dalam
cawan petri
b. Medium PDA dituang kedalam cawan petri sebanyak 15 ml
c. Dihomogenkan hingga memadat
d. Diinkubasi suhu 25°C selama 3x24 jam
e. Dihitung jumlah koloni yang masuk range 15-150
f. Interpretasi data
1
AKK = jumlah koloni x
faktor pengenceran

Berdasarkan data praktikum uji cemaran sediaan kosmetik yang diperoleh


pada sampel bedak bayi dengan metode Akk, yaitu yang masuk dalam
range jumlah koloni fungi (15-150) koloni ialah koloni pada pengenceran
10-1 dan 10-2 sehingga, dilakukan perhitungan encer per pekat yakni :

(20 x 10^2)/(100 x 10^1) = 0,2 x 101

dan diperoleh hasil yaitu 0,2 x 101 koloni/ml. Berdasarkan pustaka dalam
peraturan BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) Nomor 12 Tahun
2019 tentang batas maksimal cemaran mikroba pada kosmetika untuk
anak di bawah 3 tahun, jumlah fungi tidak lebih dari 1 x 104 koloni/ml.
Sehingga hasil telah sesuai
- Medium Spesifik
Pengujia dengan metode spesifik dilakukan dengan medium yang
disesuaikan dengan bakteri atau jamur yang ingin diuji. Misalnya untuk
Pseudomonas auroginosa digunakan cetrimide agar (CETA) Staphylococcus
aureus digunakan media vogel jhonson agar (VJA) dan untuk Candida
albicans digunakan dextrose agar. Setelah medium spesifik disiapkan
kemudian disuspensikan bakteri uji yang sesuai. Kemudian diinkubasi bakteri
1x 24 jam dan fungi 3 x 24 jam.
- P. auriginosa
Berdasarkan hasilnya bahwa didapat pertumbuhan koloni pada medium
CETA dimana bentuk dari P.auriginosa membentuk koloni bulat, halus
dengan warna fluoresen kehijauan juga sering memproduksi pigmen kebiruan
dan ada tidak fluoresen yang disebut piosianin.
- S.aureus
Dari hasil diatas bahwa tidak didapatkan pertumbuhan s. aureus dikarenakan
pada medium VJA dikatakan positif jika tumbuh koloni kecil dan berwarna
hitam
- C.albicans
Koloni coklat kehitaman, tidak ada diperoleh pertumbuhan sehingga hasil
negatif karena seharusnya jamur tumbuh di medium tersebut

2.
a. - Uji potensi antibiotik secara mikrobiologi adalah suatu tehnik untuk menetapkan suatu
potensi antibiotik dengan mengukur efek senyawa tersebut terhadap pertumbuhan
mikroorganisme uji yang peka dan sesuai. Efek yang ditimbulkan pada senyawa uji dapat
berupa hambatan pertumbuhan dengan hasil dalam bentuk persen. Sedangkan uji
sensitivitas adalah menguji suatu zat aktif dengan melihat apakah suatu zat aktif tersebut
dapat menghambat atau tidak pada pertumbuhan mikroorganisme.
- Dari Pengertian dapat dikatakan uji potensi lebih spesifik dalam melihat berapa banyaknya
bakteri yang terdapat pada suatu sampel, sedangkan untuk uji sensitivitas hanya dalam
bentuk umum saja yaitu ada atau tidaknya bakteri yang dapat dihambat.
- tujuannya jika potensi antibiotik mengukur kemampuan dalam menghambat
mikroorganisme sedangkan sensitivitas untuk melihat ada tidaknya bakteri yang dihambat
b. Uji sensitivitas dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu: difusi cakram diffusion test),
pengenceran atau dilusi (dilusi test), antimicrobial gradient dan short automated instrumen
system. Uji sensitivitas dengan metode difusi agar plate dapat dilakukan dengan cara Kirby
Bauer dengan teknik disc diffusion (cakram disk) atau teknik sumuran. Dengan melihat uji difusi
menggunakan kertas saring sebagai media tampung antibiotik dengan menggunakan E.coli
sebagai bakteri uji. Data yang diperlukan adalah diameter zona hambat yang terbentuk pada
media MHA saat melakukan uji sensitivitas metode difusi sumuran dan teknik kertas saring
sebagai media tampung antibiotik.
1. Metode dilusi cair atau dilusi padat Pendekatan yang lebih kuantitatif untuk menguji
sensitivitas bakteri terhadap suatu antibiotika atau mencari nilai Minimum Inhibitory
Concentration (MIC). MIC adalah konsentrasi terendah yang masih dapat menghambat
pertumbuhan mikroba. Kadar minimum yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan
suatu mikroorganisme juga disebut Kadar Hambatan Minimum (KHM). Antimikroba dapat
meningkatkan aktivitasnya dari bakteriostatik menjadi bakteriosid, apabila kadar
antimikrobanya ditingkatkan lebih besar dari MIC tersebut. Aktivitas antibakteri ditentukan oleh
spektrum kerja, cara kerja, MIC, serta potensi pada MIC. Suatu bakteri dikatakan mempunyai
aktivitas yang tinggi bila MIC terjadi pada kadar rendah tetapi mempunyai daya bunuh atau daya
hambat yang besar. Pada dasarnya antibiotika diencerkan sampai didapatkan beberapa
konsentrasi. Pada dilusi cair, masing-masing konsentrasi obat ditambah suspensi kuman dalam
media cair, sedangkan pada dilusi padat, tiap konsentrasi obat dicampur dengan media agar lalu
20 ditanam kuman dalam media cair. Ada beberapa metode dilusi, yaitu Broth macrodilution,
Microdilution, dan agar dilution test.
2. Metode difusi
Uji sensitivitas dengan metode difusi agar plate dapat dilakukan dengan cara Kirby Bauer
dengan teknik disc diffusion (cakram disk) atau teknik sumuran. Dengan melihat uji difusi
menggunakan kertas saring sebagai media tampung antibiotik dengan menggunakan E.coli
sebagai bakteri uji. Data yang diperlukan adalah diameter zona hambat yang terbentuk pada
media MHA saat melakukan uji sensitivitas metode difusi sumuran dan teknik kertas saring
sebagai media tampung antibiotik.
3. Antimicrobial Gradient Cara ini termasuk cara baru, dengan menggunakan satu jenis antibiotika
dengan beberapa derajat konsentrasi yang diletakkan pada strip plastic, sering disebut E- test.
Prinsipnya hampir sama dengan cara Kirby Bauer, yaitu meletakkan strip pada Muller Hinton,
kemudian diinkubasi selama 12 jam dan dilakukan pengamatan adanya zona hambat E- test.

C. Faktor-faktornya yaitu
- Konsentrasi mikroba uji
- Konsentrasi antibiotik yang terdapat dalam cakram
- Jenis antibiotik
- pH medium

Anda mungkin juga menyukai