Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fitriyani

NIM : N011191047
Kelas : Farmakologi II A

1. Coartem (Artemeter + Lumefantrin)


- Golongan Obat : Obat Keras (1)
- Bentuk Sediaan : Tablet (1)
- Indikasi : Coartem diindikasikan untuk pengobatan malaria Plasmodium Falciparum
akut pada orang dewasa, anak-anak dan bayi 5kg keatas (1)
- Kontraindikasi :
Hipersensitivitas; malaria berat; kehamilan trimester pertama; riwayat keluarga
mengalami kematian mendadak atau perpanjangan interval QTc; gangguan
keseimbangan elektrolit (hipokalemia, hipomagnesia); riwayat aritmia jantung;
pasien mengkonsumsi obat yang dimetabolisme oleh enzim sitokrom CYP2D6
(flekainid, metoprolol, imipramin, amitriptilin, klomipramin); pasien mengkonsumsi
obat yang dapat memperpanjang interval QTc (antiaritmia kelas IA dan III,
neuroleptik, antidepresan, antibiotik (makrolida, flurokinolon, imidazol, dan
antifungi triazol), antihistamin nonsedatif (terfenadin, astemizol, cisaprid); riwayat
bradikardi, riwayat gagal jantung kongestif yang disertai pengurangan left
ventricular ejection fraction; menyusui (1)
- Efek Samping: Sangat umum: sakit kepala, pusing, sakit perut, anoreksia; Umum:
gangguan tidur, palpitasi, perpanjangan interval QT, batuk, diare, mual, muntah,
pruritus, ruam kulit, artralgia, mialgia,asthenia, kelelahan; Sangat jarang:
hipersensitivitas, ataksia, hipoestesia, clonus (1).
- Dosis:
Oral. Untuk meningkatkan absorpsi, diminum bersama makanan atau susu. Jika
pasien muntah dalam waktu 1 jam, dosis harus diulang. Cara pemberian pada anak
dan bayi: tablet dapat digerus. Dosis diberikan selama 3 hari berdasarkan berat
badan: ≥ 35 kg (Dewasa dan Anak diatas 12 tahun), 4 tablet 2 kali sehari; 25 kg - < 35
kg, 3 tablet 2 kali sehari; 15 kg - < 25 kg, 2 tablet 2 kali sehari; ≥ 5 kg - <15 kg, 1 tablet
2 kali sehari (1).

Artemeter adalah turunan metil eter dari dihydroartemisinin (DHA), yang


diturunkan dari artemisinin. Penggunaan kombinasi obat ini dengan lumefantrin
(Coartem) merupakan pengobatan lini pertama yg sangat efektif terhadap malaria di
benua Afrika (2). Artemisin, artesunat dan artemeter dimetabolisme dengan cepat
menjadi bentuk aktifnya yaitu dihidroartemisinin. Setelah pemberian berulang,
artemisin dan artesunat dapat menginduksi metabolismenya sendiri, melalui CYP2B6
dan CYP3A4 (2).
2. ARSUAMOON (Artesunat + Amodiakuin)
- Golongan Obat : Obat keras (4)
- Kekuatan Sediaan : 50g+150mg (4)
- Indikasi : Arsuamoon diindikasikan untuk penanganan pasien malaria yang terinfeksi
Plasmodium falciparum yang rentan terhadap amodiaquine dan artesunate [3]
- Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap zat aktif atau salah satu eksipien
• Hipersensitif terhadap senyawa aktif atau terhadap eksipien
• Memiliki riwayat gangguan hati selama pengobatan dengan amodiaquine
• Memiliki riwayat gangguan hematologikal selama pengobatan dengan
amodiaquine
• Retinopati (3)
- Mekanisme Kerja :
Artesunate : Bekerja dengan cara memecahkan jembatan endoperoksida oleh heme
didalam eritrosit yang terinfeksi dan menghasilkan oksigen tunggal sehingga struktur
membrane akan dialkilasi yang menyebabkan kematian parasite (5)
Amodiaquine : belum diketahui secara pasti cara nya bekerja namun diduga
menembus sel darah merah yang terinfeksi dan mencegah parasite, mempolimerasi
heme menjadi hemozoin yang menyebabkan kematian parasite (6)

3. DHP (Dihidroartemisinin-Piperakuin)
- Indikasi : Pengobatan malaria P.falciparum dan/atau P.vivax tanpa komplikasi
- Kontraindikasi : Hipersensitivitas, malaria berat, riawayat aritmia atau bradikardia
(penyakit jantung) (7)
- Dosis :
Dosis selama 3 hari, berdasarkan berat badan: 5 kg (0-1 bulan): 1⁄4 tablet/hari; 6 -10 kg (2 -11
bulan): 1⁄2 tablet/hari; 11-17 kg (1-4 tahun): 1 tablet/hari; 19-30 kg (5-9 tahun): 1 1⁄2
tablet/hari; 31 -40 kg (10 -14 tahun): 2 tablet/hari; 41-59 kg (≥15 tahun): 3 tablet/hari; ≥60
kg (≥15 tahun): 3 tablet/hari. Jangan hentikan pengobatan sebelum 3 hari, meskipun gejalan
telah hilang (7)
- Efek samping :
Beberapa efek samping yang dapat timbul antara lain anemia, sakit kepala, perpanjangan
interval QTc, takikardia, astenia, pireksia, konjungtivitas, tidak umum: anoreksia, pusing,
kejang, gangguan konduksi jantung, sinus aritmia, bradikardia, batuk, mual,muntah, nyeri
lambung, diare, hepatitis, hepatomegali, uji fungsi hati yang abnormal, pruritus, ruam
kulit, artalgia, dan myalgia (8).
Referensi :
1. Pionas. Coartem. Jakarta. Badan POM RI. 2015
2. White, N. J., van Vugt, M., & Ezzet, F. Clinical Pharmacokinetics and
Pharmacodynamics of Artemether-Lumefantrine. Clinical Pharmacokinetics, 37(2),
105–125. 1999
3. WHO. SUMMARY OF PRODUCT CHARACTRISTICS : ARSUAMOON. World Health
Organization. 2017.
4. Pionas. Antimalaria. Badan POM RI. 2015.
5. WHOPAR. Scientific discussion artesunate/amodiquine 50/150 mg tablet. Section 3
and 6. 2017.
6. WHOPAR. Summary of product characteristics. Section 3 and 6. 2017.
7. Pionas. Dihidroartemisinin-Piperakuin. Jakarta: BPOM. 2015.
8. Pionas. Antimalaria. Badan POM RI. 2015.

Anda mungkin juga menyukai