Posted: September 28, 2009 in tinjauan pustaka Tag:jenis obat malaria, terapi malaria anak
7
1. Jenis-Jenis Obat Antimalaria
Obat antimalaria yang ideal adalah obat yang efektif terhadap semua jenis dan stadium parasit, menyembuhkan infeksi akut maupun laten, cara pemakaiannya mudah, harganya terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, mudah diperoleh, efek samping ringan dan toksisitas rendah. Aktivitas antimalaria biasanya hanya terbatas pada satu atau dua stadium saja dari seluruh daur hidup parasit sehingga cukup sulit untuk memperoleh obat antimalaria yang ideal tersebut. Berdasarkan tempat dan cara kerja, obat antimalaria dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu :
Obat ini bekerja pada stadium pre eritrositik di jaringan hepar, sehingga dapat mencegah terjadinya siklus eritrositik.
1.1.2 Primakuin
Obat ini mempunyai efek yang kuat untuk membunuh bentuk-bentuk parasit di jaringan (hepatosit) termasukhipnozoit, oleh karena itu juga dipakai untuk mencegah kekambuhan pada P.vivax dan P. Ovale.1, 2 Obat ini tidak diberikan pada bayi, ibu hamil dan penderita defisiensi G-6PD. Efek samping yang pernah dilaporkan yaitu gangguan saluran pencernaan (mual, muntah dan sakit perut), gangguan sistem hemopoietik (anemia, leukopenia, dan methemoglobinemia). Sampai saat ini belum ada cara dan penelitian untuk mengetahui Plasmodium resisten terhadap primakuin.1 1.2 Blood Schizontocide (Skizontosida Darah) Obat ini paling banyak digunakan untuk malaria, obat ini bekerja pada stadium eritrositik, tidak hanya pada skizon tetapi juga stadium aseksual yang lain seperti bentuk cincin, trofozoit stadium lanjut. Contoh obat ini yaitu : 1.2.1 Klorokuin
Penggunaannya cukup luas karena efektif, murah dan aman, hanya saja kasus resistensi terhadap klorokuin telah dilaporkan terjadi hampir diseluruh dunia, khususnya di Asia tenggara termasuk Indonesia. Bahkan di Thailand, resistensi terhadap klorokuin telah mencapai 100%, sehingga tidak efektif lagi.1,2
Efek samping klorokuin yang pernah dilaporkan yaitu pusing, vertigo, pandangan kabur, mual, muntah, sakit perut, dan pruritus. Keracunan dapat terjadi pada anak-anak karena kecelakaan (tertelan) dan pada orang dewasa pada percobaan bunuh diri, gangguan yang terjadi dapat merupakan gangguan neurologis (kelemahan otot, pusing, kejang-kejang, dll), saluran pencernaan (mual, muntah, dan diare), saluran nafas (nafas pendek dan dangkal, pernafasan lumpuh), kardiovaskular (hipotensi, blokade atrioventrikular, aritmia dan jantung lumpuh).1
1.2.2 Sulfadoksin-Pirimetamin
Mulai dipakai sebagai obat alternatif sejak tahun 1990 dengan angka kesembuhan 90%. Tetapi timbulnya resistensi terhadap pirimetamin dan kombinasinya telah dilaporkan sejak tahun 1975 dan ada kecenderungan meningkat. Di Thailand, pemakaian fansidar sudah dihentikan, dan sejak tahun 1985 digunakan obat kombinasi lain yaitu MSP (Meflokuin-SulfadoksinPirimetamin).1,2
Obat ini tidak diberikan untuk bayi. Efek samping yang pernah dilaporkan yaitu timbul bercak kulit kemerahan disertai rasa gatal, dan sindroma steven jhonson.1
Obat ini masih merupakan obat yang efektif bagi malaria, meskipun sempat bergeser penggunaannya oleh pemakaian klorokuin. Sejak meningkatnya angka resistensi terhadap klorokuin hampir diseluruh bagian dunia, maka seja tahun 1960 kuinin mulai dipertimbangkan lagi penggunaannya dan ternyata masih tetap unggul sampai sekarang. Kombinasi kuinin dengan tetrasiklin dipakai sebagai terapi standard terhadap P.falciparum yang resisten bahkan dapat meningkatkan angka kesembuhan dari 75% menjadi lebih dari 95%.1,2 Pada pengobatan kina parenteral dapat terjadi hipoglikemia, dan efek samping lain yang sering dilaporkan yaitu pusing, tinnitus, dan mual.1 1.2.4 Kuinidin
Kuinidin adalah obat jantung yang diperkenalkan sebagai pengganti kuinin. Efek antimalaria kuinidin lebih kuat dibandingkan dengan kuinin untuk malaria falsiparum. Berdasarkan penelitian di Bangkok Hospital for Tropical Diseasepada tahun 1982, angka kesembuhan kuinidin untuk malaria bisa mencapai 100%. Walaupun demikian penggunaan kuinin tidak terlampau luas karena efek sampingnya terhadap sistem kardiovaskular.1,2 1.2.5 Meflokuin
Obat ini mulai diperkenalkan tahun 1980-an. Dengan dosis 15mg/kgBB dosis tunggal oral tingkat kesembuhannya mencapai 95%. Tetap pada tahun 1982 telah ada laporan timbulnya resistensi terhadap obat ini. Kombinasi dengan sulfadoksin-pirimetamin (MSP) telah dicoba untuk mengatasi keadaan ini. Berdasarkan hal tersebut perlu diadakan upaya antisipasi timbulnya resistensi terhadap berbagai macam obat.1,2 Efek samping yang pernah dilaporkan yaitu gangguan neuropsikiatri (cemas, halusinasi, sulit tidur, psikosis, ensefalopati, dan kejang-kejang), pusing, mual, muntah, sakit perut, diare, dan gangguan kardiovaskular (bradikardia dan sinus aritmia).1
1.3 Gametocide (Gametosit) Primakuin adalah contoh obat yang membunuh stadium seksual gametosit dalam darah manusia terutama terhadap P. falciparum.1,2 1.4 Sporontosida (Sporontocide) Primakuin, proguanil, dan pirimetamin dikenal sebagai obat yang dapat menghambat pertumbuhan parasit dalam tubuh nyamuk. Bila diberikan kepada Gametocyte carrier akan mencegah terjadinya penularan.1,2 1.5 Anti Relaps Primakuin digunakan untuk mencegah relaps/rekurensi pada infeksi P. Vivax dan P. Ovale, biasanya diberikan setelah pemberian obat skozontosida darah.1,2 1.6 Obat-obat antimalaria baru
1.6.1 Halofantrin
Obat baru untuk stadium aseksual pada malaria falsiparum yang resisten terhadap berbagai macam obat (multidrug resistance). Obat ini tidak mempunyai efek terhadap stadium hipnozoit maupun gametosit.1,2 obat ini tidak diberikan pada anak dengan berat badan kurang dari 10 kg, ibu hamil dan menyusui. Obat ini dapat membentuk kompleks dengan feriprotoporfirin IX
yang terbentuk waktu plasmodium mencerna hemoglobin, sehingga kompleks yang terbentuk bersifat toksik dan dapat mematikan schizont. Efek samping yang pernah dilaporkan yaitu gangguan saluran pencernaan (mual, sakit perut, dan diare), pruritus, bercak merah pada kulit, disritmia ventrikuler, kejang-kejang, dan hemolisis intravaskuler.1 1.6.2 Derivat Artemisin (Artesunat, Artemeter, dan Dihidroartemisinin)
1.6.2.1 Artesunat
Merupakan obat dari golongan sequiterpenelactone, hasil ekstraksi tumbuhan dari China yaitu Qing-Hao-Su. Obat ini sangat efektif terhadap stadium aseksual P. falciparum yang resisten terhadap berbagai macam obat, juga P.vivax.Obat ini juga mengurangi parasit 95% dalam 24 jam, tetapi tidak dapat membunuh hipnozoit dan hanya sedikit berpengaruh terhadap gametosit. Pemberian harus dilakukan dengan dosis awal yang lebih tinggi dari dosis berikutnya.1,2 1.6.2.2 Artemeter
Dari hasil uji pengobatan malaria falsiparum tanpa komplikasi di daerah resisten klorokuin (Irian Jaya), artemeter 450mg/5 ahri per oral menunjukkkan efikasi yang baik dan aman. Demikian pula hasil uji coba pengobatan malaria berat atau dengan komplikasi di daerah yang resisten multidrug (Kalimatan Timur) menunjukkan hasil yang cukup baik dan aman. Efek samping yang pernah dilaporkan yaitu gangguan saluran cerna, demam, dan retikulositemia.1
1.6.2.3 Dihidroartemisin
Obat ini belum pernah di uji coba di indonesia. Di Cina, uji pengobatan malaria dengan dosis 248 mg/3 hari, 360 mg/ 5 hari, dan 480 mg/ 7 hari menunjukkan efikasi yang baik pada kelompok yang diobati dengan dosis 360 mg/5 hari dan 480 mg/7 hari. Efek samping yang pernah ditimbulkan yaitu bercak merah di kulit dan retikulositemia.1
1.6.3 Atovakon
Obat ini bekerja sebagai skizontocid, namun obat ini memiliki mekanisme kerja yang berbeda dengan obat antimalariaskizontocid lainnya, sehingga diperkirakan tidak terjadi resistensi silang dengan obat-bat tersebut. Atovakon bekerja dengan mengganggu pembentukan asam nukleat parasit. Pada penelitian in-vitro ditemukan ada interaksi antagonis dengan obat
antimalaria golongan kuinolon (klorokuin, kina, meflokuin), halofantrin, dan artesunik acid; sedangkan dengan tetrasiklin, dan proguanil berinteraksi sinergistik. Apabila obat ini digunakan tanpa kombinasi ternyata kurang efektif karena lebih dari 30% akan berkembang menjadi kasus rekrudesen.1
Bila pada pemeriksaan sediaan darah ditemukan P. falciparum maka obat pilihan yang digunakan adalah : Tabel 2 Pengobatan Lini Pertama : Artesunate + Amodiakuin + Primakuin
Hari
Obat tablet
Jumlah Tablet Perhari Menurut Kelompok Umur 0-2 Bulan 2-11 1-4 5-9 10-14
15
2 3
Komposisi obat :
)*
Bulan )*
Tahun 1 1 1 1 1 1
Tahun 2 2 1 2 2 2 2
Tahun 3 3 2 3 3 3 3
Tahun 4 4 2-3 4 4 4 4
# )* semua pasien (kecuali ibu hamil dan anak usia 1 tahun) diberikan tablet pimakuin. (1 tablet berisi 25 mg garam/ tablet setara 15 mg basa) dengan dosis 0,75 mg basa/kgBB/oral, dosis tunggal pada hari 1
# Artesunate 4mg/kgBB dosis tunggal /hari/oral diberikan pada hari 1,2,3 ditambah amodiakuin 30 mg basa/kgBB/hari/oral selama 3 hari dengan pembagian dosis 10 mg basa/kgBB/hari/oral pada hari 1, 2, dan 3.4,5
Bila terjadi gagal pengobatan lini pertama, maka diberikan pengobatan lini kedua seperti tabel 3 di bawah ini.
Hari Jenis Obat Kina Tetrasklin/ Doksisiklin Primakuin Kina Tetrasklin/ Doksisiklin
Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur 0-1 bulan *) *) 2-11 bulan *) *) 1-4 tahun 3x 3x 5-9 tahun 3x1 1 3x1 10-14 tahun 3 x 1 2 3x1 > 15 tahun 3x2 4 x 1/ 1x 23 3x2 4 x 1/ 1x 1
2
Keterangan:
# *) Kina: Pemberian kina pada anak usia < 1 tahun harus berdasarkan berat badan (ditimbang berat badannya). Dosis kina: 30 mg/kgbb/hari (dibagi 3 dosis).
# Doksisiklin tidak diberikan pada ibu hamil dan anak usia < 8 tahun
# Dosis Tetrasiklin: 25-50 mg/ kgBB/4 dosis/hari atau 4 x 1(250 mg) selama 7 hari; tetrasiklin tidak boleh diberikan pada umur < 12 tahun dan ibu hamil.
# Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan anak usia < 1 tahun.
2.1.2 Pengobatan malaria vivax/ovale Bila pada pemeriksaan laboratorium ditemukan P. vivax/ovale, diberikan pengobatan sesuai tabel 4 di bawah ini. Tabel 4. Lini Pertama Pengobatan Malaria Vivax dan Ovale
Hari Jenis Obat Klorokuin Primakuin Klorokuin Primakuin Klorokuin Primakuin Primakuin
Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur 0-1 bulan 1/8 2-11 bulan 1-4 tahun 1 1 5-9 tahun 2 1/2 2 1 10-14 tahun 3 3 1 > 15 tahun 3-4 1 3-4 1 2 1 1
1 2 3 H 4-14
Bila terjadi gagal pengobatan lini pertama, maka diberikan pengobatan lini kedua seperti tabel 5 berikut.
Tabel 5. Lini pertama Pengobatan Malaria Vivax dan Ovale Resisten Klorokuin
Jumlah tablet perhari menurut kelompok umur 0-1 bulan *) 2-11 bulan *) 1-4 tahun 3x 5-9 tahun 3x1 10-14 tahun 3x1 > 15 tahun 3x2 1
Kriteria penggunaan pengobatan kasus malaria P. vivax/ ovale kambuh (relaps). Pemberian obat ini berdasarkan kriteria sebagai berikut : 1. Penderita sudah menyelesaikan pengobatan klorokuin dan primakuin
2. Pada waktu periksa ulang hari 14-28 penderita kambuh/ penderita tetap demam atau gejala klinik tidak membaik yang disertai parasitemia aseksual. Penderita tidak demam atau tanpa gejala klinis lainnya tetapi ditemukan parasitemia aseksual.4
Jenis Obat
Jumlah tablet per hari menurut kelompok umur 0-1 bulan 2-11 bulan )* 1-4 tahun 3x 5-9 tahun 3x1 10-14 tahun 3x1 >15 tahun 3x2 1
8-12 )* 8-12 )*
Kina Primakuin
)* -
*) Pemberian klorokuin dan primakuin 1 kali setiap minggu, lama pengobatan minimal 8 minggu.
Pengobatan malaria klinik dilakukan di daerah yang belum memungkinkan untuk pemeriksaan laboratorium baik dengan mikroskop maupun dengan RDT. Pengobatan malaria klinis terdiri dari 2 regimen pengobatan yaitu lini pertama yang menggunakan klorokuin dengan primakuin dan pengobatan lini kedua yang menggunakan kina dan primakuin tablet.
Hari
Jenis Obat
I II III
Keterangan :
Jumlah Tablet Per Hari Menurut Kelompok Umur 0-1 1-4 5-9 10-14 >15 2-11 bulan bulan tahun tahun tahun tahun 1 2 3 3-4 1 2 2-3 1/8 1 1 2
# Bila Berat badan < 50 kg, diberikan 3 tablet klorokuin, bila > 50 kg diberikan 4 tablet klorokuin
# Bila perkiraan badan < 5o kg diberikan 2 tablet primakuin bila > 50 kg diberikan 3 tablet.4
H2 10 mg/kgbb -
H3 5 mg/kgbb
# Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi, ibu hamil dan penderita defisiensi G6PD
# Satu tablet klorokuin mengandung 250 mg klorokuin garam setara dengan 150 mg klorokuin biasa
Hari
Jenis Obat
Jumlah Tablet Per Hari Menurut Kelompok Umur 01 2 11 14 59 10 14 > 15 bulan bulan tahun tahun tahun tahun
)*
I7
Kina
-
)*
3x
3x1
3x1
3x2
H1
Keterangan :
Primakuin
2-3
Kina HCl 25 % (per-infus) dosis 10 mg/kgbb (bila umur < 2 bulan : 6-8 mg/kgbb) diencerkan dengan 5-10 cc dekstrosa 5% atau NaCl 0,9 % per kgbb diberikan selama 4 jam, diulang setiap 8 jam sampai penderita sadar dan dapat minum obat.
Apabila tidak memungkinkan pemberian kina per- infus maka kina dapat diberikan intramuskular. Sediaan yang ada untuk pemberian intramuskular yaitu Kinin antipirin dengan dosis: 10 mg/kgbb IM (dosis tunggal) yang merupakan pemberian anti malaria pra rujukan.4
DAFTAR PUSTAKA
1.
Tjitra, Emiliana. 2000. Obat Anti Malaria. Dalam Harijanto, P.N. Malaria : Epidemiologi, Patogenesis Klinis, & Penanganan. Jakarta : EGC. Hal 194-214
2.
Sardjono, T.W. 2004. Diktat Parasitologi: Malaria, Mekanisme Terjadinya Penyakit dan Pedoman Penanganannya. Malang: Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran UNIBRAW. Hal : 28-33
3.
Depkes RI. 2004. Penggunaan Artemisinin Untuk Atasi Malaria Di Daerah yang Resisten Klorokuin (online)http://www.depkes.go.id, diakses 2 februari 2008
4.
Depkes RI, Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. 2006. Petunjuk Teknis Tatalaksana Anak Gizi Buruk. Jakarta : Departemen Kesehatan
5.
Basuki, P.S, Darmowandowo. 2006. Malaria. PDT Bag/ SMF Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya (online), (http://www.pediatrik.com, diakses 2 februari 2008
6.
Pusponegoro, H.D, dkk. 2005. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. Hal 119-124
ADVER TI SEMENT
Rate this:
Rate This Like this: Suka Be the first to like this post.
Komentar
1. kangmusa mengatakan: November 16, 2009 pukul 8:54 am Assalamualaikum, Saya benar-benar beruntung blogwalking kemudian menemukan blog ini, karena di sini saya menemukan banyak sekali ilmu baru. Dan semoga kunjungan saya ke blog ini membuka dan mempererat tali silaturahmi di antara kita. Salam Hormat, Kang Musa http://www.kang-musa.co.cc 0 0 Rate This Balas
2.
ehm, untung banget ktemu blog ini byk info yg saya dapat. mudah mudah blog ini terus direview dan uptodate. thanks alot
3.
saya sebagai tenaga medis sangat berterima kasih dengan hal ini.
4.
trims bgt kebetulan saya tugas di daerah yang termasuk endemis malaria.. tq
5.
Assalamualaykum wr. wb. terima kasih banyak atas info yg disampaikan dalam blog ini. disini saya mengambil artikel ttg malaria dan mohon diizinkan (bener2 minta maaf jika lancang). dan jika dibolehkan, untuk selanjutnya mau co-paste juga artikel lain maaf sebesarnya dan mohon diikhlaskan terima kasih banyak.
0 0
6.
Menarik, tapi jika boleh kasih saran, lakukan revisi. Karena telah ada beberapa perubahan dalam Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia (depkes 2009) dan Guidelines for The Treatment of Malaria 2nd Edition (WHO 2010). Khusus Dihidroartemisinin + Piperaquine telah diteliti dan digunakan di Indonesia, khususnya Papua sejak 1 atau 2 tahun lalu, sebagai alternatif artesunate + amodiaquine