Anda di halaman 1dari 10

Inhibitor Sintesis

Protein

Tetracyclines Chloramphenicol Macrolides Clindamycin Streptogramins

Streptogramins A /
Demeclocycline Thiamphenicol Azitromycin Dalfopristin

Doxycicline Clarithromycin Streptogramins B /


Quinupristin
Erithromycin
Minocycline

Tetracycline
Tetracyclines

Tetracycline bekerja dengan cara menghambat sintesis protein dengan mekanisme mengikat sub unit 30s ribosom bakteri sehingga
introduksi asam amino pada rantai peptida yang baru terbentuk tidak terjadi.

Dosis tetracycline pada setiap pasien bisa berbeda-beda . Jumlah dosis tetracycline yang diberikan tergantung dari kekuatan obat. Selain
itu, jumlah dosis yang Kamu gunakan setiap hari, jarak waktu antara konsumsi obat, dan seberapa lama obat harus digunakan tergantung dari
masalah medis yang dialami.

Tetracycline dalam bentuk oral untuk orang dewasa:

1. Untuk mengobati infeksi, dosisnya 250-500 miligram setiap 6 jam. Dosis maksimalnya 4 gram per hari.

2. Untuk mengobati jerawat, dosisnya 250-500 miligram per hari dalam dosis tunggal atau dosis terbagi selama 3 bulan.

3. Untuk mengobati sifilis, dosisnya 500 miligram sebanyak 4 kali sehari selama 15 hari.

4. Untuk mengobati gonore, dosisnya 500 miligram sebanyak 4 kali sehari selama 7 hari.

5. Untuk mengobati brucelosis, dosisnya 500 miligram sebanyak 4 kali sehari selama 3 minggu dengan kombinasi dengan streptomisin.
Chloramphenicol
 Indikasi
Kloramfenikol digunakan untuk demam tifoid (Salmonella typhi), meningitis (H. influenza), infeksi anaaerob khususnya abses
otak. Kloramfenikol terkadang digunakan secara topikal untuk mengobati infeksi mata karena mempunyai spektrum kerja yang luas.
 Mekanisme kerja
Kloramfenikol merupakan antimikroba dengan spektrum luas. Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatis terhadap
enterobacter dan staphilococus aureus, bakterisid terhadap Str. pneumoniae, neisseria meningiditis, H. influenzae. Mekanisme kerja
kloramfenikol dengan menghambat sintesis protein kuman. Obat ini terikat pada ribosom subunit 50s dan menghambat enzim petidil
transferase sehingga ikatan peptida tidak terbentuk pada sintesis protein kuman.
 Dosis
Dosis yang digunakan untuk kloramfenikol adalah 50-100 mg/kg/hari yang terbagi dalam 4 dosis yang terpisah.
 Efek samping
Gangguan GIT, seperti mual, muntah, diare, kandidiasis oral. Gangguan sumsum tulang, seperti anemia aplastik (ireversibel)
yang merupakan reaksi idiosinkrasi yang tidak berhubungan dengan dosis.
1. Tiamfenikol
Tiamfenikol merupakan antibiotik yang masuk dalam golongan kloramfenikol.
 Indikasi
Digunakan untuk demam tifus, paratifus, infeksi Salmonella typhi, Rickettsia, bakteri gram negatif. Antibiotik ini sangat umum
digunakan untuk pengobatan infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran pencernaan, dan infeksi saluran kemih misalnya gonore.
 Mekanisme kerja
Yaitu biosintesis protein menghambat aktivitas peptidiltransfase, dihambat melalui ikatan pada sub unit 50S. Mempunyai aktivitas
bakteriostatik yang luas baik pada organisme gram positif maupun gram negatif.
 Dosis
Infeksi saluran kemih 500 mg, 4 kali sehari selama 5 hari untuk dewasa. Dosis yang digunakan untuk tiamfenikol adalah 250-500 mg
yang diberikan empat kali sehari. Dosis untuk anak-anak 20-30 mg/kg/BB/hari atau menurut petunjuk dokter.
 Efek samping
Efek samping yang disebabkan pemakaian tiamfenikol adalah reaksi hipersensitivitas/ alergi, gangguan pada saluran pencernaan
seperti mual, muntah, diare. Obat ini dapat menyebabkan sariawan, ensefalopati, sakit kepala, anemia. Jika antibiotik ini digunakan
dalam jangka waktu yang panjang menyebabkan pendarahan, neuritis optik dan perifer.
Macrolides

Penggolongan obat makrolida :

1. Eritromisin
Efektif terhadap organisme yang sama seperti penisilin, karena itu obat ini digunakan pada penderita yang alergi terhadap penisilin.
Diindikasikan untuk pasien hipersensitif terhadap penisilin, enteritis campylobacter, difteri. Dosis yang diberikan peroral untuk usia <2
tahun, 125 mg setiap 6 jam, usia 2−8 tahun, 250 mg setiap 6 jam, dosis digandakan pada infeksi berat, untuk usia > 8 tahun, 250−500 mg
setiap 6 jam, hingga 4 g sehari pada infeksi berat. Hindari pemberian susu dan sayuran yang asam 1 jam sebelum atau sesudah.
2. Azitromisin
Azitromisin efektif terhadap Mavium kompleks dan T gondii. Azitromisin sedikit kurang aktif dari pada eritromisin dan klaritomisin
terhadap stafilokokus dan streptokokus serta sedikit lebih aktif terhadap H influenzae. Azitromisin sangat efektif terhadap klamid
(Katzung, 2012). Sekitar 37% dosis diabsorpsi, dan semakin menurun dengan adanya makanan. Obat ini dapat meningkatkan kadar
SGOT dan SGPT pada hati
3. Klaritromisin
Absorpsi per oral 55% dan meningkat jika diberikan bersama makanan. Obat ini terdistribusi luas sampai ke
paru, hati, sel fagosit, dan jaringan lunak. Metabolit klaritromisin mempunyai aktivitas antibakteri lebih besar
daripada obat induk. Sekitar 30% obat diekskresi melalui urin, dan sisanya melalui feses
Clindamycin

Clindamycin bekerja dengan cara memperlambat dan menghentikan perkembangbiakan bakteri. Berkat kemampuan ini, clindamycin
dapat mengatasi infeksi bakteri pada paru-paru, kulit, sistem pencernaan, sendi dan tulang, organ kelamin, serta jantung. Clindamycin juga
sering menjadi pilihan untuk menangani infeksi gigi saat antibiotik lain, seperti penisilin, tidak memberikan hasil. Meski begitu, obat ini tidak
dapat digunakan untuk mengobati infeksi virus, seperti flu.

Dosis dan Aturan Pakai Clindamycin

Dosis Clindamycin disesuaikan dengan usia, jenis infeksi, dan kondisi pasien. Berikut adalah dosis penggunaan clindamycin berdasarkan bentuk
sediaannya:
Clindamycin kapsul

 Dewasa
150-300 mg tiap 6 jam. Dosis maksimum per kali minum 450 mg dan dosis maksimum perhari 1,8 g.
 Anak
3-6 mg/kgBB tiap 6 jam. Bila berat badan anak kurang dari 10 kg, dosis yang diberikan minimal 37,5 mg tiap 8 jam.

Clindamycin salep dan gel

Clindamycin salep dan gel cukup dioleskan sedikit pada area infeksi, misalnya pada bintik jerawat. Obat ini biasanya dioleskan 1-2 kali sehari
atau sesuai rekomendasi dokter.

Efek Samping dan Bahaya Clindamycin

Efek samping yang dapat terjadi akibat penggunaan clindamycin adalah:

 Munculnya gangguan pencernaan, termasuk, mual, muntah, muncul rasa seperti logam di mulut, serta diare.
 Nyeri saat menelan.
 Nyeri sendi.
 Rasa panas di area dada (heartburn).
 Iritasi pada area kulit yang diolesi clindamycin salep atau gel.
 Ruam kulit yang terasa gatal, hingga kulit mengelupas atau melepuh.
 Sulit menelan.
 Suara menjadi parau.
 Berkurangnya jumlah urine dan frekuensi berkemih.
 Kulit dan mata berwarna kuning (jaundice).
 BAB berdarah.
 Pembengkakan di wajah, mata, lidah, tangan, atau kaki.
 Sesak napas.
Streptogramins

Antibiotik dari kelas streptogramin adalah asosiasi dari dua jenis senyawa yang berbeda secara kimia, molekul kelompok A dan molekul
kelompok B, bertindak dalam sinergi. Kombinasi dari molekul-molekul ini umumnya menghambat pertumbuhan bakteri pada konsentrasi yang
lebih rendah daripada molekul kelompok A atau kelompok B saja dan sering bersifat bakterisidal terhadap strain bakteri yang setiap jenis
molekulnya hanya bersifat bakteriostatik. Streptogramin quinupristin / dalfopristin semisintetik, anggota pertama yang larut dalam air dari kelas
ini, sedang dalam pengembangan untuk pengobatan infeksi parah yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus yang resisten terhadap
methicillin, Staphylococcus epidermidis yang resisten methicillin, penicillus pneumococcus resisten Enterococcus faecium yang tahan
glikopeptida, dan organisme lain. Streptogramin memblokir terjemahan mRNA menjadi protein. Molekul grup A dan grup B mengikat domain
peptidyl-transferase dari ribosom bakteri. Molekul grup B merangsang disosiasi peptidil-tRNA dari ribosom dan dapat mengganggu perjalanan
polipeptida lengkap dari pusat peptidil-transferase. Molekul grup A menghambat pemanjangan rantai polipeptida dengan mencegah pengikatan
aminoasil-tRNA ke situs ribosom A dan pembentukan ikatan peptida. Ketika dua jenis molekul digunakan dalam kombinasi, pengikatan molekul
kelompok A mengubah konformasi ribosom sedemikian sehingga afinitas ribosom untuk molekul B meningkat. Ini menjelaskan, sebagian atau
seluruhnya, untuk sinergi yang diamati.

Nama obat

Streptogramins A = Dalfopristin

Streptogramins B = Quinupristin

Dosis

7.5 mg/kg, pemberian melalui suntikan ke pembuluh darah (intra venous), lakukan setiap 8 jam
Efek Samping Obat

Efek GI (N/V, diare, antibiotik yang dihubungkan dengan diare/kolitis); Efek CNS sakit kepala); Reaksi hipersensitivitas (pruritus,
ruam, anaphylaxis yang agak jarang); Efek hematologis (anemia, eosinophilia, leukopenia, neutropenia); Efek muskoskeletal
(myalgia, arthralgia yang telah terjadi bisa meningkat dengan mengurangi frekuensi dosis); efek hepatic.

Indikasi

Mengobati infeksi serius yang mengancam hidup, yang disebabkan oleh bakteria tertentu.

Instruksi Khusus

1. Berkontraindikasi pada pasien dengan kerusakan hati akut.


2. Gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan disfungsi hati.
3. Bisa menyebabkan perpanjangan jarak gelombang QT (QT interval), gunakan dengan hati-hati pada pasien dengan cardiac arrhythmia.

Anda mungkin juga menyukai