Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Farmakologi merupakan ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan
interaksi antara sebuah sistem dalam mahluk yang hidup dan zat-zat kimia dari
luar yang masuk ke dalam sistem tersebut. Obat dapat diartikan sebagai setiap
molekul kecil yang ketika masuk ke dalam tubuh, akan mengubah fungsi
tubuh melalui berbagai interaksi di tingkat molekuler. Pemberian obat harus
selalu dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengetahuan hayati
(bioscience) yang relevan, dasar evidensi dan pertimbangan hukum.
Banyak fakta yang mengatakan bahwa 80% ibu hamil dan ibu
menyusui terpaksa minum obat karena masalah kesehatan yang mereka alami,
12% ibu hamil mengkonsumsi obat-obat analgetika, sedangkan 9%
menggunakan obat yang diresepkan dokter, akibat penyakit yang menyertai
seperti hipertensi dan asma. Dengan hal demikian akan menimbulkan dampak
kecacatan pada bayi, seperti yang dialami 1 diantara 25 bayi di Australia
mengalami cacat lahir relative berkaitan dengan penggunaan obat.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan obat kategori B?
2. Apa saja jenis-jenis obat kategori B dalam kehamilan?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian obat kategori B.
2. Mengetahui jenis-jenis obat kategori B dalam kehamilan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Obat Kategori B

Obat Kategori B merupakan Studi pada sistem reproduksi binatang


percobaan tidak memperlihatkan adanya resiko terhadap janin, tetapi studi
terkontrol terhadap wanita hamil belum pernah dilakukan. Atau studi terhadap
reproduksi binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping obat
(selain penurunan fertilitas) yang tidak diperlihatkan pada studi terkontrol
pada wanita hamil trimester I (dan tidak ada bukti mengenai resiko pada
trimester berikutnya).

Contoh : acarbose, acyclovir, amiloride, amoxicillin, ampicillin,


azithromycine, bisacodyl, buspirone, caffeine, cefaclor, cefadroxil, cefepime,
cefixime, cefotaxime, ceftriaxone, cetirizine, clavulanic acid, clindamycine,
clopidogrel, clotrimazole, cyproheptadine, dexchlorpheniramine oral,
dicloxaciline, dobutamin, erythromycin, famotidin, fondaparinux sodium,
fosfomycin, glibenclamide + metformin oral, glucagon, ibuprofen oral,
insulin, kaolin, ketamine, lansoprazole, lincomycin, loratadine, meropenem,
metformin, methyldopa, metronidazole, mupirocin, pantoprazole, paracetamol
oral, ranitidine, sucralfat, terbutalin, tetracycline topical, tranexamic acid,
ursodeoxycholic acid, vancomycin oral.

Mungkin dapat diterima oleh wanita hamil, telah melalui penelitian


pada hewan coba namun belum ada bukti penelitian langsung pada manusia.

2
B. Jenis-jenis Obat Kategori B

1. Acarbose

Acarbose merupakan salah satu jenis atau golongan dari antidiabetes


yang bekerja dengan menurunkan kadar gula darah. Pada dasarnya
penggunaan obat ini terbilang aman meski kerap terjadi gangguan
pencernaan seperti diare dll.

Acarbose digunakan untuk perawatan penyakit diabetes tipe 2 yang


bekerja dengan cara mengontrol gula darah pasien. Gula darah pasien dapat
dikontrol dengan obat ini karena obat ini dapat menghambat proses
pencernaan pada sistem tubuh pasien. Lebih tepatnya memperlambat
dicernanya karbohidrat yang masuk. Obat ini biasanya diberikan pada
pengidap diabetes sebagai obat tambahan. Bukan obat utama.

Obat utama diabetes diantaranya insulin, metformin, sulfonilurea. Dan


acarbose ini baik bila dikonsumsi bersamaan dengan obat-obat tersebut
karena dapat mengendalikan diabetes. Dan juga kombinasi yang dilakukan
ini sangat baik jika penggunaan obat tunggal sudah tidak mempan bagi
beberapa pasien.

Karena obat ini dapat digunakan untuk menurunkan kadar gula darah,
maka pasien akan terhindar dari penyakit lain yang biasanya menghinggapi
pasien diabetes. Resiko penyakit lain yang dimaksud adalah kerusakan
ginjal, stroke hingga serangan jantung. Kadar gula darah sebenarnya bisa
diturunkan dengan menjalani diet ataupun latihan fisik lainnya. Tapi
biasanya hal tersebut tidak cukup ampuh sehingga dibutuhkan obat ini.

a. Nama zat aktif

Nama Obat: Acarbose


Golongan: Antidiabetes, inhibitor alfa-glukosidase
Tersedia dalam bentuk tablet: 25mg, 5 mg, 100mg

3
b. Merek dagang

Merk Dagang: Precose

Termasuk ke dalam golongan antidiabetes, Acarbose ini sangat


laku dipasaran. Beberapa merek dagang yang dijual dipasaran adalah
Acrios, Eclid, Glubose dan Glucobay dan biasanya tersedia dalam
bentuk tablet.

c. Indikasi

Untuk diabetes melitus tipe 2, terapi tunggal atau digabung


dengan pengobatan sulfonilurea.

d. Kontraindikasi

 Wanita hamil atau sedang merencenakan kehamilan.


 Perempuan menyusui
 Pasien dengan gangguan ginjal, hati, lambung
 Orang yang tengah menjalani diet diabetes
 Orang yang memiliki berbagai penyakit usus kronis.
 Anak usia dibawah 18 tahun.
 Pasien yang memiliki hipersensitivitas atau reaksi berlebihan
terhadap kandungan acarbose atau kandungan bahan lain yang
ditandai dengan perasaan terbakar pada bagian tubuh ataupun
kesemutan.

e. Efek samping

Penggunaan obat pasti memiliki efek samping yang merugikan


pada tubuh penggunanya. Efek samping ini seringkali tidak dapat
dihindari karena berbagai reaksi kandungan obat pada kondisi tubuh
pasien.

Tidak setiap efek samping dapat terjadi pada pasien, tapi


kemungkinannya tetap ada. Jadi kita harus mengetahui efek samping

4
yang mungkin terjadi dari obat yang kita gunakan agar kita lebih
waspada dan hati-hati ketika menggunakannya.

 Perut kembung
 Diare dan sakit perut
 Gangguan pencernaan
 Kram Perut
 Mual dan muntah
 Sembelit
 Pendarahan yang tidak biasa pada hidung, mulut, vagina ataupun
dubur.
 Ruam pada kulit
 Eritema atau kemerahan pada kulit
 Eksantema atau infeksi akut pada kulit yang disebabkan oleh bakteri.
Biasanya penyakit ini menyerang bayi dan mirip dengan campak.
 Urtikaria atau kemerahan pada kuit yang memiliki rasa gatal luar
biasa.
 Hipoglikema atau kadar gula darah rendah
 Peningkatan level serum transamin pada tubuh
 Kadar gula darah yang berubah-ubah dan tidak dapat dikontrol
 Pembengkakan pada bagian wajah dan lidah
 Penyakit kuning
 Hepatitis fulminan atau kerusakan jaringan hati yang parah.

Segeralah hubungi dokter jika pasien mengalami efek samping di


atas agar dokter dapat menindaklanjutinya dengan cepat sebelum kondisi
pasien lebih parah. Efek samping yang dituliskan di atas tidak berarti
semua efek samping yang sering terjadi. Terbagi menjadi efek samping
yang ringan, sedang hingga serius. Kemungkinannya pun terbagi
menjadi efek samping yang umum, sering terjadi dan jarang terjadi
dengan presentasenya masing-masing.

5
f. Peringatan

 Tidak ada penelitian klinis tentang bukti penurunan risiko


makrovaskuler dengan acarbosa atau obat antidiabetes lainnya
 Penggunaan bersamaan dengan sulfonilurea atau insulin berisiko
terjadi hipoglikemia; tangani hipoglikemia dengan glukosa oral
(dekstrosa) dan jangan sukrosa

Hal-hal umum yang harus diperhatikan adalah :

1. Minumlah obat sebelum makan


2. Selama masa penggunaan acarbose, pasien tidak diperbolehkan untuk
mengonsumsi sukrosa (gula biasa)
3. Minum obat secara teratur. Jika obat harus diminum sebanyak 3 kali
dalam sehari maka konsumsi per 8 jam sekali. Jika dua kali sehari
berarti per 12 jam.
4. Untuk membantu pasien mengonsumsi obat pada jam yang sama
buatlah alarm atau koordinasikan dengan orang terdekat di rumah.
5. Penggunaan obat harus diiringi dengan pengaturan pola makan dan
olahraga yang teratur untuk membantu mengendalikan gula darah.
6. Obat hanya boleh dikonsumsi oleh pasien usia 18 tahun ke atas.
7. Dapat diminum bersamaan dengan obat antidiabetes lainnya seperti
insulin, dll. Jika hal ini dilakukan maka harus ada penyesuaian dosis
kembali.
8. Salah satu efek penggunaan obat ini adalah rasa kantuk, pusing dan
penglihatan buram. Maka dari itu hindari berkendara atau mengemudi
setelah meminum obat untuk menghindari kecelakaan.
9. Hindari pengomsumsian alkohol dan tembakau.

g. Penyimpanan

1. Simpan pada suhu ruangan stabil (25 derajat celcius)


2. Jauhkan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan
3. Cek masa kaduwarsa obat secara berkala kemudian pisahkan antara
obat yang telah kadaluwarsa dengan obat yang masih layak pakai

6
4. Jangan buang obat ke saluran pembuangan atau drainase kecuali
sesuai dengan instruksi dokter
5. Jangan simpan di toilet ataupun tempat lembab lainnya
6. Hindarkan dari suhu panas ataupun cahaya sinar matahari langsung
(direct sun)
7. Jangan simpan obat terlalu lama di dalam mobil karena akan
kepanasan. Dan panas dapat menyebabkan obat mengalami kerusakan
yang lebih cepat.

h. Dosis

Dosis harus dikonsumsi dengan baik dan benar sesuai dengan


anjuran dan resep dokter. Karena kekurangan dosis dapat menyebabkan
efek obat tidak berjalan secara optimal sedangkan kelebihan dosis dapat
menyebabkan keracunan dan overdosis. Di pasaran terdapat acarbose
bentuk tablet dengan berbagai varian dosis. Diantaranya 25 mg, 50 mg
dan 100 mg.

 Pada Pengobatan Awal

Pada masa awal pengobatan, acarbose diberikan sebanyak 50 –


150mg / hari. Dokter akan melihat reaksi pasien, jika responnya baik
maka dosis akan ditingkatkan menjadi 150mg atau hari dalam kurun
waktu 2 bulan.

 Sesuai Berat Badan

Dosis maksimal yang dapat diberikan adalah 3 kali dalam sehari


sebanyak 200mg tergantung berat badan pasien. Dosis yang diberikan
akan berbeda jika penggunaan obat digunakan bersamaan dengan
antidiabetes lainnya.

Jika ada dosis yang terupalan maka harus segera diminum. Itupun
hanya jika waktu menuju pamakaian dosis berikutnya masih lama
(sekitar 5 jam). Bila mendekati pada waktu dosis berikutnya sebaiknya
dilewat saja dan lanjutkan sesuai jadwal untuk menghindari overdosis.

7
2. Acyclovir

a. Nama zat aktif

Acyclovir adalah obat anti virus yang sering digunakan untuk


pengobatan infeksi virus herpes simplex, cacar air, dan herpes zoster
(shingles/cacar api).

Nama: Acyclovir
Kelas: Antivirus, anti HSV, Anti VZV

b. Merek dagang

Nama Dagang: Zovirax, Acifar, Matrovir, Zovirax Tablet

Tersedia dalam bentuk:

 Tablet 200mg
 Tablet 400mg
 Salep Mata (Salep Acyxlovir 3%)
 Salep Kulit (Salep Acyclovir 5%)

c. Indikasi

 Pengobatan virus herpes simplex pada kulit dan selaput lendir,


termasuk herpes genitalis inisial dan rekuren. Pengobatan infeksi
herpes zoster dan varicella.
 Asiklovir digunakan untuk mengobati infeksi virus herpes
simpleks dan virus varicella zoster, termasuk:

1. Herpes simpleks genital (pengobatan dan pencegahan)


2. Herpes simpleks neonatus (bayi baru melahirkan)
3. Herpes simpleks labialisHerpes zoster
4. Cacar air pada pasien imunokompromais
5. Herpes simpleks ensefalitisInfeksi HSV mukokutan akut pada
pasien imunokompromaisHerpes simpleks keratitis (pada mata)
dan herpes simpleks blefaritis (bentuk kronis dari infeksi herpes

8
mata)Pencegahan dari virus herpes pada pasien imunokompromais
(seperti pasien yang menjalani kemoterapi kanker)

 Tetapi asiklovir peroral, tidak menunjukan penurunan risiko rasa


nyeri pada herpes zoster.[15]Pada pasien herpes di mata, asiklovir
ditemukan lebih efektif daripada idoksuridin atau vidarabin dengan
membandingkan tingkat keberhasilan mata yang dapat
disembuhkan[butuh pemutakhiran]
 Asiklovir intravena efektif untuk mengobati penyakit yang
parah yang disebabkan oleh spesies yang berbeda dari famili
herpesviridae, termasuk infeksi lokal parah dari virus herpes, herpes
genital parah, cacar air, dan herpes ensefalitis. Obat ini juga efektif
mengobati infeksi herpes sistemik, eksem yang disebabkan herpes
dan meningitis yang disebabkan herpes simpleks. Tinjauan penelitian
dari tahun 1980-an menunjukkan adanya efek dalam mengurangi
jumlah dan durasi lesi herpes jika asiklovir diberikan di tahap awal
infeksi.[ Penelitian terbaru menunjukkan efektivitas dari asiklovir
topikal untuk mengurangi jumlah lesi pada infeksi tahap awal dan
akhir. Dari hasil percobaan, asiklovir tidak memiliki efek dalam
mencegah transmisi HIV, tetapi dapat membantu memperlambat
perkembangan HIV pada pasien yang tidak mengonsumsi obat
antiretroviral (ART). Hasil temuan ini menekankan pentingnya
pengujian obat non-ART yang sederhana dan murah, seperti asiklovir
dan kotrimoksazol, pada pasien HIV.

Kehamilan

 Asiklovir diklasifikasikan sebagai obat Kategori B,[19] CDC telah


menyatakan bahwa asiklovir dapat digunakan pada herpes
genitali rekuren.
 Untuk infeksi HSV yang parah, asiklovir intravena dapat digunakan.
 Studi pada mencit, kelinci, dan tikus (dengan dosis setara dengan 10
kali lebih tinggi dari yang digunakan pada manusia) yang diberikan
selama organogenesis gagal menunjukkan adanya kecacatan pada
bayi hewan tersebut

9
 Penelitian pada tikus yang diberikan dosis setara dengan 63 kali lebih
tinggi dari dosis manusia pada 10 hari gestasi menunjukkan adanya
anomali pada kepala dan ekor.
 Asiklovir direkomendasikan oleh CDC untuk pengobatan Varicella
selama kehamilan, terutama selama trimester kedua dan ketiga
 Asiklovir diekskresikan di ASI, oleh karena itu dianjurkan untuk
berhati-hati ketika digunakan pada wanita yang sedang
menyusui. Dalam studi pengujian yang terbatas menunjukkan bayi
yang menyusui terpapar kira-kira 0,3 mg/kg/hari setelah pemberian
asiklovir oral pada ibu. Jika ibu memiliki lesi herpes di dekat atau di
payudara, menyusui harus dihindari.

d. Kontraindikasi

Hipersensitivitas atau alergi terhadap antibiotik asiklovir.

e. Efek samping

 Efek samping Asiklovir yang dapat terjadi : tuam kulit dan gangguan
pencernaan seperti mual, muntah, diare dan sakit perut.
 Terapi sistemik. Efek obat yang tidak diinginkan umumnya (≥1% dari
pasien) berkaitan dengan terapi asiklovir sistemik (peroral atau
intravena) termasuk: mual, muntah, diare, encefalopaty (hanya pada
penggunaan intravena), reaksi pada tempat injeksi (hanya pada
penggunaan intravena) dan sakit kepala.
 Dalam dosis tinggi, halusinasi mungkin terjadi. Efek yang tidak
diinginkan yang jarang (0.1–1% dari pasien) antara lain: vertigo,
kebingungan, pusing, edema, arthralgia, sakit tenggorokan, sembelit,
sakit perut, hilang rambut, ruam dan lemah.
 Efek yang tidak diinginkan yang langka (<0.1% dari pasien) antara
lain: koma, kejang, neutropenia, leukopenia, kristaluria, anoreksia,
kelelahan, hepatitis, sindrom Stevens–Johnson, toxic epidermal
necrolysis, thrombotic thrombocytopenic purpura dan anaphylaxis.
 Asiklovir intravena juga dapat menyebabkan nefrotoksisitas
reversibel hingga 5%-10% dari pasien karena pengendapan kristal

10
asiklovir di ginjal, efek ini dapat berakhir dengan penghentian
pemberian asiklovir. Nefropati yang disebabkan kristal asiklovir lebih
umum terjadi ketika asiklovir diberikan secara infusa cepat dan pada
pasien dengan dehidrasi atau gangguan ginjal. Hidrasi yang cukup,
kecepatan infus lebih rendah, dan pemberian dosis sesuai fungsi renal
dapat mengurangi risiko ini.

Terapi Topikal

 Krim asiklovir dapat menyebabkan (≥1% dari pasien) kulit mengering


atau sensasi terbakar di kulit. Efek yang tidak diinginkan yang jarang
antara lain eritema atau gatal-gatal. Ketika diberikan di mata,
asiklovir menyebabkan (≥1% dari pasien) sensasi menyengat di mata.
Terkadang asiklovir oftalmik menyebabkan (0.1–1% dari
pasien), superficial punctate keratitisatau reaksi alergi.

f. Peringatan

 Acyclovir tidak boleh digunakan selama masa kehamilan kecuali bila


manfaat yang didapat jauh lebih besar daripada risikonya baik
terhadap ibu maupun janin.
 Hati-hati pemberian pada wanita yang sedang menyusui.

g. Dosis

Kondisi Dosis

Infeksi herpes simplex primer Dewasa: 200 mg, dikonsumsi 5 kali


sehari selama 5-10 hari.Dewasa dengan
sistem kekebalan tubuh yang sangat
lemah: 400 mg sebanyak 5 kali dalam
sehari.

11
Anak-anak di bawah 2 tahun: separuh
dosis orang dewasa.
Dewasa: 800 mg per hari yang dibagi ke
Herpes simplex berulang
dalam 2-4 dosis.

Perlindungan herpes simplex bagi Dewasa: 200-400 mg, dikonsumsi 4 kali


pasien dengan sistem kekebalan sehari.Anak-anak di bawah 2 tahun:
tubuh lemah separuh dosis orang dewasa.

Dewasa: 800 mg, dikonsumsi 5 kali


Cacar api (herpes zoster/shingles)
dalam sehari

Dewasa: 800 mg, dikonsumsi 4-5 kali


sehariAnak-anak di atas 2 tahun: 20
Cacar air
mg/kg berat badan, dikonsumsi 4 kali
sehari. Dosis maksimal adalah 800 mg.

Herpes simplex, untuk pasien dengan Kadar kreatinin di bawah 10: 200 mg,
kerusakan ginjal dikonsumsi tiap 12 jam.

Kadar kreatinin di bawah 10: 800 mg,


Cacar air atau cacar api, untuk pasien
dikonsumsi tiap 12 jam.Kadar kreatinin
dengan kerusakan ginjal
10-25: 800 mg, dikonsumsi tiap 8 jam.

3. Amoxicillin

Amoxicillin adalah obat golongan antibiotika yang termasuk ke


dalam kelompok penisilinsemi sintetis yang pemakaianya dengan cara
diminum (oral). Obat lain yang termasuk ke dalam golongan ini antara
lain Ampicillin, Piperacillin, Ticarcillin. Karena berada dalam satu
golongan maka semua obat tersebut mempunyai mekanisme kerja yang
mirip. Obat ini tidak membunuh bakteri secara langsung tetapi dengan cara
mencegah bakteri membentuk semacam lapisan yang melekat disekujur

12
tubuhnya. Lapisan ini bagi bakteri berfungsi sangat vital yaitu untuk
melindungi bakteri dari perubahan lingkungan dan menjaga agar
tubuh bakteri tidak tercerai berai. Bakteri tidak akan mampu bertahan hidup
tanpa adanya lapisan ini. Amoxicillin sangat efektif untuk
beberapa bakteri seperti H. influenzae, N. gonorrhoea, E.
coli, Pneumococci, Streptococci, dan beberapa strain dari Staphylococci.

a. Nama zat aktif

 Amoxicillin Natrium

Nama resmi : amoxicillin

Nama lain : amoksisilin

RM/BM : C16H19N3O5S/365,4

Rumus struktur :

Pemerian : serbuk putih atau hampit putih: sangat higroskopik

Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam
etanol; sangat sukar larut dalam aseton; praktis tidak larut
dalam kloroform dan dalam eter.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik dan terlindung dari cahaya

 Aqua pro injeksi

Nama resmi : Aqua pro injektione

Nama lain : air untuk injeksi

RM/BM : H2O/18,02

13
Pemerian : keasaman-kebasaan; ammonium; besi; tembaga; timbale;
kalsium; klorida; nitrat; sulfat; at teroksidasi memenuhi syarat
yang tertera pada akua destilata

Penyimpanan : dalam wadah tertutup kedap

Menurut BNF, hal 293

Amoksisilin (amoksisilin) merupakan turunan ampisilin dan


memiliki spektrum antibakteri yang sama. lebih baik diserap daripada
ampicillin bila diberikan melalui mulut, konsentrasi plasma dan jaringan
lebih tinggi. tidak seperti ampisilin, penyerapannya tidak terpengaruh
oleh kehadiran makanan dalam perut.

Menurut martindale, hal 203

Amoksisilin diberikan secara oral sebagai trihydrate dan dengan


suntikan sebagai garam natrium.

Menurut AHFS Drug Information hal: 1909

Amoxicillin umumnya stabil dalam sekresi asam lambung, dan


74-92% dosis tunggal obat diabsorbsi dalam GI. Amoxicillin diabsorbsi
lebih lengkap dalam gastrointestinal dibanding ampicillin, konsentrasi
peak serum amoxicillin umumnya 2-2.5 kali lebih tinggi dibanding
ampicillin dengan dosis yang sama. Ketika dosis oran amoxicillin
meningkat, fraksi terabsorbsi di saluran GI hanya menurun sedikit dan
konsentrasi peak serum dan AUC meningkat secara linear dengan
meningkatnya dosis

14
Golongan Penisilin

Kategori Obat resep

Mengatasi infeksi akibat bakteri, terutama


pada gigi, saluran kemih, telinga, hidung,
Manfaat
tenggorokan, saluran pernapasan, saluran
pencernaan, dan kelamin (misalnya gonore).

Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak

Bentuk Kapsul, tablet, sirup, sirup kering, suntikan

Kategori B: obat-obatan yang digunakan


oleh sejumlah wanita hamil dan menyusui
Kategori kehamilan
tanpa disertai bukti adanya dampak buruk
atau kecacatan bagi janin.

b. Merek dagang

Amoxsan, Arcamox, Kalmoxillin, Laprimox, Mokbios, Opimox,


Pehamoxil, Solpenox, Widecillin

c. Indikasi

Amoxicillin digunakan untuk melawan bakteri yang


menyebabkan infeksi pada beberapa bagian tubuh berikut: Infeksi pada
telinga, hidung, dan tenggorokan yang disebabkan oleh Sterptococcus,
Streptococcus penumonia, Staphylococcus spp dan Haemophilus
influenza. Infeksi pada saluran pencernaan dan kemih yang disebabkan
oleh Eschericia coli tipe berbahaya yang menyebabkan diare. Infeksi
Saluran kemih yang disebabkan oleh Enterococcus faecalis. Infeksi pada
kulit yang disebabkan oleh Steptococcus spp, Staphylococcus spp dan E.

15
Coli. Infeksi pada saluran pernapasan bawah yang disebabkan oleh
bakteri Streptococcus spp, S. Peneumonia, Staphylococcus spp dan H.
Influenza. Amoxicillin yang dikombinasikan dengan clarithromycin dan
lansoprazole dapat digunakan untuk mengatasi infeksi Helicobacter
pylori dan penyakit ulkus usus. Memberantas bakteri H. Pylori terbukti
mengurangi risiko kekambuhan ulkus usus.

d. Kontraindikasi

Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini, penderita yang


diketahui pernah mengalami alergi terhadap antibiotik penisilinum atau
cephalosporin tidak diperbolehkan menggunakan antibiotik ini.

e. Efek samping

Walau jarang terjadi, amoxicillin dapat menyebabkan efek


samping yang tidak diinginkan. Beberapa efek samping yang mungkin
terjadi adalah:

 Mual dan muntah

 Mengalami diare

 Sakit kepala

 Ruam

 Segera hentikan penggunaan amoxicillin lalu temui dokter atau pergi


ke rumah sakit terdekat apabila timbul ruam, pembengkakan pada
wajah atau mulut, atau kesulitan bernapas setelah mengonsumsi obat
ini. Gejala tersebut menandakan adanya alergi terhadap obat.

f. Peringatan

Sebelum dan selama menggunakan obat ini, harap perhatikan


hal-hal dibawah ini: Selalu konsumsi obat ini berdasarkan resep dari
dokter terutama untuk anak-anak. Jelaskan kepada dokter jika
sebelumnya Anda memiliki riwayat alergi terhadap antibiotik tertentu.

16
Karena obat ini diekresikan melalu urin pada ginjal. Berhati-hatilah
menggunakannya pada orang dengan gangguan fungsi ginjal.
Penyesuaian dosis biasanya juga dilakukan untuk pasien gagal ginjal.
Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita penurunan fungsi hati
Sumber: Amoxicillin : Kegunaan, Dosis, Efek Samping - Mediskus

g. Dosis

17
Kondisi Dosis

Dewasa: 3 gram,
Abses gigi
diulang sesudah 8 jam

Dewasa : 3 gram
Infeksi saluran kemih diulang setelah 10-12
jam

Infeksi saluran pernapasan parah atau


Dewasa: 3 gram
berulang

Dewasa: 750 atau 1000


Infeksi H. pylori
mg

Infeksi gonore Dewasa: 3 gram

Dewasa: 250-500 mg
setiap 8 jam atau 500-
Aktinomikosis, infeksi saluran empedu,
875 mg setiap 12
bronkitis, endokarditis, gastroenteritis,
jamAnak: di bawah 40
infeksi mulut, otitis media, pneumonia,
kg: 40-90 mg/kg berat
gangguan limpa, demam tifoid dan
badan setiap hari, dibagi
paratifoid, infeksi saluran kemih
dalam 2-3 dosis.
Masimal: 3 gram/hari

Dewasa: 775 mg untuk


Faringitis dan tonsilitis
10 hari

250-500 mg setiap 24
Pasien hemodialisis (cuci darah)
jam

18
Dosis Untuk Anak

 Sirup oral 50mg/5mL125mg/5mL200mg/5mL250mg/5mL


 Kapsule : 250mg500mg
 tablet: 500mg875mg
 tablet, chewable: 125mg250mg
 tablet, extended release (Moxatag): 775 mg

4. Ampicilin
a. Nama zat aktif:
Nama: Ampicillin (ampisilin)

Jenis Obat: Antibiotik penicillin


Golongan: Obat Keras, Obat Resep
Bentuk Sediaan Obat: Tersedia dalam kemasan tablet, kaplet atau
kapsul 250 mg, 500 mg atau 1000 mg dan 125 mg/ 5 ml sirup atau 250
mg/ 5 ml sirup forte dan obat suntik
Ampicillin adalah kelompok obat antibiotik penisilin. yang dapat
digunakan untuk mengatasi infeksi akibat bakteri, seperti infeksi saluran
pernapasan, saluran pencernaan, jantung (endokarditis), saluran kemih,
kelamin (gonore), dan telinga. Obat yang termasuk ke dalam golongan
antibiotik penisilin ini bekerja dengan cara membunuh bakteri penyebab
infeksi.

b. Merek dagang :
Principen, penbiotic, lactapen,ambripen, decapen, polypen,
bannsipen,broadapen,bimapen, aktoralin, amcillin, ampicillin,
corsacillin, dancillin, erphacillin, kalpicilin, metacillin, mycill, opicillin,
parpicillin, penbritin, primacillin, rampicillin, sanpicillin, varicillin,
viccilin, xepacillin, yekacillin, ampi.

c. Indikasi:
Infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, infeksi pada mulut,
bronkitis, uncomplicated community- acquired pneumonia,

19
infeksi haemophillus influenza, salmonellosis invasive, listerial
meningitis.

d. Kontraindikasi:
Penggunaan antibiotik ampisilin (ampicillin) harus dihindari pada
pasien hipersensitifitas pada ampisilin (ampicillin) dan antibiotika bata
laktam lainnya seperti penicillin dan cephalosporin.

e. Efek Samping:
Mual, muntah, diare; ruam (hentikan penggunaan), jarang terjadi
kolitis karena antibiotik

f. Peringatan:
Riwayat alergi, gangguan ginjal, ruam eritematous umumnya
pada glandular fever, infeksi sitomegalovirus, dan leukemia limfositik
akut atau kronik. Pemakaian dosis tinggi atau jangka lama dapat
menimbulkan superinfeksi terutama pada saluran pencernaan. Jangan
diberikan pada bayi baru lahir dan ibu yang hipersensitif terhadap
penisilin. Pada penderita payah ginjal, takaran harus dikurangi.
Keamanan pemakaian pada wanita hamil belum diketahui dengan pasti.
Hati-hati kemungkinan terjadi syok anafilaktik.

g. Interaksi Obat:
Berikut ini adalah beberapa interaksi yang mungkin saja dapat terjadi
jika menggunakan ampicillin bersama dengan obat lain. Di antaranya adalah:
 Mengurangi khasiat vaksin tifus.
 Meningkatkan risiko perdarahan yang dimiliki obat warfarin.
 Mengurangi pembuangan obat methotrexate, yang dapat
meningkatkan risiko keracunan.
 Meningkatkan risiko gangguan pada kulit jika digunakan bersama
dengan allopurinol.
 Menurunkan efektivitas ampicillin jika digunakan bersama dengan
chloroquine,

20
 chloramphenicol, erythromycin, dan tetracycline.

h. Dosis:
Oral: 0,25-1 gram tiap 6 jam, diberikan 30 menit sebelum makan.
ANAK di bawah 10 tahun, ½ dosis dewasa. Infeksi saluran kemih, 500
mg tiap 8 jam; ANAK di bawah 10 tahun, setengah dosis dewasa. Injeksi
intramuskular atau injeksi intravena atau infus, 500 mg setiap 4-6 jam;
ANAK di bawah 10 tahun, ½ dosis dewasa; Endokarditis (dalam
kombinasi dengan antibiotik lain jika diperlukan), infus intravena, 2 g
setiap 6 jam, ditingkatkan hingga 2 g setiap 4 jam, dalam endokarditis
enterokokus atau jika ampisilin digunakan tunggal; Listerial meningitis
(dalam kombinasi dengan antibiotik lain), infus intravena, 2 g setiap 4
jam selama 10–14 hari; NEONATAL 50 mg/kg bb setiap 6 jam; BAYI
1-3 bulan, 50-100 mg/kg bb setiap 6 jam; ANAK 3 bulan – 12 tahun,
100 mg/kg bb setiap 6 jam (maksimal 12 g sehari).

5. Cefadroxil
a. Nama zat aktif
Nama Generik: Cefadroxil
Cefadroxil adalah obat antibiotik untuk mengobati berbagai infeksi
bakteri seperti:

 Infeksi bakteri pada paru-paru dan saluran udara (termasuk saluran


hidung, sinus, dan tenggorokan) seperti sinusitis, brokitis, dan
pneumonia.
 Infeksi bakteri pada telinga, hidung, atau tenggorokan, misalnya otitis
media, faringitis, dan tongsilitis.
 Infeksi pada kulit atau jaringan lunak, misalnya abses, selulitis,
mastitis, erisipelas.
 Infeksi bakteri pada ginjal misalnya pielonefritis.
 Infeksi bakteri pada saluran kemih.
 Infeksi kandungan.
 Infeksi bakteri tulang seperti osteomielitis.
 Infeksi bakteri sendi seprti septic arthritis.

21
Cefadroxil obat golongan antibiotik sefalosporin. Cefadroxil obat
yang bekerja dengan menghentikan pertumbuhan bakteri. Antibiotik
cefadroxil hanya mengobati infeksi bakteri dan tidak dapat digunakan
untuk infeksi virus seperti demam biasa atau flu. Penggunaan antibiotik
cefadroxil yang berlebihan atau tidak diperlukan akan mengurangi
efektivitas dan membangun kekebalan pada antibiotik tersebut.

b. Nama dagang/pasaran
Cefadroxil, Cefat, Lostacef, Dexacef, Qidrox, Kelfex, Longcef,
Osadrox Netfad, Opicef/Opicef Forte, Pyricef, Renasistin, Roksicap,
Staforin, Tisacef, Trodoxil/Trodoxil Forte, Valos, Vocefa/Vocefa Forte,
Vroxil, Yaricef, Alxil, Bidicef, Biodroxil, Cefadroxil Hexpharm,
Cefadroxil Indo Farma, Cefadroxil Soho, Dexacef, Doxef, Duricef,
Ethicef, Kelfex, Longcef, Osadrox, Puspadroxile, Qidrox/Qidrox Forte,
Sedrofen

c. Indikasi
Untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang peka
seperti :

 Infeksi saluran pernafasan : infeksi oleh bakteri Streptococcus


pyogenes, penyebab penyakit radang tenggorokan atau tonsilitis
streptokokus, faringitis, pneumonia, otitis media.
 Infeksi kulit dan jaringan lunak : Infeksi kulit yang umum termasuk
impetigo.
 Infeksi saluran kemih (isk) dan kelamin : Pyelonephritis (infeksi
bakteri pada ginjal).
 Obat ini digunakan juga untuk pencegahan (profilaksis antibiotic)
endocarditis sebelum operasi gigi, terutama untuk pasien yang alergi
terhadap antibiotik golongan penisilin.
 Infeksi lain: osteomielitis dan septisemia.

d. Kontra indikasi
Kontra Indikasi: Penderita yang hipersensitif terhadap sefalosporin.

22
e. Efek samping
Efek samping cefadroxil yang mungkin terjadi :

 Kebanyakan efek samping cefadroxil yang tidak begitu serius adalah


mual, muntah, sakit perut, diare ringan, otot kaku, nyeri sendi,
perasaan gelisah, perasaan tidak menyenangkan pada mulut, gatal
ringan atau ruam kulit dan gatal pada vagina.
 efek samping yang lebih parah seperti diare yang berair atau
berdarah, demam, menggigil, nyeri tubuh, gejala flu, perdarahan yang
tidak biasa atau memar, kejang – kejang, pucat atau kulit menguning,
urine berwarna gelap, kebingungan, jaundice (menguningnya kulit
atau mata), pembengkakan kelenjar, ruam atau gatal-gatal, nyeri
sendi, sakit tenggorokan dan sakit kepala yang parah, peningkatan
rasa haus, kehilangan nafsu makan, merasa sesak napas, kencing lebih
sedikit dari biasanya atau tidak sama sekali.
 Kebanyakan obat antibiotik termasuk cefadroxil dapat menyebabkan
diare, yang bisa saja merupakan tanda dari infeksi baru. Jika diare
terjadi sangat berat misalnya berair atau memiliki darah di dalamnya,
segera hubungi dokter anda. Jangan menggunakan obat untuk
menghentikan diare kecuali atas petunjuk dokter.

f. Peringatan
Hati-hati menggunakan obat ini pada penderita dengan fungsi
hati dan ginjal yang rusak terutama pada pemakaian obat dalam jangka
waktu panjang.
Cefadroxil dapat keluar bersama ASI (air susu ibu) sehingga
pemakaian obat ini untuk ibu menyusui sebaiknya dihindari
Jangan gunakan obat ini apabila Anda alergi pada antbiotik
cefadroxil atau pada antibiotik cephalosporin lain seperti:
 Cefaclor (Raniclor)
 Cefazolin (Ancef)
 Cefdinir (Omnicef)
 Cefditoren (Spectracef)
 Cefpodoxime (Vantin)

23
 Cefprozil (Cefzil)
 Ceftibuten (Cedax)
 Cefuroxime (Ceftin)
 Cephalexin (Keflex)
 Cephradine (Velosef); dan lainnya

Sebelum menggunakan obat ini beritahu dokter apabila Anda


memiliki alergi terhadap obat-obatan apapun (khususnya penicillin), atau
apabila Anda memiliki:
 Penyakit ginjal
 Riwayat masalah usus, seperti colitis
Apabila Anda memiliki kondisi-kondisi di atas, Anda harus
menyesuaikan dosis atau melakukan tes-tes khusus untuk mengonsumsi
obat ini dengan aman.
Suspensi obat ini mengandung sukrosa. Diskusikan dengan
dokter sebelum menggunakan obat ini dalam bentuk suspensi apabila
Anda menderita diabetes.

g. Dosis

Dewasa:

 Infeksi saluran kemih:


Infeksi saluran kemih bagian bawah, seperti sistitis : 1 – 2 g sehari
dalam dosis tunggal atau dua dosis terbagi, infeksi saluran kemih
lainnya 2 g sehari dalam dosis terbagi.
 Infeksi kulit dan jaringan lunak:
1 g sehari dalam dosis tunggal atau dua dosis terbagi.
 Infeksi saluran pernafasan:
Infeksi ringan, dosis lazim 1 gram sehari dalam dua dosis terbagi.
Infeksi sedang sampai berat, 1 – 2 gram sehari dalam dua dosis
terbagi.

24
 Untuk faringitis dan tonsilitis yang disebabkan oleh Streptococcus
beta-hemolytic : 1 g sehari dalam dosis tunggal atau dua dosis terbagi,
pengobatan diberikan minimal selama 10 hari.

Anak-anak:

 Infeksi saluran kemih, infeksi kulit dan jaringan lunak : 25 – 50


mg/kg BB sehari dalam dua dosis terbagi.
 Faringitis, tonsilitis, impetigo : 25 – 50 mg/kg BB dalam dosis
tunggal atau dua dosis terbagi.
 Untuk infeksi yang disebabkan Streptococcus beta-hemolytic,
pengobatan diberikan minimal selama 10 hari.

6. Cetirizine

a. Nama Zat Aktif

Nama : Cetirizine

Jenis Obat: Obat resep

Golongan: Antihistamin (antialergi)

Cetirizine adalah obat golongan antihistamin yang dapat


digunakan untuk mengatasi gejala-gejala alergi, sseperti pilek, hidung
tersumbat, mata berair, bersin-bersin, rasa gatal pada mata atau hidung,
serta ruam pada kulit.

Cetirizine bekerja dengan cara menghalangi kerja senyawa


histamin yang diproduksi oleh tubuh. Senyawa inilah yang
menyebabkan gejala alergi. Meskipun begitu, cetirizine tidak dapat
digunakan untuk mencegah biduran atau untuk mencegah dan mengatasi
reaksi alergi yang parah seperti syok anafilaktik.

25
b. Merek Dagang

Alergine, Capritazin, Cerini, Cetinal, Cetrol, Cetymin, Estin,


Falergi, Hislorex, Intrizin, Lerzin, Ozen, Ritez, Ritez FT, Rybest, Ryvel,
Ryzen, Simzen, Tiriz, Yarizine, Zenriz, Zine

c. Indikasi
Cetirizine digunakan untuk mengobati alergi dingin seperti
hayfever, alergi sepanjang tahun seperti bersin-bersin karena bulu
hewan, alergi debu, dan alergi kulit bentol, gatal, kemerahan (dikenal
sebagai urtikaria atau biduran) baik pada orang dewasa maupun anak-
anak. Mengatasi gatal untuk setiap kondisi kulit yang disebabkan oleh
reaksi alergi termasuk penyakit kulit eksim. Adapun penyakit gatal yang
disebabkan oleh parasit, bakteri, atau jamur, maka perlu dikombinasikan
dengan obat yang bisa membunuh mikroorganisme tersebut.
Obat ini bermanfaat untuk mengurangi dan mencegah gejala-
gejala dan ketidaknyamanan yang berhubungan dengan alergi yang
dijelaskan di atas, seperti bersin-bersin (rhinitis alergi), hidung berair
atau tersumbat, mata gatal, ruam kulit dan kulit gatal.

d. Kontra Indikasi
 Penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap kandungan dalam
obat.
 Wanita menyusui, karena kandungan aktif cetirizine diekskresi pada
air susu ibu.
 Cetirizine jangan digunakan pada bayi dan anak-anak berumur kurang
2 tahun.

e. Efek Samping
Efek samping paling umum dari penggunaan obat cetrizine
adalah:
 Pusing

26
 Mengantuk
 Lelah
 Mulut kering
 Sakit tenggorokan
 Batuk
 Mual
 Sembelit
 Sakit kepala

Tidak semua orang mengalami efek samping berikut ini.


Mungkin ada beberapa efek samping yang tidak disebutkan di atas. Bila
anda mengalami kekhawatiran mengenai efek samping tertentu,
konsultasikanlah pada dokter atau apoteker anda.

f. Peringatan
 Bagi anak-anak dan wanita yang sedang hamil, menyusui, atau
berencana hamil, sesuaikan dosis dan frekuensi pemakaian cetirizine
dengan anjuran dokter.
 Harap berhati-hati bagi penderita gangguan ginjal, gangguan
hati, diabetes, dan porfiria, atau memiliki alergi terhadap obat-obatan
golongan antihistamin.
 Usahakan untuk tidak mengemudi atau mengoperasikan alat berat
selama menjalani pengobatan dengan cetirizine, karena obat ini dapat
menimbulkan kantuk.
 Hentikan penggunaan obat ketika gejala telah membaik.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera hubungi dokter.

g. Dosis
Dosis penggunaan cetirizine berbeda-beda untuk tiap pasien.
Dokter akan menyesuaikan takaran sesuai usia, riwayat kesehatan, dan
reaksi tubuh pasien terhadap obat. Tabel berikut ini akan menjelaskan
dosis yang umumnya dianjurkan.

27
Usia (tahun) Takaran (miligram) Frekuensi per hari
>12 10 1 kali
6-12 5 2 kali
2-6 2,5 2 kali

7. Dobutamine
a. Nama Zat Aktif
Nama Generik: Dobutamine
Dobutamine adalah obat yang digunakan untuk mengobati gagal
jantung akibat operasi atau penyakit jantung itu sendiri.
Dobutamin menrupakan obat inotropik yang berfungsi untuk
meningkatkan detak jantug seseorang sehingga darah mengalir lebih
banyak dalam tubuh.
Dobutamin adalah salah satu obat katekolamin sintetis yang
berfungsi merangsang reseptor beta-1 pada organ jantung. Obat ini
digunakan untuk meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung
sehingga volume darah yang dipompa meningkat. Tidak seperti
katekolamin lainnya, efek samping pada jantung yang disebabkan
dobutamin termasuk minim sehingga dapat menurunkan risiko detak
jantung yang tidak teratu

b. Nama Dagang/ Pasaran


Cardiotone, Dobuject, Doburan, Dominic, Inotrop, Cardiject,
Dobuca, Dobucef, Dobutamin Giulini, Dobutamine Lucas Djaja,
Dobutamine-HamelndanDobutel
c. Indikasi
Membantu inotropik miokardium pada terapi gagal jantung
kongestif akut atau syok kardiogenik.

d. Kontra indikasi
Dobutamine dikontraindikasikan pada pasien dengan stenosis
subaorta hipertrofik idiopatik atau pada pasien yang diketahui

28
hipersensitif terhadap obat atau bahan-bahan yang terdapat di dalam
formula.

e. Efek Samping
Setiap obat menimbulkan efek samping yang berbeda-beda, ada
yang hanya menimbulkan sedikit efek samping, bahkan ada yang tidak
menimbulkan efek samping sama sekali. Berikut efek samping yang
umum terjadi:

 Sakit kepala
 Mual

Cari bantuan medis segera jika mengalami tanda-tanda berikut


ini:

 Reaksi alergi (gatal-gatal, kesulitan bernapas, pembengkakan wajah,


bibir, lidah, atau tenggorokan
 Nyeri dada
 Tidak sadarkan diri
 Lunglai
 Mudah letih
 Detak jantung tidak stabil
 Dada berdebar
 Susah bernapas

Tidak semua orang mengalami efek samping berikut ini.


Mungkin ada beberapa efek samping yang tidak disebutkan di atas. Bila
Anda memiliki kekhawatiran mengenai efek samping tertentu,
konsultasikanlah pada dokter atau apoteker Anda.

f. Peringatan
 Selama terapi dengan dobutamine, ECG dan tekanan darah harus
dimonitor secara terus-menerus. Sebagai tambahan, tekanan pengisian
jantung dan curah jantung juga harus selalu dimonitor setiap waktu
bila memungkinkan.

29
 Hipovolemia harus selalu dikoreksi sebelum melakukan terapi dengan
dobutamine.
 Dobutamine dapat menyebabkan timbulnya nyeri dada pada pasien
dengan penyakit jantung koroner. Oleh karena itu, dosisnya harus
dipertimbangkan dengan hati-hati.
 Setelah terjadi infark miokard harus berhati-hati terhadap timbulnya
takikardia dan inotropik yang berlebihan, karena keadaan ini dapat
meningkatkan konsumsi oksigen miokard dan akibatnya, luas infark.
 Dobutamine biasanya menyebabkan sedikit peningkatan pada tekanan
darah sistolik (10-20 mmHg) dan denyut jantung (5-10 denyut/menit).
Peningkatan tekanan darah tinggi yang tidak lazim pernah dilaporkan
khususnya pada pasien dengan hipertensi arteri.
 Kadang-kadang takikardia yang berlebihan dapat terjadi. Penghentian
infus atau pengurangan kecepatan infus biasanya akan menormalkan
kondisi dengan cepat.
 Dobutamine dapat meningkatkan konduksi atrioventrikel. Oleh
karena itu, harus berhati-hati pada saat menentukan dosis untuk
pasien dengan fibrilasi atrium. Pasien ini sebaiknya diberi digitalis
sebelum memulai terapi dengan dobutamine.
 Dobutamine dapat menimbulkan aktivitas ventrikel ektopik.

g. Dosis
Pemberian dobutamine secara infus intravena, dosis yang
diberikan sebanyak 2,5-40 μg/kg/menit. Dosis lazimnya adalah 2,5-10
μg/kg/menit. Dosis harus disesuaikan secara individual berdasarkan pada
denyut jantung dan irama jantung, tekanan darah dan diuresis. Toleransi
parsial mungkin terjadi jika waktu pemberian infus melebihi 72 jam, dan
pada kasus seperti itu dapat dilakukan peningkatan dosis.
Larutan steril untuk injeksi 250 mg/5 ml:
Dosis ditentukan sebagai berikut:

Empat (4)
Satu (1)Ampul Dua (2) Ampul
Ampul

30
1000 mg
250 mg dobutamine
500 mg dobutamine dalam 1000 dobutamine
dalam 1000 ml larutan
ml larutan infus dalam 1000 ml
infus
larutan infus
Dosis Kecepatan infus Kecepatan infus
Kecepatan infus ml/kg/menit
μg/kg/menit ml/kg/menit ml/kg/menit
2,5 0,01 0,005 0,0025

5 0,02 0,01 0,005

7,5 0,03 0,015 0,0075

10 0,04 0,02 0,01

12,5 0,05 0,025 0,0125

15 0,06 0,03 0,015

Nilai kecepatan infus berhubungan dengan setiap dosis, dikalikan


dengan berat badan pasien. Oleh karena itu kecepatan infus adalah
mililiter per menit.

Pelarutan:
Untuk infus: larutan steril untuk injeksi dilarutkan dalam larutanNaCl
0,9%, larutan glukosa 10%, atau Ringer Laktat. Jika disimpan pada suhu
kamar, larutan infus yang sudah disiapkan stabil selama 24 jam, dan jika
disimpan dalam lemari pendingin, stabil selama 30 jam.

Dobutamine tidak boleh dilarutkan dalam larutan alkali.

8. Clindamycin
a. Nama Zat Aktif
Nama Generik: Clindamycin

31
Clindamycin adalah obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati
infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri anaerob atau bakteri aerob
gram positif yang rentan. Antibiotik ini digunakan pada infeksi saluran
pernapasan, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran pencernaan,
septikemia, infeksi ginekologis, infeksi tulang dan persendian, infeksi
mulut, juga terapi toksoplasmik ensefalitis pada pasien dengan AIDS
(kombinasi bersama pirimetamin). Antibiotik ini menjadi pilihan jika
pasien mempunyai riwayat alergi antibiotik golongan penicillin.

Clindamycin adalah antibiotik golongan lincosamida semisintetik


yang terutama bersifat bakteriostatik namun mungkin juga bersifat
bakterisidal, tergantung pada konsentrasi obat, lokasi infeksi, dan
organisme penginfeksi. Mekanisme aksi antibiotik ini adalah dengan
cara menghambat sintesis protein bakteri dengan mengikat secara
reversibel subunit ribosom 50S, sehingga menghalangi reaksi
transpeptidasi atau translokasi organisme yang rentan yang
mengakibatkan pertumbuhan sel terhambat.

Clindamycin umumnya digunakan berupa garamnya, yaitu


clindamycin hydrochloride. Bisa digunakan secara tunggal atau
dikombinasikan dengan Benzoyl peroxide, suatu senyawa yang
mempunyai efek keratolitik ringan dan aktivitas antimikroba yang terkait
dengan efek pengoksidasiannya. Kombinasi 2 zat aktif ini efektif untuk
jerawat (acne vulgaris).

Clindamycin diserap dengan cepat dari saluran pencernaan


kurang lebih 90%, melalui kulit sekitar 4-5%, dan secara sistemik
sebagai sediaan intravaginal kira-kira 5%. Makanan bisa mengurangi
tingkat penyerapan antibiotik ini dari saluran pencernaan.

Antibiotik ini terdistribusi secara luas dalam cairan tubuh dan


jaringan, termasuk tulang. Mampu memasuki sawar plasenta dan masuk
ke air susu ibu.

32
b. Nama dagang/pasaran
Albiotin, Anerocid, Biodasin, Clinex, Clinidac, Clinika, Clinika
Gel, Clinmas, Dacin, Dalacin C, Ficodan, Lando, Lindacyn, Milorin,
Opiclam, Opiclam Gel, Probiotin, Prolic, Cindala, Cindala Gel,
Clidacor, Clidacor Gel, Climadan, Clinbercin, Clindamycin Indo Farma,
Clindamycin OGB Dexa, Clindexcin, Clinium, Clinium Gel, Clinjos,
Comdasin, Comdasin Larutan Comdasi, Daclin Acne, Daclin-300,
Ethidan, Glomasin, Indanox, Lindan, Mediklin, Niladacin, Nufaclind,
T3mycin T3mycin Gel, Xeldac, clindamycin-obat-antibiotikdanCleocin
HCl, Cleocin Pediatric, Cleocin Phosphate, Cleocin Phosphate ADD-
Vantage, Cleocin T, Clindacin ETZ, Clindacin Pac, Clinda-Derm,
Clindagel, ClindaMax, ClindaReach ,Clindets, Evoclin, Z-Clinz.

c. Indikasi
Efektif untuk pengobatan infeksi serius yang disebabkanoleh
bakteri anaerob, streptokokus, pneumokokus dan stafilokokus, seperti :
Infeksi saluran pernafasan yang serius. Infeksi tulang dan jaringan lunak
yang serius. Septikemia. Abses intra-abdominal. Infeksi pada panggul
wanita dan saluran kelamin.

d. Kontra indikasi
Jangan diberikan untuk pasien yang memiliki riwayat alergi obat
Clindamycin hydrochloride atau lincomycin.

e. Efek Samping

Beberapa efek samping clindamycin yang paling umum,


meliputi:

 Mual
 Muntah
 Sakit perut ringan
 Nyeri sendi
 Vagina gatal atau mengeluarkan cairan

33
 Ruam atau gatal ringan
 Nyeri ulu hati
 Sakit tenggorokan.

Hentikan penggunaan obat dan hubungi dokter segera jika Anda


mengalami efek samping clindamycin serius, seperti:

 Diare berair atau berdarah


 Mata atau kulit menguning
 Jarang atau sama sekali tidak buang air kecil
 Demam
 Menggigil
 Nyeri tubuh
 Gejala flu
 Sakit pada mulut dan tenggorokan
 Mudah memar, perdarahan tidak biasa (pada hidung, mulut, vagina,
atau rektum), bintik ungu atau merah di bawah kulit
 Reaksi alergi parah seperti bengkak pada wajah atau lidah, mata
terasa terbakar, sakit pada kulit, diikuti dengan ruam merah atau ungu
yang menyebar (terutama ke wajah atau tubuh bagian atas) dan kulit
melepuh dan mengelupas

Efek samping clindamycin mungkin berbeda-beda pada setiap


pasien. Jadi, tidak semua orang mengalami efek samping clindamycin
tersebut. Mungkin ada beberapa efek samping clindamycin yang tidak
disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran mengenai efek
samping clindamycin tertentu, konsultasikanlah pada dokter atau
apoteker

f. Peringatan

 Keamanan penggunaan pada wanita hamil dan menyusui belum


diketahui dengan pasti.

34
 Perlu dilakukan pengawasan terhadap kemungkinan timbulnya super
infeksi dengan bakteri dan jamur.
 Selama penggunaan jangka panjang perlu dilakukan pemeriksaan
hematologi, fungsi hati dan ginjal.
 Hati-hati penggunaannya pada penderita kerusakan hati atau ginjal
yang berat.
 Hentikan pemakaian antibiotika ini, jika selama pengobatan timbul
mencret secara berlebihan.
 Terapi dengan clindamycin dapat menyebabkan kolitis berat yang
dapat berakibat fatal. Oleh karena itu pemberian clindamycin dibatasi
untuk infeksi serius dimana tidak dapat diberikan antimikroba yang
kurang toksik misalnya eritromisin.
 Clindamycin tidak boleh digunakan untuk infeksi saluran nafas
bagian atas.
 Pemberian pada bayi dan neonatus harus disertai pengamatan fungsi
sistem organ yang tepat.
 Karena clindamycin tidak dapat mencapai cairan serebrospinal dalam
jumlah yang memadai, maka clindamycin tidak dapat digunakan
untuk pengobatan meningitis.
 Secara in vitro menunjukkan adanya antagonisme antara clindamycin
dan eritromisin. Karena kemungkinan itu secara klinis dapat terjadi,
maka kedua obat ini tidak boleh diberikan secara bersamaan.
 Hati-hati pemberian pada penderita dengan riwayat penyakit saluran
pencernaan terutama kolitis, serta penderita atopik.
 Prosedur pembedahan harus sudah ditentukan sehubungan dengan
digunakannya antibiotika ini.
 Hati-hati penggunaan pada penderita yang mendapat terpai obat-obat
penghambat neuromuskular karena dapat meningkatkan kerja obat-
obat penghambat neuromuskular.

g. Dosis
Dewasa:
Infeksi serius: 150 mg - 300 mg setiap 6 jam
Infeksi yang lebih berat: 300 mg - 450 mg setiap 6 jam

35
Anak-anak:
Infeksi serius : 8-16 mg/kg BB/hari, terbagi 3-4 kali sehari.
Infeksi yang lebih berat : 16-20 mg/kg BB/hari, terbagi 3-4 kali sehari.
Untuk mencegah kemungkinan timbulnya iritasi esofageal, obat harus
diminum dengan segelas air penuh. Pada infeksi Streptococci β-
hemolytic, pemberian harus dilanjutkan sekurang-kurangnya 10 hari.

9. Loratadine
a. Nama Zat Aktif
Nama: loratadine
Golongan: Antihistamin
Jenis Obat: Obat resep
Sediaan obat: Tablet dan sirup
Loratadine adalah obat yang dapat mengobati gejala alergi,
seperti bersin-bersin, ruam kulit, pilek, hidung tersumbat, dan mata
berair akibat paparan alergen (misalnya debu, bulu hewan, atau gigitan
serangga).
Pada sebagian orang, paparan alergen tersebut menyebabkan
tubuh mereka memproduksi dan melepaskan zat histamin. Zat inilah
yang memicu terjadinya reaksi alergi. Untuk mengatasi gejala-gejala
alergi, diperlukan senyawa antihistamin.
Loratadine adalah salah satu jenis obat antihistamin yang tidak
menimbulkan rasa kantuk. Meski demikian, ada juga beberapa orang
yang mengalami efek samping mengantuk setelah menggunakan obat
ini.
Oleh karena itu, disarankan agar memberikan jeda waktu setelah
Anda menggunakan loratadine jika ingin melakukan aktivitas yang
membutuhkan kewaspadaan, seperti mengemudi atau mengoperasikan
mesin, untuk memastikan bahwa reaksi obat ini normal dan tidak
menimbulkan kantuk agar anda terhindar dari bahaya.

b. Merek Dagang:
Alernitis, Alloris, Clarihis, Claritin, Dayhist, Imunex, Logista,
Pylor, Rahistin, Rihest.

36
c. Indikasi
Pengobatan simptomatis rhinitis alergik, urtikaria kronik, serta
penyakit dermatologic alergi lainnya.

d. Kontra Indikasi
Hipersensitif terhadap loratadine

e. Efek Samping
Seperti semua obat-obatan, loratadine dapat menyebabkan efek
samping meskipun tidak semua orang mendapatkannya.
Efek samping yang umum
Efek samping yang paling umum dari loratadine adalah rasa
mengantuk. Ini terjadi pada lebih dari 1 dari 100 orang. Anak-anak juga
mungkin mengalami sakit kepala, merasa lelah atau merasa
gugup. Bicaralah dengan dokter atau apoteker Anda jika efek samping
ini mengganggu Anda atau tidak hilang.

Efek samping yang serius

Dalam kasus yang jarang terjadi, loratadine dapat menyebabkan


reaksi alergi yang serius .

Tanda-tanda peringatan reaksi alergi yang serius adalah:


 ruam kulit yang mungkin termasuk kulit gatal, merah, bengkak,
melepuh atau mengelupas
 mengi
 sesak di dada atau tenggorokan
 kesulitan bernafas atau berbicara
 pembengkakan pada mulut, wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan

f. Peringatan
 Harap berhati-hati dalam menggunakan obat ini jika Anda merupakan
penderita gangguan hati dan gangguan darah porfiria.

37
 Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat-obatan lain.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

g. Interaksi Obat
Jika digunakan bersamaan dengan obat-obatan tertentu,
loratadine bisa menimbulkan reaksi berupa peningkatan efek samping
atau justru mengurangi efektivitas obat itu sendiri.
Hindari mengonsumsi loratadine dengan obat-obatan yang
mengandung desloratadine. Sama seperti loratadine, desloratadine
merupakan obat yang bisa digunakan untuk meredakan gejala-gejala
alergi.
Jangan mengonsumsi alkohol selama menjalani pengobatan
dengan loratadine karena dikhawatirkan dapat meningkatkan risiko efek
samping.

h. Dosis

 Dewasa dan anak-anak 12 tahun atau lebih : 1 tablet atau 10 ml sekali


sehari.

 Anak-anak usia 2 – 12 tahun BB > 30 kg : 1 tablet atau 10 ml ; BB ≤


30 kg : 5 ml sekali sehari.

 Sebaiknya diminum sebelum makan.

10. Metformin
a. Nama Zat aktif

Nama: Metformin

Jenis Obat: Obat antidiabetes biguanid


Golongan: Obat resep
Bentuk: Tablet dan cairan yang diminum
Metformin adalah obat antidiabetes yang dapat menurunkan
kadar gula darah pada penderita diabetes tipe 2. Obat ini dapat

38
dikonsumsi secara tunggal, dikombinasikan dengan obat antidiabetes
lain, atau diberikan bersama insulin. Guna mendapat hasil maksimal,
dosis metformin harus diseimbangkan dengan jumlah atau jenis
makanan yang dikonsumsi, serta intensitas olahraga dan aktivitas yang
dilakukan.
Dalam menurunkan kadar gula darah yang tinggi, metformin
bekerja dengan cara menghambat proses glukoneogenesis dan
glikogenolisis, memperlambat penyerapan glukosa pada usus, serta
meningkatkan sensitifitas insulin dalam tubuh. Kendati demikian, obat
ini tidak dapat diberikan pada penderita diabetes tipe 1 yang masih
tergantung pada suntikan insulin sepenuhnya.

b. Merek Dagang
Diaformin XR, Efomet, Forbetes, Fordica 50 XR, Glucophage,
Glucophage XR, Glucotika. Gludepatic, Glufor, Gradiab,
Nevox/Nevox XR.

c. Indikasi
Metformin adalah obat penurun gula darah bagi penderita
kencing manis (diabetes). Terdapat beberapa golongan obat diabetes.
Metformin termasuk dalam golongan obat yang bekerja menghambat
pembentukan gula di dalam hati.
Di antara berbagai obat diabetes, metformin adalah obat lini
pertama, artinya bagi penderita diabetes tanpa komplikasi berat
metformin adalah obat pertama yang akan diresepkan. Metformin juga
sangat cocok untuk penderita diabetes dengan tubuh gemuk.

d. Kontra indikasi
 Penyakit ginjal berat
 Kondisi metabolik asidosis akut, maupun kronik
 Termasuk status Diabetik Ketoasidosis, dengan atau tanpa koma
 Riwayat alergi terhadap obat ini.

39
e. Efek Samping
Efek samping umum:
 Mual, muntah
 Rasa lambung tidak enak
 Diare
 Nyeri otot, atau kelemahan
 Kebas, atau rasa dingin pada lengan dan tungkai
 Sulit bernapas
 Nyeri lambung
 Mual muntah
 Denyut jantung lambat, dan tidak teratur
 Pusing
 Merasa sangat lemah, atau lelah

Efek samping yang jarang, namun berat dan serius


adalah Asidosis Laktat

f. Peringatan
 Tujuan penggunaan metformin adalah untuk memperbaiki
pengontrolan kadar gula darah pasien dewasa dan anak sesuai usia,
yang menderita diabetes mellitus tipe 2, dengan tidak menyingkirkan
upaya pasien untuk juga memperbaiki dietnya, dan berolahraga
teratur.
 Penggunaan metformin mesti dihentikan sementara, apabila
seseorang hendak menjalani pemeriksaan X-ray, atau CT Scan
dengan menggunakan zat kontras viaintravena
 Informasikan kepada pasien untuk segera ke dokter, apabila
mengalami simtom dini terjadinya asidosis laktat, meski ringan
sekalipun
 Karena simtom yang ringan dapat memburuk seiring dengan waktu,
dan kondisi pasien dapat berkembang menjadi fatal
 Apabila terdapat kecurigaan asidosis ini, maka segeralah
menghentikan obat metformin, dan pasien mesti dirawat

40
 Pemberian metformin dengan kehati-hatian pada pasien dengan
kondisi berikut ini:
o Penyakit ginjal
o Penyakit hati
o Riwayat penyakit jantung, atau serangan jantung
o Riwayat mengonsumsi klorpropamid
o Usia lebih dari 80 tahun, dan keadaan fungsi ginjal tidak diketahui
belakangan ini
o Edukasikan kepada pasien untuk mengenali tanda-tanda
hipoglikemia, apabila pemberian metformin dikombinasikan
dengan Insulin.

g. Dosis
Dosis dewasa
Tablet metformin kerja cepat
 Dosis awal: 500 mg, dua kali per hari, atau 850 mg sekali sehari
 Dosis dapat dinaikkan 500 mg per minggu, sesuai respon pasien, atau
850 mg tiap dua minggu, sebagaimana dapat ditoleransi oleh pasien
 Dosis maintenance: 2000 mg per hari
 Dosis maksimum: 2550 mg per hari
 Dikonsumsi dalam dosis yang terbagi, 2 hingga 3 kali sehari dengan
makanan
 Kenaikan dosis dapat secara perlahan, disesuaikan dengan respon
pasien, dan untuk meminimalkan efek samping gastrointestinal
 Secara umum, respon yang signifikan tidak diobservasi dengan dosis
<1500 mg/hari

Tablet metformin kerja panjang

 Dosis awal: 500‒1000 mg, sekali sehari,


 Konsumsi obat ini pada waktu makan malam
 Dosis dapat dinaikkan 500 mg per minggu, sesuai respon pasien,
sebagaimana dapat ditoleransi oleh pasien
 Dosis maintenance: 2000 mg per hari

41
 Apabila dengan dosis ini, kadar gula darah masih tidak dapat
terkontrol, maka dapat diberikan 1000 mg, dua kali sehari
 Namun, apabila masih tidak dapat dikontrol, maka dapat digunakan
metformin yang kerja cepat/segera
 Dosis maksimum: 2500 mg/hari

Dosis Pediatrik

 Metformin tidak direkomendasikan untuk anak usia < 10 tahun


 Usia ≥10 tahun, dapat diberikan tablet kerja cepat/segera:
 Dosis awal: 500 mg, dua kali per hari
 Dosis dapat dinaikkan 500 mg per minggu, sesuai respon pasien, atau
sebagaimana dapat ditoleransi oleh pasien
 Dosis maintenance: 2000 mg per hari
 Dosis maksimum: 2000 mg per hari
 Dikonsumsi dalam dosis yang terbagi, 2 hingga 3 kali sehari dengan
makanan
 Kenaikan dosis dapat secara perlahan, disesuaikan dengan respon
pasien, dan untuk meminimalkan efek samping gastrointestinal
 Tablet metformin kerja panjang, tidak direkomendasikan untuk
remaja usia <18 tahun
 Hal ini berkenaan dengan belum cukup bukti ilmiah akan efektivitas
dan keamanan obat ini untuk anak usia tersebut.

h. Interaksi Obat
Berhati-hati saat mengonsumsi metformin dengan:
 Alkohol dan bahan pewarna iodin, karena dapat meningkatkan risiko
asidosis laktik.
 Diuretik thiazide, obatan-obatan golongan phenothiazine
(seperti chlorpromazine), kontrasepsi oral, vitamin B3, penghambat
kanal kalsium, kostikosteroid, atau isoniazid, karena dapat
mempersulit pengendalian kadar gula darah.
 Obatan-obatan golongan sulfonylurea, karena dapat menimbulkan
efek tambahan.

42
 Cimetidine dapat meningkatkan kadar metformin di dalam darah.
 ACE inhibitor, karena dapat menurunkan kadar gula darah puasa,
yaitu kadar gula darah setelah pasien dipuasakan selama 8 jam.

11. Metronidazole
a. Nama zat aktif
Nama Generik: Metronidazole
Metronidazole adalah antibiotik untuk mengobati berbagai infeksi akibat
bakteri. Obat ini tergolong dalam kelas antibiotik yang dikenal dengan
nitroimidazoles. Cara kerja obat metronidazole adalah dengan
menghentikan pertumbuhan bakteri dan protozoa.
Metronidazole adalah antimikroba yang digunakan dalam
pengobatan beberapa jenis infeksi yang disebabkan oleh bakteri anaerob
dan protozoa seperti uretritis dan vaginitis karena Trichomonas
vaginalis, amoebiasis di usus dan hati.
Metronidazole adalah antimikroba yang termasuk golongan
nitroimidazole. Bentuk tereduksi dan radikal bebas dari obat ini dapat
berinteraksi dengan DNA menyebabkan degradasi dan penghambatan
sintesis asam nukleat yang menyebabkan kematian mikroba.

b. Nama Dagang/ Pasaran


Biatron, Dazolin, Farnat, Flagsol, Flagyl IV, Flagyl/Flagyl Forte,
Fortagyl, Metrolet, Metronidazole Ikapharmindo, Progyl/Progyl Infus
Prog, Promuba, Rindozol, Ronazol, Trichodazol, Trogyl, Vadazol,
Anmerob, Corsagyl, Dimedazol, Dumozol, Fladex, Grafazol,
Metrofusin, Metrol, Metronidazole Fima, Metronidazole Fresenius,
Metronidazole Indo Farma, Metronidazole OGB Dexa, Molazol 500,
Nidazole, Sotroz, Supplin, Tismazol, Trogiar, Vagizol, Velazol.

c. Indikasi

 Metronidazole digunakan untuk pengobatan infeksi trichomonal


vaginitis, dan bakterial vaginosis (infeksi Gardnerella vaginalis).

43
 Obat ini juga digunakan pada pembedahan dan sepsis ginekologi
terutama untuk menangani infeksi oleh bakteri anaerob kolon, seperti
Bacteroides fragilis.
 Metronidazol juga efektif terhadap pseudomembran kolitis (kolitis
yang disebabkan oleh antibiotik).
 Sediaan intravena obat ini bisa digunakan untuk mengobati tetanus.
 Sediaan topikal digunakan untuk mengurangi bau yang disebabkan
oleh aktivitas bakteri anaerob pada kasus tumor jamur.
 Obat ini adalah pilihan pertama untuk mengobati disentri amuba
invasif akut, karena obat ini efektif terhadap bentuk vegetatif
Entamoeba histolytica.
 Metronidazol juga digunakan untuk kasus amoebiasis intestinal (usus)
dan hepar (hati).
 Sering digunakan sebagai obat alternatif untuk terapi infeksi rongga
mulut untuk pasien yang alergi terhadap antibiotik golongan
penicillin (misalnya, ampicillin dan amoxicillin) atau infeksi yang
disebabkan oleh bakteri anaerob penghasil enzim beta-laktamase.
 Obat ini adalah pilihan pertama untuk mengobati acute necrotizing
ulcerative gingivitis (Vincent’s infection) dan perikoronitis.

d. Kontra indikasi

 Jangan digunakan untuk pasien yang memiliki riwayat hipersensitif


pada metronidazole atau obat golongan nitroimidazole lainnya.
 Jangan menggunakan obat ini pada pasien hamil trimester pertama.

e. Efek Samping

 Efek samping yang umum diantaranya gangguan pengecapan, lidah


kasar, gangguan saluran cerna (mual, sakit perut, dan diare),
kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, muntah, sakit
kepala, pusing.

44
 Efek yang jarang misalnya : hipersensitivitas (ruam, gatal,
kemerahan, demam), sakit kepala, timbul rasa lesu, mengantuk,
pusing, glositis, stomatitis, urin gelap, dan parestesia.
 Pada pemakaian sistemik jangka panjang dan dengan dosis tinggi
berpotensi menyebabkan leukopenia, neutropenia, peningkatan resiko
neuropati perifer, serangan epilepsi transien dan toksisitas sistem
saraf pusat.
 Pemberian sediaan intravena sering menyebabkan tromboflebitis.
 Efek samping yang umum terjadi pada pemberian sediaan topikal
misalnya kemerahan, kulit kering dan iritasi kulit.

f. Peringatan

 Pemakaian harus dihentikan jika muncul ruam kulit atau tanda lain
yang menunjukkan reaksi alergi karena bisa berakibat fatal.
 Obat ini kadang-kadang menyebabkan pusing dan mengantuk, jangan
mengemudi atau menyalakan mesin saat menggunakan obat ini.
 Metronidazole harus diberikan secara hati-hati pada pasien dengan
disfungsi hati. Penyesuaian dosis disarankan. Pemakaian harus
dihentikan jika muncul tanda-tanda klinis dan gejala yang konsisten
dengan penyakit hati.
 Berikan dengan hati-hati jika pasien menderita disfungsi ginjal.
 Obat ini dieksresikan dalam air susu ibu dengan kadar yang hampir
mendekati dosis terapi bayi. Oleh karena itu, penggunaan
metronidazole oleh ibu menyusui tidak dianjurkan.
 Hentikan penggunaan obat jika muncul ataksia, vertigo, halusinasi,
atau konfusi mental.
 Keamanan penggunaan obat ini pada anak belum dipastikan kecuali
untuk amoebiasis.
 Hati-hati menggunakan obat ini pada pasien yang mengidap penyakit
pada susunan syaraf pusat dan perifer karena terdapat resiko agravasi
neurologis.

45
 Hentikan konsumsi minuman beralkohol atau produk yang
mengandung propilen glikol saat menggunakan metronidazol sistemik
sampai setidaknya tiga hari sesudahnya karena bisa terjadi disulfiram
like reaction berupa kram perut, mual, muntah, sakit kepala, dan
flushing.
 metronidazole hanya digunakan untuk mengobati infeksi bakteri dan
protozoa, bukan untuk mengobati infeksi virus (misalnya, flu, pilek,
cacar dan inveksi virus lain).
 Gunakan obat sesuai yang diresepkan, baik jumlah maupun
durasinya. Jangan hentikan pemakaian meskipun sudah merasa
sembuh, sebelum obat yang disarankan habis. Hal ini untuk
mencegah terjadinya resistensi.

g. Dosis
 Dosis lazim dewasa untuk amubiasis intestinal invasif :
Oral : 800 mg setiap 8 jam selama 5 hari.
 Dosis lazim dewasa untuk amubiasis ekstra intestinal (termasuk
abses hepar) dan pembawa kista amuba asimtomatik
Oral : 400-800 mg setiap 8 jam selama 5-10 hari.
 Dosis lazim dewasa untuk trikomoniasis urogenital :
Oral : 200 mg setiap 8 jam selama 7 hari atau 400-500 mg setiap 12
jam selama 7 hari atau 800 mg pada pagi hari dan 1.2 g pada malam
hari selama 2 hari atau 2 gram dosis tunggal.
 Dosis lazim dewasa untuk giardiasis :
Oral : 2 gram/hari selama 3 hari atau 500 mg 2 x sehari selama 1-10
hari.
 Dosis lazim dewasa untuk infeksi anaerob (durasi lazimnya 7
hari):
Oral : dosis awal 800 mg, kemudian 400 mg setiap 8 jam atau 500 mg
setiap 8 jam.
 Dosis lazim dewasa untuk infeksi gigi akut :
Oral : 200 mg setiap 8 jam selama 3-7 hari
 Dosis lazim dewasa untuk profilaksis bedah :

46
Oral : 400 mg setiap 8 jam dimulai 24 jam sebelum operasi,
dilanjutkan sesudah operasi secara intravena atau rektal sampai
pemberian oral dapat dilakukan lagi.
Rektal : 1 gram setiap 8 jam.
Intravena : 500 mg beberapa saat sebelum operasi, kemudian setiap
8 jam sampai pemberian oral bisa dilakukan.
 Dosis lazim anak untuk amubiasis intestinal invasif :
 Anak usia 1-3 tahun, oral : 200 mg setiap 8 jam.
 Anak usia 3-7 tahun, oral : 200 mg setiap 6 jam.
 Anak usia 7-10 tahun, oral : 200-400 mg setiap 8 jam.
 Dosis lazim anak untuk amubiasis ekstra intestinal (termasuk
abses hepar) dan pembawa kista amuba asimtomatik :
 Anak usia 1-3 tahun, oral : 100-200 mg setiap 8 jam.
 Anak usia 3-7 tahun, oral : 100-200 mg setiap 6 jam.
 Anak usia 7-10 tahun, oral : 200-400 mg setiap 8 jam.
 Dosis lazim anak untuk trikomoniasis urogenital :
 Anak usia 1-3 tahun, oral : 50 mg setiap 8 jam selama 7 hari.
 Anak usia 3-7 tahun, oral : 100 mg setiap 12 jam.
 Anak usia 7-10 tahun, oral : 100 mg setiap 8 jam.
 Dosis lazim anak untuk giardiasis :
 Anak usia 1-3 tahun, oral : 500 mg/hari selama 3 hari.
 Anak usia 3-7 tahun, oral : 600-800 mg/hari.
 Anak usia 7-10 tahun, oral : 1 gram/hari.
 Dosis lazim anak untuk infeksi anaerob (durasi lazimnya 7 hari) :
 Anak (untuk semua cara pemberian) : 7.5 mg/kg BB setiap 8
jam.
 Dosis lazim anak untuk profilaksis bedah :
 Oral : 7.5 mg/kg BB setiap 8 jam.
 Rektal : 125-250 mg setiap 8 jam.

12. Ranitidine

47
a. Nama Zat Aktif

Nama Ranitidine / ranitidin

Golongan Antasida

Kategori Obat Resep

Manfaat Menurunkan sekresi asam lambung berlebih

Dikonsumsi
oleh Dewasa dan anak-anak

Kategori
kehamilan Kategori B: Studi pada binatang percobaan tidak
dan memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, namun
menyusui belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.

Bentuk obat Oral dan suntik (intravena atau parenetral).

Ranitidine atau ranitidin adalah obat untuk mengurangi jumla


asam lambung dalam perut. Fungsinya untuk mengatasi dan mencegah
rasa panas perut (heartburn), maag, dan sakit perut yang disebabkan oleh
tukak lambung. Ranitidin juga digunakan untuk mengobati dan
mencegah berbagai penyakit perut dan kerongkongan yang disebabkan
oleh terlalu banyak asam lambung, misalnya erosive esophagitis
dan refluks asam lambung (gastroesophageal reflux disease, GERD).

Ranitidine termasuk ke dalam golongan obat H2 histamine


blocker. Obat ini juga tersedia tanpa resep. Digunakan untuk mencegah
dan mengobati heartburn serta gejala lain yang diakibatkan terlalu
banyak asam dalam perut (gangguan pencernaan asam). Jika Anda
menggunakan obat ini tanpa resep, perhatikan instruksi pada kemasan
secara saksama sehingga Anda tahu kapan harus menghubungi dokter
atau apoteker.

48
b. Nama Dagang

Acran, Aldin, Anitid, Chopintac, Conranin, Fordin, Gastridin,


Hexer, Radin, Rancus, Ranilex, Ranin, Ranivel, Ranticid, Rantin, Ratan,
Ratinal, Renatac, Scanarin, Tricker, Tyran, Ulceranin, Wiacid,
Xeradin, Zantac, Zantadin, Zantifar.

c. Indikasi
 Mengobati ulkus lambung dan duodenum
 Melindungi lambung dan duodenum agar tidak sampai teradi ulkus
 Mengobati masalah yang disebabkan oleh asam pada
kerongkongan, contohnya pada GERD
 Mencegah tukak lambung agar tidak berdarah
 Digunakan sebelum operasi bedah, supaya asam datang tidak tinggi
selama pasien tidak sadar.
 Mengobati Sindrom Zollinger-Ellison (Tingginya kadar hormon
gastrin yang menyebabkan lambung memproduksi terlalu banyak
asam).
 Mengobati sakit maag beserta gejala-gejala yang ditimbulkannya.

d. Kontraindikasi
Obat ranitidine harus digunakan dengan hati-hati pada kondisi ini
bawah ini:
 Lansia
 Ibu hamil
 Ibu menyusui
 Kanker lambung
 Penyakit ginjal
 Mengonsumsi obat non-steroid anti-inflamasi
 Sakit paru-paru

49
 Diabetes
 Masalah dengan sistem kekebalan tubuh
 Porfiria akut (gangguan metabolisme langka)

e. Efek Samping
Tanda-tanda reaksi alergi berikut ini: gatal-gatal, kesulitan
bernapas, pembengkakan wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan.
Berhenti mengonsumsi ranitidine dan segera hubungi dokter jika
mengalami efek samping yang serius dari ranitidin seperti di bawah ini:
 Nyeri dada, demam, napas pendek, batuk dengan lendir hijau atau
kuning
 Mudah lebam atau berdarah, tubuh lemas tanpa sebab
 Detak jantung lambat atau cepat
 Masalah dengan penglihatan
 Demam, sakit tenggorokan, dan sakit kepala disertai ruam kulit yang
merah, mengelupas, dan melepuh
 Mual, sakit perut, demam ringan, hilang napsu makan, urin berwarna
gelap, tinja berwarna gelap, jauncide (mata dan kulit menguning)

Efek samping yang tak terlalu serius dari ranitidine meliputi:

 Sakit kepala (bisa cukup parah)


 Mengantuk, pusing
 Masalah tidur (insomnia)
 Gairah seks menurun, impotensi, atau kesulitan meraih orgasme; atau
 Mual, muntah, sakit perut
 Diare atau konstipasi

f. Peringatan
 Dosis ranitidin harus disesuaikan pada penderita gangguan fungsi
ginjal.
 Hati-hati pemberian ranitidin pada gangguan fungsi hati karena
ranitidin dimetabolisme di hati.

50
 Hindarkan pemberian ranitidin pada penderita dengan riwayat porfiria
akut.
 Hati-hati penggunaan ranitidin pada wanita menyusui.
 Khasiat dan keamanan penggunaan ranitidin pada anak-anak belum
terbukti.
 Pemberian ranitidin pada wanita hamil hanya jika benar-benar sangat
dibutuhkan.

g. Dosis
Dosis pemberian ranitidin secara oral dapat dilihat pada tabel
berikut:

Dewasa: 150 mg diberikan 2 jam sebelum


Pencegahan sekresi pemberian anestesi general. Dapat pula
asam selama pasien diberikan pada malam hari sebelumnya.Pada
diberikan anestesi wanita yang akan melahirkan, dapat diberikan
general 150 mg sebagai dosis awal dan kemudian
diulangi tiap 6 jam.

Dewasa: 300 mg diminum sebelum tidur.


Dapat pula digunakan 150 mg dua kali sehari
Infeksi Helicobacter
yang dikombinasikan dengan amoxicillin 750
pylori
mg dan metronidazole 50 mg sebanyak tiga kali
sehari selama 2 minggu.

Ulkus gastris Dewasa: Dosis awal adalah 300 mg diminum


dan ulkus sebelum tidur atau 150 mg dua kali sehari
duodenum jinak selama 4-8 minggu. Pada penderita ulkus
duodenum dapat diberikan 300 mg dua kali
sehari selama 4 minggu untuk mempercepat
penyembuhan. Untuk memelihara kondisi
saluran pencernaan pasca penyembuhan ulkus,
diberikan 150 mg setiap hari sebelum tidur
dengan dosis maksimum 300 mg dua kali

51
sehari.Anak-anak (1 bulan-16 tahun): 4-8
mg/kg setiap hari dengan dosis dibagi menjadi
2 kali sehari. Dosis maksimal per hari adalah
300 mg.Untuk memelihara kondisi saluran
pencernaan pasca penyembuhan, diberikan 2-4
mg/kg setiap hari dengan dosis maksimum 150
mg.

Kelainan Dewasa: 150 mg dua kali atau tiga kali sehari


Hipersekresi dengan dosis maksimal 6 gram per hari.

Dewasa: 150 mg dua kali sehari atau 300 mg


yang dikonsumsi sebelum tidur selama 8
Penyakit refluks minggu. Pada kasus GERD berat dapat
gastro-esofagus diberikan 150 mg sebanyak 4 kali sehari selama
(GERD) 12 minggu.Anak-anak (1 bulan-16 tahun): 5-
10 mg/kg setiap hari dibagi menjadi 2 kali
konsumsi. Dosis maksimum 300 mg per hari.

Dewasa: Pada episode dispepsia kronis dapat


diberikan 150 mg 2 kali sehari atau 300 mg
sebelum tidur selama 6 minggu.Untuk
Dispepsia mengobati dispepsia jangka pendek, 75 mg
maksimum 4 kali sehari. Pengobatan penyakit
dispepsia jangka pendek dilakukan maksimal
selama 2 minggu.

Dewasa: 150 mg 4 kali sehari. Sedangkan


untuk perawatan, dosis dapat diberikan
Radang esofagus sebanyak 150 mg dua kali sehari.Anak-anak (1
erosif bulan – 16 tahun): 5-10 mg/kg setiap hari
yang dibagi menjadi 2 jadwal konsumsi. Dosis
maksimum adalah 600 mg per hari.

Ulkus yang Dewasa: 150 mg dua kali sehari atau 300 mg


berkaitan dengan yang dikonsumsi sebelum tidur selama 8-12

52
penggunaan obat minggu. Untuk pencegahan terjadinya ulkus
antiinflamasi non- akibat obat NSAID, dapat dikonsumsi 150 mg
steroid (NSAID) dua kali sehari.

Dosis pemberian ranitidin melalui intravena dapat dilihat pada


tabel berikut:

Dewasa: 50 mg diberikan melalui injeksi


intravena lambat, kemudian diikuti dengan
pemberian 0,125-0,25 mg/kg/jam secara kontinu
dalam bentuk infus. Setelah pasien dapat makan
Tukak pada
secara normal (lewat mulut), dosis dapat diganti
saluran
menjadi 150 mg dua kali sehari dalam bentuk
pencernaan bagian
oral.Anak-anak: 1 mg/kg melalui injeksi
atas akibat stres
intravena lambat selama 2 menit dengan
pemberian 3-4 kali sehari. Atau dapat diganti
dengan 0,125-0,25 mg/kg/jam secara kontinu
dalam bentuk infus.

Dewasa: 1 mg/kg/jam sebagai dosis awal. Jika


Kelainan
diperlukan, dosis dapat ditambah empat jam
hipersekresi
kemudian menjadi 0,5 mg/kg/jam.

Dosis Ranitidin parenteral (infus), khususnya untuk pencegahan


sekresi asam lambung selama pembiusan umum adalah 50 mg yang
diberikan 45-60 menit sebelum prosedur anestesi umum dilakukan.

53
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Obat Kategori B merupakan Studi pada sistem reproduksi binatang
percobaan tidak memperlihatkan adanya resiko terhadap janin, tetapi studi
terkontrol terhadap wanita hamil belum pernah dilakukan.
Contoh : acarbose, acyclovir, amoxicillin, ampicillin, cefadroxil,
cefepime, cetirizine, dobutamin, loratadine, metformin, metronidazole,
ranitidine.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga
dapat di pertanggung jawabkan.

54
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV . UI Press. Jakarta.

Anonim. 2006. Pedoman Pelayanan Farmasi untuk Ibu Hamil dan Menyusui. Jakarta:

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik.

Alodokter. DIABETES TIPE 2 – Pengobatan. WebMD. Drugs & Medications.

Metformin HCL. electronic Medicines Compendium (2015). Metformin 500mg


tablets.

Allen, H. Patient (2017). Cetirizine for allergies. WebMD. Drugs & Medications.

Cetirizine HCL. Drugs. Drugs A – Z. Cetirizine and Alcohol / Food

Interactions. Nall et al. Healthline (2017). Cetirizine.

55

Anda mungkin juga menyukai