Anda di halaman 1dari 3

Nama : Lailatus Syahnur Mauliddiah

Kelas : 3A Farmasi
Nim : 184021
Matkul : Swamedikasi

1. Swamedikasi alat kontrasepsi


 Definisi
Kontrasepsi adalah cara atau alat yang digunakan dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya kehamilan. Seorang wanita bisa mendapatkan kehamilan
apabila sperma bertemu dengan sel telur. Penggunaan alat kontrasepsi akan
mencegah sel telur dan sel sperma bertemu, menghentikan produksi sel telur,
menghentikan penggabungan sel sperma dan sel telur yang telah dibuahi yang
menempel pada lapisan rahim. 
 Macam macam alat kontrasepsi
1. Pil KB
2. Suntik KB
3. kondom
4. Implan/Norplant/Susuk
5. IUD/Spiral
6. Vasektomi
7. Tubektomi
Swamedikasi alat kontrasepsi yang sering dilakukan tenaga tekhnis
kefarmasian yaitu pil kb. Setiap merek pil KB punya cara pakai yang berbeda,
sebab cara kerja dari tiap pil KB juga berbeda. Oleh karena itu, selalu baca
petunjuk penggunaan pada label kemasannya sebelum Anda minum obat.
Berikut beberapa cara minum pil KB sesuai mereknya.
Pil KB Andalan adalah merek pil KB yang paling umum digunakan. Pil
KB Andalan tersedia dalam dua paket, yaitu paket 21 hari dan 28 hari. Cara
minumnya yaitu satu pil untuk satu hari, semisal akan mulai pakai pil KB di
hari Rabu, maka minum dosis pil KB yang ditandai dengan tulisan hari “Rabu”
dan lanjutkan hari seterusnya sesuai petunjuk panah pada blister. Segera isi
ulang ketika dosis habis. Anda dianjurkan untuk memulai blister baru di hari
yang sama seperti blister sebelumnya.
Pil kontrasepsi ini harus diminum secara teratur tanpa terlewat
sekalipun, sebaiknya di waktu yang sama setiap hari. Anda bisa menentukan
waktu konsumsi yang paling nyaman bagi Anda sehingga meminimalkan
kemungkinan lupa ataupun pergeseran waktu konsumsi pil.
2. Swamedikasi kondisi khusus (ibu hamil dan menyusui)
Dalam swamedikasi untuk kondisi hamil dan menyusui dalam memberian
obat obatan yaitu harus memperhatikan kategori sebagi berikut :
 Kategori A
Obat yang terkategori A merupakan obat-obat yang cukup aman dikonsumsi
ibu hamil.Studi menunjukkan bahwa obat kategori ini tidak menyebabkan
risiko kehamilan atau malformasi pada trimester pertama.
Contoh obat atau zat: levothyroxine, asam folat, liothyronine.
 Kategori B
Kategori ini meliputi obat-obat yang masih jarang dikonsumsi ibu hamil namun
juga tidak menunjukkan adanya efek malformasi bagi janin.Studi reproduksi
hewan telah gagal menunjukkan risiko pada janin.
Contoh obat: metformin, hydrochlorothiazide, cyclobenzaprine, amoxicillin,
pantoprazole.

 Kategori C
Obat kategori ini bisa berdampak buruk pada janin namun biasanya
dampaknya bisa membaik kembali.Studi reproduksi hewan telah
menunjukkan efek buruk pada janin, tetapi karena manfaat potensial mungkin
beberapa ibu hamil memerlukan penggunaan obat ini.
Contoh obat: tramadol, gabapentin, amlodipine, trazodone.

 Kategori D
Obat-obat golongan ini terbukti bisa menyebabkan malformasi dan berbahaya
bagi janin.Risiko bahayanya bersifat menetap atau tidak bisa membaik
dengan sendirinya. Ada bukti positif risiko janin manusia berdasarkan data
reaksi yang merugikan dari pengalaman investigasi atau studi pada manusia.
Contoh obat: lisinopril, alprazolam, losartan, clonazepam, lorazepam

 Kategori X
Studi pada hewan atau manusia telah menunjukkan kelainan janin dan
dilarang untuk dikonsumsi selama kehamilan.Obat ini memiliki efek negatif
yang nyata dibandingkan manfaatnya pada ibu hamil.
Contoh obat: atorvastatin, simvastatin, warfarin, methotrexate, finasteride.
Selain lima kategori di atas,perlu perhatikan bahwa ibu hamil tidak bisa
sembarangan mengonsumsi obat tanpa resep dokter.Jadi sebaiknya menyarankan
untuk konsultasikan terlebih dahulu ketika hendak mengonsumsi obat. Selain itu
melakukan upaya preventif dan berhati-hati menjadi penting dilakukan agar janin
dan ibu hamil bisa selamat dan sehat.
3. Swamedikasi kondisi khusus (pediatri)
Pasien pedriati merupakan pasien yang usia minimalnya berkisar antara 18
dan 21 tahun. Usia ini merupakan masa transisis pasien memasuki perawatan
kesehatan dewasa.
Dalam melayani swamedikasi untuk pasien pediatri harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
a. Tepat diagnosa
b. Komposisi zat berkhasiat obat
c. Peringatan-peringatan khusus dalam pemakaian
d. Bentuk sediaan yang sesuai contohnya
Contoh nya jika bayi mengalami sakit demam kita sebagai tenaga tekhnis
kefarmasian dapat memberikan sediaan berupa drob, untuk pasien bayi juga ada
beberapa zat aktif yang tidak boleh diberikan sembarangan harus sesuai rentang
umurnya contoh pasien umur2-5 boleh diberikan pseudoephedrine umur diatas
6tahun boleh diberikan phenilpropanolamin. Terapi non farmakologi juga sangat
penting untuk pasien pediatri.

4. Swamedikasi kondisi khusus (geriatri)


Pasien geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multi penyakit dan gangguan
akibat penurunan fungsi organ, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang
membutuhkan pelayanan kesehatan secara terpadu dengan pendekatan
multidisiplin dengan pendekatan multidisiplin yang bekerja secara interdisiplin
Dalam melakukan swamedikasi untuk pasien geriatri perlu memperhatikan
Oral bioavaUability, Distribusi obat (pengaruh perubahan komposisi tubuh & faal
organ akibat penuaan) serta Metabolic Clearance.
Berikut ini disampaikan beberapa contoh obat yang sering digunakan pada
usia lanjut dengan beberapa pertimbangan sesuai respon yang bisa berbeda:
1 Warfarin: perubahan farmakokinetik tak ada, maka perubahan respon yang
ada adaiah akibat perubahan farmakodinamik. Sensitivitas yang meningkat
adaiah akibat berkurangnya sintesis faktor-faktor pembekuan pada usia
lanjut.
2 Nitrazepam: perubahan respons juga terjadi tanpa perubahan farmakokinetik
yang berarti. Hal ini menunjukkan bahwa pada usia lanjut sensitivitas
terhadap nitrazepam memang meningkat. Lebih lanjut data menunjukkan
bahwa pemberian diazepam intravena pada pasien usia lanjut memerlukan
dosis yang lebih kecil dibandingkan pasien dewasa muda, selain itu efek
sedasi yang diperoleh memang lebih kuat dibandingkan pada usia dewasa
muda.
3 Triazolam: pemberian obat ini pada warga usia lanjut dapat mengakibatkan
postural sway^ya bertambah besar secara signifikan dibandingkan dewasa
muda.
4 Sensitivitas obat yang berkurang pada usia lanjut juga terlihat pada
pemakaian obat propranolol. Penurunan frekuensi denyut nadi setelah
pemberian propranolol pada usia 50 - 65 tahun ternyata lebih rendah
dibandingkan mereka yang berusia 25 - 30 tahun. Efek tersebut adaiah pada
reseptor 61; efek pada reseptor 62 yakni penglepasan insulin dan vasodilatasi
akibat pemberian isoprenalin tidak terlihat. Perubahan sensitivitas
menunjukkan bahwa terdapat perubahan pada pasca-reseptor intraselular.
beberapa obat yang sebenarnya bukan tergolong antikolinergik namun
jika diberikan pada usia lanjut akan memberikan efek antimuskarinik;
beberapa diantaranya adalah simetidin, ranitidin, prednisolon, teofilin,
digoksin, ianoksin, furosemid, isosorbid-dinitrat dan nifedipin. Semakin
banyak obat yang diberikan maka semakin besar pula kemungkinan efek
antikolinergik yang bisa muncul.

Anda mungkin juga menyukai