Anda di halaman 1dari 13

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA

RAWAT INAP DI RSUD SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE

PONTIANAK

EVALUATION OF ANTIBIOTIC ON PNEUMONIA INPATIENTS AT RSUD

SULTAN SYARIF MOHAMAD ALKADRIE PONTIANAK

Hendrikus Jelian Hutahaean1, Ressi Susanti2, Nera Umilia Purwanti3


Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Pontianak
hendrikusjelian@student.untan.ac.id
ABSTRAK
Pneumonia merupakan penyakit infeksi yang menyebabkan peradangan akut parenkim
paru-paru dan pemadatan eksudat pada jaringan paru.Pneumonia disebabkan oleh
berbagai patogen seperti bakteri, jamur, virus danparasit, tetapi sebagian besar disebabkan
oleh bakteri.Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat mengakibatkan tidak
tercapainya tujuan terapi dan meningkatkan resiko terjadinya resistensi antibiotik.Tujuan
dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pasien pneumonia,
pola penggunaan antibiotik serta kerasionalan dalam penggunaannya.Penelitian ini
merupakan penelitian observasional dengan rancangan potong lintang yang bersifat
deskriptif.Pengumpulan data dilakukan berdasarkan pada data rekam medis yang
dilakukan dengan teknik total sampling.Sampel dalam penelitian ini berjumlah 35 pasien,
dengan karakteristik (51,42%) berjenis kelamin laki-laki dan (48,57%) perempuan.Pola
penggunaan antibiotik yang paling banyak digunakan adalah antibiotik tunggal (54,28%)
dibandingkan dengan kombinasi (45,67%).Antibiotik tunggal yang paling banyak
digunakan pada pasien anak yaitu ceftriakson (55%); serta pada pasien dewasa lebih
banyak digunakan antibiotik kombinasi yaitu Ceftriakson dan Azithromisin
(26,66%).Evaluasi penggunaan antibiotik yaitu tepat indikasi pada pasien anak dan
dewasa (100%), tepat obat pada pasien dewasa (75%) dan pasien anak (100%), tepat
dosis pasien dewasa (100%) dan pasien anak (55,55%), tepat lama waktu pemberian pada
pasien dewasa (79,16%) dan pasien anak (40,74%).

Kata Kunci : Pneumonia, Evaluasi Obat, Antibiotik.

1
ABSTRACT
Pneumonia is an infectious disease that causes acute inflammation of the lung
parenchyma and compaction of the exudate in the lung tissue. Pneumonia is caused by
various pathogens such as bacteria, fungi, viruses and parasites, but mostly caused by
bacteria. Improper use of antibiotics can result in the achievement of therapeutic goals.
and increase the risk of antibiotic resistance. The aim of this study was to determine the
characteristics of pneumonia patients, the pattern of antibiotic use and the rationale for
their use. This study was an observational study with a cross-sectional design that was
descriptive. total sampling technique. The sample in this study amounted to 35 patients,
found (51.42%) male and (48.57%) female. The pattern of antibiotic use most widely used
was single antibiotics (54.28%) comparedwith combination (45.67%). The single most
widely used antibiotics in pediatric patients were ceftriaxone (55%); and in adult patients
more combination antibiotics are used, namely Ceftriaxone and Azithromycin (26.66%).
Evaluation of antibiotic use is the right indication for children and adults (100%), the
right drug in adult patients (75%) and children %), the right dose of adult patients
(100%) and pediatric patients (55.55%), the correct duration of administration in adult
patients (79.16%) and pediatric patients (40.74%).

Keywords: Pneumonia, Drug Evaluation, Antibiotics.

2
PENDAHULUAN lama, dan meningkatnya risiko
kematian.(8) Meluasnya penggunaan
Pneumonia merupakan penyakit antibiotik yang tidak tepat merupakan
yang disebabkan karena adanya infeksi isu besar dalam kesehatan masyarakat
akut atau radang pada jaringan paru dan dan keamanan pasien.Pasien di rumah
penularannya dapat melalui sakit banyak menerima obat antibiotik
udara.Organisme yang dapat dan lebih dari separuhnya, pasien
menyebabkan penyakit pneumonia yaitu menerima antibiotik yang tidak
jamur, virus, dan, bakteri.(1)Berdasarkan diperlukan dan tidak sesuai.Peresepan
World Health Organization (WHO), obat tanpa indikasi yang jelas, yaitu
infeksi paru ini menjadi penyebab penentuan dosis yang salah, cara, dan
kematian tunggal terbesar pada anak- lama pemberian yang keliru, serta
anak di seluruh dunia.Setiap tahunnya, peresepan obat yang mahal merupakan
pneumonia membunuh sekitar 1,4 juta sebagian contoh dari ketidak rasionalan
anak di bawah usia lima tahun.(2) peresepan yang sering dijumpai dalam
praktek sehari - hari.
Kasus pneumonia balita yang ada di
Indonesia pada tahun 2018 mencapai Penelitian sebelumnya
478.078 kasus berdasarkan data dari menyatakan bahwa persentase
Kemenkes RI 2019.Riset Kesehatan rasionalitas penggunaan antibiotik pada
Dasar (Riskesdas) 2018 melaporkan pasien pneumonia didapatkan tepat
bahwa prevalensi pneumonia di indikasi pemberian dinyatakan 100%
Indonesia naik dari 1,6% menjadi 4%, rasional, tepat jenis antibiotik
dengan prevalensi pneumonia geriatri dinyatakan 93,02% rasional, tepat dosis
mencapai 15,5%. Pneumonia merupakan dinyatakan 68,60% rasional dan tepat
salah satu dari 10 besar penyakit rawat lama pemberian dinyatakan 62,79%.(9)
inap di rumah sakit, dengan proporsi
kasus 53,95% laki-laki dan 46,05% Penelitian lainnya di Rumah
perempuan.(3)Kalimantan Barat sendiri Sakit Universitas Tanjungpura
mengalami peningkatan dari tahun 2013 Pontianak pada tahun 2017-2018
hingga 2018 yaitu 1,1% menjadi 2,1% menunjukkan bahwa antibiotik yang
dengan kasus pneumonia di kota paling banyak digunakan pada pasien
Pontianak pada tahun 2017 sebanyak pneumonia komuniti anak dan balita
4,13%.(3,4,5,6) adalah sefotaksim (21,43%). Ketepatan
Antibiotik merupakan terapi pemilihan antibiotik sebesar 92,15%,
utama pneumonia yang disebabkan oleh ketepatan pemilihan dosis antibiotik
bakteri.(7) Pengobatan menggunakan sebesar 90,20% dan ketepatan lama
antibiotika pada pasien pneumonia penggunaan antibiotik 66,67%.(10)
memerlukan perhatian khusus karena
faktor farmakokinetik, meliputi absorbsi, Berdasarkan hasil tersebut,
distribusi, metabolism dan ekskresi obat maka penggunaan antibiotik pada pasien
pada anak berbeda dengan orang dewasa pneumonia perlu diperhatikan. Jenis
sehingga dapat terjadi perbedaan respon antibiotik yang digunakan harus sesuai
terapeutik atau efek dengan bakteri yang menginfeksi.
sampingnya.Pemberian antibiotik yang Ketepatan penggunaan antibiotik perlu
kurang tepat dapat menimbulkan diperhatikan untuk mengurangi resiko
masalah resistensi dan potensi terjadinya terjadinya resistensi dan meningkatkan
kejadian efek samping seperti efektivitas dari pemberian antibiotik
perkembangan infeksi yang lebih parah, sebagai pengobatan pada pasien
terjadinya komplikasi, waktu tinggal di pneumonia.
rumah sakit (rawat inap) menjadi lebih

3
Tujuan dilakukannya penelitian Hasil dan Diskusi
ini adalah untuk mengetahui Profil Karakteristik Pasien
karakteristik pasien pneumonia, pola
penggunaan antibiotik serta kerasionalan Penelitian yang telah dilakukan
dalam penggunaannya. mengenai Evaluasi Penggunaan
Antibotik pada pasien pneumonia rawat
Metode Penelitian inap di RSUD Sultan Syarif Mohamad
Alkadie Pontianak diperoleh 35 pasien
Desain Studi yang memenuhi kriteria inklusi selama
Penelitian ini adalah penelitian periode Januari – Juni 2020.
observasional dengan pendekatan cross Tabel 1. Karakteristik Pasien
sectional yang bersifat deskriptif dengan
teknik pengambilan sampel yaitu total
N=35
sampling. Pengumpulan data dilakukan
secara retrospektif, menggunakan data Jenis
rekam medis yang bertujuan untuk No Karakteristi
Jumlah Persentase
k
mengetahui kerasionalan penggunaan (orang) (%)
antibiotik pada pasien pneumonia di RSUD
Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak
1. Anak – anak 20 pasien 66,66%
tahun 2020. Partisipan penelitian adalah
2. Dewasa 15 pasien 42,85%
seluruh pasien pneumonia rawat inap
Jenis
yang diberikan antibiotik di RSUD 3.
Kelamin
Sultan Syarif Mohamad Alkadrie a. Laki-laki 18 pasien 51,42%
Pontianak pada periode Januari – Juni b.
17 pasien 48,57%
2020 yang berjumlah 35 pasien. Perempuan
4. Umur
Jenis Data a. 0-4 tahun 15 pasien 42,85%
b. 5–14
Data yang diambil adalah data 5 pasien 14,28%
tahun
sekunder dari rekam medis pasien yang c. 15–24
1 pasien 2,85%
meliputi data pasien dan data tahun
pengobatan pasien yang digunakan d. 25–44
3 pasien 8,57%
tahun
dalam terapi pasien pneumonia. e. 45–64
tahun 7 pasien 20%
Analisis Data f. 65–84 4 pasien 11,42%
tahun
Data yang diperoleh kemudian
dievaluasi berdasarkan pedoman yang Hasil yang didapatkan
digunakan yaitu Pedoman Perhimpunan menunjukan bahwa jumlah pasien
Dokter Paru Indonesia (PDPI 2003), pneumonia kelompok anak di RSUD
Antibiotic Guidelines 2015-2016, dan Sultan Syarif Mohamad Alkadrie
British National Formularium Children Pontianak lebih dominan dari pada
(BNFC) 2017-2018,Pedoman Pelayanan kelompok dewasa yaitu 66,66% (20
Medis (PPM 2009) dan diolah pasien) dibanding dewasa 42,85% (15
menggunakan software Microsoft Excel. pasien). Hal ini sesuai dengan penelitian
Hasil diinterpretasikan dalam bentuk yang dilakukan oleh Ilmawati RSUP dr.
uraian tabel. Soeradji Tirtonegoro pada tahun 2014
menyimpulkan bahwa pasien pneumonia
balita anak-anak cenderung lebih tinggi

4
dibanding pasien dewasa dengan dipengaruhi oleh lingkungan.Berdasrkan
persentase 51,92%.(11) Hasil tersebut riset Riskesdas Depkes tahun 2015
juga sesuai dengan hasil survey dimana didapatkan bahwa pria lebih
kematian balita pada tahun 2007 yang dominan karena diduga dengan kegiatan
dilakukan oleh Departemen Kesehatan pria yang lebih sering keluar rumah
RI yang menyatakan bahwa pneumonia sehingga lebih mudah
merupakan penyebab utama kematian terkontaminasi/terinfeksi dengan kuman
pada balita dengan presentase mencapai atau virus serta banyaknya zat-zat
23%.Hal ini dikarenakan sistem patogen berupa rokok dan lain
kekebalan imun pada anak usia tersebut sebagainya yang lebih banyak
belum sepenuhnya sempurna sehingga dikonsumsi oleh pria sehingga memicu
lebih mudah terjangkit penyakit infeksi, timbulnya infeksi karena penurunan
salah satunya pneumonia.Salah satu daya tahan akibat zat tersebut.(14)
faktor yang dapat mempengaruhi
pneumonia pada anak usia dibawah 1 Hasil yang diperoleh
tahun adalah kurangnya energi protein. menunjukan gambaran tentang pasien
Anak yang tidak memperoleh makanan pneumonia dan dapat diketahui bahwa
cukup dan seimbang, daya tubuhnya angka kejadian pneumonia paling tinggi
dapat melemah dan mudah diserang adalah pada rentang usia 0 – 4 tahun
penyakit infeksi.(12) yaitu sebanyak 15 pasien (42,825%).
Hal tersebut sesuai dengan penelitian
Berdasarkan tabel tampak yang telah dilakukan oleh Hermanto
karakteristik pasien pneumonia yang pada tahun 2015 di RSUD Moewardi
dirawat Sultan Syarif Mohamad Surakarta bahwa pasien pneumonia
Alkadrie Pontianak lebih banyak balita dominan terjadi pada pasien
berjenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan usia dibawah 5 tahun dengan
dengan perempuan.Tabel tersebut persentase 67,74%.(15)Hal ini
menunjukkan bahwa kejadian dikarenakan sistem kekebalan imun
pneumonia dalam penelitian ini dari 35 pada anak usia tersebut belum
pasien pneumonia sebagian besar sepenuhnya sempurna sehingga lebih
berjenis kelamin laki-laki yaitu mudah terjangkit penyakit infeksi, salah
sejumlah18 pasien(51,42%), sedangkan satunya pneumonia.(13)Salah satu faktor
untuk pasien perempuan yaitu sejumlah yang dapat mempengaruhi pneumonia
17 pasien (48,57%). Hasil penelitian ini pada anakusia dibawah 1 tahun adalah
sesuai dengan penelitian sebelumnya kurangnya energi protein.Anak yang
bahwa jumlah pasien pneumonia paling tidak memperoleh makanan cukup dan
banyak diderita oleh laki-laki.(13)Hal ini seimbang, daya tubuhnya dapat
disebabkan diameter saluran pernapasan melemah dan mudah diserang penyakit
anak laki-laki lebih kecil dibandingkan infeksi.(16) Pada pasien dewasa, kejadian
anak perempuan atau adanya perbedaan pneumonia paling tinggi pada kelompok
dalam daya tahan tubuh anak laki-laki usia 45 – 64 tahun. Hal ini disebabkan
dan perempuan.Organ paru pada karena pada usia lanjut terjadi perubahan
perempuan memiliki daya hambat aliran anatomi fisiologi akibat proses penuaan
udara yang lebih rendah dan daya hantar memberi konsekuensi penting terhadap
aliran udara yang lebih tinggi sehingga cadangan fungsional paru dan
sirkulasi udara dalam rongga pernapasan peningkatan resistensi saluran napas
lebih lancar dan paru terlindung dari terhadap infeksi serta penurunan daya
infeksi patogen.(13)Faktor lainnya yang tahan tubuh.(17)
menyebabkan laki-laki lebih banyak
menderita pneumonia yaitu dapat

5
Tabel 2. Pola Penggunaan Antibiotik
Pola Penggunaan Antibiotik
pada Pasien Pneumonia
Pola penggunaan antibiotik pada N = 35
pasien pneumonia di RSUD Sultan Antibiotik
Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak Frekuensi Persentase

adalah dengan diberikannya terapi T


antibiotik empiris karena tidak U Ceftriakson 17 48,57%
dilakukannya pemeriksaan kultur
N
bakteri. Antibiotik empiris diberikan
secara tunggal dan kombinasi. G Ampisilin 2 5,71%
Pemberian antibiotik empiris dilakukan G
sebagai penanganan awal bagi pasien
A
jika bakteri penyebab belum
diketahui.(18) L

Berdasarkan hasil yang Jumlah 19 54,28%


diperoleh, penggunaan antibiotik K Ampisilin + 5 14,28%
tunggal lebih banyak digunakan Gentamisin inj.
daripada penggunaan antibiotik O Ceftriakson + 1 2,85%
kombinasi. Pola penggunaan antibiotik Gentamisininj.
pada pasien pneumonia dibagi menjadi 3 M Ceftriakson + 1 2,85%
yaitu pasien pneumonia secara ampisilininj.
keseluruhan, pneumonia pada anak B Ceftriakson + 1 2,85%
Cefixime
I Ceftriakson + 4 11,42%
Azithromycininj.
N

A Ceftriakson + 3 8,57%
Levofloxacin
inj.
S Meropenem + 1 2,85%
Levofloxacin
inj.
I

Jumlah 16 45,67%

6
Tabel 3. Pola Penggunaan Antibiotik Tabel 4. Pola Penggunaan Antibiotik
pada Pasien Anak pada Pasien Dewasa

Penggunaa N = 20 N = 15
Jenis Penggunaa
n Frekuens Persentas Jenis
Antibiotik n
Antibiotik i e (%) Antibiotik Frekuens Persentas
Antibiotik
i e (%)
Ceftriakson
Tunggal 11 55%
inj. Ceftriakson
Tunggal 6 40%
Ampisilin inj.
2 10%
inj. Jumlah 6 40%

Ceftriakson +
Jumlah 13 65% Azithromyci 4 26,66%

Ampisilin + n inj.

Gentamisin 5 25% Ceftriakson +


inj. Kombinasi Levofloxacin 3 20%

Ceftriakson inj.

Kombinasi + ampisilin 1 5% Meropenem


inj. +

Ceftriakson Levofloxacin 1 6,66%

+ inj. 1 6,66%
1 5%
Gentamisin Ceftiakson +
inj. Cefixime

Jumlah 9 59,98%

Jumlah 7 35% Secara keseluruhan, pola


penggunaan antibiotik yang banyak
digunakan adalah antibiotik tunggal
(54,28%) daripada antibiotik kombinasi
(45,67%). Antibiotik yang digunakan di
RSUD Sultan Syarif Alkadrie Pontianak
diberikan melalui rute intravena.

Antibiotik tunggal yang paling


banyak digunakan adalah ceftriakson
(48,57%). Antibiotik golongan
sefalosporin memiliki mekanisme
menghambat sintesis dinding sel
bakteri.Keunggulannya dibandingkan
dengan antibiotik golongan penisilin
adalah aktivitasnya terhadap bakteri
penghasil penisilinase, dan lebih efektif
terhadap bakteri Staphylococcus aureus,
dan sebagian besar dari bakteri
Streptococcus, termasuk Streptococcus
pneumoniae yang merupakan penyebab
utama pneumonia.(19)

7
Sefalosporin memiliki aktivitas mukopeptida pada dinding sel
yang baik untuk melawan patogen bakteri.Ceftriakson sangat stabil
orofasial, tetapi terbatas melawanbakteri terhadap hidrolisis beta-laktamase, maka
anaerob.Sedangkan penisilin efektif ceftriakson dapat digunakan sebagai
melawan sebagian besar bakteri alternatif lini pertama pada bakteri yang
grampositif, tetapi tidak aktif jika cincin resisten terhadap penisilin.Ceftriakson
beta-laktamnya dipecah olehenzim beta- memiliki aktivitas spektrumyang lebih
laktamase.Penisilin memiliki efek luas terhadap bakteri gram positif dan
bakterisid dengan menghambat gram negatif.Namun aktivitas
pembentukan mukopeptida yang ceftriakson lebih besar terhadap bakteri
diperlukan untuk sintesis dinding sel gram negatif.(21)
mikroba.Penisilin biasanya digunakan
sebagai obat pilihan pertama untuk Pada pasien dewasa terapi
semua jenis peradangan yang tunggal lebih sedikit digunakan
mikrobanya peka dan selama tidak ada dibandingkan dengan terapi
alergi terhadap penisilin karena kombinasi.Meropenem dan levofloxacin
toksisitasnya yang hampir tidak ada dan merupakan kombinasi sinergis yang
kerjanya bersifat bakterisidal.(20) dapat secara signifikan dapat
mempercepat pemusnahan bakteri
Pada pasien anak, terapi tunggal terutama Pseudomonas
lebih dipilih dibandingkan terapi aeruginosa.Selain itu, kombinasi kedua
kombinasi yaitu terpai tunggal ceftriason antibiotik ini dapat menurunkan
dan ampisilin.Pemberian antibiotik kemungkinan terjadinya resistensi yang
kombinasi diberikan secara intravena. dapat terjadi jika digunakan sebagai
Ampisilin + gentamisin merupakan terapi tunggal.Terapi kombinasi antara
kombinasi antibiotik yang paling banyak azithromycin dengan ceftriakson ini
diberikan untuk anak yaitu sebanyak sesuai dengan panduan penatalaksanaan
25%. Ampisilin + gentamisin pasien pneumonia dari British Thoracic
merupakan terapi lini pertama pada Society.(22)Terapi yang dianjurkan
pasien pneumonia anak.(21) Gentamisin menurut British Thoracic Society untuk
yang dikombinasikan dengan penisilin pasien pneumonia rawat inap adalah
menghasilkan efek bakterisid yang kuat, terapi antibiotik golongan beta laktam
karena adanya penghambatan sintesis yang dikombinasi dengan
dinding sel bakteri. Penisilin mengubah makrolida.Antibiotik golongan
struktur dinding sel sehingga makrolida, khususnya azithromycin
memudahkan penetrasi gentamisin pada memiliki spektrum yang luas untuk
kuman.(20) melawan bakteri gram positif dan
negatif, sehingga efektif melawan
Kombinasi ceftriakson dengan berbagai organisme patogen khususnya
gentamisin akan bersifat sinergis pada infeksi saluran pernafasan yang
terhadap bakteri gram positif seperti disebabkan oleh Haemophillus
Streptococcus pneumoniae salah satu influenzae dan juga infeksi saluran
bakteri penyebab kemih.(19,22)
pneumonia.Ceftriakson diindikasikan
pada pasien dengan infeksi saluran Evaluasi penggunaan antibiotik
pernafasan bawah, infeksi kulit atau untuk pengobatan pneumonia meliputi
struktur kulit, infeksi tulang atau sendi, tepat indikasi, tebat obat, tepat dosis,
serta infeksi intra-abdomen.Efek dari dan tepat lama waktu pemberian.
ceftriakson adalah bakterisidal, yang Sampel yang diperoleh didapatkan 35
bekerja dengan menghambat sintesis data rekam medis pasien yang menderita

8
pneumonia. Hasil Evaluasi penggunaan Hasil yang diperoleh
antibiotik yaitu tepat indikasi pada menunjukkan tepat obat pada pasien
pasien anak dan dewasa (100%), tepat dewasa sebanyak (75%) dari
obat pada pasien dewasa (75%) dan penggunaan antibiotik tunggal maupun
pasien anak (100%), tepat dosis pasien kombinasi dan sebanyak (25%) tidak
dewasa (100%) dan pasien anak tepat sedangkan pada pasien anak-anak
(55,55%), tepat lama waktu pemberian didapatkan ketepatan obat sebanyak
pada pasien dewasa (79,16%) dan pasien (100%).
anak (40,74%).
Ketidak tepatan obat pada
Tabel 5. Evaluasi Tepat Indikasi Obat pasien dewasa terjadi pada kombinasi
Evaluasi Frekuensi Persentase antibiotik yang digunakan pada pasien
Tepat Indikasi 35 100% pneumonia yang tidak sesuai dengan
Tidak Tepat kondisi dan penyakit penyerta pasien
0 0
Indikasi tersebut, seperti penggunaan kombinasi
ceftriakson dan levofloxacin pada pasien
Tepat indikasi didasarkan pada DM yang mengkonsumsi metformin dan
antibiotik yang diresepkan kepada furosemid.Penggunaan levofloxacin
pasien. Hasil evaluasi ketepatan indikasi
dapat menimbulkan interaksi pada
dilakukan pada pasien pneumonia rawat
inap dan 100% diberikan terapi penderita diabetes, yaitu dapat
antibiotik, baik terapi tunggal maupun menyebabkan terjadinya hipoglikemia
terapi kombinasi. Hasil penelitian ini berat pada banyak kasus.(23) Penggunaan
sesuai dengan hasil penelitian antibiotik levofloxacin dinilai kurang
sebelumnya yang menyatakan bahwa tepat pada pasien komorbid diabetes.
kerasionalan penggunaan antibiotik pada
tepat indikasi adalah sebesar 100%.(9) Tabel 7. Evaluasi Tepat Dosis
Pasien Nama Obat Tepat Dosis
Tabel 6. Evaluasi Tepat Obat Pneumon
ia Ya Tidak
Pasien Nama Obat Tepat Obat
Pneumo Dewasa1 a. Ceftriakson 6 0
nia
Ya Tidak b. Ceftriakson – 8 0
Azitromisin 6 0
Dewasa a. Ceftriakson 6 0
1
b. Ceftriakson – 8 0 c. Ceftriakson – 0
Azitromisin 0 6 Levofloxacin 2 0
d. Meropenem –
c. Ceftriakson – 2 0
Levofloxacin 2 0 Levofovacin 2
d. Meropenem – e. Ceftriakson –
Cefixime
Levofovacin
e. Ceftriakson – 24 0
Cefixime
Jumlah1 100% 0%
18 6

Jumlah1 75% 25% Anak- a. Ceftriakson 3 8


anak2 b. Ampisilin 2 0
Anak- a. Ceftriakson 11 0 c. Ampislin – 8 2
anak2 b. Ampisilin 2 0 Gentamisin 2 0
c. Ampislin – 10 0 d. Ceftriakson – 0 2
Gentamisin 2 0 Ampisilin
d. Ceftriakson – 2 0 e. Ceftriakson –
Ampisilin Gentamisin
e. Ceftriakson –
Gentamisin 15 12
Jumlah2
27 0 55,55 44,44
Jumlah2 % %
100% 0%

9
Hasil penelitian mendapatkan Tabel 8. Evaluasi Tepat Lama
bahwa tepat dosis penggunaan antibiotik Pemberian
pada pasien anak menunjukan hasil yang Pasien Nama Obat Tepat Lama
berbeda dengan pasien dewasa yaitu Pneumo Pemberian
tepat dosis sebesar (55,55%) dan tidak nia Ya Tidak
Dewasa1 a. Ceftriakson 5 1
tepat dosis sebesar (44,44%), baik dari b. Ceftriakson – 8 0
pasien yang mendapatkan terapi Azitromisin 4 2
antibiotik tunggal maupun c. Ceftriakson –
Levofloxacin 1 1
kombinasi.Pemberian yang tidak tepat d. Meropenem –
karena antibiotik diberikan dalam dosis Levofovacin 1 1
e. Ceftriakson –
yang sedikit atau berlebih, tidak sesuai Cefixime
dengan literatur yang 19 5
digunakan.Pemberian dosis yang 1
Jumlah 79,16% 20,83%
berlebihan akan sangat beresiko
timbulnya efek samping.Sebaliknya, Anak- a. Ceftriakson 2 9
dosis yang terlalu kecil dikhawatirkan anak2 b. Ampisilin 2 0
tidak mencapai efek/kadar terapi yang c. Ampislin – 6 4
Gentamisin 1 1
diharapkan atau bahkan munculnya d. Ceftriakson – 0 2
resistensi antibiotik. Ampisilin
e. Ceftriakson –
Gentamisin
Antibiotik yang diberikan
kepada pasien pneumonia dewasa baik 11 16
Jumlah2
itu antibiotik tunggal maupun kombinasi 40,74% 59,25%
adalah 100% tepat dosis.Tidak tepat
dosis paling banyak terjadi pada
pemberian antibiotik pada pasien anak Hasil penelitian mendapatkan
yaitu antibiotik tunggal ceftriakson, bahwa tepat lama pemberian
kemudian kombinasi ampisilin + penggunaan antibiotik pasien dewasa
gentamisin dan kombinasi ceftriakson + sebesar (79,16%) dan pasien
gentamisin.Dosis cefriakson untuk terapi anak(40,74%) seperti yang terlihat pada
pada pasien anak yaitu 50 – 80 mg/kg, 1 tabel 8. Hasil ini juga sesuai dengan
x 1, maksimal 4 gram/hari(24) Dosis yang penelitian yang dilakukan sebelumnya di
diberikan pada pasien pneumonia anak, RS Universitas Tanjungpura Pontianak
jika dihitung berdasarkan berat badan yang menyatakan bahwa ketepatan lama
kurang dari dosis yang dianjurkan pada pemberian antibiotik sebesar 66,67%.(10)
literatur, sehingga dosis yang diberikan
bersifat underdose. Penggunaan antibiotik rata-rata
berlangsung selama 7 hari. Hal ini sesuai
Ketidaktepatan dosis dalam dengan rekomendasi dan beberapa
penggunaan antibiotik juga banyak literatur. Lama pemberian antibiotik
terjadi pada kombinasi ampisilin + pada pasien pneumonia juga ditentukan
gentamysin.Dosis gentamysin untuk oleh kondisi pasien. Pemberian
pasien anak6.5-7.5 mg/kg, 1 x 1 / antibiotik dapat diberhentikan dalam 3–
hari.(43)Dosis yang diberikan jika 5 hari bagi pasien tanpa kondisi
dihitung sesuai dengan berat badan defisiensi imun atau penyakit
masing-masing pasien anak, bersifat pernapasan struktural, 7 hari bagi pasien
kurang dari dosis yang dianjurkan pada dengan defisiensi imun dan/atau
literatur (underdose). penyakit pernapasan struktural dan 10–
14 hari.(25)

10
Ketidaktepatan lama pemberian Kesimpulan
antibiotik banyak terjadi pada pasien
anak, khususnya yang diberikan Pola penggunaan antibiotik yang
antibiotik kombinasi ampisilin + paling banyak digunakan adalah
gentamisin. Kombinasi ampisilin + antibiotik tunggal (54,28%)
gentamisin diberikan kurang dari 5 hari. dibandingkan dengan kombinasi
Hal ini tidak sesuai dengan literatur, (45,28%), dan antibiotik tunggal yang
karena lama pemberian antibiotik paling banyak digunakan pada pasien
ampisilin + gentamisin adalah minimal 5 anak yaitu ceftriakson (55%), serta pada
hari.(25) pasien dewasa antibiotik kombinasi
yaitu ceftriakson dan azithromisin
Keterbatasan Penelitian (26,66%). Evaluasi ketepatan
penggunaan antibiotik pada pasien
Penelitian ini memiliki berbagai dewasa dan anak yaitu tepat indikasi
keterbatasan dan kendala. Tidak (100%), tepat obat pasien dewasa (75%)
dilakukannya kultur bakteri pada pasien, dan pasien anak (100%), tepat dosis
sehingga pemberian antibiotik tidak pasien dewasa (100%) dan pasien anak
spesifik dan bersifat empiris. Selain itu, (55,55%), tepat lama waktu pemberian
metode yang digunakan adalah total pasien dewasa (79,16%) dan pasien anak
sampling, dimana partisipan yang (40,74%).
diambil sesuai dengan populasi yang
memenuhi kriteria inklusi. Akan tetapi,
dibatasi dengan hilangnya beberapa
rekam medis dan rusaknya beberapa rak
yang menyimpan rekam medis sehingga
data tidak dapat diambil dan dianalisis.

11
DAFTAR PUSTAKA 8. World Health Organization.
Pneumonia [internet]. c2012 [cited
1. Farida Y, Trisna A, Nur DW. Studi
2019 Oct 15]. Available from:
Penggunaan Antibiotik Pada Pasien
http://www.who.int/mediacentre/
Pneumonia di Rumah Sakit
Rujukan Daerah Surakarta. Journal 9. Ofyia L.M, Purwanti U.N, Susanti
of Pharmaceutical Science and R. Evaluasi Penggunan Antibiotik
Clinical Research. 2017; 02: 44 – Pada Pasien Pneumonia Rawat
52. Inaanp Di RSUD dr. Soedarso
2. World Health Pontianak. Skripsi Fakultas
Organization.Pneumonia [internet]. Kedokteran. Pontianak: Universitas
c2012 [updated 2012 Nov; cited Tanjungpura; 2019.
2019 Aug 25]. Available from:
http://www.who.int/mediacentre/ 10. Rohana E, Nurmainah, Susanti R.
factsheets/fs331/en/index.html. Evaluasi Penggunaan Antibiotik
pada Pasien Pneumonia Komuniti
3. Kementerian Kesehatan Republik Anak dan Balita di Rumah Sakit
Indonesia. Laporan Riset Kesehatan Universitas Tanjungpura Pontianak.
Dasar 2018. Jakarta: Badan Skripsi. Fakultas Kedokteran.
Penelitian dan Pengembangan Pontianak: Universitas
Kesehatan, Kementerian Kesehatan Tanjungpura; 2018.
Republik Indonesia; 2018.
11. Ilmawati M,E. Evaluasi Ketepatan
4. Kementerian Kesehatan Republik Penggunaan Antibiotik Pada
Indonesia. Riset Kesehatan Dasar Geriatri di RSUP dr. Soeradji
2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Tirtonegoro Klaten Jawa Tengah.
Pengembangan Kesehata, Skripsi. Fakultas Farmasi.
Kementerian Kesehatan Republik Surakarta: Universitas
Indonesia; 2013. Muhamamadiyah Surakarta; 2014.

5. Anwar A, Dharmayanti I. 12. Kementerian Kesehatan Republik


Pneumonia pada Anak Balita di Indonesia. Riset Kesehatan Dasar
Indonesia. Jurnal Kesehatan 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan
Masyarakat Nasional. 2014; 8(8). Pengembangan Kesehata,
Kementerian Kesehatan Republik
6. Nugroho F, Utami PI, Yuniastuti I. Indonesia; 2007.
Evaluasi Penggunaan Antibiotik
pada Penyakit Pneumonia Di 13. Yanti YE, Nurmainah, Hariyanto.
Rumah Sakit Umum Daerah Rasionalitas Penggunaan Antibiotik
Purbalingga. Jurnal Pharmacy. pada Pasien Rawat Inap Balita
2011; 08(1). Penderita Pneumonia dengan
Pendekatan Metode Gyssens di
7. Ceyhan, M., Yildirim, I., Ecevit, C., RSUD Sultan Syarief Mohamad
Aydogan, A., Ornek, A., Salman, Alkadrie Pontianak. Skripsi.
N., dkk., 2010. Inappropriate Pontianak: Universitas
antimicrobial use in Turkish Tanjungpura; 2016.
pediatric hospitals: A multicenter
point prevalence survey. 14. Departemen Kesehatan Republik
International Journal of Infectious Indonesia. Pharmaceutical Care
Diseases,14: 55–61. Untuk Infeksi saluaran Pernafasan.
Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia; 2015.

12
15. Hermanto EO. Rasionalitas [cited 2020 Feb 3]. Available from:
Penggunaan Antibioik pada Pasien http://pionas.pom.go.id/monografi/l
PneumoniaAnak di Instalasi Rawat evofloksasin.
Inap RSUD Dr. Moewardi
Surakarta Periode Januari- 24. World Health Organization. Pocket
Desember2014.UniversitasSebelas Book of Hospital Care forChildren:
MaretSurakarta; 2015. Guidelines for The Management of
Common Illness With
16. Hartati S, Nurhaeni N. Faktor LimitedResources. Who Press;
Resiko Terjadinya Pneumonia Pada 2005.
Anak Balita. Jurnal Keperawatan
Indonesia; 2012 25. Perhimpunan Dokter Paru
Indonesia. Pedoman Diagnosis Dan
17. Rizqi MH, dan Helmia H, Tinjauan Penatalaksanaan Di Indonesia.
Imunologi Pneumonia pada Pasien Perhimpunan Dokter Paru
Geriatri.CDK-212. 2014;41(1): 14- Indonesia; 2003.
18.

18. Shulman ST, Sommer JP. Dasar


dan Biologi Klinis Penyakit Infeksi.
Edisi IV. Yogyakarta: UGM Press.
1994.

19. Katzung BG. Farmakologi Dasar


dan Klinik Edisi VI. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC;
1995.

20. Kementrian Kesehatan RI.


Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonsesia Nomor
2046/MENKES/PER/XII/2011.
Pedoman Umum Penggunaan
Antibiotik; 2011.

21. McWvoy GK. AHFS Drug


Information. Bethesda: American
Society of Health-system
Pharmacist Inc;2008.

22. Rohana E, Nurmainah, Susanti R.


Evaluasi Penggunaan Antibiotik
Pada Pasien Pneumonia Komuniti
Anak dan Balita di Rumah Sakit
Universitas Tanjungpura Pontianak.
Skripsi. Fakultas Kedokteran
Pontianak: Universitas
Tanjungpura; 2008.

23. Badan Pengawas Obat dan


Makanan Republik Indonesia.
Levofloksasin [internet]. c2020.

13

Anda mungkin juga menyukai