Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS JURNAL

JOURNAL REVIEW

Analysis Of Antibiotics Use In Pediatric Pneumonia Patients

KELOMPOK 2

LISDAWATI
HERA
OKTAVIANA SURNIA
SULPIANAH

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021

ANALISIS JURNAL
JOURNAL REVIEW
Judul asli : Analysis Of Antibiotics Use In Pediatric Pneumonia Patients
Penulis : Dhita Evi Aryani
Didik Hasmono
Biarawati Zairina
Landia Setiawan
Publikasi : Folia Medica Indonesiana Vol. 52 No. 2 April - June 2016 : 108-115
109

Abstrak
Pneumonia adalah penyakit infeksi yang menyebabkan peradangan akut parenkim
paru-paru dan pemadatan eksudat pada jaringanparu. Selain menyebabkan morbiditas
dan mortalitas yang signifikan, pneumonia juga sulit didiagnosis, perawatan yang
kurang tepat dan kurang dianggap serius. Pneumonia ini menyebabkan kematian 14%
balita di Indonesia, dengan angka kematian 83 balita per hari. Kesulitan untuk
menegakkan diagnosis, pemilihan antibiotika yang kurang tepat, adanya efek samping
obat, perbedaan farmakokinetik farmakodinamik obat dan resistensi akibat
penggunaan antibiotika yang tidak bijak menjadi masalah tersendiri. Oleh sebab itu
perlu dilakukan penelitian analisis penggunaan antibiotika pada pasien pneumonia
anak usia 3 bulan – 5 tahun. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis
penggunaan antibiotika pada pasien pneumonia anak usia 3 bulan – 5 tahun dengan
metode kuantitatif DDD/100 patient-days dan kualitatif dengan metode Gyssens.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan tipe kohort prospektif.
Sampel penelitian adalah pasien anak (usia 3 bulan sampai 5 tahun) dengan diagnosis
pneumonia yang mendapatkan antibiotika yang dirawat dalam rentang 8 Februari
2014 – 8 Mei 2014 yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel yang memenuhi kriteria
inklusi sebanyak 29 pasien dengan penggunaan antibiotika sebanyak 75. Hasil
analisis kuantitatif dengan metode DDD/100 patients days didapatkan nilai
penggunaan antibiotika ampisilin 34,39DDD/100 patient days dan hasil analisis
kualitatif menggunakan metode Gyssens didapatkan penggunaan antibiotika yang
sudah sesuai (kategori 0) sebanyak 32%. Dari hasil penelitian diketahui bahwa
ampisilin paling sering digunakan yaitu sebesar 34,39 DDD/100 patient days. Dan
dari analisis kualitatif hanya 32% penggunaan antibiotika yang rasional. (FMI
2016;52:108-115)

Kata kunci: pneumonia, anak, DDD/100 patient-days, Gyssens


Abstract
Pneumonia is an infectious disease that causes acute inflammation of the lung
parenchyma and compaction exudate in the lung tissue. In addition to causing
significant morbidity and mortality, pneumonia is also difficult to diagnose,
treatments are less precise and less taken seriously. Pneumonia caused the death of
14% of children under five in Indonesia, with a mortality rate of 83 children per day.
The difficulty of diagnosis, the selection of a less appropriate antibiotics, side effects,
differences in pharmacokinetics and pharmacodynamics of the drug in infants and
antibiotics resistance is to be a problem in itself. Therefore it is necessary to study the
analysis of the use of antibiotics in patients with pneumonia of children aged 3
months till 5 years. The aim of this research to analyze antibiotics therapy in patients
with pneumonia of children aged 3 months till 5 years. Method: an observational
cohort analysis was carried out in the Pediatrics Respirology Division Dr. Soetomo
Hospital Surabaya. Data was collected from February to May 2014. Patients who
met the inclusion criteria were observed prospectively and the quantity and quality of
antibiotics usage assessed with Gyssens category. Result: from February to May
2014 period, prospectively, the antibiotics usage quantitative evaluation used
DDD/patient days shows that ampicillin 34.39DDD/100 patient days. Qualitative
evaluation using Gyssens category on 75 antibiotics therapy shows that 32%
considered appropriate. So, this study showed that ampicillin is most widely and
qualitative analysis, only 32% of rational use of antibiotics. (FMI 2016;52:108-115)
Keywords: pneumonia, pediatric, antibiotics, gyssens category, DDD/100 patient day

A. LATAR BELAKANG
1. Latar Belakang Pemilihan Jurnal
Pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada anak di seluruh
dunia. Pada tahun 2015, terjadi 920.136 kematian akibat pneumonia, 16%
dari seluruh kematian anak usia kurang dari 5 tahun (WHO, 2016).
Pneumonia adalah peradangan paru yang menyebabkan nyeri saat bernafas
dan keterbatasan intake oksigen. Pneumonia dapat disebarkan dengan
berbagai cara antara lain pada saat batuk dan bersin (WHO, 2014).
Pneumonia dapat disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur. Sebagian besar
disebabkan oleh bakteri. Bakteri penyebab pneumonia dibagi menjadi
organisme gram positif atau gram negatif seperti : Streptococcus
pneumoniae (pneumococus), Staphylococcus aureus, Enterococcus,
Streptococus piogenes, Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella pneumoniae,
dan Haemophillus influenzae. Pneumonia yang disebabkan oleh jamur
jarang terjadi, tetapi hal ini mungin terjadi pada individu dengan masalah
sistem imun yang disebabkan AIDS, obat – obatan imunosupresif atau
masalah kesehatan lain. Patofisiologi dari pneumonia oleh jamur mirip
dengan pneumonia yang disebabkan oleh bakteri. Pneumonia yang
disebabkan jamur paling sering disebabkan oleh Histoplasma capsulatum,
Cryptococcus neoformas, Candida sp., Aspergillus sp., Pneumocystis
jiroveci dan Coccidioides immitis). Virus yang tersering menyebabkan
pneumonia adalah Respiratory Syncial Virus (RSV). Meskipun virusvirus ini
kebanyakan menyerang saluran pernapasan bagian atas, pada balita
gangguan ini bisa memicu pneumonia. Antibiotik merupakan terapi utama
pneumonia yang disebabkan bakteri. Antibiotik yang disarankan sebagai
terapi empirik pneumonia rawat inap antara lain sefalosporin generasi ketiga
dikombinasikan dengan makrolida, florokuinolon monoterapi dan tigesiklin
untuk pasien yang intoleran sefalosopin dan florokuinolon dan amoxilin
(File et.al, 2016). Pemilihan penggunaan antibiotik pada pasien bersifat
individual baik dengan pengobatan tunggal maupun dengan pengobatan
kombinasi. Kami memilih jurnal ini yang berkaitan dengan pengobatan
antibiotic pada pasien pneumonia

2. Latar Belakang Penelitian Jurnal

Pneumonia merupakan penyakit infeksi yang menyebabkan radang akut


parenkim paru dan pemadatan eksudat pada jaringan paru. Selain
menyebabkan angka morbiditas dan mortalitas yang signifikan, pneumonia
juga sulit didiagnosis, kurang perawatan yang tepat dan tidak dianggap
serius (Mandell & Wunderick 2010). Berbasis Berdasarkan laporan
kabupaten / kota di Jawa Timur, jumlah kasus pneumonia balita pada tahun
2010 berjumlah 76.745 kasus (78,81% dari total kasus pneumonia). Kondisi
tersebut terjadi terutama pada kasus gizi buruk dengan kondisi lingkungan
yang tidak sehat (Dinkes 2010). Di RSUD Dr. Soetomo (periode Januari
2007- Desember 2008) terdapat 66% pasien pneu-monia infant community
dengan angkakematian 4% (Nata- prawira et al 2010, Purniti et al 2011,
Setyoning-rum & Setiawati 2011, (Asih et al 2011). Besarnya kejadian
menunjukkan kelompok usia ini mudah terserang pneumonia akibat
lemahnya / tidak lengkapnya istem imun dan pada pasien yang menderita
infeksi berulang terjadi akibat defek kompleks sistem mekanisme pertahanan
(PrabhuDas et al 2011, Jesenak et al 2011). Pengobatan yang diberikan
tergantung dari umur, kondisi klinis dan faktor epidemiologi (Said 2010).
Penatalaksanaan pasien pneumonia meliputi terapi suportif berupa
pemberian makanan atau cairan sesuai kebutuhan serta koreksi asam basa
sesuai kebutuhan. Mengingat rutinitas terapi oksigen, bila penyakitnya
cukup parah, mungkin diperlukan alat bantu pernapasan terutama dalam 24-
48 jam pertama. Bagian terpenting dari tata laksana pneumonia adalah
pemberian antibiotik yang idealnya disesuaikan dengan kuman
penyebabnya, namun karena berbagai kendala etiologi diagnostik maka
semua penderita pneumonia diberikan antibiotik empiris (Said 2010).
Pemberian antibiotik di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr.
Soetomo disesuaikan dengan CO Bagian Respirologi.Untuk terapi empiris
menggunakan amoxicillin, amoxicillin clavulanate, pasien pneumonia dapat
dirawat sebagai pasien rawat jalan, sedangkan terapi dengan ampicillin atau
ampicillin sulbactam untuk pasien pneumonia diperlukan rawat inap. Dan
bagi penderita pneumonia yang sebelumnya pernah dirawat di rumah sakit
lain bisa diberikan ampisilin-sulbaktam jika sebelumnya dirawat kurang dari
72 jam dan bisa diberikan sefotaksim atau seftriakson jika sebelumnya
dirawat lebih dari 72 jam. Untuk pengobatan pneumonia atipikal
menggunakan spiramisin, eritromisin, azitromisin atau klaritromisin
(Setiawati et al 2012).Analisis penggunaan antibiotik dapat dilakukan
dengan metodekualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif dilakukan dengan
instrumen algoritma Gyssen bertujuan untuk mengevaluasi dan memastikan
penggunaan antibiotik yang rasional, yaitu tepat indikasi, tepat pasien, tepat
obat, tepat dosis resimentasi dan penjagaan terhadap obat ESO. Metode
kuantitatif dan alat ukur DDD / 100 patient-days bertujuan untuk
mengevaluasi jumlah antibiotik yang dikonsumsi pasien selama perawatan.
Respon terhadap pengobatan dapat didefinisikan secara klinis dan
laboratorium. Respon klinis muncul dalam waktu 48-72 jam dan dianjurkan
untuk tidak mengubah pengobatan yang diberikan, kecuali dalam jangka
waktu tersebut kondisi pasien memburuk. Parameter klinis meliputi jumlah
leukosit, oksigenasi dan suhu tubuh, sedangkan parameter mikrobiologi
adalah hasil kultur. Hasil kultur kuantitatif diperoleh dari bawah bahan
saluran pernapasan sebelum dan sesudah terapi dapat digunakan untuk
menilai resolusi mikrobiologis. Hasil mikrobiologi dapat berupa
pemberantasan bakteri, superinfeksi, infeksi berulang atau infeksi persisten
dan resistensi (Cincinnati Children's Hospital
Medical Center tahun 2005, Said 2010, Bradley et al 2011). Berdasarkan
uraian di atas maka perlu dilakukan kajian tentang konsumsi antibiotik dan
kualitas penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia anak (usia 3 bulan - 5
tahun) di RSUD Dr. Soetomo untuk memberikan gambaran tentang
konsumsi dan kualitas penggunaan. Bagi apoteker hasil penelitian ini dapat
digunakan untuk meningkatkan pelayanan kefarmasian khususnya dalam
penatalaksanaan obat pada pasien pneumonia anak.
B. TUJUAN
1. Tujuan Review Jurnal
Adapun Tujuan dari review jurnal ini adalah:
- Tujuan Umum:
• Meningkatakan pengetahauan tentang antibiotic penyakit pneumonia
• Mengetahui dampak kegunaan antibiotic pada penderita penyakit
pneumonia
- Tujuan Khusus:
➢ Bagi Instansi Rumah Sakit:
• Memberikan gambaran terkait dengan treatment yang tepat dalam
pemberian kualitas dalam pemberian antibiotik pada penyakit
pneumonia
• Sebagai acuan dalam pemberian tindakan pengoabatan pada pasien
dengan kondisi atau masalah yang sama yang terjadi pada pasien
pneumonia
• Membantu meningkatkan efektifitas pelayanan Rumah Sakit dalam
mengatasi pasien pneumonia
➢ Bagi Penulis/ Mahasiswa:
• Membantu meningkatkan pengetahuan pada pemberian asuhan
terutama pemberian tepat antibiotic pasien pneumonia

Tujuan Penelitian dalam Jurnal


Tujuan yang disebutkan dalam Jurnal terkait dengan penelitian yang
dilakukan adalah untuk menganalisis penggunaan antibiotika pada pasien
pneumonia anak usia 3 bulan – 5 tahun

C. METODE

Adapun metode yang dilakukan dalam penelitian ini Penelitian ini


merupakan jenis penelitian observasional dengan kohort prospektif. Dalam
penelitian ini peneliti tidak melakukan tindakan atau merendahkan perlakuan
atau intervensi yang berbeda dengan Pedoman Praktik Klinik di Bagian
Respirologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo. Sampel
dalam penelitian ini adalah pasien anak (usia 3 bulan sampai 5 tahun) dengan
diagnosis pneumonia yang mendapat antibiotik dirawat dalam rentang waktu 8
Februari 2014 - 8 Mei 2014, cara pengambilan sampel dilakukan secara
berturut-turut. contoh. Setiap pasien sesuai dengan kriteria inklusi dimasukkan
sebagai sampel untuk pemantauan lebih lanjut selama pengobatan. Kriteria
inklusi adalah pasien anak-anak (usia 3 bulan sampai 5 tahun) dengan diagnosis
pneumonia yang mendapat antibiotik dirawat di Divisi Respirologi,
Departemen Pediatri, Dr. Dari 177 pasien rawat inap di Bagian Respirologi
Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo terdapat 29 pasien yang
memenuhi kriteria inklusi. Tabel 1 menunjukkan data demografi pasien
pneumonia anak yang memenuhi kriteria inklusi yang meliputi jenis kelamin
pasien, usia, keparahan penyakit, status pasien dan bagaimana pasien dirawat di
rumah sakit. Persentase penderita pneumonia pada anak usia 3 bulan - 5 tahun
ini adalah laki-laki yaitu sejumlah 16 penderita (55,17%). Pasien ini dirawat di
rumah sakit dengan derajat keparahan yang paling tinggi yaitu lemah yaitu
sebanyak 16 pasien (55,17%). Pasien terbanyak yang dirawat di Bagian
Respirologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr.Soetomo adalah
pasien BPJS yaitu 23 (79,31%) dan sebagian besar pasien cara masuk sendiri
datang melalui IRD sebanyak 17 pasien (58%).
D. HASIL

Hasil yang di dapat dimana pasien yang banyak mengalami


menggunakan terapi antibiotik ampiciilin. penggunaan antibiotik dalam jangka
waktu yang lama berbeda-beda tergantung dari tingkat keparahan penyakit,
komplikasi dan penyakit penyerta yang diderita pasien. Semakin ringan derajat
pneumonia maka lamanya penggunaan antibiotik semakin pendek. Lama
penggunaan antibiotik sebagai terapi empiris rata-rata adalah 4-6 hari.
E. PEMBAHASAN

Rumah Sakit, bagi pasien yang membutuhkan rawat inap dapat


diberikan ampisilin atau ampisilin sulbaktam dosis 100 mg / kgBB / hari iv
dengan frekuensi 4 kali sehari, sedangkan pemilihan antibiotik untuk rujukan
pasien dari rumah sakit lain yang pernah mendapat perawatan di rumah sakit
lain kurang dari 72 jam diberikan ampicillin sulbactam dosis 100 mg / kgBB
/ hari dengan frekuensi 4 kali sehari. Untuk pasien rujukan pernah mendapat
pengobatan di rumah sakit lain lebih dari 7 jam pilihan antibiotik empiris
antara sefotaksim 200 mg / kg / hari iv dengan frekuensi 3x; ceftriaxone 100
mg / kgBB / hari dengan frekuensi 2x, atau pemilihan antibiotik disesuaikan
dengan kultur sputum / kultur darah yang ada. Menurut hasil penelitian di
lapangan sebagai pemberian antibiotik empiris ampisilin, baik secara sendiri-
sendiri maupun kombinasi penggunaan ampisilin, kombinasi ampicillin-
chloramphenicol atau ampicillin- gentamicin. Pemilihan antibiotik empiris
diberikan berdasarkan data dari kuman epidemiologi. Terapi antibiotik
empiris dievaluasi ulang setelah dua atau tiga hari untuk melihat kondisi
klinis pasien. Dalam penelitian ini penggunaan antibiotik dalam jangka
waktu yang lama berbeda-beda tergantung dari tingkat keparahan penyakit,
komplikasi dan penyakit penyerta yang diderita pasien. Semakin ringan
derajat pneumonia maka lamanya penggunaan antibiotik semakin pendek.
Lama penggunaan antibiotik sebagai terapi empiris rata-rata adalah 4-6 hari,
Analisis penggunaan antibiotik dilakukan dengan metode kuantitatif
(DDD / 100 patient-days) dan metode kualitatif (groove Gyssens). Hasil
evaluasi kuantitatif menunjukkan bahwa ampisilin yang paling banyak
digunakan adalah 34,39 DDD / 100 patient-days. Analisis menggunakan
Gyssens dilakukan terhadap antibiotik empiris dan definitif. Antibiotik
digunakan oleh 29 pasien dari 75 pasien, hal ini dikarenakan satu pasien
dapat menggunakan lebih dari satu antibiotik. Dari 75 penggunaan antibiotik
empiris dan definitif, 32% sudah sesuai, 4% tidak tepat waktu, dosis tidak
tepat 42,67%, interval pemberian tidak tepat 5,53%, pemberian terlalu lama
38,67%, ada 12% antibiotik lain yang lebih banyak. efektif, 9,33% ada
antibiotik lain yang kurang toksik, 36% ada antibiotik lain yang lebih murah,
9,33% ada antibiotik lain yang spektrumnya lebih sempit.
F. ANALISIS JURNAL
1. Kelebihan jurnal
Dalam penelitian tersebut, terdapat beberapa kelebihan yang terdapat
pada hasil dari Penelitian yang dilakukan seperti:
- Terdapat beberapa kelebihan dalam jurnal ini diantaranya
menjelaskan tentang pemberian antibioti yang baikpada pasien
pnemonia yakni Pengobatan antibiotik empiris yang ideal yaitu 3
hari dan evaluasi pengobatan dilakukan setiap 48-72 jam. Jika tidak
ada perbaikan klinis penggantian antibiotik dari antibiotik spektrum
luas menjadi antibiotik spektrum sempit sampai anak sembuh.
- Menjelaskan kegunaan obat antibiotik sala satunya adalah Ampisilin
yang akan menghambat pembentukan dinding sel bakteri sehingga
permeabilitas sel bakteri meningkat dan akan memudahkan
masuknya aminoglikosida ke dalam sel bakteri sehingga aktivitas
antibakteri meningkat
- Dijelaskan juga kapan harus dilakukan penggantian antibiotik apabila
pasien tidak kunjung membaik “Penggantian antibiotik dapat
dilakukan pada evaluasi pertama (hari ketiga) atau evaluasi kedua
(hari kelima) bila secara klinis pasien tidak kunjung membaik”
- Dijelaskan juga durasi pemberian antibiotik berdasarkan derajat
pnemonia “ Semakin ringan derajat pneumonia maka lamanya
penggunaan antibiotik semakin pendek.”
2. kekurangan jurnal
- pembahasan yang ckup panjang, sehingga pembaca cukup
kesulitan dalam memahami secara singkat akan hasil dari jurnal
yang telah dikerjakan.
- Tidak dijelaskan jumlah populasinya, sehingga pembaca kesulitan
mencari jumlah populasinya, dan tidak dijelaskan jumlah
sampelnya dan teknik pengambilan sampel apa yang digunakan
dalam penelitian tersebut
- pada abstrak “tujuan,metode,hasil.kesimpulan “ tidak di kasih
ketebalan. Sehingga pembaca kesulitan mencarinya.
- Penjelasan tabel yang singkat dan digabungkan satu paragraf
membuat pembaca sedikit kesulitan dalam memahaminya
- Kesimpulannya terlalu singkat hanya menjelaskan hasil
penelitiannya saja

G. IMPLIKASI KEPERAWATAN
Implikasi Keperawatan yang dapat diambil berdasarkan penelitian ini
adalah terapi antibiotic amoxicilin sebagai penghambat pembentukan
dinding sel bakteri
H. APLIKASI DI RUMAH SAKIT

Pengaplikasian yang dapat dilakukan di rumah sakit terkait dengan


analisis penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia pediatrik berumur
3 bulan - 5 tahun. Dengan menggunakan terapi antibiotic amoxicilin
sebagian antibiotic banyak digunnakan pada pasien pneumonia

I. HAMBATAN DAN SOLUSI APLIKASI JURNAL


1. Hambatan
a. Hambatan adalah dalam penggunan antibiotic secara tepat masih
kurang dalam perawatan
2. Solusi
a. Pemberian edukasi pada keluarga pasien pneumonia sebagai bagian
dari intervensi yang dapat diberikan pada keluarga pasien.
b. Penyediaan layanan yang mendukung intervensi keperawatan pada
pasien pneumonia dalam pemberian antibiotic
J. KESIMPULAN
Pemilihan terapi empiris sesuai dengan Pedoman Praktik Klinik di
Bagian Respirologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr.
Soetomo. Dari hasil analisis data kuantitatif diperoleh bahwa penggunaan
antibiotik ampisilin paling banyak adalah 34,39 DDD / 100 pasien-hari dan
hasil analisis kualitatif menunjukkan bahwa hanya 32% penggunaan
antibiotik di divisi ini yang dikategorikan secara tepat.

Anda mungkin juga menyukai