Anda di halaman 1dari 9

POLA PENGOBATAN PENYAKIT ISPA NON PNEUMONIA

DI PUSKESMAS TANJUNGANOM
KABUPATEN NGANJUK

Pattern of Treatment for Non Pneumonia Disease


at the Tanjunganom Health Center in Nganjuk

Alfiyah, Ninis Yuliati P1

Fakultas Farmasi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
alfiyahefendi27@gmail.com

Info Artikel Abstract


Acute respiratory infections is a major health problem in
Histori Artikel : Indonesia. There are three classifications of Acute respiratory
infections cases, namely pneumonia, severe pneumonia and
Diterima 15 Agustus 2019 cough not pneumonia. This study aims to look at the Pattern of
Treatment for Non Pneumonia Disease in Tanjunganom Health
Disetujui 15 Agustus 2019
Center, Nganjuk Regency. The design used in this study was a
descriptive study with data collection during October-December
2018. The results showed the percentage of antibiotic use in
Key words: Use of October was 32%, in November it was 20%, in December it was
Antibiotics, Ispa Non 19%. The total number shows that the use of antibiotics in the
Pneumonia, Health Center treatment of Non Pneumonia Ispa disease in Tanjunganom
Health Center is quite high at 23.9%. Use of Rational Drugs The
use of antibiotics exceeds the maximum limit for the
management of the treatment of Non Pneumonia Ispa disease
that is determined at 20%.

1
Abstrak
Penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
Kata kunci: merupakan masalah kesehatan utama di Indonesia.Terdapat tiga
Penggunaan Antibiotik,
Ispa Non Pneumonia, klasifikasi kasus ISPA yaitu pneumonia, pneumonia berat dan
Puskesmas. batuk bukan pneumonia. Penelitian ini bertujuan melihat Pola
Pengobatan Penyakit Ispa Non Pneumonia di Puskesmas
Tanjunganom Kabupaten Nganjuk. Desain yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan
pengumpulan data selama Oktober-Desember 2018. Hasil
penelitian menunjukkan presentase penggunaan antibiotika pada
bulan Oktober sebesar 32%, pada bulan November sebesar 20%,
Pada bulan Desember sebesar 19%. Jumlah keseluruhan
menunjukkan bahwa penggunaan antibiotika pada pengobatan
penyakit Ispa Non Pneumonia di Puskesmas Tanjunganom
cukup tinggi yaitu 23.9%. Penggunaan Obat Rasional (POR)
penggunaan antibiotik tersebut melebihi batas maksimal
terhadap penatalaksaan pengobatan penyakit Ispa Non
Pneumonia yang di tentukan yaitu 20%.

2
PENDAHULUAN napas mulai dari hidung sampai alveoli
Upaya kesehatan adalah setiap termasuk adenaksanya (sinus, rongga
kegiatan untuk memelihara dan telinga tengah dan pleura). Pada lokakarya
meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk ISPA Nasional 1988 disosialisasikan
mewujudkan derajat kesehatan yang bahwa terdapat tiga klasifikasi kasus ISPA
optimal bagi masyarakat. Puskesmas yaitu pneumonia, pneumonia berat dan
merupakan fasilitas pelayanan kesehatan batuk bukan pneumonia. Pneumonia balita
dasar yang menyelenggarakan upaya ditandai dengan adanya gejala batuk dan
kesehatan pemeliharaan, peningkatan atau kesukaran bernapas seperti napas
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit cepat, tarikan dinding dada bagian bawah
(preventif), penyembuhan penyakit ke dalam (TDDK), atau gambaran
(kuratif), dan pemulihan kesehatan radiologi foto thorax atau dada
(rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menunjukan infiltrasi paru akut.
menyeluruh, terpadu, dan Sedangkan balita dengan batuk bukan
berkesinambungan. Konsep kesatuan pneumonia tidak mengalami napas cepat
upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan dan tidak ada tarikan dinding dada bagian
pegangan bagi semua fasilitas pelayanan bawah ke dalam (Permenkes, 2017).
kesehatan di Indonesia termasuk Di Indonesia, Data Riskesdas (2007)
Puskesmas (Permenkes, 2016). menyebutkan bahwa Ispa menduduki
Penyakit infeksi saluran pernapasan peringkat kedua sebagai penyebab
akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan kematian bayi (23,8%) dan balita (15,5%).
utama di Indonesia. Pneumonia dapat Menurut data Riset Kesehatan Dasar
terjadi sepanjang tahun dan dapat diderita (Riskesdas) 2013 digambarkan bahwa
semua usia. Pada banyak negara period prevalens dan prevalensi dari
berkembang, lebih dari 50% kematian pneumonia tahun 2013 adalah 1,8% dan
pada umur anak-anak balita disebabkan 4,5%. Berdasarkan data Laporan Rutin
karena ISPA pneumonia. Pneumonia Subdit ISPA Tahun 2017, didapatkan
adalah infeksi akut yang mengenai insiden di Indonesia sebesar 20,54. Sampai
jaringan paru-paru (alveoli) yang dapat dengan tahun 2014, angka cakupan
disebabkan oleh berbagai mikroorganisme penemuan pneumonia balita tidak
seperti virus, jamur dan bakteri. Gejala mengalami perkembangan berarti yaitu
penyakit pneumonia yaitu menggigil, berkisar antara 20%-30%. Peningkatan
demam, sakit kepala, batuk, mengeluarkan cakupan pada tahun 2015 – 2017
dahak, dan sesak napas. Pneumonia dikarenakan adanya perubahan angka
merupakan penyebab utama kematian perkiraan kasus dari 10% menjadi 3,55%,
balita di dunia. Penyakit ini menyumbang selain itu ada peningkatan dalam
16% dari seluruh kematian anak di bawah kelengkapan pelaporan dari 91,91% pada
5 tahun, yang menyebabkan kematian pada tahun 2015 menjadi 94,12% pada tahun
920.136 balita, atau lebih dari 2.500 per 2016 dan 97,30% pada tahun 2017
hari, atau di perkirakan 2 anak Balita (Permenkes, 2017).
meninggal setiap menit pada tahun 2015. Dari hasil riskesdas 2018 Provinsi
(WHO, 2017). Jawa Timur untuk prevalensi Ispa menurut
Infeksi saluran pernapasan akut diagnosis tenaga kesehatan kabupaten
(ISPA) yaitu infeksi akut yang menyerang Nganjuk di dapatkan penurunan menjadi
salah satu bagian atau lebih dari saluran 10%, sebelumnya pada tahun 2013 untuk

3
Kabupaten Nganjuk berkisar 15,6%. penyakit ispa non pneumonia di
Tercapainya target pada tahun 2018 selain Puskesmas Tanjunganom Kabupaten
karena penerapan tatalaksana standar Ispa Nganjuk dengan tujuan meminimalkan
di puskesmas sudah dilaksanakan, juga penggunaan antibiotik yang tidak rasional
meningkatnya partisipasi puskesmas dalam dan mengurangi efek samping akibat
melaksanakan pelaporan sesuai format penggunaan antibiotik yang tidak tepat.
yang sudah ditetapkan. (Permenkes, 2018).
Berbeda klasifikasi penyakit tentu METODE PENELITIAN
saja berbeda tatalaksananya. Berdasarkan Penelitian ini termasuk dalam jenis
penatalaksanaan pneumonia dan penelitian deskriptif. Penelitian ini
pneumonia berat dapat diberikan dilaksanakan di Puskesmas Tanjunganom
antibiotika, namun tidak dengan batuk Kabupaten Nganjuk pada bulan Juli 2019.
bukan pneumonia (Permenkes, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah
Antibiotik adalah zat-zat kimia yang semua resep Ispa Non Pneumonia dengan
dihasilkan pleh fungi dan bakteri yang kode penyakit J00 di Puskesmas
memiliki khasiat mematikan atau Tanjunganom Kabupaten Nganjuk.
menghambat pertumbuhan kuman. Sampel dalam penelitian ini adalah
Pemakaian antibiotik yang tidak rasional semua resep Ispa Non Pneumonia dengan
dapat menimbulkan dampak kode penyakit J00 di Puskesmas
membahayakan bagi kesehatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk selama
masyarakat, salah satunya resistensi bulan Oktober – Desember 2018.
bakteri pada antibiotik. Dampak lain akibat Teknik Sampling yang digunakan
pemberian antibiotik irasional adalah pada penelitian ini adalah total sampling
gangguan darah, gangguan penyakit serius yaitu dengan mengambil semua anggota
seperti gangguan fungsi hati, gangguan populasi menjadi sampel.
fungsi otak, gangguan fungsi jantung,
mengiritasi usus besar. Pemberian HASIL DAN PEMBAHASAN
antibiotik spektrum luas tanpa indikasi Setelah dilakukan penelitian pada
yang tidak tepat dapat mengganggu bulan Juli 2019 di Puskesmas
perkembangan flora usus karena dapat Tanjunganom Kabupaten Nganjuk, untuk
mematikan bakteri gram positif, bakteri mengetahui Pola Pengobatan Penyakit Ispa
gram negatif, kuman anaerob, serta jamur Non Pneumonia di Puskesmas
digunakan pada proses pencernaan dan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk periode
penyerapan makanan dalam tubuh (Nakita Oktober – Desember 2018 , diperoleh hasil
& Hilmansyah, 2009) sebagai berikut :
Penggunaan Obat Rasional (POR)
penggunaan antibiotik terhadap
penatalaksaan diagnosa Ispa Non
Pneumonia dengan batas maksimal yang di
tentukan yaitu 20%. Berdasarkan tingginya
prevalensi kejadian ISPA Non Pneumonia
dan timbulnya resistensi yang disebabkan
penggunaan antibiotik yang tidak rasional
serta memerlukan penanganan khusus
penggunaan antibiotik maka perlu
dilakukan penelitian pola pengobatan

4
Tabel 5.1 Frekuensi kelas interval jenis
kelamin dan usia Pola pengobatan
penyakit Ispa Non Pneumonia di
Puskesmas Tanjunganom Kabupaten
Nganjuk

Laki – persentase Tanpa Pakai persentase


Usia Perempuan Jumlah Jumlah
Laki % Antibiotik Antibiotik %
<1 th 8 10 18 2.07 16 2 18 0.23

1– 5 th 25 21 46 5.29 34 12 46 1.38

6 - 11 th 40 28 68 7.82 39 29 68 3.33
12 - 25 th 68 42 110 12.64 62 48 110 5.52
26- 46 th 92 95 187 21.49 155 32 187 3.68
47-69 th 121 95 216 24.83 154 62 216 7.13
>70 th 133 92 225 25.86 202 23 225 2.64
Jumlah 487 383 870 100 662 208 870 23.91
persentase % 56 44

Gambar 5.1. Persentase jenis kelamin Gambar 5.3. Persentase penggunaan Antibiotik

Gambar 5.2. Persentase usia

5
Tabel 5.2. Jumlah Pola pengobatan penyakit Ispa bertambah fungsi tubuh semakin menurun
Non Pneumonia di Puskesmas Tanjunganom akibat proses penuaan, penuaan juga
Kabupaten Nganjuk.
mengakibatkan daya tahan tubuh menurun,
sehingga lebih rentan tertular penyakit.
Resep Okt % Nov % Des % Jumlah %
Tanpa
Untuk usia 47-69 tahun sebanyak 216
208 68 202 80 252 81 662 76,1
Antibiotik pasien (24.83%), pada usia 26–46 tahun
Pakai
Antibiotik
97 32 50 20 61 19 208 23,9 sebanyak 187 pasien (21.49%), pada usia
Jumlah 305 100 252 100 313 100 870 100 12-25 tahun sebanyak 110 (12.64%), pada
usia 6-11 tahun sebanyak 68 (7.82%), pada
usia 1-5 tahun sebanyak 46 (5.29%),
sedangkan kaetegori usia yang terkecil
pada usia <1 tahun sebanyak 18 (2.07%)
hal ini karena usia kurang dari 1 masih
minum ASI eksklusif, imunisasi dan
memiliki jam tidur yangcukup sehingga
meningkatkan daya tahan tubuh jadi tidak
gampang sakit.
Berdasarkan tabel 5.1 dan gambar
5.3 untuk kategori penggunaan antibiotik
sesuai usia didapatkan hasil yang paling
Gambar 5.4. Persentase pengobatan banyak adalah kategori usia 47-69 tahun
penyakit Ispa Non Pneumonia sebanyak 63 pasien (7.14%), pada usia 12-
25 tahun sebanyak 48 (5.52%), pada usia
Berdasarkan tabel 5.1 dan gambar 26–46 tahun sebanyak 32 pasien (3.68%),
5.1 didapatkan bahwa hasil penelitian di pada usia 6-11 tahun sebanyak 29 (3.33%),
Puskesmas Tanjunganom Kabupaten pada usia >70 tahun sebanyak 23 (2,64%),
Nganjuk, untuk mengetahui Pola pada usia 1-5 tahun sebanyak 12 (1.38%),
Pengobatan Penyakit Ispa Non Pneumonia sedangkan kaetegori usia yang terkecil
di Puskesmas Tanjunganom Kabupaten pada usia <1 tahun sebanyak 2 (0.23%).
Nganjuk periode Oktober–Desember 2018, Berdasarkan tabel 5.2 dan gambar
terdapat pasien perempuan sebanyak 487 5.4 didapatkan bahwa hasil penelitian pola
orang (56%) dan pasien laki-laki sebanyak pengobatan penyakit Ispa Non Pneumonia
383 orang (44%). di Puskesmas Tanjunganom pada bulan
Berdasarkan tabel 5.1 dan gambar Oktober-Desember 2018, menunjukkan
5.2 untuk kategori usia menurut persentase penggunaan antibiotika pada
Departemen Kesehatan Republik bulan Oktober 2018 pengobatan penyakit
Indonesia tahun 2009 yaitu usia <1 tahun Ispa Non Pneumonia adalah sebesar 32%.
(masa bayi), usia 0-5 tahun (masa balita), Pada bulan November 2018 menunjukkan
usia 6-11 tahun (masa kanak-kanak), 12-25 persentase penggunaan antibiotika pada
tahun (masa remaja), 26-46 tahun (masa pengobatan penyakit Ispa Non Pneumonia
dewasa), 47-69 tahun keatas (masa lansia), adalah sebesar 20%, Pada bulan Desember
>70 tahun keatas (masa manula). 2018 menunjukkan persentase penggunaan
Didapatkan hasil yang paling banyak antibiotika pada pengobatan penyakit Ispa
adalah kategori >70 tahun sebanyak 225 Non Pneumonia adalah sebesar 19%. Pada
pasien (25.86%) hal ini karena penyakit jumlah keseluruhan menunjukkan
dan usia saling berhubungan, semakin usia persentase penggunaan antibiotika pada

6
pengobatan penyakit Ispa Non Pneumonia DAFTAR PUSTAKA
adalah sebesar 23.9%, padahal Ispa Non I Made Agus Sunadi Putra, 2017, Profil
Pneumonia sebagian besar disebabkan oleh Penggunaan Antibiotika Untuk
virus dan tidak perlu antibiotika. Pengobatan Ispa Nonpneumonia Di
Tingginya pemberian antibiotika Puskesmas Kediri Ii Tahun 2013
pada pengobatan penyakit Ispa Non Sampai Dengan 2015. Akademi
Pneumonia yang tidak sesuai dengan pola Farmasi Saraswati Denpasar, Jalan
pengobatan penyakit Ispa Non Pneumonia Kamboja No.11a, Denpasar
karena dapat memicu terjadinya resistensi. Arief, M. 1987. Ilmu Meracik Obat.
Resistensi didefinisikan sebagai tidak Yogyakarta: Gadjah Mada
terhambatnya pertumbuhan bakteri dengan University Press.
pemberian antibiotika secara sistemik Departemen Kesehatan RI, 2005,
dengan dosis normal yang seharusnya atau Pharmaceutical Care Untuk
kadar hambat minimalnya. Beberapa faktor Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan,
yang mendukung terjadinya resistensi Jakarta, Departemen Kesehatan RI.
antara lain adalah penggunaan antibiotika Direktorat Jenderal Bina
kurang tepat (irrasional), seperti terlalu Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
singkat, dosis terlalu rendah, diagnosa Departemen Kesehatan RI, 2006, Pedoman
awal salah, faktor yang berhubungan Pengendalian Penyakit Infeksi
dengan pasien yaitu pasien meminta Saluran Pernafasan Akut, Jakarta,
diberikan terapi antibiotika; serta Departemen Kesehatan RI.
peresepan ketika diagnosa awal belum Direktorat Jenderal Pengendalian
pasti. Penyakit & Penyehatan Lingkungan.
Agar kerasionalan penggunaan obat Depertemen Kesehatan RI. 2007. Profil
tercapai, diperlukan evaluasi yang Kesehatan Indonesia 2007. Diakses
berkelanjutan dalam penggunaan 29 Maret 2016.
antibiotika. Tenaga kesehatan sebaiknya Departemen Kesehatan Republik
mengetahui dengan jelas penyebab Indonesia Direktorat Jenderal
penyakit Ispa Non Pneumonia agar tidak Pembinaan Kesehatan Masyarakat
terjadi ketidaksesuaian peresepan. Direktorat Bina Upaya Kesehatan
Puskesmas, 2009. Pedoman
KESIMPULAN Pengukuran Kesegaran Jasmani.
Berdasarkan hasil penelitian dapat Jakarta.
diambil kesimpulan bahwa pola Departemen Kesehatan RI. 2009. Undang-
pengobatan penyakit Ispa Non Pneumonia Undang Nomor 36 Tahun 2009.
di Puskesmas Tanjunganom pada bulan Tentang Kesehatan. Jakarta.
Oktober-Desember 2018, menunjukkan Depertemen Kesehatan RI. 2012. Profil
bahwa penggunaan antibiotika pada Kesehatan Indonesia 2012. Diakses
pengobatan penyakit Ispa Non Pneumonia 29 Maret 2016.
di Puskesmas Tanjunganom cukup tinggi Departemen Kesehatan RI, 2014, Kegiatan
yaitu 24%. Penggunaan Obat Rasional Subdit Penggunaan Obat Rasional,
(POR) penggunaan antibiotik tersebut Jakarta, Departemen Kesehatan RI.
melebihi batas maksimal terhadap Direktorat Jenderal Bina
penatalaksaan pengobatan penyakit Ispa Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Non Pneumonia yang di tentukan yaitu
20%.

7
Permenkes No74, 2016. Standar Kementrian Kesehatan RI, 2015, Pedoman
Pelayanan Kefarmasian Di Umum Penggunaan Antibiotik,
Puskesmas. Jakarta Jakarta, Departemen Kesehatan RI.
Peraturan Menteri Kesehatan Direktorat Jenderal Bina
no.269/Menkes/Per/III/2008 tentang Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Rekam Medis. Jakarta : Depkes RI. Kementerian Kesehatan RI, 2017. Profil
2008. Kesehatan Indonesia Tahun 2017.
Peraturan Menteri kesehatan RI Nomor 55 Jakarta
Tahun 2013 pasal 3 tentang Notoatmodjo, S. 2012, Metodologi
Penyelenggaraan Pekerjaan Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Perekam Medis. Jakarta Rineka Cipta.
Putra I.M.A.S & Wardani I.G.A.A.K. Saryono. 2008. Metode Penelitian
(2017). Profil penggunaan Kesehatan. Yogyakarta : Mitra
antibiotika untuk pengobatan ISPA Cendikia.
non pneumonia di Puskesmas Kediri Tan Hoan Tjay, Kirana Rahardja. 2007.
II tahun 2013 sampai dengan 2015. Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex
Kementerian Kesehatan RI. (2012). Media Komputindo Kelompok
Pedoman Pengendalian Infeksi Gramedia
Saluran Pernapasan Akut. Jakarta : Undang-undang No 43 tahun 2009.
Kementerian Kesehatan Republik Tentang Kearsipan. Jakarta 2009.
Indonesia

8
9

Anda mungkin juga menyukai