PROTOKOL PENELITIAN
(Dibuat rangkap tiga, dengan diketik satu spasi, dalam halaman yang tersedia)
I. RINGKASAN
1. PENGUSUL
a. N a m a : Muhamad Rifa’i
b. Jabatan : Mahasiswa
c. Instansi/Kantor : Fakultas Farmasi ISTN Jakarta
d. Alamat dan telepon : Sekretariat Masjid Bilal ISTN, Jagakarsa, Jakarta selatan.
Kantor 083806382543
2. PROYEK PENELITIAN
a. Judul Penelitian :
ANALISIS EFEKTIFITAS BIAYA PADA PASIEN RAWAT INAP
PNEUMONIA DENGAN PENGOBATAN ANTIBIOTIK CEFOTAXIME DAN
CEFTRIAXONE DI RSUD KABUPATEN TANGERANG
b. Ringkasan Penelitian :
Saya akan meneliti analisis efektifitas biaya pada pasien rawat inap
pneumonia dengan pengobatan antibiotik cefotaxime dan ceftriaxone di rsud
kabupaten tangerang. Dari perbedaan Penatalaksanaan Pneumonia dengan
Antibiotik Cefotaxime dan Ceftriaxone tersebut , saya ingin membuktikan dari
kedua pengobatan tersebut mana yang paling cost efektif.
1
Meningkatnya biaya kesehatan memicu perlunya dilakukan analisis
farmakoekonomi untuk memutuskan dan menetapkan intervensi terapi yang
paling tepat ditinjau dari aspek ekonomis, klinis, humanistic. Farmakoekonomi
menjadi metode inovasi yang bertujuan menentukan pilihan pengobatan mana
yang dapat memberikan layanan kesehatan penting baik per unit mata uang
yang dibayar. Berdasarkan penjelasan – penjelasan di atas maka saya tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai cost effectiveness analysis (Analisis
Efektivitas Biaya) terhadap penatalaksanaan penyakit Pneumonia dengan
Antibiotik Cefotaxime dan Ceftriaxone. Dengan adanya hasil penelitian ini,
diharapkan dapat memberi informasi pengobatan mana yang lebih efektivitas.
Penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan desain penelitian
Observasi. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif yaitu dengan melihat data
kebelakang terhadap data sekunder dengan melihat rekam medik dan data
administrasi pasien di RSU Kabupaten Tangerang. Hasil penelitian disajikan secara
deskriptif dan analitik.
Lokasi penelitian adalah RSU Kabupaten Tangerang. Populasi penelitian adalah
seluruh pasien yang terdiagnosis Pneumonia di RSU Kabupaten Tangerang
c. Tempat Penelitian :
RSU Kabupaten Tangerang
d. Lama Penelitian : 30 hari
3. RENCANA BIAYA
Sumber Pembiayaan :
a. Dikti Rp
b. ISTN Rp.
c. Pribadi Rp. 2.000.000,00
Rp. 2.000.000,00
2
II. PENDAHULUAN
Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia dengan angka kematian tinggi, baik di
negara berkembang maupun di negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada dan negara-negara
Eropa. Pneumonia adalah penyebab infeksi paling banyak yang menyebabkan kematian di
Amerika Serikat, dimana terdapat 4 juta kasus yang telah terdiagnosis dan menghabiskan biaya
lebih dari 23 milyar dolar (Glover dan Reed, 2015). Di Amerika, terdapat dua juta kasus penyakit
pneumonia pertahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang (Wilson, 2016).
Di Indonesia, prevalensi pneumonia terjadi peningkatan pada semua umur dari 2,1% pada
tahun 2013 menjadi 2,7% pada tahun 2018 (Riskesdas RI, 2018). Pneumonia adalah infeksi akut
yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun
jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia.
Penemuan dan penanganan penderita pneumonia pada balita di Provinsi Banten tahun 2016
sebesar 35,08 persen, meningkat cukup signifikan dibandingkan capaian tahun 2015 yaitu 29,04
persen. (Kemenkes RI, 2017). Kegiatan pokok pengelolaan program P2 ISPA di Kabupaten
Indonesia adalah 10% - 20% dari jumlah total balita, sedangkan kebijakan Kemenkes menetapkan
angka 10% jumlah balita sebagai angka perkiraan kasus pneumonia balita di Indonesia. Angka
ini ditetapkan tidak berdasarkan survey epidemiologis sehingga belum secara spesifik
penemuan kasus maka ditetapkan sasaran Pneumonia Balita sebesar 4,12% dari jumlah total balita
(DinKes, 2017).
3
Pneumonia adalah infeksi jaringan paru (alveoli) bersifat akut yang diakibatkan oleh
inflamasi pada parenkim paru dan pemadatan eksudat pada jaringan paru. Secara klinis
pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme
seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit (PDPI, 2014). Pneumonia termasuk penyakit yang
berbahaya karena paru-paru tidak mendapatkan asupan oksigen untuk dialirkan ke seluruh tubuh.
Streptococcus pneumoniae adalah bakteri yang menyerang sistem imun dan mengakibatkan
Pneumonia adalah penyakit infeksi yang sangat erat dengan kondisi lingkungan.
Penularan pneumonia menggunakan udara sebagai media penularannya sehingga sering dikaitkan
dengan kondisi hunian rumah penderita. Hunian yang sehat atau rumah sehat harus memberikan
memenuhi tiga aspek yaitu tersedianya pencahayaan yang cukup, peghawaan yang baik, suhu
udara normal dan kelembapan normal. Kriteria penghawaan merupakan kriteria yang
berhubungan dengan kualitas udara dalam ruang dimana udara yang bersih akan meningkatkan
kualitas hidup individu yang hidup didalamnya, sedangkan kualitas udara yang buruk maka akan
memudahkan individu didalamnya mudah untuk terserang penyakit khususnya penyakit yang
parenkim paru yang biasanya dikaitkan dengan pengisian alveoli dengan cairan. Pneumonia dapat
diklasifikasikan menurut agen penyebab ataupun area paru yang terkena pneumonia. Berdasarkan
agen penyebab, pneumonia dibagi menjadi tempat yaitu pneumonia tipikal (klasik) atau
dan pneumonia immunocompromised. Berdasarkan area paru yang terkena dibagi menjadi dua
4
Menurut guideline pneumonia terbaru yaitu National Institute for Health an Care
Excellence (NICE) tahun 2014 dan Infectious Disease Society of America (IDSA) tahun 2011,
pilihan lini pertama terapi empiris pneumonia untuk pasien pneumonia komuniti yang dirawat
levofloksasin, dan moksifloksasin) atau golongan sefalosporin generasi ke III (seperti seftriakson
dan sefotaksim) atau yang dikombinasi dengan golongan makrolida. Sedangkan pilihan lini
pertama terapi empiris pneumonia untuk pasien pneumonia nosokomial yang dirawat inap di
rumah sakit adalah golongan β-laktam (seperti koamoksiklav, sefotaksim, seftarolin fosamil,
Berdasarkan penelitian Amelia, 2018 antibiotik yang digunakan untuk terapi pasien
pneumonia rawat inap di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado yaitu antibiotik seftraikson dan
sefotaksim sebanyak 40 pasien. Total biaya medik langsung penggunaan antibiotik seftriakson
pada pasien pneumonia yang dirawat inap di RSUP Prof. Dr R. D. Kandou Manado periode
januari-desember 2017, total biaya terkecil yaitu Rp. 2.894.108 dan total biaya medik langsung
terbesar yaitu Rp. 4.573.232. Total direct medical cost penggunaan antibiotik seftriakson untuk
ke 20 pasien yaitu sebesar Rp. 75.727.000 dengan direct medical cost per pasien yaitu Rp.
3.786.350. Total biaya medik langsung penggunaan antibiotik sefotaksim pada pasien pneumonia
dengan biaya terkecil yaitu Rp. 2.901.202 dan total biaya medik langsung terbesar adalah Rp.
4.199.285. Total direct medical cost penggunaan antibiotik sefotaksim untuk ke 20 pasien yaitu
sebesar Rp. 70.856.245 dengan direct medical cost per pasien yaitu Rp. 3.542.812. Hasil
cost-effective dengan nilai ACER sebesar Rp. 35.428 dan nilai ICER sebesar Rp. 16.235.
Penelitian yang lain juga mengatakan bahwa pneumonia termasuk 10 penyakit terbesar di
instalasi rawat inap di RSUD Kabupaten Bombana dengan pengobatan antibiotik cefotaxime dan
5
gentamisin yang paling banyak digunnakan. Jenis obat cefotaxime menghabiskan total biaya
sebesar Rp. 3.000.000 sedangkan obat gentamisin menghabiskan total biaya sebesar Rp.
3.264.000. Nilai ACER cefotaxime sebesar Rp. 36.923 dan gentamisin sebesar Rp. 38.081.
Berdasarakan nilai ACER, biaya pengobatan yang cost-effective ialah cefotaxime (Musdalipah,
2018). Suatu obat dikatakan cost-effective apabila nilai ACER (Average Cost Effectiveness Ratio)
suatu obat dari kedua obat yang dibandingkan adalah yang paling rendah dari obat yang
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dengan indikasi penyakit pasien akan
menimbulkan dampak buruk berupa munculnya resistensi bakteri terhadap antibiotik sehingga
mengakibatkan perawatan pasien menjadi lebih lama dan biaya penggobatan menjadi mahal
(Okky, 2014). Beragamnya terapi antibiotik pada pasien pneumonia, membuat pilihan terapi perlu
disesuaikan tidak hanya dari aspek biaya. Penanganan pada pasien pneumonia meliputi
pengawasan durasi penggunaan antibiotik yang berkaitan dengan meminimalisasi beban biaya
menganalisa biaya obat untuk sistem perawatan kesehatan. Farmakoekonomi bertujuan untuk
memberikan pengobatan yang efektif dengan peningkatan kualitas kesehatan (Shahnaz, 2018).
dengan biaya yang relatif mahal belum menjamin efektivitas perawatan yang tepat.
Grafik 1.1
Di Kabupaten Tangerang
Tahun 2013-2017
6
Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2017
Dari grafik di atas terlihat adanya kecenderungan peningkatan kasus ISPA yang
ditemukan di tahun 2015. Berdasarkan hasil audit mutu pelayanan ISPA yang telah dilaksanakan,
1. Penerapan tatalaksana kasus pneumonia balita yang sesuai standar baku belum konsisten
dilaksanakan
2. Pencatatan dan pelaporan kasus pneumonia belum melibatkan fasilitas pelayanan kesehatan
swasta
3. Tingginya angka perkiraan kasus pneumonia balita yang ditetapkan WHO karena belum
adanya data hasil survey insidensi baik secara nasional maupun regional yang dapat
Berdasarkan latar belakang diatas perlu dilakukan penelitian tentang analisa efetivitas biaya
penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia rawat inap di Rumah Sakit Umum Karsa Daerah
2. Penerapan efektifitas biaya pada pemilihan antibiotic pneumonia masih jarang digunakan.
7
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui profil penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia yang dirawat inap
2. Menganalisis efektivitas biaya terapi pasien pneumonia yang di rawat inap antara
pasien pneumonia di ruang rawat inap RSUD Kab. Tangerang menggunakan perhitungan
(ICER) sehingga dapat diketahui terapi antibiotik empiris yang paling efektivitas dengan
1. Dapat menjadi dasar teori penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia berdasarkan
kesehatan.
2. Dapat menjadi dasar teori profil penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia rawat inap
di rumah sakit.
8
1.4.2 Manfaat Praktisi
dapat dijadikan salah satu rujukan sebagai pertimbangan untuk membuat kebijakan terkait
pasien rawat inap di rumah sakit berdasarkan efektivitas hasil terapi dan biaya yang
dikeluarkan.
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada data rekam medis pasien pneumonia di rawat inap
RSUD Kab. Tangerang tahun 2018 pada pasien dengan kriteria umur 0 tahun sampai 15
tahun.
2. Penelitian ini hanya menggunakan data rekam medis pasien pneumonia dengan
pneumonia dengan kriteria umur 0 tahun sampai 15 tahun selama di rawat inap RSUD
9
III. LANDASAN TEORI
1. KAJIAN TEORI
Faktor Resiko
- Keberadaan
Mikroorganis Gejala :
Pneumokokus - Demam,
dan - Menggigil,
Haemophilus - Berkeringat
Influenzae di batuk (baik non
dalam produktif atau
lingkungan produktif atau
rumah menghasilkan
- Kurang Gizi sputum
- Kesehatan berlindir,
Kurang purulen, atau
bercak darah),
- sakit dada
karena pleuritis
dan sesak
Diagnose klinik :
Anamnesis dan
pemeriksaan fisk Pneuminia
Pemeriksaan
penunjang inspeksi,
Pemeriksaan kadar
leukosit.
Penatalaksanaa
n:
1. Antibiotik
2. Non
Hasil Pengukuran Antibiotik
Jumlah Leukosit
dan lama Perawatan
Factor
mempengaruhi
Umur, Jenis
Kelamin
10
2. KERANGKA BERFIKIR
IV. METODOLOGI PENELITIAN
Obat Non
Pasien Pneumonia rawat Antibiotik
inap yang menjalani
terapi pengobatan
dengan antibiotik
cefotaxime dan
ceftriaxone di RSU
Kabupaten Tangerang Obat Antibiotik
Efektivitas Biaya
Faktor yang mempengaruhi Biaya
1. Umur Pengobatan
2. Jenis Kelamin Lama Terapi
Perawatan
Frekuensi nafas
ACER ICER
Efektivitas Teraspi
antibiotik paling tinggi
dengan penggunaan biaya
yang lebih rendah
: Tidak Diteliti
: Diteliti
11
1. BAHAN DAN METODE
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengumpulan data yang
digunakan untuk mencatat data yang diperoleh dari bagian rekam medis, bagian
administrasi keuangan dan sebuah personal komputer yang digunakan untuk mengolah
data yang diperoleh.
2. PROSEDUR
2.1 Prosedur Penelitian
penelitian ke RSUD Kab. Tangerang. Setelah disetujui, dilakukan studi pendahuluan penelitian
dengan mengelolah data rekam medis terkait jumlah pasien pneumonia periode Januari 2017
12
sampai Desember 2018. Kemudian melakukan analisa data yang sudah didapatkan secara
deskriptif. Setelah naskah proposal skripsi selesai, peneliti akan melakukan ujian proposal skripsi.
Pihak rumah sakit akan memberikan data yang diminta peneliti ketika peneliti selesai melakukan
seminar proposal di rumah sakit. Pengambilan data dilakukan berdasarkan lembar pengumpulan
data yang sudah dibuat peneliti. Hasil analisis data, disajikan secara deskriptif efektivitas hasil
pengobatan dan biaya yang diterapkan pada pasien pneumonia periode Januari 2017 sampai
Data yang diperoleh dari pelaksanaan pengamatan dan analisis dengan tahapan
sebagaiberikut:
1. Editing
Pencatatan data dilakukan dengan menggunakan formulir bantu terlebih dahulu
kemudian dilakukan penyuntingan (editing). Proses editing meliputi pemeriksaan
kelengkapan dan kesesuaian data yang didapat sebelum data tersebut diolah lebih
lanjut.
2. Coding
Proses coding merupakan proses mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data bilangan atau angka.
3. Entry data
Entry data adalah proses memasukkan data yang telah dilakukan proses coding
kedalam perangkat lunak komputer.
4. Cleaning data
Data yang telah dimasukkan dilakukan pemeriksaan kembali untuk memastikan
adanya kemungkinan kesalahan pada proses coding dan ketidaklengkapan data yang
selanjutnya dilakukan koreksi. Tujuan dari cleaning data ini adalah untuk memastikan
data yang ingin dianalisis bebas dari kesalahan.
5. Analisis data
Analisis data menggunakan perangkat lunakMicrosoft excel dan SPSS
(Statistical Package for Social Science) pengolahan data meliputi:
13
a. Perhitungan dari data efektivitas pengobatan, sehingga diperoleh :
1) Efektivitas pengobatan, yakni kejadian perubahan terhadap penurunan kadar
leukosit dari masing-masing obat.
2) Total biaya pengobatan dalam mata uang rupiah masing-masing pada
kelompok terapi antibiotik. Total biaya pengobatan diperoleh dari
penjumlahan komponen-komponen biaya medis langsung meliputi: biaya
obat, biaya laboratorium dan jasa dokter.
b. Cost Effectiveness Analysis
1) Average Cost-Effectiveness Ratio (ACER)
ACER diperoleh dari membandingkan total biaya pengobatan dengan luaran
klinis yang diperoleh pada masing-masing kelompok pengobatan.
6. Analisis univariat
Analisis univariat atau analisis deskriptif bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian .Untuk data numeric
digunakan nilai mean, median dan standardeviasi, sedangkan untuk data kategori
menghasilkan distribusi frekuensi dan presentasi dari tiap variabel. Analisis ini
digunakan untuk menggambarkan data demografi pasien dan disajikan secara
deskriptif berupa tabel.
14
7. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat masing – masing variable dalam
kaitannya dengan outcome dan melihat hubungan antara variable independen dan
dependen, serta melihat kemaknaan dalam perbedaan antara dua kelompok terapi.
Populasi pada penelitian ini adalah rekam medis pasien pneumonia rawat inap RSUD
Sampel yang diambil pada penelitian kali ini adalah rekam medis pasien pneumonia rawat
inap dan diberikan terapi antibiotik yang memenuhi kriteria inklusi, dan dengan menggunakan
Keterangan:
n : Besar sampel
𝜎 : Standar deviasi pada populasi Kanker Serviks adalah 1,0
Z1-𝛼 : Nilai distribusi normal baku pada tingkat kemaknaan 95%
(∝=0,5) adalah 1,96
Z1-β : Nilai distribusi normal baku berdasarkan power 90% (β = 0,10)
adalah1.28
μ1 - μ2 : Nilai perbedaan rerata yang diharapkan adalah 1
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, minimal jumlah sampel yang diperlukan agar dapat
memberikan hasil penelitian adalah 21 orang pada masing-masing populasi sehingga total sampel
yang diperlukan adalah 42 sampel. Untuk mengantisipasi adanya sampel drop out, maka total
sampel ditambahkan 10% menjadi 46 sampel yang terdiri dari 23 sampel dari terapi antibiotik
cefotaxime dan 23 sampel ceftriaxone . Sampel didapatkan melalui non-Probability Sampling,
15
dimana teknik pengambilan sampel tersebut tidak memberikan peluang atau kesempatan yang
sama.
3.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Rekam medis pasien pneumonia rawat inap RSUD Kab. Tangerang periode Januari 2018
b. Rekam medis pasien pneumonia anak umur 0-15 tahun rawat inap yang diberikan terapi
c. Rekam medis pasien pneumonia rawat inap tanpa penyakit penyerta lainnya.
d. Rekam medis pasien pneumonia rawat inap dengan penyakit komplikasi ketika masa
rawat inap.
e. Pasien pneumonia rawat inap dengan rekam medis yang lengkap dan jelas berupa data
diri pasien, durasi perawatan di rawat inap, terapi yang didapatkan, dan biaya atau harga
a. Rekam medis pasien pneumonia rawat inap yang keluar rumah sakit pulang paksa atau
Teknik sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling dengan jumlah
sampel x rekam medis pasien rawat inap pneumonia periode Januari 2018 sampai
Desember 2018.
16
5. DEFINISI OPERASIONAL
Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Pengobatan dengan: Pasien balita Rekam Pembacaan Ceftriaxone
menggunakan Media
Ceftriaxone/ Rekam Medis Cefotaxime
Ceftriaxone/
Cefotaxime Cefotaxime
17
CEA Membandingkan Ratio CER yang lebih Ratio
CER dari masing- kecil adalah
masing alternatif yang paling cost
effective
18
IV. DAFTAR PUSTAKA
Andayani, T.M. 2013. Farmakoekonomi Prinsip dan Metodologi. Penerbit : Bursa Ilmu.
Yogyakarta.
Anwar, A., Dharmayanti, I. 2014. Pneumonia Pada Anak Balita di Indonesia. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, Vol. 8., No. 8.
Arnold, R.J.G., 2010. Pharmacoeconomics: from Theory to Practice.USA: Tailor and Francis
Group.
Binfar. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan. Penerbit : Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta.
Brunton L, et al. 2008. Goodman & Gilman : Manual Farmakologi dan Terapi. Terjemahan :
Sukanda YE, dkk. Penerbit : Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Dahlan, Z. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat Jilid II. Penerbit : UI-Press.
Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Penerbit :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Dipiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, T.L., Dipiro, C.V. 2011. Pharmacotherapy Handbook.
8th Edition. New York: The McGraw-Hill Companies.
Dinas Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2017. Penerbit : Dinas
Kesehatan. Tangerang-Banten.
Dinas Kesahatan RI. 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2010. Pnenerbit : Dinas
Kesehatan Tangerang-Banten.
Febriyanti, L., Gayatri, C., Adithya, Y. 2017. Analisis Efektivitas Biaya (Cost Effectivenes
Analysis) Pada Pasien Pneumonia Rawat Inap Di RSU Pancaran Kasih Ghim Manado. Jurnal
Ilmiah Pharmacon, Vol. 6., No.3.
Hadning I, Ikawati Z, Andayani TM. 2015. Stroke Treatment Cost Analysis for Consideration on
Health Cost Determination Using INA- CBGs. Int J Public Health Sci, Vol. 4, No. 4.
Jeremy, P.T. 2007. At Glance Sistem Repisratory Edisi II. Penerbit. Medical Series. Jakarta.
19
Jukemura, E.M., Burattini, M. N., Pereira, C. A. 2007. Control of Multi Resistant Bacteria and
Ventilator Associated Pneumonia : Is It Possible With Changes In Antibiotic?. Brazilian
Journal Of Infectious Disease, Vol. 11., No. 4.
Lawrence, et., al. 2002. Current Medical Diagnosis & Treatment. Penerbit : University Of
California. San Fransisco.
Luttfiya, MN., Henley E. 2010. Diagnosis and Treatment of Community Acquired Pneumonia.
Penerbit : American Family Physician. American.
Kado-Kimble. 2008. Applied Therapeutics : The Clinical Use of Drugs. Penerbit : Hil Medical.
USA.
Katzung, B.G. 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 6. Penerbit : EGC. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik.
Penerbit : Kementrian Republik Indonesia. Jakarta.
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Penerbit : Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Mahalastri, Ni Nyoman Dayu. 2014. Hubungan antara Pencemaran Udara dalam Ruang dengan
Kejadian Pneumonia Balita. Jurnal Berkala Epidemiologi,[e-journal] 2(3): pp. 392–403.
Merliana, H dan Sjaaf, AC. 2017. Analisis Minimisasi Biaya Amlodipin Generik dan Bermerk pada
Pengobatan Hipertensi di RS X Pekanbaru Tahun 2015. Jurnal Ekonnomi Kesehatatan
Indonesia, Vol. 1, No. 3.
Misnadiarly, 2008. Penyakit I nfeksi Saluran Napas Pneumonia Pada Anak, Orang Dewasa, Usia
Lanjut, Pneumonia Atipik, & Pneuomonia Atypik Mycobacterium 1st Edition. Penerbit :
Pustaka Obat Populer. Jakarta.
Musdalipah, 2018. Analisis Efektivitas Biaya Antibiotik Sefotaxime dan Gentamisin Penderita
Pneumonia Pada Balita Di RSUD Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal
Ilmiah Ibnu Sina, Vol. 3,. No. 1.
NICE. 2014. Pneumonia : Diagnosis and Management Of Community and Hospital Acquired
Pneumonia in Adults. Penerbit : Guedlines Community. UK.
Nuryadi, Herawati YT, Triswardani R. 2014. Cost Benefit Analysis antara Pembelian Alat CT-Scan
dengan Alat Laser Diado Photocoagulator di RSUD Balung Jember. Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Vol. 10, No. 1.
Okky, SP., Risky, A., Ivan, SP., Cherry, R. 2014. Analisis Minimalisasi Biaya Penggunaan
Antibiotik Empirik Pasien Sepsis Sumber Infeksi Pernapasan. Jurnal Farmasi Kesehatan
Indonesi, Vol., 3, No., 1.
PDPI. 2003. Pedoman Diagnosa dan Penatalaksanaan Pneumonia Komunitas di Indonesia. Penerbit
20
: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Jakarta.
Price, SA., Wilson, LM,. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6,
Volume 2. Penerbit : EGC. Jakarta.
Shahnaz dan Keri. 2018. Review Artikel : Kajian Farmakoekonomi Yang Mendasari Pemilihan
Pengobatan Di Indonesia. Jurnal Farmaka, Vol. 16,
21