Anda di halaman 1dari 21

Form Protokol Penelitian Kesehatan

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

Jalan Moh Kahfi II Srengseng Sawah Jagakarsa, RT.13/RW.9JAKARTA SELATAN


Telp/ Fax.:
Fax : 021 - 7866 6955 / Email: info@istn.ac.id - edp@istn.ac.id

PROTOKOL PENELITIAN
(Dibuat rangkap tiga, dengan diketik satu spasi, dalam halaman yang tersedia)

I. RINGKASAN

1. PENGUSUL
a. N a m a : Muhamad Rifa’i
b. Jabatan : Mahasiswa
c. Instansi/Kantor : Fakultas Farmasi ISTN Jakarta
d. Alamat dan telepon : Sekretariat Masjid Bilal ISTN, Jagakarsa, Jakarta selatan.
Kantor 083806382543
2. PROYEK PENELITIAN
a. Judul Penelitian :
ANALISIS EFEKTIFITAS BIAYA PADA PASIEN RAWAT INAP
PNEUMONIA DENGAN PENGOBATAN ANTIBIOTIK CEFOTAXIME DAN
CEFTRIAXONE DI RSUD KABUPATEN TANGERANG

b. Ringkasan Penelitian :
Saya akan meneliti analisis efektifitas biaya pada pasien rawat inap
pneumonia dengan pengobatan antibiotik cefotaxime dan ceftriaxone di rsud
kabupaten tangerang. Dari perbedaan Penatalaksanaan Pneumonia dengan
Antibiotik Cefotaxime dan Ceftriaxone tersebut , saya ingin membuktikan dari
kedua pengobatan tersebut mana yang paling cost efektif.

1
Meningkatnya biaya kesehatan memicu perlunya dilakukan analisis
farmakoekonomi untuk memutuskan dan menetapkan intervensi terapi yang
paling tepat ditinjau dari aspek ekonomis, klinis, humanistic. Farmakoekonomi
menjadi metode inovasi yang bertujuan menentukan pilihan pengobatan mana
yang dapat memberikan layanan kesehatan penting baik per unit mata uang
yang dibayar. Berdasarkan penjelasan – penjelasan di atas maka saya tertarik
untuk melakukan penelitian mengenai cost effectiveness analysis (Analisis
Efektivitas Biaya) terhadap penatalaksanaan penyakit Pneumonia dengan
Antibiotik Cefotaxime dan Ceftriaxone. Dengan adanya hasil penelitian ini,
diharapkan dapat memberi informasi pengobatan mana yang lebih efektivitas.
Penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan desain penelitian
Observasi. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif yaitu dengan melihat data
kebelakang terhadap data sekunder dengan melihat rekam medik dan data
administrasi pasien di RSU Kabupaten Tangerang. Hasil penelitian disajikan secara
deskriptif dan analitik.
Lokasi penelitian adalah RSU Kabupaten Tangerang. Populasi penelitian adalah
seluruh pasien yang terdiagnosis Pneumonia di RSU Kabupaten Tangerang
c. Tempat Penelitian :
RSU Kabupaten Tangerang
d. Lama Penelitian : 30 hari
3. RENCANA BIAYA
Sumber Pembiayaan :
a. Dikti Rp
b. ISTN Rp.
c. Pribadi Rp. 2.000.000,00

Rp. 2.000.000,00

2
II. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia dengan angka kematian tinggi, baik di

negara berkembang maupun di negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada dan negara-negara

Eropa. Pneumonia adalah penyebab infeksi paling banyak yang menyebabkan kematian di

Amerika Serikat, dimana terdapat 4 juta kasus yang telah terdiagnosis dan menghabiskan biaya

lebih dari 23 milyar dolar (Glover dan Reed, 2015). Di Amerika, terdapat dua juta kasus penyakit

pneumonia pertahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang (Wilson, 2016).

Di Indonesia, prevalensi pneumonia terjadi peningkatan pada semua umur dari 2,1% pada

tahun 2013 menjadi 2,7% pada tahun 2018 (Riskesdas RI, 2018). Pneumonia adalah infeksi akut

yang mengenai jaringan paru (alveoli). Infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun

jamur. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia.

Penemuan dan penanganan penderita pneumonia pada balita di Provinsi Banten tahun 2016

sebesar 35,08 persen, meningkat cukup signifikan dibandingkan capaian tahun 2015 yaitu 29,04

persen. (Kemenkes RI, 2017). Kegiatan pokok pengelolaan program P2 ISPA di Kabupaten

Tangerang adalah penjaringan dan penatalaksanaan kasus Pneumonia Balita.

Berdasarkanketentuan WHO, perkiraan kasus pneumonia balita di negara berkembang termasuk

Indonesia adalah 10% - 20% dari jumlah total balita, sedangkan kebijakan Kemenkes menetapkan

angka 10% jumlah balita sebagai angka perkiraan kasus pneumonia balita di Indonesia. Angka

ini ditetapkan tidak berdasarkan survey epidemiologis sehingga belum secara spesifik

menggambarkan kondisi pneumonia balita di wilayah tertentu. Untuk menilai efektifitas

penemuan kasus maka ditetapkan sasaran Pneumonia Balita sebesar 4,12% dari jumlah total balita

(DinKes, 2017).

3
Pneumonia adalah infeksi jaringan paru (alveoli) bersifat akut yang diakibatkan oleh

inflamasi pada parenkim paru dan pemadatan eksudat pada jaringan paru. Secara klinis

pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh mikroorganisme

seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit (PDPI, 2014). Pneumonia termasuk penyakit yang

berbahaya karena paru-paru tidak mendapatkan asupan oksigen untuk dialirkan ke seluruh tubuh.

Streptococcus pneumoniae adalah bakteri yang menyerang sistem imun dan mengakibatkan

infeksi pada sistem pernafasan (Dahlan, 2006).

Pneumonia adalah penyakit infeksi yang sangat erat dengan kondisi lingkungan.

Penularan pneumonia menggunakan udara sebagai media penularannya sehingga sering dikaitkan

dengan kondisi hunian rumah penderita. Hunian yang sehat atau rumah sehat harus memberikan

kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kesehatan. Kebutuhan kesehatan minimal harus

memenuhi tiga aspek yaitu tersedianya pencahayaan yang cukup, peghawaan yang baik, suhu

udara normal dan kelembapan normal. Kriteria penghawaan merupakan kriteria yang

berhubungan dengan kualitas udara dalam ruang dimana udara yang bersih akan meningkatkan

kualitas hidup individu yang hidup didalamnya, sedangkan kualitas udara yang buruk maka akan

memudahkan individu didalamnya mudah untuk terserang penyakit khususnya penyakit yang

mudah menular lewat udara seperti pneumonia (Mahalastri, 2014).

Pneumonia adalah adanya inflamasi, pembengkakan atau peradangan pada jaringan

parenkim paru yang biasanya dikaitkan dengan pengisian alveoli dengan cairan. Pneumonia dapat

diklasifikasikan menurut agen penyebab ataupun area paru yang terkena pneumonia. Berdasarkan

agen penyebab, pneumonia dibagi menjadi tempat yaitu pneumonia tipikal (klasik) atau

Community Acquired Pneumonia (CAP), pneumonia atipikal (nosokomial), pneumonia aspirasi,

dan pneumonia immunocompromised. Berdasarkan area paru yang terkena dibagi menjadi dua

yaitu pneumonia lobaris dan bronchopneumonia (Wahid dan Imam, 2015)..

4
Menurut guideline pneumonia terbaru yaitu National Institute for Health an Care

Excellence (NICE) tahun 2014 dan Infectious Disease Society of America (IDSA) tahun 2011,

pilihan lini pertama terapi empiris pneumonia untuk pasien pneumonia komuniti yang dirawat

inap di rumah sakit adalah golongan floroquinolon (seperti gaftifloksin, gemifloksasin,

levofloksasin, dan moksifloksasin) atau golongan sefalosporin generasi ke III (seperti seftriakson

dan sefotaksim) atau yang dikombinasi dengan golongan makrolida. Sedangkan pilihan lini

pertama terapi empiris pneumonia untuk pasien pneumonia nosokomial yang dirawat inap di

rumah sakit adalah golongan β-laktam (seperti koamoksiklav, sefotaksim, seftarolin fosamil,

seftriakson, sefuroksim dan piperasilin dengan tazobactam) (NICE, 2014).

Berdasarkan penelitian Amelia, 2018 antibiotik yang digunakan untuk terapi pasien

pneumonia rawat inap di RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado yaitu antibiotik seftraikson dan

sefotaksim sebanyak 40 pasien. Total biaya medik langsung penggunaan antibiotik seftriakson

pada pasien pneumonia yang dirawat inap di RSUP Prof. Dr R. D. Kandou Manado periode

januari-desember 2017, total biaya terkecil yaitu Rp. 2.894.108 dan total biaya medik langsung

terbesar yaitu Rp. 4.573.232. Total direct medical cost penggunaan antibiotik seftriakson untuk

ke 20 pasien yaitu sebesar Rp. 75.727.000 dengan direct medical cost per pasien yaitu Rp.

3.786.350. Total biaya medik langsung penggunaan antibiotik sefotaksim pada pasien pneumonia

dengan biaya terkecil yaitu Rp. 2.901.202 dan total biaya medik langsung terbesar adalah Rp.

4.199.285. Total direct medical cost penggunaan antibiotik sefotaksim untuk ke 20 pasien yaitu

sebesar Rp. 70.856.245 dengan direct medical cost per pasien yaitu Rp. 3.542.812. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pengobatan pneumonia menggunakan antibiotik sefotaksim lebih

cost-effective dengan nilai ACER sebesar Rp. 35.428 dan nilai ICER sebesar Rp. 16.235.

Penelitian yang lain juga mengatakan bahwa pneumonia termasuk 10 penyakit terbesar di

instalasi rawat inap di RSUD Kabupaten Bombana dengan pengobatan antibiotik cefotaxime dan

5
gentamisin yang paling banyak digunnakan. Jenis obat cefotaxime menghabiskan total biaya

sebesar Rp. 3.000.000 sedangkan obat gentamisin menghabiskan total biaya sebesar Rp.

3.264.000. Nilai ACER cefotaxime sebesar Rp. 36.923 dan gentamisin sebesar Rp. 38.081.

Berdasarakan nilai ACER, biaya pengobatan yang cost-effective ialah cefotaxime (Musdalipah,

2018). Suatu obat dikatakan cost-effective apabila nilai ACER (Average Cost Effectiveness Ratio)

suatu obat dari kedua obat yang dibandingkan adalah yang paling rendah dari obat yang

dibandingkan (Shahnaz, 2018).

Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dengan indikasi penyakit pasien akan

menimbulkan dampak buruk berupa munculnya resistensi bakteri terhadap antibiotik sehingga

mengakibatkan perawatan pasien menjadi lebih lama dan biaya penggobatan menjadi mahal

(Okky, 2014). Beragamnya terapi antibiotik pada pasien pneumonia, membuat pilihan terapi perlu

disesuaikan tidak hanya dari aspek biaya. Penanganan pada pasien pneumonia meliputi

pengawasan durasi penggunaan antibiotik yang berkaitan dengan meminimalisasi beban biaya

obat rumah sakit (Musdalipah, 2018). Analisis farmakoekonomi menggambarkan dan

menganalisa biaya obat untuk sistem perawatan kesehatan. Farmakoekonomi bertujuan untuk

memberikan pengobatan yang efektif dengan peningkatan kualitas kesehatan (Shahnaz, 2018).

Berdasarkan penelitian Febriyanti, 2017 menyatakana bahwa penggunaan obat pneumonia

dengan biaya yang relatif mahal belum menjamin efektivitas perawatan yang tepat.

Grafik 1.1

Cakupan Kasus ISPA Pada Balita

Di Kabupaten Tangerang

Tahun 2013-2017

6
Sumber Data: Bid P2P Dinas Kesehatan Kab.Tangerang 2017

Dari grafik di atas terlihat adanya kecenderungan peningkatan kasus ISPA yang

ditemukan di tahun 2015. Berdasarkan hasil audit mutu pelayanan ISPA yang telah dilaksanakan,

maka ditemukan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Penerapan tatalaksana kasus pneumonia balita yang sesuai standar baku belum konsisten

dilaksanakan

2. Pencatatan dan pelaporan kasus pneumonia belum melibatkan fasilitas pelayanan kesehatan

swasta

3. Tingginya angka perkiraan kasus pneumonia balita yang ditetapkan WHO karena belum

adanya data hasil survey insidensi baik secara nasional maupun regional yang dapat

dijadikan acuan yang lebih valid.

Berdasarkan latar belakang diatas perlu dilakukan penelitian tentang analisa efetivitas biaya

penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia rawat inap di Rumah Sakit Umum Karsa Daerah

Kabupaten Tangerang tahun 2018.

1.2 Rumusan Masalah

1. Masih banyaknya tingkat pasien pneumonia khususnya balita di kabupaten Tangerang.

2. Penerapan efektifitas biaya pada pemilihan antibiotic pneumonia masih jarang digunakan.

7
1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

1. Mengetahui profil penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia yang dirawat inap

RSUD Kab. Tangerang

2. Menganalisis efektivitas biaya terapi pasien pneumonia yang di rawat inap antara

penggunaan beberapa alternatif antibiotik secara farmakoekonomi dengan pendekatan

analisis efektivitas biaya.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mempermudah dalam pengambilan data terkait penggunaan antibiotik pada pasien

pneumonia yang dirawat inap RSUD Kab. Tangerang.

2. Mengetahui efektivitas biaya antara penggunaan beberapa alternatif antibiotik untuk

pasien pneumonia di ruang rawat inap RSUD Kab. Tangerang menggunakan perhitungan

Average Cost-Effectiveness Ratio (ACER) dan Incremental Cost-Effectiveness Ratio

(ICER) sehingga dapat diketahui terapi antibiotik empiris yang paling efektivitas dengan

biaya yang paling rendah.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Dapat menjadi dasar teori penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia berdasarkan

pendekatan Analisis Efektivitas Biaya dilihat dari prespektif penyedia pelayanan

kesehatan.

2. Dapat menjadi dasar teori profil penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia rawat inap

di rumah sakit.

8
1.4.2 Manfaat Praktisi

1. Menambah wawasan terkait permasalahan farmakoekonomi dalam dunia kesehatan dan

dapat dijadikan salah satu rujukan sebagai pertimbangan untuk membuat kebijakan terkait

farmakoekonomi Analisis Efektivitas Biaya penggunaan antibiotik pneumonia pada

pasien rawat inap di rumah sakit berdasarkan efektivitas hasil terapi dan biaya yang

dikeluarkan.

2. Kebijakan baru untuk Dinas Kesehatan supaya lebih memperhatikan farmakoekonomi

dalam dunia kesehatan terkait biaya pengobatan.

1.5 Batasan Masalah

1. Penelitian ini hanya dilakukan pada data rekam medis pasien pneumonia di rawat inap

RSUD Kab. Tangerang tahun 2018 pada pasien dengan kriteria umur 0 tahun sampai 15

tahun.

2. Penelitian ini hanya menggunakan data rekam medis pasien pneumonia dengan

pengobatan pemberian antibiotik selama di rawat inap RSUD Kab. Tangerang

3. Penelitian ini hanya menganalisa biaya pengobatan penggunaan antibiotik pasien

pneumonia dengan kriteria umur 0 tahun sampai 15 tahun selama di rawat inap RSUD

Kab. Tangerang tahun 2018.

9
III. LANDASAN TEORI

1. KAJIAN TEORI

Faktor Resiko
- Keberadaan
Mikroorganis Gejala :
Pneumokokus - Demam,
dan - Menggigil,
Haemophilus - Berkeringat
Influenzae di batuk (baik non
dalam produktif atau
lingkungan produktif atau
rumah menghasilkan
- Kurang Gizi sputum
- Kesehatan berlindir,
Kurang purulen, atau
bercak darah),
- sakit dada
karena pleuritis
dan sesak
Diagnose klinik :
Anamnesis dan
pemeriksaan fisk Pneuminia
Pemeriksaan
penunjang inspeksi,
Pemeriksaan kadar
leukosit.

Penatalaksanaa
n:
1. Antibiotik
2. Non
Hasil Pengukuran Antibiotik
Jumlah Leukosit
dan lama Perawatan
Factor
mempengaruhi
Umur, Jenis
Kelamin

10
2. KERANGKA BERFIKIR
IV. METODOLOGI PENELITIAN

Obat Non
Pasien Pneumonia rawat Antibiotik
inap yang menjalani
terapi pengobatan
dengan antibiotik
cefotaxime dan
ceftriaxone di RSU
Kabupaten Tangerang Obat Antibiotik

Efektivitas Biaya
Faktor yang mempengaruhi  Biaya
1. Umur Pengobatan
2. Jenis Kelamin  Lama Terapi
Perawatan
 Frekuensi nafas

ACER ICER

Efektivitas Teraspi
antibiotik paling tinggi
dengan penggunaan biaya
yang lebih rendah

: Tidak Diteliti

: Diteliti

11
1. BAHAN DAN METODE
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar pengumpulan data yang
digunakan untuk mencatat data yang diperoleh dari bagian rekam medis, bagian
administrasi keuangan dan sebuah personal komputer yang digunakan untuk mengolah
data yang diperoleh.
2. PROSEDUR
2.1 Prosedur Penelitian

Pengajuan ijin penelitian dari pihak jurusan farmasi


Institut Sains Teknologi Nasional

Pengajuan ijin penelitian dari peneliti kepada Direktur


Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang

Pengumpulan serta pengelompokkan data catatan rekam


medik dan catatan pembayaran selama perawatan
berlangsung pada pasien pneumonia di RSUD Kab.
Tangerang tahun 2018

Pengolahan Analisis Data

Interpretasi Hasil Penelitian

Gambar. Prosedur Penelitian

Penelitian diawali dengan merancang proposal penelitian, lalu diajukan permohonan

penelitian ke RSUD Kab. Tangerang. Setelah disetujui, dilakukan studi pendahuluan penelitian

dengan mengelolah data rekam medis terkait jumlah pasien pneumonia periode Januari 2017

12
sampai Desember 2018. Kemudian melakukan analisa data yang sudah didapatkan secara

deskriptif. Setelah naskah proposal skripsi selesai, peneliti akan melakukan ujian proposal skripsi.

Pihak rumah sakit akan memberikan data yang diminta peneliti ketika peneliti selesai melakukan

seminar proposal di rumah sakit. Pengambilan data dilakukan berdasarkan lembar pengumpulan

data yang sudah dibuat peneliti. Hasil analisis data, disajikan secara deskriptif efektivitas hasil

pengobatan dan biaya yang diterapkan pada pasien pneumonia periode Januari 2017 sampai

Desember 2018 RSUD Kab. Tangerang.

2.2 Analisis Data

Data yang diperoleh dari pelaksanaan pengamatan dan analisis dengan tahapan
sebagaiberikut:
1. Editing
Pencatatan data dilakukan dengan menggunakan formulir bantu terlebih dahulu
kemudian dilakukan penyuntingan (editing). Proses editing meliputi pemeriksaan
kelengkapan dan kesesuaian data yang didapat sebelum data tersebut diolah lebih
lanjut.
2. Coding
Proses coding merupakan proses mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data bilangan atau angka.
3. Entry data
Entry data adalah proses memasukkan data yang telah dilakukan proses coding
kedalam perangkat lunak komputer.
4. Cleaning data
Data yang telah dimasukkan dilakukan pemeriksaan kembali untuk memastikan
adanya kemungkinan kesalahan pada proses coding dan ketidaklengkapan data yang
selanjutnya dilakukan koreksi. Tujuan dari cleaning data ini adalah untuk memastikan
data yang ingin dianalisis bebas dari kesalahan.
5. Analisis data
Analisis data menggunakan perangkat lunakMicrosoft excel dan SPSS
(Statistical Package for Social Science) pengolahan data meliputi:

13
a. Perhitungan dari data efektivitas pengobatan, sehingga diperoleh :
1) Efektivitas pengobatan, yakni kejadian perubahan terhadap penurunan kadar
leukosit dari masing-masing obat.
2) Total biaya pengobatan dalam mata uang rupiah masing-masing pada
kelompok terapi antibiotik. Total biaya pengobatan diperoleh dari
penjumlahan komponen-komponen biaya medis langsung meliputi: biaya
obat, biaya laboratorium dan jasa dokter.
b. Cost Effectiveness Analysis
1) Average Cost-Effectiveness Ratio (ACER)
ACER diperoleh dari membandingkan total biaya pengobatan dengan luaran
klinis yang diperoleh pada masing-masing kelompok pengobatan.

Total Biaya Pengobatan


𝐀𝐂𝐄𝐑 =
Total Luaran Klinis

2) Incremental Cost-Effectiveness Ratio (ICER)


Selain analisis ACER, dalam perhitungan CEA juga dilakukan perhitungan
terhadap ICER

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐴 − 𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐵 (𝑟𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ)


𝐼𝐶𝐸𝑅 =
𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐴 − 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐵 (%)

6. Analisis univariat
Analisis univariat atau analisis deskriptif bertujuan untuk menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian .Untuk data numeric
digunakan nilai mean, median dan standardeviasi, sedangkan untuk data kategori
menghasilkan distribusi frekuensi dan presentasi dari tiap variabel. Analisis ini
digunakan untuk menggambarkan data demografi pasien dan disajikan secara
deskriptif berupa tabel.

14
7. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat masing – masing variable dalam
kaitannya dengan outcome dan melihat hubungan antara variable independen dan
dependen, serta melihat kemaknaan dalam perbedaan antara dua kelompok terapi.

3. POPULASI DAN SUBYEK


3.1 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah rekam medis pasien pneumonia rawat inap RSUD

Kab. Tangerang selama periode Januari 2018 sampai Desember 2018.

Sampel yang diambil pada penelitian kali ini adalah rekam medis pasien pneumonia rawat

inap dan diberikan terapi antibiotik yang memenuhi kriteria inklusi, dan dengan menggunakan

perhitungan jumlah sampel sebbagai berikut :

2𝑎2 [𝑧1−𝑎 + 𝑧1−𝑏 ] 2


n=
2
[𝜇1 − 𝜇2 ]

Keterangan:
n : Besar sampel
𝜎 : Standar deviasi pada populasi Kanker Serviks adalah 1,0
Z1-𝛼 : Nilai distribusi normal baku pada tingkat kemaknaan 95%
(∝=0,5) adalah 1,96
Z1-β : Nilai distribusi normal baku berdasarkan power 90% (β = 0,10)
adalah1.28
μ1 - μ2 : Nilai perbedaan rerata yang diharapkan adalah 1

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, minimal jumlah sampel yang diperlukan agar dapat
memberikan hasil penelitian adalah 21 orang pada masing-masing populasi sehingga total sampel
yang diperlukan adalah 42 sampel. Untuk mengantisipasi adanya sampel drop out, maka total
sampel ditambahkan 10% menjadi 46 sampel yang terdiri dari 23 sampel dari terapi antibiotik
cefotaxime dan 23 sampel ceftriaxone . Sampel didapatkan melalui non-Probability Sampling,

15
dimana teknik pengambilan sampel tersebut tidak memberikan peluang atau kesempatan yang
sama.
3.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Rekam medis pasien pneumonia rawat inap RSUD Kab. Tangerang periode Januari 2018

sampai Desember 2018.

b. Rekam medis pasien pneumonia anak umur 0-15 tahun rawat inap yang diberikan terapi

antibiotic cefotaxime dan ceftriaxone.

c. Rekam medis pasien pneumonia rawat inap tanpa penyakit penyerta lainnya.

d. Rekam medis pasien pneumonia rawat inap dengan penyakit komplikasi ketika masa

rawat inap.

e. Pasien pneumonia rawat inap dengan rekam medis yang lengkap dan jelas berupa data

diri pasien, durasi perawatan di rawat inap, terapi yang didapatkan, dan biaya atau harga

obat yang harus dibayarkan.

Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Rekam medis pasien pneumonia rawat inap yang keluar rumah sakit pulang paksa atau

belum direkomendasikan oleh dokter

b. Rekam medis pasien pneumonia yang meninggal pada saat perawatan.

Teknik sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling dengan jumlah

sampel x rekam medis pasien rawat inap pneumonia periode Januari 2018 sampai

Desember 2018.

16
5. DEFINISI OPERASIONAL
Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Pengobatan dengan: Pasien balita Rekam Pembacaan Ceftriaxone
menggunakan Media
Ceftriaxone/ Rekam Medis Cefotaxime
Ceftriaxone/
Cefotaxime Cefotaxime

Output/Efektifitas Output/Efektifitas Status


: Pasien
- Hilangnya Sesak -Waktu -hari sesak hilang
hilangnya sesak
- Frekuensi Nafas -Jumlah -frekuensi nafas
frekuensi normal
Nafas/menit

- Hasil Lab -Jumlah leukosit -lekosit normal


Normal normal
-Waktu Hilang -Waktu turun -hari turun demam
Demam demam
- Hari Rawat -Jumlah hari -hari rawat
rawat

Cost Nilai dari input Total Menjumlahkan Rupiah


yang digunakan Biaya: Biaya Langsung
untuk Biaya dan Biaya Tidak
menghasilkan Langsung Langsung
output. dan
Biaya
Tidak
Langsung
CER Total Biaya Ratio Membandingkan Ratio
dibagi Total Biaya
Output/Efektifitas dengan output
/efektifitas

17
CEA Membandingkan Ratio CER yang lebih Ratio
CER dari masing- kecil adalah
masing alternatif yang paling cost
effective

18
IV. DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Fuad A. 2017. Farmakoekonomi. Penerbit : Anak Negeri. Jakarta.

Andayani, T.M. 2013. Farmakoekonomi Prinsip dan Metodologi. Penerbit : Bursa Ilmu.
Yogyakarta.

Anwar, A., Dharmayanti, I. 2014. Pneumonia Pada Anak Balita di Indonesia. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, Vol. 8., No. 8.

Arnold, R.J.G., 2010. Pharmacoeconomics: from Theory to Practice.USA: Tailor and Francis
Group.

Binfar. 2013. Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi. Penerbit : Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta.

Binfar. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan. Penerbit : Direktorat
Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Jakarta.

Brunton L, et al. 2008. Goodman & Gilman : Manual Farmakologi dan Terapi. Terjemahan :
Sukanda YE, dkk. Penerbit : Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Dahlan, Z. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keempat Jilid II. Penerbit : UI-Press.
Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Penerbit :
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Dipiro, J.T., Wells, B.G., Schwinghammer, T.L., Dipiro, C.V. 2011. Pharmacotherapy Handbook.
8th Edition. New York: The McGraw-Hill Companies.

Dinas Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2017. Penerbit : Dinas
Kesehatan. Tangerang-Banten.

Dinas Kesahatan RI. 2012. Profil Kesehatan Kabupaten Tangerang Tahun 2010. Pnenerbit : Dinas
Kesehatan Tangerang-Banten.

Febriyanti, L., Gayatri, C., Adithya, Y. 2017. Analisis Efektivitas Biaya (Cost Effectivenes
Analysis) Pada Pasien Pneumonia Rawat Inap Di RSU Pancaran Kasih Ghim Manado. Jurnal
Ilmiah Pharmacon, Vol. 6., No.3.

Hadning I, Ikawati Z, Andayani TM. 2015. Stroke Treatment Cost Analysis for Consideration on
Health Cost Determination Using INA- CBGs. Int J Public Health Sci, Vol. 4, No. 4.

IDSA. 2011. Consensus Guidelines On The Management of Community Acquired Pneumonia In


Adults. Penerbit : CID. US.

Jeremy, P.T. 2007. At Glance Sistem Repisratory Edisi II. Penerbit. Medical Series. Jakarta.

19
Jukemura, E.M., Burattini, M. N., Pereira, C. A. 2007. Control of Multi Resistant Bacteria and
Ventilator Associated Pneumonia : Is It Possible With Changes In Antibiotic?. Brazilian
Journal Of Infectious Disease, Vol. 11., No. 4.

Lawrence, et., al. 2002. Current Medical Diagnosis & Treatment. Penerbit : University Of
California. San Fransisco.

Lim et al., 2009. Drug Information Handbook. Penerbit : Lexicomp. Ohio.

Luttfiya, MN., Henley E. 2010. Diagnosis and Treatment of Community Acquired Pneumonia.
Penerbit : American Family Physician. American.

Kado-Kimble. 2008. Applied Therapeutics : The Clinical Use of Drugs. Penerbit : Hil Medical.
USA.

Katzung, B.G. 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 6. Penerbit : EGC. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Terapi Antibiotik.
Penerbit : Kementrian Republik Indonesia. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Penerbit : Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Mahalastri, Ni Nyoman Dayu. 2014. Hubungan antara Pencemaran Udara dalam Ruang dengan
Kejadian Pneumonia Balita. Jurnal Berkala Epidemiologi,[e-journal] 2(3): pp. 392–403.

Merliana, H dan Sjaaf, AC. 2017. Analisis Minimisasi Biaya Amlodipin Generik dan Bermerk pada
Pengobatan Hipertensi di RS X Pekanbaru Tahun 2015. Jurnal Ekonnomi Kesehatatan
Indonesia, Vol. 1, No. 3.

Misnadiarly, 2008. Penyakit I nfeksi Saluran Napas Pneumonia Pada Anak, Orang Dewasa, Usia
Lanjut, Pneumonia Atipik, & Pneuomonia Atypik Mycobacterium 1st Edition. Penerbit :
Pustaka Obat Populer. Jakarta.

Musdalipah, 2018. Analisis Efektivitas Biaya Antibiotik Sefotaxime dan Gentamisin Penderita
Pneumonia Pada Balita Di RSUD Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal
Ilmiah Ibnu Sina, Vol. 3,. No. 1.

NICE. 2014. Pneumonia : Diagnosis and Management Of Community and Hospital Acquired
Pneumonia in Adults. Penerbit : Guedlines Community. UK.

Nuryadi, Herawati YT, Triswardani R. 2014. Cost Benefit Analysis antara Pembelian Alat CT-Scan
dengan Alat Laser Diado Photocoagulator di RSUD Balung Jember. Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Vol. 10, No. 1.

Okky, SP., Risky, A., Ivan, SP., Cherry, R. 2014. Analisis Minimalisasi Biaya Penggunaan
Antibiotik Empirik Pasien Sepsis Sumber Infeksi Pernapasan. Jurnal Farmasi Kesehatan
Indonesi, Vol., 3, No., 1.

PDPI. 2003. Pedoman Diagnosa dan Penatalaksanaan Pneumonia Komunitas di Indonesia. Penerbit
20
: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Jakarta.

PDPI. 2014. Pneuomonia Komuniti : Pedomana Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.


Penerbit : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Jakarta.

Price, SA., Wilson, LM,. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6,
Volume 2. Penerbit : EGC. Jakarta.

Shahnaz dan Keri. 2018. Review Artikel : Kajian Farmakoekonomi Yang Mendasari Pemilihan
Pengobatan Di Indonesia. Jurnal Farmaka, Vol. 16,

21

Anda mungkin juga menyukai