1
BAB I
PENDAHULUAN
(LRTI/LRTI) terjadi pada jalan napas dan paru.1 Infeksi saluran napas bawah
dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan protozoa.2 Beberapa penyakit
infeksi saluran napas bawah antara lain pneumonia, bronkitis, abses paru dan
infeksi pleura yaitu empiema. Infeksi saluran napas bawah masih merupakan
penyebab morbiditas dan mortalitas yang paling tinggi di dunia. 1,3 Tingkat
yang tepat.4
infeksi saluran pernapasan bawah setiap tahun. Pada tahun 2015 angka kematian
global akibat infeksi saluran pernapasan adalah 43,4 kematian per 100.000 orang.
terdapat 915.500 kasus infeksi saluran pernapasan bagian bawah setiap tahun dan
2
Penelitian retrospektif yang dilakukan di RSUD DR. Moewardi Surakarta
pneumonia (3%), Acinetobacter spp (3%), dan serratia marcessens (3%) dan
Padang 2015 yang dilaporkan oleh Yandra Darusman adalah jumlah penyakit
infeksi paru dengan kultur positif terbanyak adalah CAP yaitu sebanyak 213
(54,2%), dan berdasarkan jenis bakteri yang tumbuh didapatkan bakteri terbanyak
adalah Klebsiella pneumonia yaitu 169 (43,0%) pasien terbanyak adalah laki-laki
dengan 285 (72,5%), denga range umur 14-88 tahun, dengan umur rata-rata 49,1.
Penyebab infeksi terbanyak pada semua jenis penyakit infeksi paru adalah
Pelaporan pola kuman dan uji sensitivitas sangat penting dilakukan secara
berkala setiap tahun terutam terhadap pasien di bangsal paru sebagai pedoman
klinis dalam memberikan antibiotik yang tepat dan mencegah penyebaran infeksi
lebih lanjut. Di RSUP M Djamil Padang sebagai pusat rujukan nasional sebaiknya
memiliki data mengenai pola kuman dan uji sensitivitas terhadap antibiotik pasien
infeksi saluran napas bawah yang diperbaharui setiap tahun dan diinformasikan
Oleh Karena itu penulis ingin melakukan penelitian ini untuk mengetahui
3
1.2 Rumusan Masalah
pasien yang dirawat di bangsal paru RSUP Dr. M Djamil Padang periode 1
kuman dan sensitivitas antibiotik pada pasien yang dirawat di bangsal paru RSUP
Padang.
bangsal paru.
4
1.3.3 Manfaat Penelitian
3. Bagi Peneliti
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
atau bakteri patogen, diikuti oleh pertumbuhan berlebih, penyebaran, dan dalam
bronkiolitis (pada anak kecil) dan infeksi alveolar paru dan saluran napas lainnya,
vaksin konjugasi dan peran virus patogen. Patogen bakteri sering terjadi
berdampingan dengan virus, namun terapi awal dengan kejadian ini difokuskan
digunakan pada contoh infeksi seperti Pneumonia dengan rawat inap adalah
dan makrolid (contoh: azitromisin atau klaritromisin atau kombinasi beta laktam
terapi pasien rawat jalan tanpa komorbid adalah amoksisilin, doksisiklin, atau
golongan makrolid; terapi pasien rawat jalan dengan komorbid seperti penyakit
jantung, paru, ginjal, diabetes melitus, dll adalah kombinasi amoksisilin atau
6
sefalosporin dengan makrolid atau doksisiklin atau terapi monoterapi dengan
fluroquinolon.(Metlay JP, Waterer GW, Long AC, et al. Diagnosis and Treatment
2019;200:e45-e60)
Pneumonia disebabkan oleh sejumlah agen penular, termasuk virus, bakteri, dan
influenzae tipe b (Hib) sebagai penyebab paling umum kedua dari pneumonia
bakterial; respiratory syncytial virus adalah penyebab virus paling umum dari
pneumonia; pada bayi yang terinfeksi HIV, Pneumocystis jiroveci adalah salah
satu penyebab paling umum dari pneumonia, bertanggung jawab atas setidaknya
seperempat dari semua kematian akibat pneumonia pada bayi yang terinfeksi HIV.
7
pneumoniae, Klebsiella pneumonia, Chlamydophila pneumonia, Moraxella
Pneumonia in the Asia-Pacific Region. Semin Respir Crit Care Med 2016
kesehatan setiap daerah di Indonesia, pada studi yang dilakukan di RSUP Prof.
paling banyak digunakan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung pada pasien CAP
Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Ilmiah Ibnu Sina. 2018. 3(1), 1-11) Antibiotik
8
yang paling banyak digunakan di RSUD Budhi Asih Jakarta untuk terapi CAP
adalah Seftriakson, dan yang paling sedikit adalah Sefiksim dan Seftadiazim.
digunakan pada pasien Pneumonia bangsal paru anak RSUP Dr. M. Djamil adalah
aerob. Reaksi pewarnaan Gram membagi bakteri menjadi bentuk gram positif atau
Morfologi seluler bakteri terdiri dari cocci (kokus/bola), basil (batang), dan
9
Gambar 1 . Struktur Bakteri
BAKTERI
Gram (-)
Aerob Anaerob
anaerob adalah bakteri yang tumbuh dalam suasana kurang atau tidak ada oksigen.
Hal ini dikarenakan dalam suasana ini akan terbentuk H2O2 yang bersifat toksik
10
dipersulit oleh pertumbuhan in-vitro yang lambat, sifat polimikroba infeksi dan
fakultatif. Anaerob obligat yaitu bakteri yang sama sekali tidak dapat tumbuh dan
memiliki efek letal terhadap keberadaan oksigen. Hal ini dikarenakan bakteri
kelompok ini tidak memiliki superoksida dismutase (SOD) dan katalase yang
anaerob fakultatif, yaitu bakteri yang masih dapat hidup pada kondisi ada sedikit
Enterobacteriaceae.10,14
Bakteri anaerob juga dapat dibedakan dari bentuknya, yaitu kokus dan
Porphyromonas, Fusobacterium.10
pada proses fosforilasi oksidatifnya. Bakteri aerob juga dapat dibedakan dari
11
bentuknya, yaitu kokus dan batang. Yang termasuk bakteri aerob kokus gram
yaitu Neisseria sp. Contoh bakteri aerob batang gram positif yaitu Bacillus sp dan
parenkim paru yang menyebabkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan difusi.
dunia. Di Inggris, dilaporkan bahwa setiap tahun ada 0,5-1% dari total populasi
orang dewasa yang menderita CAP dan 22-42% perlu berobat di rumah sakit
dengan angka kematian antara 5-14%. Kawasan Asia-Pasifik rentan terhadap CAP
dikarenakan populasi yang menua, urbanisasi yang padat, dan akses yang buruk
dan ekonomi yang signifikan di wilayah ini. Menurut Riset Kesehatan Dasar RI
tertinggi di Indonesia.15,16
aureus juga disebutkan sebagai agen yang paling umum sebagai penyebab CAP di
12
kawasan Asia-Pasifik. Streptococcus pneumoniae adalah patogen yang paling
Organisme yang berbeda dapat dikaitkan dengan pola infiltrat yang khas,
yang sering bermanifestasi dalam 12 jam setelah onset gejala. Pada pneumonia
nonsegmental atau lobar fokal bakterial yang khas disebabkan oleh organisme
ruang udara dalam 1 segmen atau lobus. Untuk bronkopneumonia multifokal atau
influenzae, dan jamur. Sedangkan untuk pneumonia "interstitial" fokal atau difus
melibatkan pangkal paru dalam pola retikulonodular bilateral, difus, tetapi diawali
(HAP) adalah infeksi parenkim paru yang disebabkan oleh patogen yang ada di
dirawat di rumah sakit selama> 48 jam dan biasanya masa inkubasinya minimal 2
hari. HAP adalah infeksi nosokomial tersering kedua dan penyebab utama
kematian akibat infeksi nosokomial pada pasien sakit kritis. Insidensinya berkisar
dari 5 hingga lebih dari 20 kasus per 1000 pasien yang masuk rumah sakit, dengan
13
angka tertinggi pada pasien yang mengalami gangguan sistem imun, bedah, dan
lanjut usia.17
(HCAP) berkembang pada pasien yang tidak dirawat di rumah sakit yang
Faktor risiko pengembangan HCAP adalah rawat inap selama 2 hari dalam 90 hari
sebelumnya, tinggal di panti jompo atau fasilitas perawatan tambahan, terapi infus
di rumah, dialisis kronis, perawatan luka di rumah dan kontak dengan subjek yang
HAP dapat disebabkan bakteri aerob (gram positif dan gram negatif) dan
bakteri anaerob. Penyebab gram negatif pada HAP sebesar 50-60%. Bakteri utama
tahun 2008 hingga 2009, mendapatkan hasil bahwa kuman yang paling dominan
14
Staphyloccus aureus dan Klebsiella pneumoniae. Kejadian resistensi terhadap
27.2%. (Chung DR, Song JH, Kim SH, Thamlikitlul V, Huang SG, Wang H, dkk.
observasional selama 10 tahun di China dari tahun 2007 hingga 2016, yang
2021;40:683-690.)
Tropik dan Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam (IPS) Rumah Sakit Cipto
dilakukan di Instalasi Rawat Inap IPD RSCM selama kurun waktu 1 Januari 2006
hingga 31 Desember 2012 menunjukkan bahwa pola kuman pada pasien yang
15
Pneumonia di Ruang Rawat Penyakit Dalam. Ebes Papyrus. 2014;20(1):19-23.)
pneumonia adalah salah satu hasil biakan tersering yang didapatkan dari kultur
pasien HAP, dimana kuman tersebut hanya mempunyai sensitivitas yang tinggi
2.2.3 Bronkiektasis
bronkial persisten atau rekuren yang berhubungan dengan bronkus yang melebar
dan rusak permanen. Diagnosis bronkiektasis harus dicurigai saat pasien datang
dengan batuk berulang atau terus menerus (> 8 minggu), dengan produksi sputum
purulen atau mukopurulen, terutama dengan faktor risiko terkait yang relevan,
seperti PPOK.19,20
PPOK. Satu studi yang dilakukan pada 110 pasien dari 29 praktik umum di
dengan PPOK. Bronkiektasis ini disebabkan oleh bakteri pernapasan dan jamur
16
yang lebih tinggi agen patogen lain yang memungkinkan selain yang disebutkan
kultur dahak dari pasien dengan bronkiektasis; P. aeruginosa dalam 12-30%; dan
subset yang sedikit lebih kecil, tetapi terkait dengan penyakit yang paling parah.20
aeruginosa dikaitkan dengan peningkatan tiga kali lipat dalam risiko kematian,
peningkatan hampir tujuh kali lipat dalam risiko masuk rumah sakit dan rata-rata
Abses paru merupakan salah satu penyakit infeksi paru yang didefinisikan
sebagai kematian jaringan paru-paru dan pembentukan rongga yang berisi sel-sel
mati atau cairan akibat infeksi destruktif berupa lesi nekrotik pada jaringan paru
yang terlokalisir sehingga membentuk kavitas yang berisi nanah (pus) dalam
parenkim paru pada satu lobus atau lebih. Abses paru harus dibedakan dengan
cavitas pada pasien tuberkulosis paru. Abses paru lebih sering terjadi pada laki-
laki dibanding perempuan dan umumnya terjadi pada umur tua karena terdapat
17
Abses paru dapat dibagi menjadi abses paru akut (kurang dari 6 minggu)
dan kronis (lebih dari 6 minggu). Klasifikasi lain abses paru dapat dikelompokkan
menjadi abses paru primer akibat aspirasi sekresi orofaringeal (infeksi gigi/
gangguan sistem imun. Abses paru sekunder terjadi pada obstruksi bronkial (oleh
tumor, benda asing atau pembesaran kelenjar getah bening), dengan penyakit paru
yang menyertai (bronkiektasis, emfisema bulosa, fibrosis kistik, infark paru yang
hematogen (sepsis perut, endokarditis infektif), kanula terinfeksi atau kateter vena
Di lebih dari 90% kasus abses paru dapat ditemukan bakteri polimikroba
(10). Dari bakteri anaerob pada isolat dominan abses paru yaitu Bacteroides
isolat bakteri aerob yang dominan pada abses paru adalah Staphylococcus aureus
2.2.5 Empiema
atau pada kultur dari cairan pleura. Empiema biasanya dikaitkan dengan
pneumonia tetapi juga dapat berkembang setelah operasi toraks atau trauma
18
toraks. Di Amerika Serikat, ada sekitar 32.000 kasus per tahun. Empiema
dikaitkan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas, sekitar 20% sampai 30%
pasien yang terkena akan meninggal atau memerlukan pembedahan lebih lanjut
pada tahun pertama setelah empiema berkembang. Intervensi dini sangat penting
produksi cairan di rongga pleura yang dikenal sebagai tahap eksudat. Saat
cairan buram kental pada stadium fibrinopurulen. Setelah infeksi sembuh dan
menyebabkan terbatasnya parenkim paru. Intervensi yang tepat dan dini sangat
19
Streptococcus
pneumonia 23,8%
Viridans streptococci 9%
Bakteri dibagi menjadi 2 kelompok utama berdasarkan asalnya yaitu CA dan HA.
mereka adalah bakteri komensal pada mulut. Studi yang dilakukan oleh Bedawi
seperempatnya memiliki 3 jenis atau lebih kuman. Hal ini menunjukkan emipema
disebabkan lebih dari 1 kuman. Pada CA, Viridans streptococci menjadi penyebab
tersering. Pada laporan dari Far East, Klebsiella paling sering , khususnya pada
infeksi HA. Hal ini sesuai dengan tingginya prevalensi infeksi piogenik yang
20
penggunaan sefalosporin generasi ketiga atau keempat ditambah metronidazol
baik. Pada empiema yang didapat di rumah sakit atau trauma, dan pembedahan,
sulitnya mengisolasi anaerob. Tidak ada manfaat yang terbukti dari pemberian
2.2.6 Bronkitis
pengeluaran dahak dan sesak napas adalah gejala utama bronkitis. Bronkitis dapat
bersifat akut atau kronis. Bronkitis akut disebabkan oleh infeksi yang sama yang
menyebabkan flu biasa atau influenza dan berlangsung sekitar beberapa minggu.28
influenza, dan coxsackie virus. Bronkitis dapat juga disebabkan oleh parasit
seperti askariasis dan jamur. Selain penyakit infeksi, bronkitis dapat pula
disebabkan oleh penyebab non infeksi seperti bahan fisik atau kimia serta faktor
perubahan cuaca, alergi, polusi udara dan infeksi saluran napas atas kronik.28
meningkatkan kasus bronkitis baik perokok yang masih aktif ataupun mantan
perokok. Biasanya Indeks Brinkman selalu digunakan untuk menilai risiko akibat
21
dari merokok yakni perkalian antara jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap
variasi dari hari ke hari yang onset nya akut dan mungkin juga memerlukan
perubahan dalam pengobatan dan atau rawatan rumah sakit. Eksaserbasi memiliki
efek yang signifikan dan berkepanjangan pada status dan hasil luaran kesehatan,
dan punya efek negatif pada fungsi paru. (Pavord ID, Jones PW, Burgel PR, Rabe
PPOK eksaserbasi akut adalah kondisi respirasi kronik yang umum terjadi pada
usia tua yang dikarakteristikan sebagai hambatan jalan napas progresif yang
membagi PPOK eksaserbasi akut menjadi 3 tipe, tipe I (tipe yang paling berat),
purulensi sputum dan peningkatan sesak napas. Tipe II ketika pasien memiliki 2
dari 3 gejala, sementara tipe III memiliki 1 dari 3 gejala disertai salah satu gejala
seperti infeksi saluran napas atas dalam kurun waktu 5 hari terakhir, peningkatan
peningkatan 20% respiratory rate dan denyut jantung dibawah normal. (Lawati
22
Penyebab mayor terjadinya eksaserbasi pada pasien PPOK adalah infeksi
saluran napas baik virus maupun bakteri. Infeksi adalah penyebab utama PPOK
pasien. Lebih dari 50% pasien dengan PPOK eksaserbasi akut berhubungan
2016 di Singapore, ditemukan bakteri pada 39.6% dari total 101 sampel sputum
MS, Tan JHY, Soh RY, Ong TH, Loo CM, dkk. Bacteria Profile of Acute
salah satu etiologi penting pada PPOK eksaserbasi akut memberikan tempat
kepada antibiotik untuk digunakan sebagai salah satu tatalaksana dalam praktik
pada strategi Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)
23
antibiotik selama PPOK eksaserbasi akut dapat menurunkan risiko kegagalan
pengobatan dan juga beberapa data menunjukkan manfaat jangka panjang dengan
terinfeksi bakteri. Penilaian klinis atau parameter klinis yang dapat digunakan
eksaserbasi akut adalah adanya sputum purulen. Membedakan infeksi akut dan
kolonisasi kronik pada pasien PPOK eksaserbasi akut, kadar prokalsitonin dapat
biasanya selama 5-7 hari. (Viniol C, Vogelmeier CF. Exacerbations of COPD. Eur
(Wedzicha JA, Miravitlles M, Hurst JR, Calverley PMA, Albert RK, Anzueto A,
24
BAB III
METODE PENELITIAN
pola sensitivitas kuman pada spesimen yang berasal dari pasien yang
Maret 2021 yang memiliki hasil kultur kuman dan sensitivitas terhadap
antibiotik.
Kriteria Inklusi:
Paru RSUP Dr. M. Djamil Padang periode 1 Januari 2020 – 31 Maret 2021
dengan data rekam medik lengkap dan ditemukan pertumbuhan bakteri pada
Kriteria eksklusi:
Apabila data rekam medik tidak lengkap atau apabila hasil kultur bakteri
25
3.4 Cara Pengumpulan Data
Data yang diambil dari arsip hasil kultur kuman dan arsip Rekam
Rekam Medik RSUP. Dr. M. Djamil Padang sesuai dengan nomor register
penderita.
dan grafik.
empiema.
26
3. Umur dinyatakan dalam tahun berdasarkan ulang tahun terakhir
dalam interval usia 10 tahun, terdiri dari usia < 20 tahun, 20-29
tahun, 30-39 tahun, 40-49 tahun, 50-59 tahun, 60-69 tahun, 70-79
Acinetobacter baumannii
27
adalah Benzylpenicillin, Oxacillin, Gentamicin, Ciprofloxacin,
28
3.7 Alur Penelitian
Karakteristik
Umur
Jenis kelamin
Komorbid
Riwayat Merokok
Staphylococcus Pseudomonas 29
aureus aeruginosa
Methicili-resistant Acinetobacter
staphylococcus baumannii
DAFTAR PUSTAKA
Prescribing.
2019;9(2):1–12
5. Maskell NA, Batt S, Hedley EL, Davies CW, Gillespie SH, Davies
2018.2018
2013;33:117-21
30
8. Darusman Y. Pola dan Sensitivitas Kuman Pada Infeksi Paru
2018;98(2):781–811. 10.
10. Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Jawetz, Melnick & Adelberg's
11. Kim J, Lee Y, Park Y, Kim M, Choi JY, Yong D, Jeong SH, Lee K.
Elsevier; 2012
Sanglah Hospital Denpasar, Bali. Int J Med Rev Case Reports. 2020;
(0):1.
31
16. Song JH, Huh K, Chung DR. Community-Acquired Pneumonia in the
32
23. Kuhajda I, Zarogoulidis K, Tsirgogianni K, Tsavlis D, Kiomis I, et al.
24. Bostock IC, Sheikh F, Millington TM, Finley DJ, Phillips JD.
2018;378(8):740-751.
Respirology Journal.2018;12(8):2309-20
27. Kelly MM, Coller RJ, Kohler JE, Zhao Q, Sklansky DJ, Shadman KA,
202:245-251
2017.
33
LAMPIRAN I
1. Dummy Table
34
Pola Kepekaan Kuman Gram (+)
RSUP Dr. M. Djamil Padang Bulan Januari-Juni 2020
120 91 100 100 97 94 100 97
89 86 89
64 73
80 56 59 59
40
0
35
Pola Kepekaan Kuman Gram (-)
RSUP Dr. M. Djamil Padang Bulan Januari-Juni 2020
120
99 100 100 100100 100100 99 97
100 96 91 9495 9595 95
89
87 83 83
79 81 80 82 78 7580
80 74 72 71 75 75
70 70 68
62
60 57
66 62 66
60 63 6063 63 64 67
59 58
60 50 47
53
47 5054
45
42 45 46 45 41
37 35 36 37 39
34 35
40
28 30 25
30
25 2933 25 27
32
22 24 24
19 22 17
20 11
6
0
in t n e n e ne in in n in in ne n le
c na ci lli am na
m m ta
m
ks
im citi im xo ac ne
m
ikl ne
m ici ne
m
ac ne
m
to ta
m
cl i is i zo
ika ul
a
pi a ct o epi a a x i d a ox e i s e m e ox e a n a c y m xa
av lb tre f ul
b ot fo az ri ofl ip ks p ta ip fl op ur b ec ra ho
Am cl Am / S u Ce ef Ce eft eft or Do rta en vo er of zo ig ob
n Az /s C C C Ci pr D E G Im
Le M t r Ta T T et
ili li n zo
n Ni in
/ fa
m
cic cil rapneumoniae ss. pneumoniae Escherichia coli Acinetobacter baumannii Pseudomonas aeruginosa il l ul
ox pi Klebsiella e c / S
Am
p ra
Am fo pe pr
im
Ce Pi o
h
et
Enterobacter cloacae ir m
T
36
Pola Kepekaan Kuman Gram (-)
RSUP Dr. M Djamil Padang Bulan Juli-Desember 2020
140
130
120
100 97
80
MDRO
65
Not MDRO
59
60
46
40
30
20 15 17 16
11
0
Aci.baumannii Esch.coli K.pneum.pneumoniae Ps.aeruginosa Staph.aureus
37
Hasil Pemeriksaan Gram negatif
38
39