RETINOBLASTOMA
Oleh :
Fikriyyah Ulfayuni 1740312242
Firmansyah 1310312098
Husni Miranda 1740312222
Rina Pratiwi Annur 1110312007
Pembimbing :
Dr. dr. Hendriati, Sp.M (K)
2.3 Retinoblastoma
2.3.1 Definisi
Retinoblastoma adalah keganasan intraokuler primer yang paling sering
ditemukan pada masa kanak-kanak. Retinoblastoma merupakan keganasan yang
terjadi pada sel retinoblas imatur pada masa perkembangan retina. Diduga
penyebab retinoblastoma yaitu adanya mutasi pada gen RB1, yang mana gen ini
berperan sebagai gen supresor tumor. Retinoblastoma memiliki kecenderungan
yang kuat untuk terjadi invasi ke otak melalui nervus optikus dan metastasis ke
tempat lainnya. Anak dengan retinoblastoma yang tidak tertangani dapat
meninggal dunia dalam waktu 2-4 tahun setelah munculnya gejala.1,2,3,4
2.3.2 Epidemiologi
Retinoblastoma terjadi pada 1 dari tiap 14.000-20.000 kelahiran hidup.
Insidens ini nampaknya serupa di berbagai negara, namun sumber lain
mengatakan bahwa retinoblastoma tampak lebih banyak terjadi di Negara-negara
berkembang khususnya di Afrika, India dan Amerika Utara. Retinoblastoma
merupakan 3% dari seluruh kasus keganasan yang tejadi pada anak.
Retinoblastoma mengenai anak pada usia yang sangat muda, 2 per 3 kasus
terdiagnosis pada usia kurang dari 2 tahun, dan lebih dari 95% kasus pada usia
kurang dari 5 tahun. Retinoblastoma dapat mengenai laki-laki maupun
perempuan sama rata dan belum ada bukti mengenai predileksi ras tau etnis.2,5
Berdasarkan ada tidaknya faktor herediter, angka kejadian retinoblastoma
bilateral atau multifocal herediter sebesar 25% kasus, pada tipe unilateral atau
unifokal herediter sebesar 75% kasus. Meskipun demikian kejadian
retinoblastoma 90% nya merupakan kasus non herediter atau sporadic.
Sedangkan berdasarkan lokasinya, retinoblastoma unilateral didapati sebanyak 60-
70%, dan retinoblastoma bilateral sisanya.2,5
2.3.3 Etiologi
Retinoblastoma disebabkan oleh mutasi pada gen Rb1 yaitu gen yang
berfungsi menekan perkembangan retinoblastoma sendiri. Kedua salinan gen Rb1
ini harus bermutasi supaya dapat terbentuk tumor. Gen Rb1 berlokasi pada lengan
panjang kromosom 13 lokus 14(13q14). Rb1 yang cacat ini dapat diwariskan dari
salah satu orang tua, biasanya mengenai kedua mata dan cenderung berkembang
pada usia yang muda. Namun pada beberapa kasus lain mutasi baru terjadi pada
tahap awal perkembangan janin berupa kesalahan anak pada tahap awal
perkembangan janin berupa kesalahan pada proses penyalinan ketika sel
membelah.9
2.3.4 Klasifikasi
Tabel 2.2 Klasifikasi Sistem Internasional untuk Menilai Respon terhadap Kemoterapi
2.3.5 Patofisiologi
Awalnya retinoblastoma dianggap sel glia sehingga disebut pseudoglia
dan saat ini diterima bahwa tumor ini berasal dari sel neuroblastik pada lapisan
inti retina. Penelitian imunohistokimia membuktikan bahwa retinoblastoma
berasal dari keganasan sel kerucut, diperlihatkan oleh hasil positif tumor untuk
neuron spesifik enulase, rod spesifik antigen S-fotoreseptor segmen luar dan
rodopsin. Sel tumor mensekresikan substansi ekstrasel yang disebut retinoid
interfotoreseptor binding protein yang normalnya merupakan produk dari
fotoreseptor.1
Gen retinoblastoma normal, yang biasa terdapat pada semua orang
merupakan suatu gen supresor tumor atau anti-onkogen. Individu dengan penyakit
herediter memiliki satu alel yang terganggu di setiap sel tubuhnya. Apabila alel
pasangannya di sel retina yang sedang tumbuh mengalami mutasi spontan maka
terbentuklah tumor. Pada bentuk penyakit non-herediter, kedua alel gen
retinoblastoma normal di sel retina yang sedang tumbuh diinaktifkan oleh suatu
mutasi spontan. Penyebab dari mutasi gen ini tidak diketahui dengan pasti hingga
saat ini. Diduga adanya Human Papilloma Virus dalam jaringan retina yang
sedang tumbuh dapat meyebabkan mutasi yang meningkatkan resiko terjadinya
retinoblastoma dan juga terdapat dugaan bahwa prosedur bayi tabung dapat
meningkatkan resiko terjadinya retinoblastoma pada calon bayi.9
Khas gambaran histopatologis retinoblastoma yang biasanya dijumpai
adanya Flexner-Wintersteiner rosettes dan gambaran fleurettes yang jarang.
Keduanya dijumpai pada derajat terbatas pada diferensiasi sel retina. Homer-
Wright rosettes juga sering dijumpai tapi kurang spesifik untuk retinoblastoma
karena sering juga dijumpai pada tumor neuroblastik lain. Kalsifikasi luas biasa
dijumpai. Tumor terdiri dari sel basophilic kecil (retinoblas) dengan nukleus
hiperkromotik besar dan sedikit sitoplasma. Kebanyakan retinoblastoma tidak
dapat dibedakan tapi bermacam-macam derajat diferensiasi retinoblastoma
ditandai oleh pembentukan Rosettes, yang terdiri dari 3 tipe :7
Flexner-wintersteiner Rosettes, yang terdiri dari lumen central yang
dikelilingi oleh sel kolumnar tinggi. Nukleus sel ini lebih jauh dari lumen.
Gambar 2.2 Flexner – winsteiner rosettes
Homer-Wright Rosettes, rosettes yang tidak mempunyai lumen dan sel
terbentuk mengelilingi masa proses eosinofilik.
Flerettes adalah fokus sel tumor yang menunjukkan differensiasi
fotoreseptor, kelompok sel dengan proses pembentukan sitoplasma dan
tampak menyerupai karangan bunga.10
Leukokoria(54-62%)
Strabismus (18%-22%)
Inflamasi
Hypopion
Hyphema
Leukokoria (35%)
Heterochromia
Penurunan visus (35%)
Spontaneous globe perforation
Strabismus (15%)
Proptosis
Floater (4%)
Katarak
Pain (4%)
Glaucoma
Nistagmus
Tearing
Anisocoroa
Sumber: American Academy of Ophthalmology, 2007
Untuk mengkonfirmasi temuan klinis, berbagai pemeriksaan dilakukan
dalam keadaan anestesi dengan pupil dilatasi maksimal. Pemeriksaan dengan
oftalmoskopi indirek dan penekanan sklera adalah pemeriksaan yang sangat
penting untuk diagnosis. Ultrasonografi (USG) membantu untuk membuat
diagnosis banding leukocoria pada anak. USG dapat menentukan ketebalan atau
tinggi dari tumor. Namun USG tidak lebih sensitif daripada CT scan.12,13
Evaluasi nervus optikus, orbital, keterlibatan sistem saraf pusat dan
kalsifikasi intraokular dapat dilakukan dengan menggunakan CT scan dan MRI.
MRI adalah modalitas yang sangat sensitif untuk tumor ekstraokuler. Apabila ada
bukti penyebaran ekstraokuler, maka dianjurkan untuk pemeriksaan sitologi
dengan cara aspirasi, biopsi sumsum tulang, dan punksi lumbal. Diagnosis
retinoblastoma jarang menggunakan biopsi. Pemeriksaan dokter berdasarkan
gejala klinis dan pencitraan adalah dua modalitas utama penegakan diagnosis
retinoblastoma.12,13
2.2.8 Tatalaksana
Regresi spontan dari retinoblastoma dapat terjadi, namun sangat jarang.
Tatalaksana retinoblastoma bertujuan untuk mempertahankan kehidupan,
mempertahankan bola mata dan mempertahankan penglihatan. Penanganan
retinoblastoma bergantung pada besarnya tumor, bilateral, perluasan ke jaringan
ekstra okular dan adanya tanda-tanda metastasis jauh. Jenis-jenis terapi pada
retinoblastoma adalah :15
1. Fotokoagulasi laser
Fotokoagulasi digunakan sebagai terapi primer pada tumor kecil yang
terletak di posterior. Fotokoagulasi laser sangat bermanfaat untuk retinoblastoma
stadium sangat dini. Dengan melakukan fotokoagulasi laser diharapkan pembuluh
darah yang menuju ke tumor akan tertutup sehingga sel tumor akan menjadi mati.
Laser yang paling sering digunakan adalah argon atau xenon.15
2. Krioterapi
Krioterapi dapat digunakan untuk tumor yang diameternya 3,5 mm dengan
ketebalan 3 mm, tanpa adanya vitreous seeding dan terletak di anterior. Krioterapi
dapat digabung dengan fotokoagulasi laser. Krioterapi dilakukan secara
transklera, pembekuan dilakukan sampai semua badan tumor membentuk jaringan
es. Siklus refreeze-thaw diulang 3-4 kali.15
3. Termoterapi
Panas yang ekstrim ditargetkan untuk membunuh sel kanker.15
4. Enukleasi bulbi
Enukleasi merupakan terapi definitif untuk retinoblastoma unilateral pada
pasien yang belum meluas ke ekstraokular.1 Enukleasi dilakukan apabila tumor
sudah memenuhi segmen posterior bola mata dan visus sudah sangat menurun.
Enukleasi dilakukan untuk mencegah perluasan tumor ke jaringan sekitar. Setelah
mengangkat bola mata, dapat di pasang implan mata artifisial pada rongga orbita.
Otot ekstraokular akan dilekatkan pada implan mata, sehingga otot mata dapat
menggerakan implan mata seperti halnya dengan mata normal. Implan mata tidak
dapat melihat, namun dapat bergerak dan terlihat layaknya seperti mata yang
normal.15
5. Kemoterapi
Kemoterapi adalah obat-obatan yang diberikan yang akan
ditransportasikan oleh darah ke seluruh tubuh untuk membunuh sel kanker.
Kemoterapi biasanya digunakan bersama dengan terapi konsolidatif fokal. Prinsip
pentalaksanaan ini disebut sebagai kemoreduksi karena tujuannya adalah untuk
mengecilkan ukuran tumor, sehingga selanjutnya dapat dilakukan terapi
konsolidatif fokal atau terapi lain untuk mengatasi sel kanker yang tersisa.
Pengecilkan ukuran tumor akan meningkatkan angka kesuksesan terapi
konsolidatif fokal. Terapi konsolidatif fokal bersifat dekstruksi terhadap sel tumor
secara langsung ataupun dengan menghancurkan barier pembuluh darah okular
sehingga akan meningkatkan penetrasi obat kemoterapi ke dalam bola mata.1
Kemoterapi juga dapat digunakan untuk menatalaksana kanker yang sudah
menginvasi keluar dari bola mata. Indikasinya adalah pada tumor yang sudah
dilakukan enukleasi bulbi yang pada pemeriksaan patologi anatomi terdapat tumor
pada khoroid dan atau mengenai nervus optikus. Kemoterapi juga diberikan pada
pasien yang sudah dilakukan eksenterasi dan dengan metastase regional atau
metastase jauh.15
Pada pasien dengan retinoblastoma bilateral yang lanjut, sisi mata yang
kelainannya lebih berat diterapi dengan enukleasi bulbi, sedangkan sisi mata yang
lebih ringan diterapi dengan kemoreduksi dengan atau tanpa EBR.15
Retinoblastoma study group menganjurkan penggunaan carboplastin,
vincristine sulfate, dan etopozide phospate. Teknik lain yang dapat digabungkan
dengan metode kemoterapi ini adalah :15
a. Kemotermoterapi
Dimana setelah dilakukan kemoreduksi dilanjutkan dengan
termoterapi. Cara ini paling baik untuk tumor-tumor yang berada pada
fovea dan nervus optikus dimana dilakukan radiasi atau fotokoagulasi
laser
b. Kemoradioterapi
Dimana kombinasi antara kemoterapi dan radioterapi yang dapat
dipergunakan untuk tumor-tumor lokal dan sistemik.
Retinoblastoma Retinoblastoma
ekstraokular
intraokular
1. N.optikus, atau
Less advanced Advanced koroid
2.2.9 Komplikasi
Pasien dengan retinoblastoma membutuhkan tindak lanjut jangka panjang
karena pasien tersebut memiliki resiko keganasan sekunder di seluruh tubuh
seumur hidup. Tumor sekunder yang paling umum adalah osteosarcoma. Tumor
lainnya adalah PNETs, fibrosarcoma, dan melanoma. Pasien yang telah diobati
dengan radiasi berada pada resiko tinggi untuk tumor sekunder.16
2.2.10 Prognosis
Dengan modalitas kemoterapi saat ini termasuk intravena, intra-arteri, dan
kemoterapi intravitreal, tingkat kesembuhan pasien lebih dari 95%. Prognosis
visual tergantung pada ukuran dan lokasi tumor. Prognosis retinoblastoma baik
jika dilakukan terapi yang tepat. Angka kesembuhannya hampir 90% jika nervus
optikus tidak terlibat dan enukleasi dilakukan sebelum tumor melewati lamina
kribosa. Angka ketahanan hidup jadi 60% jika tumor meluas melewati lamina
kribosa. Kematian terjadi kerana perluasan intrakranial.1
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Mata sebagai salah satu organ tubuh tidak luput dari pengaruh kongenital,
inflamasi, tumor, trauma dan degenerative. Pengaruh tersebut dapat berupa
kelainan patalogi anatomi ringan sampai ke tingkat yang lebih parah. Penyakit
kongenital dapat bersifat fatal pada pasien.
Salah satu manifestasi penyakit kongenital adalah retinoblastoma.
Penyakit ini berupa kelainan pada sel glia di retina. Kelainan kongenital ini sering
terjadi pada anak-anak yang diturunkan secara genetik atau terjadinya mutasi gen.
Biasanya kelainan ini lambat dideteksi oleh orangtua pasien, karena anak-anak
sukar untuk mengeluh kelainan yang terjadi padanya.
Retinoblastoma dapat menunjukkan berbagai macam pola pertumbuhan
seperti : a) Pertumbuhan endofilik. Terjadi saat menembus internal limiting
membrane ke arah korpus vitreous dan memiliki gambaran massa berwarna putih
sampai krim. b) Pertumbuhan eksofitik. Terjadi pada celah subretina. Berhubung
dengan akumulasi cairan subretinal dan terjadi sobekan pada retina. c)
pertumbuhan infiltrasi difus. Jarang terjadi hanya 1.5% dari seluruh
retinoblastoma.
Retinoblastoma terdiri daripada tiga stadium yaitu a) Stadium tenang :
Pupil melebar. Di pupil tampak reflek kuning yang disebut “amourotic cat’s eye”.
Hal inilah yang menarik perhatian orang tuanya untuk kemudian berobat. b)
Stadium glaukoma : Oleh karena tumor menjadi besar, menyebabkan tekanan
intraokuler meninggi, glaucoma sekunder yang disertai dengan rasa sakit yang
sangat. c) Stadium esktra okuler : Tumor menjadi lebih besar, bola mata
membesar, menyebabkan eksoftalmus, kemudian dapat pecah kedepan sampai
keluar dari rongga orbita, disertai nekrose diatasnya.
Tatalaksana retinoblastoma untuk pengawasan tumor dan pertahankannya
sebisa mungkin. Jika kanker tidak memberikan respon terhadap pengobatan
mungkin perlu diangkat. Beberapa tindakan yang dilakukan adalah golongan I dan
II dengan pengobatan lokal (radiasi, cryotherapy, fotokoagulasi laser). Kadang-
kadang digabung dengan kemoterapi. Jika tumor besar (golongan IV dan V) mata
harus dienukleasi segera. Prognosis retinoblastoma baik jika dilakukan terapi
yang tepat. Angka kesembuhannya hampir 90% jika nervus optikus tidak terlibat
dan enukleasi dilakukan sebelum tumor melewati lamina kribosa. Angka
ketahanan hidup jadi 60% jika tumor meluas melewati lamina kribosa.
3.2 Saran
Retinoblastoma merupakan penyakit kongenital pada mata yang sering
terjadi pada anak-anak. Pemeriksaan mata pada bayi yang baru lahir penting untuk
mengetahui kelainan pada bayi lebih awal untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Oleh karena itu sangat penting untuk menangani kelainan ini secara tepat untuk
mendapat prognosis yang baik.
DAFTAR PUSTAKA