PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit kanker adalah penyakit yang sangat menakutkan, dari orang dewasa sampai
anak-anak tidak luput dari cengkeramannya. Dan ternyata Kanker Retina Mata merupakan
penyakit kanker yang menempati urutan nomor dua terbanyak selain kanker darah atau
leukemia. Penyakit kanker retina ini ditandai dengan bercak putih. Dan ternyata kanker retina
ini menyerang anak-anak yang berumur 0-5 tahun. Dan juga berdasarkan data badan
kesehatan dunia penderita kanker ini terus meningkat dan mencapai 2-4% diseluruh dunia. Di
Indonesia 9.000 penderitanya kanker retina, ini disebut juga retino blastoma termasuk
penderita yang jumlahnya tertinggi Kanker retina ini pemicunya adalag faktor genetik atau
pengaruh lingkungan dan infeksi virus.
Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di bagian tengah
mata atau retina, membuat mata seolah-olah bersinar bila terkena cahaya. Kemudian kelopak
mata menurun dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau mata kelihatan juling. Tapi
apabila stadium berlanjut mata tampak menonjol. Jadi apabila terihat tanda-tanda berupa
mata merah, berair, bengkak, walaupun sudah diberikan obat mata dan pada kondisi gelap
terlihat seolah bersinar seperti kucing jadi anak tersebut bisa terindikasi penyakit
retinoblastastoma
Retinoblastoma adalah kanker yang terjadi pada retina mata. Retina adalah lapisan mata
yang sensitif terhadap cahaya (yang memungkinkan mata untuk melihat). Retinoblastoma
biasanya terjadi pada anak sewaktu masih berada dalam kandungan sampai berusia 5 tahun,
tapi paling sering menyerang anak berusia dibawah 2 tahun. Retinoblastoma dapat
disembuhkan bila terdeteksi dini. Retinoblastoma yang terjadi pada satu mata disebut sebagai
unilateral dan yang terjadi pada dua mata disebut sebagai bilateral. 90% dari pasien penderita
retinoblastoma tidak memiliki sejarah penderita retinoblastoma dalam keluarga. Sedang 10%
lainnya memiliki sejarah penderita retinoblastoma dalam keluarga. Retinoblastoma biasanya
terjadi pada anak sewaktu masih berada dalam kandungan sampai berusia 5 tahun, tapi
paling sering menyerang anak berusia 2 tahun.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
Retinoblastoma
1.2.2. Tujuan Khusus:
a. Mahasiswa Mampu menjelaskan konsep teori Retino Blastoma
b. Mahasiswa Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan penyakit
Retino Blastoma
c. Mahasiswa Mampu merumuskan diagnose keperawatan.
d. Mahasiswa Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada
pasien Retino Blastoma
e. Mahasiswa Mampu menerapkan rencana yang akan di susun.
f. MahasiswaMampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan
b) Organ dalam
Bagian-bagian pada organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya dari
sumbernya menuju ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf manusia. Bagian-
bagian tersebut adalah:
Kornea
Sklera
Pupil dan iris.
Lensa mata
Retina atau Selaput Jala
Saraf optik
B. Retina
Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran daripada
serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid. Bagian anterior berakhir
pada ora serata, di bagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat
makula lutea (bintik kuning) kira-kira berdiameter 1 – 2 mm yang berperan penting untuk
tajam penglihatan. Di tengah makula lutea terdapat bercak mengkilap yang merupakan
reflek fovea. Kira-kira 3 mm ke arah nasal kutub belakang bola mata terdapat daerah bulat
putih kemerah-merahan, disebut papil saraf optik, yang di tengahnya agak melekuk
dinamakan eksvakasi foali. Arteri retina sentral bersama venanya masuk ke dalam bola
mata di tengah papil saraf optik.
Retina meluas ke depan hampir mencapai badan siliaris. Struktur ini tersusun dalam 10
lapisan dan mengandung sel batang (rods) dan sel kerucut (cones), yang merupakan reseptor
penglihatan, ditambah 4 jenis neuron:
1. Sel bipolar
2. Sel ganglion
3. Sel horizontal
4. Sel amakrin
Karena lapisan saraf pada retina disatukan bersama-sama oleh sel-sel glia yang
disebut sel muller. Tonjolan-tonjolan dari sel-sel ini membentuk membran pembatas dalam di
permukaan dalam retina dan membran pembatas luar di lapisan reseptor.
Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas lapisan:
1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang
mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
3. Lapis nukleus, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang.
Ketiga lapis di atas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.
4. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aseluler dan merupakan tempat sinapsis
sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel muller
lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.
6. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aseluler merupakan tempat sinaps sel
tripolar, sel amakrin dengan sel ganglion.
7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf
optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah
retina.
9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan
kaca.
Warna retina biasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemia dan
iskemia dan merah pada hyperemia.
Untuk melihat fungsi retina maka dilakukan pemeriksaan subjektif retina seperti: tajam
penglihatan, penglihatan warna, dan lapang pandangan. Pemeriksaan objektif adalah:
Elektroretino-gram (ERG)
Elektro-okulogram (EOG)
Visual Evoked Respons (VER)
Fungsi Retina
Fungsi retina pada dasarnya adalah menerima bayangan visual yang dikirim ke
otak. Bagian sentral retina atau daerah makula mengandung lebih banyak fotoreseptor
kerucut daripada bagian perifer retina.
Sel kerucut (cones) yang berjumlah 7 juta dan paling banyak di region fovea,
berfungsi untuk sensasi yang nyata (penglihatan yang paling tajam) dan
penglihatan warna.
Sel batang (rods) untuk sensasi yang sama-samar pada waktu malam atau
cahaya remang. Sel ini mengandung pigmen visual ungu yang disebut
rhodopsin.
2.3 Etiologi Retinoblastoma
Retinoblastoma dapat terjadi sejak janin berada dalam rahim. Selama tahap awal
pertumbuhannya, sel retinoblas membelah diri menjadi sel baru. Selanjutnya, sel
akan berkembang menjadi sel retina yang matang. Pada kasus retinoblastoma, terjadi
perubahan atau mutasi gen sehingga sel tumbuh terus-menerus secara tidak terkendali.
Hingga saat ini penyebab terjadinya mutasi gen belum dapat dipastikan. Sekitar 25% dari
kasus retinoblastoma diturunkan dengan pola autosomal dominan, yaitu meskipun hanya
salah satu orang tua yang mewariskan gen tersebut pada anak, dapat meningkatkan risiko
terjadinya retinoblastoma. Retinoblastoma yang diturunkan biasanya akan menyerang kedua
mata. Sedangkan retinoblastoma yang tidak diturunkan dari orang tua, umumnya hanya akan
mengenai salah satu mata. Retinoblastoma terjadi karena kehilangan kedua kromosom
dari satu alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13g14. Bisa karena
mutasi atau diturunkan.
Mutasi terjadi akibat perubahan pada rangkaian basa DNA. Peristiwa ini dapat timbul
karena kesalahan replikasi, gerakan, atau perbaikan sel. Mutasi dalam sebuah sel benih akan
ditransmisikan kepada turunan sel tersebut. Sejumlah faktor, termasuk virus, zat kimia, sinar
ultraviolet, dan radiasi pengion, akan meningkatkan laju mutasi. Mutasi kerapkali mengenai
sel somatic dan kemudian diteruskan kepada generasi sel berikutnya dalam suatu generasi
Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung
diturunkan. Sekitar 10% penderita retinoblastoma memiliki saudara yang juga menderita
retinoblastoma dan mendapatkan gennya dari orang tua. Kanker bisa menyerang salah satu
maupun kedua mata. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalu saraf
penglihatan/nervus optikus).
.
2.3 Patofisiologi
Teori tentang histogenesis dari Retinoblastoma yang paling banyak dipakai umumnya
berasal dari sel prekursor multipotensial (mutasi pada lengan panjang kromosom pita 13,
yaitu 13q14 yang dapat berkembang pada beberapa sel retina dalam atau luar. Pada
intraokular, tumor tersebut dapat memperlihatkan berbagai pola pertumbuhan yang akan
dipaparkan di bawah ini.8 Pola Penyebaran Tumor, antara lain :.
1. Polapertumbuhan Retinoblastoma Intraokular dapat menampakkan sejumlah pola
pertumbuhan, pada pola pertumbuhan endofitik, ini tampak sebagai gambaran
massa putih sampai coklat muda yang menembus membran limitan interna.
Retinoblastoma Endofitik kadang berhubungan dengan vitreus seeding. Sel-sel
dari Retinoblastoma yang masih dapat hidup terlepas dalam vitreous dan ruang
sub retina dan biasanya dapat menimbulkan perluasan tumor melalui mata.
Vitreous seeding sebagian kecil meluas memberikan gambaran klinis mirip
endopthalmitis, vitreous seeding mungkin juga memasuki bilik mata depan, yang
dapat berkumpul di iris membentuk nodule atau menempati bagian inferior
membentuk Pseudohypopyon .
Tumor Eksofitik biasanya kuning keputihan dan terjadi pada ruang subretinal,
yang mengenai pembuluh darah retina dan sering kali terjadi peningkatan
diameter pembuluh darah dengan warna lebih pekat. Pertumbuhan Retinoblastoma
Eksofitik sering dihubungkan dengan akumulasi cairan subretina yang dapat
mengaburkan tumor dan sangat mirip ablasio retina eksudatif yang memberi kesan
suatu Coats disease lanjut. Sel Retinoblastoma mempunyai kemampuan untuk
implant dimana sebelumnya jaringan retina tidak terlibat dan tumbuh. Dengan
demikian membuat kesan multisentris pada mata dengan hanya tumor primer
tunggal 1 Sebagaimana tumor tumbuh, fokus kalsifikasi yang berkembang
memberikan gambar khas chalky white appearance. .
2. Invasi saraf optikus Dengan penyebaran tumor sepanjang ruang sub arachnoid ke
otak. Sel Retinoblastoma paling sering keluar dari mata dengan menginvasi saraf
optikus dan meluas kedalam ruang sub arachnoid
3. Diffuse infiltration retina Pola yang ketiga adalah Retinoblastoma yang tumbuh
menginfiltrasi luas yang biasanya unilateral, nonherediter, dan ditemukan pada
anak yang berumur lebih dari 5 tahun. Pada tumor dijumpai adanya injeksi
conjunctiva, anterior chamber seeding, menginfiltrasi retina, karena masa tumor
yang dijumpai tidak jelas, diagnosis sering dikacaukan dengan keadaan inflamasi
seperti pada uveitis intermediate yang tidak diketahui etiologinya. Glaukoma
sekunder dan Rubeosis Iridis terjadi pada sekitar 50% kasus.
4. Penyebaran metastasis ke kelenjar limfe regional, paru, otak dan tulang.
Sel tumor mungkin juga melewati kanal atau melalui slera untuk masuk ke orbita.
Perluasan ekstraokular dapat mengakibatkan proptosis sebagaimana tumor
tumbuh dalam orbita. Pada bilik mata depan, sel tumor menginvasi trabecular
messwork, memberi jalan masuk ke limphatik conjunctiva. Kemudian timbul
kelenjar limfe preauricular dan cervical yang dapat teraba.
Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila letak tumor
dimakula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar akan
memperlihatkan gejala leukokoria (pada pupil), tanda-tanda peradangan di vitreus (Vitreous
seeding) yang menyerupai endoftalmitis. Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen
anterior mata , akan menyebabkan glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion
atau hifemia. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor
melalui nervus optikus ke otak (lobusoksipitalis), melalui sclera ke jaringan orbita dan sinus
paranasalketelinga(limpatogen), dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh
darah (hematogen). Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol kebadan
kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal.
Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikular dan submandibula dan,
hematogen, ke sumsum tulang dan visera (lapisanygberadapadadinding abdomen ygnantike
organ/melekat), terutama hati.
Kanker retina ini pemicunya adalag faktor genetik atau pengaruh lingkungan dan
infeksi virus. Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di
bagian tengah mata atau retina, membuat mata seolah-olah bersinar bila terkena cahaya.
Kemudian kelopak mata menurun dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau mata
kelihatan juling. Tapi apabila stadium berlanjut mata tampak menonjol (eksotalmus). Jadi
apabila terihat tanda-tanda berupa mata merah, berair, bengkak, walaupun sudah diberikan
obat mata dan pada kondisi gelap terlihat seolah bersinar seperti kucing jadi anak tersebut
bisa terindikasi penyakit retinoblastoma.
2.6 Komplikasi
Komplikasi dari penyakit retinoblastoma adalah :
1. Ablasio Retina (Lepasnya Retina) Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina
sensoris dari epitel pigmen retina (RIDE). keadaan ini merupakan masalah mata yang
serius dan dapat terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang
usia setengah baya atau lebih tua.
2. Glukoma (Peninggian tekanan bola mata) Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit
mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan
penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga
akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang
keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata
akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf
mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.
3. Kebutaan
4. Adanya metastase ke :
a. Lamina kribosa, saraf optik yang infiltrasi ke vaginal scheat sampai ke
subarachnoid dan intrakranial menjadi tumor otak.
b. Jaringan koroid (metastase melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh)
c. Pembuluh emisari/tumor menjalar ke posterior orbita.
5. Infiltrasi sel tumor
Terapi laser (laser photocoagulation). Terapi sinar laser dapat digunakan untuk
menghancurkan pembuluh darah yang memasok nutrisi pada tumor sehingga dapat
mematikan sel kanker.
Krioterapi. Terapi ini menggunakan cairan nitrogen untuk membekukan sel kanker
sebelum diangkat. Proses pembekuan dan pengangkatan dapat dilakukan beberapa
kali hingga sel kanker hilang seluruhnya.
Termoterapi. Dalam terapi ini, gelombang panas diarahkan pada sel kanker dengan
sinar laser, gelombang mikro, atau ultrasound.
Radioterapi. Radioterapi dilakukan dengan bantuan sinar-X. Ada dua jenis
radioterapi atau terapi radiasi, yaitu radiasi internal dan eksternal. Dalam radiasi
internal, bahan radioaktif ditempatkan di dekat tumor selama beberapa hari
untuk memberikan efek radiasi secara perlahan terhadap tumor. Sedangkan pada
radiasi eksternal, radiasi dipancarkan dari sebuah mesin untuk memberikan paparan
yang lebih besar. Dibandingkan terapi internal, terapi eksternal lebih berisiko
merusak jaringan sehat di sekitar mata. Radiasi eksternal biasanya diberikan kepada
penderita retinoblastoma tahap lanjut di mana pengobatan lain tidak efektif.
Jika tumor sudah sangat besar dan sulit ditangani dengan metode lainnya, maka
dokter dapat merekomendasikan operasi pengangkatan bola mata. Prosedur ini dijalankan
dengan beberapa tahapan yang diawali dengan enukleasi atau pengangkatan bola mata yang
terkena kanker. Setelah itu, sebuah bola mata buatan (implan) atau artificial eye akan
dipasang dan disambungkan dengan otot-otot mata. Jaringan otot mata akan beradaptasi
dengan bola mata buatan seiring proses penyembuhan, sehingga nantinya bola mata buatan
tersebut dapat bergerak seperti mata sungguhan, walaupun tidak bisa melihat.
BAB III
TEORI KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama,umur, jenis klemin, status perkawinan, agama, suku bangsa alamat,
diagnosa penyakit, tanggal masuk, tanggal pengkjian, nomor medikal record.
2. Identitas penanggung jawab
Meliputi, nama, umur, jenis klemin, hubungan dengan klien, status perkawinan,
agama, suku bangsa, alamat.
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan dapat berupa perubahan persepsi penglihatan, demam, kurang nafsu
makan, gelisah,dannyeri pada mata.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Perlu dikaji apakah ditemukan suatu gejala yang menimbulkan suatu penyaki
c. Riwayat kesehatan dahulu
Adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien yang berhubungan
dengan timbulnya retinoblastoma yaitu adanya miopi tinggi, retinopati, trauma
pada mata.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Perlu dikaji apakah ada keluarganya yang menderita penyakit seperti ini.
Retinoblastoma bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom,
protein yang selamat memiliki kemungkinan 50 % menurunkan anak
dengan retinoblastoma, atau penyakit yang lain yang bersifat kronis, dan apakah
ada riwayat penyakit keturunan.
4. Pemeriksaan fisik
a. kesadarn umum
Mengkaji tingkat kesadran dan mengkaji tanda-tanda vital (tekanan darah,
nadi, respirasi, suhu)
b. Pemeriksaan Khusus Mata
Gejala dini mata nampak juling, jika tumor sudah membesar, maka
akan menonjol sampai keluar bola mata. Dalam keadaan demikian
biasanya mata sudah rusak sama sekali. Mata merah, rasa sakit yang
diiringi oleh glaukoma dan pelepasan retina.
Pemeriksaan tajam penglihatan Pada retinoblastoma, tumor dapat
menyebar luas di dalam bola mata sehingga dapat merusak semua
organ di mata yang menyebabkan tajam penglihatan sangat
menurun.
Pemeriksaan gerakan bola mata Pembesaran tumor dalam rongga mata
akan menekan saraf dan bahkan dapat merusak saraf tersebut dan
apabila mengenai saraf III, IV, dan VI maka akan menyebabkan mata
juling.
Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal Pemeriksaan dimulai dari
kelopak mata, sistem lakrimal, konjungtiva, kornea, bilik mata
depan, iris, lensa dan pupil. Pada retinoblastoma didapatkan:
a. Leukokoria, Yaitu reflek pupil yang berwarna putih.
b. Hipopion, Yaitu terdapatnya nanah di bilik mata depan.
c. Hifema, Yaitu terdapatnya darah di bilik mata depan
d. Uveitis
Pemeriksaan Pupil Jika penyakit sudah lanjut dan meluas ke hampir
seluruh retina, maka pada mata klien tampak leukokoria (refleks pupil
yang berwarna putih / mata kucing amaurotik), yaitu adanya refleks
kuning, putih atau abu-abu merah di pupil. merupakan keluhan dan
gejala yang paling sering ditemukan pada penderita dengan
retinoblastomadan biasanya pupil setengah melebar sertatidak bereaksi
terhadap cahaya.
Pemeriksaan funduskopi Menggunakan oftalmoskopi untuk
pemeriksaan media, papil saraf optik, dan retina. Refleksi tak ada
(atau gelap) akibat perdarahan yang banyak dalam badan kaca.
Pemeriksaan tekanan bola mata Pertumbuhan tumor ke dalam bola
mata menyebabkan tekanan bola mata meningkat.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK PENDERITA
RETINOBLASTOMA
I. Pengkajian
Trauma dapat memberikan kerusakan pada seluruh lapis kelopak ataupun bola
mata. Trauma sebelumnya dapat juga memberikan kelainan pada mata tersebut
sebelum meminta pertolongan.
Bila sedang menderita penyakit lain dengan keadaan yang buruk, dapat pula
memperburuk keadaan klien
9. Usia penderita
1. Data Subjektif
2. Data Objektif
a. Keluhan nyeri
b. Aktivitas kurang (distraksi/perilaku berhati-hati)
c. Gelisah (respons autonomik)
d. Sering menangis
e. Keluhan sakit kepala
f. Ekspresi meringis
Tujuan ( NOC )
Kontrol Nyeri
Intervesi ( NIC )
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensip yang meliputi
lokasi,karakteristik,dan kualitas nyeri pada anak.
2. Observasi mengenai petunjuk non verbal mengenai ketidak nyamanan
terutama pada anak yang belum dapat berkomunikasi.
3. Pastikan perawatan analgesic bagi pasien di lakukan dengan pemantauan yang
ketat.
4. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidak nyamanan ( missal suhu ruangan,pencahayaan,suara bising)
5. Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan peresepan analgesic
6. Monitor kepuasan pasien terhadap menejemen nyeri dalam interval yang
spesifik
a. Merasa takut
b. Gelisah
c. Sering menangis
d. Sering bertanya
Tujuan ( NOC )
Intervensi :
3. Resiko tinggi cedera, sehubungan dengan keterbatasan lapang pandang yang ditandai
dengan:
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraokuler ditemukan pada anak –
anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Gejala retinoblastoma dapan menyerupai
dengan penyakit mata lainnya. Dalam proses pengkajiannya dilakukan secara anamnesis
dengan menanyai langsung si pasien atau pun keluaraga meliputi data, riwayat dulu dan
sekarang serta keluhan pasien. Pengkajian dengan pemeriksaan fisik umum dan khusus untuk
mata serta pemeriksaan penunjangnya. Berdasarkan dari hasil pengkajian tersebut kita dapat
menyimpulkan diagnosa keperawatannya mulai dari gangguan rasa nyaman nyeri, gangguan
persepsi sensorik penglihatan, gangguan rasa aman cemas, resiko tinggi cedera, kurangnya
pengetahuan keluarga. Setelah itu perawat dapat memberikan rencana asuhan keperawatan
pada pasien. Kemudian perawat harus mengevaluasi dari hasil intervensi dan
implementasinya.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini yang merupakan tugas mata kuliah keperawatan medikal bedah II dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada anak penderita Retino Blastoma”
Penulis juga sangat menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak sekali
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari semua pihak akan sangat membantu demi perbaikan dan penyempurnaan
makalah ini. Penulis juga sangat berharap semoga makalah ini bermanfaat dan dapat
digunakan sebagai suatu acuan untuk pembuatan makalah berikutnya yang lebih baik.
Kelompok
Faktor keturunan Faktor lingkungan (virus, zat kimia, radiasi)
retinoblastoma