Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Penyakit kanker adalah penyakit yang sangat menakutkan, dari orang dewasa sampai
anak-anak tidak luput dari cengkeramannya. Dan ternyata Kanker Retina Mata merupakan
penyakit kanker yang menempati urutan nomor dua terbanyak selain kanker darah atau
leukemia. Penyakit kanker retina ini ditandai dengan bercak putih. Dan ternyata kanker retina
ini menyerang anak-anak yang berumur 0-5 tahun. Dan juga berdasarkan data badan
kesehatan dunia penderita kanker ini terus meningkat dan mencapai 2-4% diseluruh dunia. Di
Indonesia 9.000 penderitanya kanker retina, ini disebut juga retino blastoma termasuk
penderita yang jumlahnya tertinggi Kanker retina ini pemicunya adalag faktor genetik atau
pengaruh lingkungan dan infeksi virus.
Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di bagian tengah
mata atau retina, membuat mata seolah-olah bersinar bila terkena cahaya. Kemudian kelopak
mata menurun dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau mata kelihatan juling. Tapi
apabila stadium berlanjut mata tampak menonjol. Jadi apabila terihat tanda-tanda berupa
mata merah, berair, bengkak, walaupun sudah diberikan obat mata dan pada kondisi gelap
terlihat seolah bersinar seperti kucing jadi anak tersebut bisa terindikasi penyakit
retinoblastastoma
Retinoblastoma adalah kanker yang terjadi pada retina mata. Retina adalah lapisan mata
yang sensitif terhadap cahaya (yang memungkinkan mata untuk melihat). Retinoblastoma
biasanya terjadi pada anak sewaktu masih berada dalam kandungan sampai berusia 5 tahun,
tapi paling sering menyerang anak berusia dibawah 2 tahun. Retinoblastoma dapat
disembuhkan bila terdeteksi dini. Retinoblastoma yang terjadi pada satu mata disebut sebagai
unilateral dan yang terjadi pada dua mata disebut sebagai bilateral.  90% dari pasien penderita
retinoblastoma tidak memiliki sejarah penderita retinoblastoma dalam keluarga. Sedang 10%
lainnya memiliki sejarah penderita retinoblastoma dalam keluarga. Retinoblastoma biasanya
terjadi pada anak sewaktu masih berada dalam kandungan sampai berusia 5 tahun, tapi
paling sering menyerang anak berusia 2 tahun.
1.2  Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum:
Mahasiswa dapat mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami
Retinoblastoma
1.2.2. Tujuan Khusus:
a. Mahasiswa Mampu menjelaskan konsep teori Retino Blastoma
b. Mahasiswa Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan penyakit
Retino Blastoma
c. Mahasiswa Mampu merumuskan diagnose keperawatan.
d. Mahasiswa Mampu membuat rencana tindakan asuhan keperawatan pada
pasien Retino Blastoma
e. Mahasiswa Mampu menerapkan rencana yang akan di susun.
f. MahasiswaMampu menyimpulkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan

1.3 Metoda Penulisan


Dalam penyususnan makalah ini menggunakan metode study pustaka,dengan cara
mengambil referensi dari beberapa sumber yang ada hubungannya dengan Retino Blastoma.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Retinoblastoma


Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel kerucut
atau batang) atau sel glia yang bersifat ganas (Ilyas S. dkk, 1981)
Retinoblastoma merupakan tumor ganas intraokular yang ditemukan pada anak-anak,
terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan retino embrional
(Mansjoer, 2005)
Retinoblastoma adalah suatu tumor ganas yang mengenai retina pada suatu atau kedua
mata( Suriadi dan Rita Yuliani ).
Retinoblastoma adalah  Tumor ganas dalam bola mata  pada anak dan bayi sampai 5
tahun ( Sidarta Ilyas, 2002 ).
Retinoblastoma adalah tumor malignanpada retina yang dijumpai di antara kasus yang
disebabkan oleh kelainan kromosom yang ditunjukan oleh rendahnya kadar enzim esterase D
didalam darah (kamus keperawatan).
Retinoblastoma adalah tumor ganas elemen-elemen embrional retina. Gangguan ini
merupakan tumor ganas utama intra okuler yang terjadi pada anak-anak terutama pada umur
di bawah 5 tahun dan sebagian besar didiagnosis antara usia 6 bulan dan 2 tahun. Sebagian
besar adalah mutasi sporadis tetapi hampir 10 % herediter. Retinoblastoma dapat terjadi
unilateral (70 %) dan bilateral (30 %). Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediter yang
diwariskan melalui kromosom. Insiden gangguan ini 1 dalam 15.000 bayi lahir hidup.
(Indriana N Istiqomah)
2.2 Anatomi Fisiologi
A. Mata
Mata adalah organ penglihatan yang mendeteksi cahaya. Yang dilakukan mata yang
paling sederhana tak lain hanya mengetahui apakah lingkungan sekitarnya adalah terang atau
gelap. Mata yang lebih kompleks dipergunakanuntuk memberikan pengertian visual.
a) Organ luar
 Bulu mata berfungsi menyaring cahaya yang akan diterima.
 Alis mata berfungsi menahan keringat agar tidak masuk ke bola mata.
 Kelopak mata ( Palebra) berfungsi untuk menutupi dan melindungi mata.

b) Organ dalam
Bagian-bagian pada organ mata bekerjasama mengantarkan cahaya dari
sumbernya menuju ke otak untuk dapat dicerna oleh sistem saraf manusia. Bagian-
bagian tersebut adalah:
 Kornea
 Sklera
 Pupil dan iris.
 Lensa mata
 Retina atau Selaput Jala
 Saraf optik

B. Retina
Retina  adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas penyebaran daripada
serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan koroid. Bagian anterior berakhir
pada ora serata, di bagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat
makula lutea (bintik kuning) kira-kira berdiameter 1 – 2 mm yang  berperan  penting  untuk 
tajam penglihatan.  Di  tengah  makula  lutea  terdapat bercak mengkilap yang merupakan
reflek fovea. Kira-kira 3 mm ke arah nasal kutub belakang bola mata terdapat daerah bulat
putih kemerah-merahan, disebut papil saraf optik,  yang  di  tengahnya  agak  melekuk
dinamakan  eksvakasi  foali.  Arteri  retina sentral bersama venanya masuk ke dalam bola
mata di tengah papil saraf optik.
Retina meluas ke depan hampir mencapai badan siliaris. Struktur ini tersusun dalam 10
lapisan dan mengandung sel batang (rods) dan sel kerucut (cones), yang merupakan reseptor
penglihatan, ditambah 4 jenis neuron:
1. Sel bipolar
2. Sel ganglion
3. Sel horizontal
4. Sel amakrin
Karena lapisan saraf pada retina disatukan bersama-sama oleh sel-sel glia yang
disebut sel muller. Tonjolan-tonjolan dari sel-sel ini membentuk membran pembatas dalam di
permukaan dalam retina dan membran pembatas luar di lapisan reseptor.
Retina berbatas dengan koroid dengan sel pigmen epitel retina, dan terdiri atas lapisan:
1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang
mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
3. Lapis nukleus, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang.
Ketiga lapis di atas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.
4. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aseluler dan merupakan tempat sinapsis
sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel muller
lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral.
6.  Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aseluler merupakan tempat sinaps sel
tripolar, sel amakrin dengan sel ganglion.
7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
8.  Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf
optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah
retina.
9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan
kaca.
Warna  retina  biasanya  jingga  dan  kadang-kadang  pucat  pada  anemia  dan
iskemia dan merah pada hyperemia.
Untuk  melihat  fungsi  retina  maka  dilakukan  pemeriksaan  subjektif  retina seperti: tajam
penglihatan, penglihatan warna, dan lapang pandangan. Pemeriksaan objektif adalah:
 Elektroretino-gram (ERG)
 Elektro-okulogram (EOG)
 Visual Evoked Respons (VER)

Fungsi Retina
Fungsi  retina  pada  dasarnya  adalah  menerima  bayangan  visual  yang dikirim  ke
otak.  Bagian  sentral  retina  atau  daerah  makula  mengandung  lebih banyak fotoreseptor
kerucut daripada bagian perifer retina.
 Sel kerucut (cones) yang berjumlah 7 juta dan paling banyak di region fovea,
berfungsi  untuk  sensasi  yang  nyata  (penglihatan  yang  paling  tajam)  dan
penglihatan warna.
 Sel batang (rods) untuk sensasi yang sama-samar pada waktu malam atau
cahaya  remang.  Sel  ini  mengandung  pigmen  visual  ungu  yang  disebut
rhodopsin.
2.3 Etiologi Retinoblastoma
Retinoblastoma dapat terjadi sejak janin berada dalam rahim. Selama tahap awal
pertumbuhannya, sel retinoblas membelah diri menjadi sel baru. Selanjutnya, sel
akan berkembang menjadi sel retina yang matang. Pada kasus retinoblastoma, terjadi
perubahan atau mutasi gen sehingga sel tumbuh terus-menerus secara tidak terkendali.
Hingga saat ini penyebab terjadinya mutasi gen belum dapat dipastikan. Sekitar 25% dari
kasus retinoblastoma diturunkan dengan pola autosomal dominan, yaitu meskipun hanya
salah satu orang tua yang mewariskan gen tersebut pada anak, dapat meningkatkan risiko
terjadinya retinoblastoma. Retinoblastoma yang diturunkan biasanya akan menyerang kedua
mata. Sedangkan retinoblastoma yang tidak diturunkan dari orang tua, umumnya hanya akan
mengenai salah satu mata. Retinoblastoma  terjadi  karena  kehilangan  kedua  kromosom
dari  satu  alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13g14. Bisa karena
mutasi atau diturunkan.
Mutasi terjadi akibat perubahan pada rangkaian basa DNA. Peristiwa ini dapat timbul
karena kesalahan replikasi, gerakan, atau perbaikan sel. Mutasi dalam sebuah sel benih akan
ditransmisikan kepada turunan sel tersebut. Sejumlah faktor, termasuk virus, zat kimia, sinar
ultraviolet, dan radiasi pengion, akan meningkatkan laju mutasi. Mutasi kerapkali mengenai
sel somatic dan kemudian diteruskan kepada generasi sel berikutnya dalam suatu generasi
Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang sifatnya cenderung
diturunkan. Sekitar 10% penderita retinoblastoma memiliki saudara yang juga menderita
retinoblastoma dan mendapatkan gennya dari orang tua. Kanker bisa menyerang salah satu
maupun kedua mata. Kanker bisa menyebar ke kantung mata dan ke otak (melalu saraf
penglihatan/nervus optikus).

.
2.3 Patofisiologi
Teori tentang histogenesis dari Retinoblastoma yang paling banyak dipakai umumnya
berasal dari sel prekursor multipotensial (mutasi pada lengan panjang kromosom pita 13,
yaitu 13q14 yang dapat berkembang pada beberapa sel retina dalam atau luar. Pada
intraokular, tumor tersebut dapat memperlihatkan berbagai pola pertumbuhan yang akan
dipaparkan di bawah ini.8 Pola Penyebaran Tumor, antara lain :.
1. Polapertumbuhan Retinoblastoma Intraokular dapat menampakkan sejumlah pola
pertumbuhan, pada pola pertumbuhan endofitik, ini tampak sebagai gambaran
massa putih sampai coklat muda yang menembus membran limitan interna.
Retinoblastoma Endofitik kadang berhubungan dengan vitreus seeding. Sel-sel
dari Retinoblastoma yang masih dapat hidup terlepas dalam vitreous dan ruang
sub retina dan biasanya dapat menimbulkan perluasan tumor melalui mata.
Vitreous seeding sebagian kecil meluas memberikan gambaran klinis mirip
endopthalmitis, vitreous seeding mungkin juga memasuki bilik mata depan, yang
dapat berkumpul di iris membentuk nodule atau menempati bagian inferior
membentuk Pseudohypopyon .
Tumor Eksofitik biasanya kuning keputihan dan terjadi pada ruang subretinal,
yang mengenai pembuluh darah retina dan sering kali terjadi peningkatan
diameter pembuluh darah dengan warna lebih pekat. Pertumbuhan Retinoblastoma
Eksofitik sering dihubungkan dengan akumulasi cairan subretina yang dapat
mengaburkan tumor dan sangat mirip ablasio retina eksudatif yang memberi kesan
suatu Coats disease lanjut. Sel Retinoblastoma mempunyai kemampuan untuk
implant dimana sebelumnya jaringan retina tidak terlibat dan tumbuh. Dengan
demikian membuat kesan multisentris pada mata dengan hanya tumor primer
tunggal 1 Sebagaimana tumor tumbuh, fokus kalsifikasi yang berkembang
memberikan gambar khas chalky white appearance. .
2. Invasi saraf optikus Dengan penyebaran tumor sepanjang ruang sub arachnoid ke
otak. Sel Retinoblastoma paling sering keluar dari mata dengan menginvasi saraf
optikus dan meluas kedalam ruang sub arachnoid
3. Diffuse infiltration retina Pola yang ketiga adalah Retinoblastoma yang tumbuh
menginfiltrasi luas yang biasanya unilateral, nonherediter, dan ditemukan pada
anak yang berumur lebih dari 5 tahun. Pada tumor dijumpai adanya injeksi
conjunctiva, anterior chamber seeding, menginfiltrasi retina, karena masa tumor
yang dijumpai tidak jelas, diagnosis sering dikacaukan dengan keadaan inflamasi
seperti pada uveitis intermediate yang tidak diketahui etiologinya. Glaukoma
sekunder dan Rubeosis Iridis terjadi pada sekitar 50% kasus.
4. Penyebaran metastasis ke kelenjar limfe regional, paru, otak dan tulang.
Sel tumor mungkin juga melewati kanal atau melalui slera untuk masuk ke orbita.
Perluasan ekstraokular dapat mengakibatkan proptosis sebagaimana tumor
tumbuh dalam orbita. Pada bilik mata depan, sel tumor menginvasi trabecular
messwork, memberi jalan masuk ke limphatik conjunctiva. Kemudian timbul
kelenjar limfe preauricular dan cervical yang dapat teraba.                                             

2.4 Tanda Dan Gejala

1. Leukokoria merupakan keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan.


2. Tanda dini retinoblastoma adalah mata juling, mata merah atau terdapatnya
warna iris yang tidak normal.
3. Tumor dengan ukuran sedang akan memberikan gejala hipopion, di dalam
bilik mata depan, uveitis, endoftalmitis, ataupun suatu panoftalmitis.
4. Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola mata
5. Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.
6. Tajam penglihatan sangat menurun.
7. Nyeri
8. Pada tumor yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca sehingga
badan kaca terlihat benjolan berwarna putih kekuning-kuningan dengan
pembuluh darah di atasnya.

Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila letak tumor
dimakula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang semakin membesar akan
memperlihatkan gejala leukokoria (pada pupil), tanda-tanda peradangan di vitreus (Vitreous
seeding) yang menyerupai endoftalmitis. Bila sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen
anterior mata , akan menyebabkan glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion
atau hifemia. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor
melalui nervus optikus ke otak (lobusoksipitalis), melalui sclera ke jaringan orbita dan sinus
paranasalketelinga(limpatogen), dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh
darah (hematogen). Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol kebadan
kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak normal.
Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikular dan submandibula dan,
hematogen, ke sumsum tulang dan visera (lapisanygberadapadadinding abdomen ygnantike
organ/melekat), terutama hati.
Kanker retina ini pemicunya adalag faktor genetik atau pengaruh lingkungan dan
infeksi virus. Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah timbulnya bercak putih di
bagian tengah mata atau retina, membuat mata seolah-olah bersinar bila terkena cahaya.
Kemudian kelopak mata menurun dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau mata
kelihatan juling. Tapi apabila stadium berlanjut mata tampak menonjol (eksotalmus). Jadi
apabila terihat tanda-tanda berupa mata merah, berair, bengkak, walaupun sudah diberikan
obat mata dan pada kondisi gelap terlihat seolah bersinar seperti kucing jadi anak tersebut
bisa terindikasi penyakit retinoblastoma.

2.5   Klasifikasi Retinoblastoma


A. Klasifikasi Retinoblastoma Menurut Indriana N Istiqomah :
a. Golongan I
 Tumor soliter/multipel kurang dari 4 diameter papil.
 Terdapat pada atau di belakang ekuator.
 Prognosis sangat baik.
b. Golongan II
 Satu atau beberapa tumor berukuran 4-10 diameter papil.
 Prognosis baik.
c. Golongan III
 Tumor ada di depan ekuator atau tumor soliter berukuran > 10 diameter
papil.
 Prognosis meragukan.
d. Golongan IV
 Tumor multipel sampai ora serata.
 Prognosis tidak baik.
e. Golongan V
 Setengah retina terkena dengan benih di badan kaca.
 Prognosis baik.
B. Menurut Grabowski dan Abrahamson, membagi penderajatan berdasarkan tempat utama
dimana retinoblastoma menyebar sebagai berikut :
1.      Derajat I intraokular
 tumor retina.
 penyebaran ke lamina fibrosa.
 penyebaran ke ueva.
2.      Derajat II orbita
 Tumor orbita : sel sel episklera yang tersebar, tumor terbukti dengan    biopsi.
 Nervous optikus.
C. Klasifikasi ekstraokuler menurut Retinoblastoma Study Committee :
 Group I : saat enukleasi tumor ditemuka disklera, atau sel tumor ditemukan di
emisaria sklera
 Group II : tepi irisan N II tidak bebas tumor
 Group III : biopsi mengungkapkan tumor sampai dinding orbita
 Group IV : tumor ditemukan di cairan serebrospinal
 Group V : tumor menyebar secara hematogen ke organ dan tulang panjang.

2.6 Komplikasi
Komplikasi dari penyakit retinoblastoma adalah :
1. Ablasio Retina (Lepasnya Retina) Ablasio adalah suatu keadaan lepasnya retina
sensoris dari epitel pigmen retina (RIDE). keadaan ini merupakan masalah mata yang
serius dan dapat terjadi pada usia berapapun, walaupun biasanya terjadi pada orang
usia setengah baya atau lebih tua.
2. Glukoma (Peninggian tekanan bola mata) Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit
mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan
penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga
akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang
keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata
akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf
mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati.
3. Kebutaan
4. Adanya metastase ke :
a. Lamina kribosa, saraf optik yang infiltrasi ke vaginal scheat sampai ke
subarachnoid dan intrakranial menjadi tumor otak.
b. Jaringan koroid (metastase melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh)
c. Pembuluh emisari/tumor menjalar ke posterior orbita.
5.    Infiltrasi sel tumor

2.7   Pemeriksaan Penunjang


1. Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien dengan
metastasis ke luar, misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
2. Pemeriksaan fisik : opthalmoscopy bilateral, foto fundus dimana terdapat
gambaran kalsifikasinberupa warna putih dan ablasi retina.
3. CT scan digunakan untuk melihar perluasan tumor ketulang.
4. MRI  dapat digunakan untuk melihat perluasan tumor ke nervus optikus
5. Pemeriksaan laboratorium meliputi enzim LDH dan esterase-D
6. Sensitivitas USG mencapai 97 % dan dapat membedakan retinoblastoma dengan
retinoprematuritas
2.8 Penatalaksanaan 
Langkah penanganan ditentukan berdasarkan tingkat keparahan retinoblastoma.
Terdapat beberapa pilihan terapi yang dapat dilakukan untuk membunuh sel kanker pada
retinoblastoma, di antaranya:

 Terapi laser (laser photocoagulation). Terapi sinar laser dapat digunakan untuk
menghancurkan pembuluh darah yang memasok nutrisi pada tumor sehingga dapat
mematikan sel kanker.
 Krioterapi. Terapi ini menggunakan cairan nitrogen untuk membekukan sel kanker
sebelum diangkat. Proses pembekuan dan pengangkatan dapat dilakukan beberapa
kali hingga sel kanker hilang seluruhnya.
 Termoterapi. Dalam terapi ini, gelombang panas diarahkan pada sel kanker dengan
sinar laser, gelombang mikro, atau ultrasound.
 Radioterapi. Radioterapi dilakukan dengan bantuan sinar-X. Ada dua jenis
radioterapi atau terapi radiasi, yaitu radiasi internal dan eksternal. Dalam radiasi
internal, bahan radioaktif ditempatkan di dekat tumor selama beberapa hari
untuk memberikan efek radiasi secara perlahan terhadap tumor. Sedangkan pada
radiasi eksternal, radiasi dipancarkan dari sebuah mesin untuk memberikan paparan
yang lebih besar. Dibandingkan terapi internal, terapi eksternal lebih  berisiko
merusak jaringan sehat di sekitar mata. Radiasi eksternal biasanya diberikan kepada
penderita retinoblastoma tahap lanjut di mana pengobatan lain tidak efektif.

Metode penanganan lainnya adalah melalui kemoterapi. Kemoterapi dilakukan


dengan menggunakan obat untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan sel kanker. 
Kemoterapi dapat diberikan dalam bentuk oral, suntikan ke pembuluh darah, atau suntikan ke
dalam cairan di sekitar otak dan tulang belakang (kemoterapi intratekal).

Jika tumor sudah sangat besar dan sulit ditangani dengan metode lainnya, maka
dokter dapat merekomendasikan operasi pengangkatan bola mata. Prosedur ini dijalankan
dengan beberapa tahapan yang diawali dengan enukleasi atau pengangkatan bola mata yang
terkena kanker. Setelah itu, sebuah bola mata buatan (implan) atau artificial eye akan
dipasang dan disambungkan dengan otot-otot mata. Jaringan otot mata akan beradaptasi
dengan bola mata buatan seiring proses penyembuhan, sehingga nantinya  bola mata buatan
tersebut dapat bergerak seperti mata sungguhan, walaupun tidak bisa melihat.
BAB III
TEORI KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama,umur, jenis klemin, status perkawinan, agama, suku bangsa alamat,
diagnosa penyakit, tanggal  masuk, tanggal pengkjian, nomor medikal record.
2. Identitas penanggung jawab
Meliputi, nama, umur, jenis klemin, hubungan dengan klien,  status perkawinan,
agama, suku bangsa, alamat.
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan dapat berupa perubahan persepsi penglihatan, demam, kurang nafsu
makan, gelisah,dannyeri pada mata.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Perlu dikaji apakah ditemukan suatu gejala yang menimbulkan suatu penyaki
c. Riwayat kesehatan dahulu
Adakah riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien yang berhubungan
dengan timbulnya retinoblastoma yaitu adanya miopi tinggi, retinopati, trauma
pada mata.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Perlu dikaji apakah ada keluarganya yang menderita penyakit seperti ini.
Retinoblastoma  bersifat  herediter  yang  diwariskan  melalui  kromosom,
protein  yang  selamat  memiliki  kemungkinan  50  %  menurunkan  anak 
dengan retinoblastoma, atau penyakit yang lain yang bersifat kronis, dan apakah
ada riwayat penyakit keturunan.
4. Pemeriksaan fisik
a. kesadarn umum
Mengkaji tingkat kesadran dan mengkaji tanda-tanda vital (tekanan darah,
nadi, respirasi, suhu)
b. Pemeriksaan Khusus Mata
 Gejala dini mata nampak juling, jika tumor sudah membesar, maka
akan menonjol sampai keluar bola mata. Dalam keadaan demikian
biasanya mata sudah rusak sama sekali. Mata merah, rasa sakit yang
diiringi oleh glaukoma dan pelepasan retina.
 Pemeriksaan tajam penglihatan Pada retinoblastoma, tumor dapat
menyebar luas di dalam bola mata sehingga  dapat  merusak  semua 
organ  di  mata  yang  menyebabkan  tajam penglihatan sangat
menurun.
 Pemeriksaan gerakan bola mata Pembesaran tumor dalam rongga mata
akan menekan saraf dan bahkan dapat merusak saraf tersebut dan
apabila mengenai saraf III, IV, dan VI maka akan menyebabkan mata
juling.
 Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal Pemeriksaan dimulai dari
kelopak mata, sistem lakrimal, konjungtiva, kornea,   bilik   mata  
depan,   iris,   lensa   dan   pupil.   Pada retinoblastoma didapatkan:
a. Leukokoria, Yaitu reflek pupil yang berwarna putih.
b. Hipopion, Yaitu terdapatnya nanah di bilik mata depan.
c. Hifema, Yaitu terdapatnya darah di bilik mata depan
d. Uveitis
 Pemeriksaan Pupil Jika penyakit sudah lanjut dan meluas ke hampir
seluruh retina, maka pada mata klien tampak leukokoria (refleks pupil
yang berwarna putih / mata kucing amaurotik), yaitu adanya refleks
kuning, putih atau abu-abu merah di pupil. merupakan keluhan dan  
gejala yang paling sering ditemukan pada penderita dengan
retinoblastomadan biasanya pupil setengah melebar sertatidak bereaksi
terhadap cahaya.
 Pemeriksaan funduskopi Menggunakan  oftalmoskopi  untuk 
pemeriksaan  media,  papil  saraf optik, dan retina. Refleksi tak ada
(atau gelap) akibat perdarahan yang banyak dalam badan kaca.
 Pemeriksaan tekanan bola mata Pertumbuhan tumor ke dalam bola
mata menyebabkan tekanan bola mata meningkat.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK PENDERITA
RETINOBLASTOMA

I.      Pengkajian

A.    Pengkajian yang penting untuk retinoblastoma

1. Sejak kapan sakit mata dirasakan

Penting untuk mengetahui perkembangan penyakitnya, dan sejauhmana perhatian klien


dan keluarganya terhadap masalah yang dialami. Retinoblastoma mempunyai prognosis baik
bila ditemukan dini.

2.   Riwayat trauma sebelum atau sesudah ada keluhan

Trauma dapat memberikan kerusakan pada seluruh lapis kelopak ataupun bola
mata.  Trauma  sebelumnya  dapat  juga  memberikan  kelainan  pada  mata tersebut
sebelum meminta pertolongan.

4. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama sebelumnya

Retinoblastoma  bersifat  herediter  yang  diwariskan  melalui  kromosom,


protein  yang  selamat  memiliki  kemungkinan  50  %  menurunkan  anak  dengan
retinoblastoma.

5. Apakah pasien merasakan adanya perubahan dalam matanya.

Retinoblastoma dapat menyebabkan bola mata menjadi besar.

6. Apakah ada keluhan lain yang menyertai

Keluhan  sakit  kepala  merupakan  keluhan  paling  sering  diberikan  oleh


penderita. Adanya keluhan pada organ lain juga bisa diakibatkan oleh tumor yang
bermetastase.
7. Penyakit mata sebelumnya

Kadang-kadang  dengan  mengetahui  riwayat  penyakit  mata  sebelumnya


akan  dapat  menerangkan  tambahan  gejala-gejala  penyakit  yang  dikeluhkan
penderita.

8. Penyakit lain yang sedang diderita

Bila sedang menderita penyakit lain dengan keadaan yang buruk, dapat pula
memperburuk keadaan klien

9. Usia penderita

Dikenal    beberapa   jenis    penyakit   yang    terjadi   pada   usia    tertentu.


Retinoblastoma  umumnya  ditemukan  pada  anak-anak,  terutama  pada  usia  di
bawah 5 tahun.

10. Riwayat Psikologi

a. Reaksi pasien dana keluarganya terhadap gangguan penglihatan yang dialami


pasien: cemas, takut, gelisah, sering menangis, sering bertanya.
b. Mekanisme koping

11. Pemeriksaan Fisik Umum

Diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya keadaan umum yang


dapat merupakan penyebab penyakit mata yang sedang diderita.

12. Pemeriksaan Khusus Mata

a. Pemeriksaan tajam penglihatan Pada retinoblastoma, tumor dapat menyebar


luas di dalam bola mata sehingga  dapat  merusak  semua  organ  di  mata
yang  menyebabkan  tajam penglihatan sangat menurun.
b. Pemeriksaan gerakan bola mata Pembesaran tumor dalam rongga mata akan
menekan saraf dan bahkan dapat merusak saraf tersebut dan apabila mengenai
saraf III, IV, dan VI maka akan menyebabkan mata juling.
c. Pemeriksaan susunan mata luar dan lakrimal Pemeriksaan dimulai dari
kelopak mata, sistem lakrimal, konjungtiva, kornea,   bilik   mata   depan,   
iris,   lensa   dan   pupil.   Pada   retinoblastoma didapatkan:

 Leukokoria Yaitu reflek pupil yang berwarna putih.


 Hipopion Yaitu terdapatnya nanah di bilik mata depan.
 Hifema Yaitu terdapatnya darah di bilik mata depan
 Uveitis

d. Pemeriksaan Pupil Leukokoria (refleks pupil yang berwarna putih) merupakan


keluhan dan   gejala   yang    paling          sering    ditemukan         pada     
penderita      dengan retinoblastoma.
e.  Pemeriksaan funduskopi Menggunakan  oftalmoskopi  untuk  pemeriksaan
media,  papil  saraf optik, dan retina. Refleksi tak ada (atau gelap) akibat
perdarahan yang banyak dalam badan kaca.
f. Pemeriksaan tekanan bola mata Pertumbuhan tumor ke dalam bola mata
menyebabkan tekanan bola mata meningkat.

 B.     Pengelompokan Data

1. Data Subjektif

 Mengeluh nyeri pada mata


 Sulit melihat dengan jelas
 Mengeluh sakit kepala
 Merasa takut

2. Data Objektif

 Mata juling (strabismus)


 Mata merah
 Bola mata besar
 Aktivitas kurang
 Tekanan bola mata meningkat
 Gelisah
 Refleks pupil berwarna putih (leukokoria)
 Tajam penglihatan menurun
 Sering menangis
 Keluarga sering bertanya
 Ekspresi meringis
 Tak akurat mengikuti instruksi
 Keluarga nampak murung
 Keluarga nampak gelisah
 Pertanyaan/pernyataan keluarga salah konsepsi

II.     Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan    rasa    nyaman     nyeri    sehubungan     dengan    proses    penyakitnya


(kompresi/dekstruksi jaringan saraf, inflamasi), ditandai dengan:

a. Keluhan nyeri
b. Aktivitas kurang (distraksi/perilaku berhati-hati)
c. Gelisah (respons autonomik)
d. Sering menangis
e. Keluhan sakit kepala
f. Ekspresi meringis

Tujuan ( NOC )

Kontrol Nyeri

1. Mengenali Kapan nyeri terjadi di pertahankan pada skor 3


2. Menggunakan analgesic yang di rekomendasikan di pertahankan pada skor 3
3. Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada professional kesehatan di
pertahan pada skor 3
4. Melaporkan nyeri yang terkontrol di pertahankan pada skor 3

Intervesi ( NIC )
1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensip yang meliputi
lokasi,karakteristik,dan kualitas nyeri pada anak.
2. Observasi mengenai petunjuk non verbal mengenai ketidak nyamanan
terutama pada anak yang belum dapat berkomunikasi.
3. Pastikan perawatan analgesic bagi pasien di lakukan dengan pemantauan yang
ketat.
4. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidak nyamanan ( missal suhu ruangan,pencahayaan,suara bising)
5. Berikan individu penurun nyeri yang optimal dengan peresepan analgesic
6. Monitor kepuasan pasien terhadap menejemen nyeri dalam interval yang
spesifik

2.   Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan

1. Perubahan status kesehatan


2. Kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan Ditandai dengan:

a. Merasa takut
b. Gelisah
c. Sering menangis
d. Sering bertanya

Tujuan ( NOC )

Status Kenyamanan dapat di pertahankan :

1. Kontrol Terhadap gejala di pertahankan pada skor 4


2. Lingkungan fisik di pertahankan pada skor 5
3. Suhu ruangan di pertahankan pada skor 5
4. Dukungan sosial dan keluarga di pertahankan pada skor 4

Intervensi :

1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan


2. Jelaskan semua prosedur termasuk sensasi yang akan di rasakan yang mungkin
akan di alami oleh anak selama prosedur yang akan di lakukan
3. Dorong keluarga untuk mendampingi anak dengan cara yang tepat
4. Berikan objek yang menunjukkan perasaan aman
5. Puji kuatkan prilaku yang baik secara tepat
6. Berikan aktifitas pengganti yang bertujuan untuk mengurangi tekanan

3.   Resiko  tinggi  cedera,  sehubungan  dengan  keterbatasan  lapang  pandang  yang ditandai
dengan:

1. Menurunnya ketajaman penglihatan


2. Mata juling (strabismus)
3. Tekanan bola mata meningkat
4. Refleks pupil berwarna putih (leukokoria)
Tujuan ( NOC )

Kontrol resiko di pertahankan :

1. Mengidentifikasi faktor resiko di pertahankan skor4


2. Memonitor faktor resiko di lingkungan di pertahankan skor 4
3. Menggunakan fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan skor 4
4. Menggunakansistem dukungan personal untuk mengurangi resiko di
pertahankan skor 4
5. Memonitor perubahan status kesehatan di pertahankan skor 4

Intervensi ( NIC ) Menejemen Lingkungan Keselamatan

1. Identifikasi hal2 yang membahayakan di lingkungan


2. Singkirkan bahan berbahaya dari lingkungan bila di perlukan
3. Sediakan alat untuk beradaptasi missal kursi untuk pijakan dan pegangan
tangan
4. Gunakan peralatan perlindungan untuk membatasi mobilitas fisik atau
akses pada situasi yang membahayakan
5. Monitor lingkungan terhadap terjadinya perubahan status keselamatan

 
BAB V
PENUTUP

5.1  Kesimpulan
Retinoblastoma merupakan tumor ganas utama intraokuler ditemukan pada anak –
anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Gejala retinoblastoma dapan menyerupai
dengan penyakit mata lainnya. Dalam proses pengkajiannya dilakukan secara anamnesis
dengan menanyai langsung si pasien atau pun keluaraga meliputi data, riwayat dulu dan
sekarang serta keluhan pasien. Pengkajian dengan pemeriksaan fisik umum dan khusus untuk
mata serta pemeriksaan penunjangnya. Berdasarkan dari hasil pengkajian tersebut kita dapat
menyimpulkan diagnosa keperawatannya mulai dari gangguan rasa nyaman nyeri, gangguan
persepsi sensorik penglihatan, gangguan rasa aman cemas, resiko tinggi cedera, kurangnya
pengetahuan keluarga. Setelah itu perawat dapat memberikan rencana asuhan keperawatan
pada pasien. Kemudian perawat harus mengevaluasi dari hasil intervensi dan
implementasinya.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini yang merupakan tugas mata kuliah keperawatan medikal bedah II dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada anak penderita Retino Blastoma”

Penulis juga sangat menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak sekali
kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari semua pihak akan sangat membantu demi perbaikan dan penyempurnaan
makalah ini. Penulis juga sangat berharap semoga makalah ini bermanfaat dan dapat
digunakan sebagai suatu acuan untuk pembuatan makalah berikutnya yang lebih baik.

Samarinda 05 Desember 2017

Kelompok
Faktor keturunan Faktor lingkungan (virus, zat kimia, radiasi)

Mutasi gen RD1 di kromosom 13q14

Gen RD1 in active

Protein RD1 tidak di produksi

Pertumbuhan sel daerah retina tidak terkontrol

retinoblastoma

Anda mungkin juga menyukai