BAB 1
PENDAHULUAN
1
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Miranty Sasmita
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100262
stadium keempat terdapat ablatio retina total dan glaukoma sekunder, dan
stadium kelima merupakan stadium akhir dari Coats’ disease.5
Diagnosis Coats’ disease ditegakkan berdasarkan anamnesis,
manifestasi klinis, pemeriksaan dengan biomikroskopi, oftalmoskop direk
dan indirek. Funduskopi memperlihatkan gambaran teleangiektasis pembuluh
darah retina yang disertai adanya eksudasi. Pemeriksaan penunjang yang
dilakukan antara lain berupa fluoresin angiografi intravena, ultrasonografi,
CT-scan, MRI, dan analisis cairan subretina.3,5,6
Penatalaksanaan Coats’ disease bertujuan untuk mengurangi
terjadinya eksudasi pada retina. Tehnik yang dapat dilakukan adalah dengan
cryoablation, argon laser fotokoagulasi, xenon fotokoagulasi, dan drainase
cairan subretina.3,5,6
Penderita dengan penyakit Coats’ disease sering didiagnosis dengan
retinoblastoma, padahal penatalaksanaan kedua penyakit tersebut sangat
berbeda. Oleh karena itu pengetahuan tentang gambaran klinik, penegakan
diagnosis dan penatalaksanaan Coats’ disease harus dapat lebih dipahami
untuk menghindari kesalahan diagnosis dan terapi dengan penyakit lain
terutama retinoblastoma.7
2
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Miranty Sasmita
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100262
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi
2.2.1. Retina
Retina merupakan suatu membran yang tipis dan bening, yang melapisi
2/3 bagian dalam dinding posterior bola mata. Retina membentang dari saraf
optik di bagian posterior hingga orra serrata di bagian anterior, yang kemudian
akan berlanjut mencapai epitel badan siliar.8
Pada bagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan
terdapat makula lutea (bintik kuning) kira-kira berdiameter 1–2 mm yang
berperan penting untuk tajam penglihatan. Di tengah makula lutea terdapat
bercak mengkilap yang merupakan reflek fovea. Kira-kira 3 mm ke arah nasal
kutub belakang bola mata terdapat daerah bulat putih kemerah-merahan, disebut
papil saraf optik, yang di tengahnya agak melekuk dinamakan eksvakasi foali.
Arteri retina sentral bersama venanya masuk ke dalam bola mata di tengah papil
saraf optik.8,9
3
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Miranty Sasmita
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100262
4
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Miranty Sasmita
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100262
10. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan
badan kaca.
5
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Miranty Sasmita
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100262
darah kapiler yang membentuk jaringan padat dan terbentang dari diskus optikus
sampai dengan ora serrata.9,10
Kapiler retina terdiri dari sel endotel yang berbentuk sirkumferensial dan
saling dilekatkan oleh jaringan ikat zonulae occludentes. Jaringan ikat antar
endotel tersebut membentuk sawar darah retina dalam (inner blood retinal
barrier). Sel endotel akan diselubungi oleh basal lamina, perisit, makrofag
perivaskuler dan mikroglia. Sedangkan sawar darah retina luar (outer blood
retinal barrier) dibentuk oleh sel-sel retinal pigment ephitelium yang saling
terikat dengan jaringan ikat.9,10
6
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Miranty Sasmita
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100262
2.2.2. Epidemiologi
Prevalensi Coats’ disease belum pernah dilaporkan hingga saat ini karena
termasuk penyakit yang jarang terjadi. Shields melaporkan bahwa jumlah
penyakit Coats yang terdiagnosa di Wills Eye Hospital, Amerika sebesar 150
kasus, dengan usia yang bervariasi dari 1 bulan hingga 63 tahun namun rata-rata
berusia 5 hingga 11 tahun. Laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan
perbandingan 3:1. Penyakit Coats terjadi pada salah satu mata atau unilateral
7
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Miranty Sasmita
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100262
dengan persentase sebesar 95%. Penyakit Coats tidak dipengaruhi oleh ras
maupun faktor herediter.2,3,6,16
8
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Miranty Sasmita
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100262
Black dan rekannya menyatakan bahwa Coats’ disease adalah suatu mutasi
somatik dari gen NPD yang menghasilkan norrin (produk protein dari gen NDP).
Mutasi somatik ini mengakibatkan terjadinya defisiensi dari norrin yang
berperan penting dalam perkembangan retina terutama retinal
vasculogenesis.15,16
Manifestasi klinis penyakit Coats terbagi menjadi dua yaitu onset dini
(early onset) anak usia < 20 tahun dan onset dewasa > 20 tahun. Pada anak-anak
manifestasi klinisnya lebih parah dibandingkan dewasa. Keluhan pada pasien
9
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Miranty Sasmita
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100262
dewasa biasanya bersifat asimtomatis, tidak ada leukokoria dan tidak ada
penurunan ketajaman penglihatan. Pada umumnya keluhan penurunan tajam
penglihatan pada pasien dewasa terjadi setelah diagnosis ditegakkan. Sedangkan
pada anak-anak, keluhan penurunan tajam penglihatan paling sering terjadi
selain strabismus dan lekokoria. Onset dewasa sering dihubungkan dengan
hiperkolesterolemia namun hal ini tidak terjadi pada pasien anak-anak.5,6,17
Penyakit Coats yang didiagnosis pada masa dewasa terjadi secara
unilateral, terutama pada pria, dengan telangiektasis vaskular, eksudasi lipid,
mikroaneurisma dan makroaneurisme, edema makula, area nonperfusi kapiler
dengan jaringan kapiler filigreelike appearance yang berdekatan, dan tidak
adanya neovaskularisasi retina. Penyakit dengan gejala seperti Coats sering
terjadi pada orang dewasa, terkait dengan berbagai penyakit retina seperti
peradangan intraokular atau degenerasi tapetoretinal. Pada pasien dewasa
penyakit Coats sering asimptomatik atau dengan ketajaman penglihatan yang
baik, dan tidak memiliki leukokoria, area eksudasi yang luas, atau retinal
detachment. Pada pasien penyakit Coats yang khas, kelainan vaskular sering
berada di perifer jauh, antara garis ekuator dan ora serrata. Pada pasien dewasa,
kelainan vaskular muncul di daerah ekuator dan perifer pada semua pasien dan
juga sebagian besar dijumpai di daerah juxtamacular.17
Pemeriksaan klinis menunjukkan 90 % segmen anterior yang normal,
namun dapat pula terjadi edema kornea, bentukan lemak di dalam bilik mata
depan, neovaskularisasi iris dan pendangkalan sudut bilik mata depan. Segmen
posterior menggambarkan adanya telengiektasis retina berupa dilatasi kapiler,
kapiler yang berkelok-kelok dan bergerombol membentuk filigreelike
appearance disertai dengan aneurisma.9,12,17
Adanya abnormalitas vaskuler retina tersebut menyebabkan eksudasi
berwarna kekuningan karena terdiri dari kristal kolesterol, makrofag yang berisi
lemak (lipid-laden macrophage) dan sedikit eritrosit. Deposisi lemak biasanya
bersifat masif dan difus pada onset anak- anak sedangkan pada pasien dewasa
10
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Miranty Sasmita
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100262
deposisi lemaknya bersifat lokal. Pada beberapa kasus penyakit Coats dijumpai
nodul subfovea. Nodul tersebut merupakan nodul fibrotik hasil resolusi eksudat
makula setelah terapi telengiektasis retina.15,17
2.2.5. Klasifikasi
Shields mengklasifikasikan gambaran klinis penyakit Coats menjadi lima
stadium agar dapat menentukan terapi dan prognosisnya. Stadium pertama hanya
berupa telangiektasia retina yaitu gambaran anomali kapiler retina. Stadium
kedua menunjukkan telangiektasia retina dan eksudasi. Eksudasi ini dibedakan
lagi berdasarkan lokasinya yaitu eksudasi ekstrafoveal (stadium 2A) dan
eksudasi foveal (stadium 2B).5,6,8,9
Gambar 5. Gambaran Klinis Stadium Coats disease: (a). std I, (b) std
IIa, (c)stage IIb, (d) stage IIIa1, (e) stage IIIa2, (f) stage IIIb, (g) stage IV,
(h) stage V. 5
11
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Miranty Sasmita
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100262
2.2.6. Diagnosis
Diagnosis penyakit Coats ditegakkan melalui anamnesis, manifestasi
klinis, pemeriksaan dengan slit lamp biomikroskopi, oftalmoskop direk dan
indirek. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis adalah angiografi fluoresen fundus (FFA), ultrasonografi (USG) dan
sitologi.1,3,6
Pemerikasaan oftalmologi dengan funduskopi didapatkan gambaran
adanya telangiektasis pembuluh darah retina, aneurisma dan adanya sheathing
oleh penumpukan kolesterol. Pada tahap awal perubahan ini terjadi didaerah
ekuator dan retina perifer serta kuadran temporal dari fovea. Makula dapat
terlibat secara langsung oleh eksudasi dari telangiektasis makula atau secara tidak
langsung disebabkan oleh penumpukan yang berasal dari telangiektasis retina
perifer. Edema makula, ablasio retina eksudatif, dan adanya massa disciform di
daerah makula menyebabkan penurunan tajam penglihatan yang bermakna.
Pendarahan intraretina dan vitreous kadang dapat pula ditemukan.1,3,6
Pemeriksaan flouresin angiografi pada pasien dewasa dan anak-anak
menunjukkan gambaran yang sama yaitu pelebaran pembuluh darah berupa
dilatasi aneurisma sakular (light-bulb appearance), telangiektasis dan kebocoran
pada daerah tersebut. Mikroaneurisma yang luas biasanya ditemukan pada arteri
dan kapiler serta sedikit pada pembuluh darah vena. Pengisian capillary bed
12
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Miranty Sasmita
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100262
sangat terlambat dan pembuluh darah vena tampak dilatasi serta terdapat
pewarnaan pada dinding vena. 1,3,6
Selain itu, FFA juga dapat berfungsi menentukan lokasi kebocoran
vaskuler sehingga berguna dalam terapi fotokoagulasi maupun krioterapi.3,12
13
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Miranty Sasmita
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100262
14
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Miranty Sasmita
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100262
15
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Miranty Sasmita
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100262
2.2.8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita Coats’ desease berbeda berdasarkan
perkembangan penyakitnya. Prinsip penatalaksanaan penyakit Coats adalah
mencegah progresifitas penyakit dan mempertahankan ketajaman penglihatan
dengan terapi agresif terhadap kebocoran kapiler retina untuk mencegah eksudasi
daerah makula.8
Shields, lebih lanjut menguraikan penatalaksanaan penyakit Coats
berdasarkan stadiumnya. Penatalaksanaan penyakit Coats terdiri dari observasi,
laser fotokoagulasi, krioterapi dan tindakan bedah. Penderita stadium ringan,
tidak memerlukan pengobatan khusus pada mata, dan kondisi mata yang masih
nyaman atau yang disertai dengan ablasio retina total umumnya hanya dilakukan
observasi.5,8
Observasi dilakukan pada stadium 1 dan 5 karena pada stadium 1 hanya
terjadi kelainan telangiektasia saja dan stadium 5 merupakan stadium akhir
penyakit Coats dimana sudah terjadi kebutaan. Tindakan laser fotokoagulasi dan
krioterapi efektif untuk menghancurkan telangiektasia vaskuler retina. Shields
berpendapat bahwa laser fotokoagulasi terbatas hanya dilakukan pada stadium 2
dan 3A, sedangkan krioterapi dapat dilakukan pada stadium 2A, 2B, 3A dan 3B.
Penatalaksanaan bedah untuk melekatkan kembali lapisan retina pada RPE, dapat
dilakukan dengan drainase cairan subretina, pemasangan sabuk sklera atau
scleral buckle, vitrektomi dan silicon oil.5,8
Cyroablation dilakukan bila terdapat lesi vaskular dibagian perifer yang
disertai atau tidak adanya cairan eksudasi subretina. Tehnik ini dikerjakan
dengan anestesi sampa i daerah ekuator dengan transkonjungtiva. Pendinginan
16
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Miranty Sasmita
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100262
17
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Miranty Sasmita
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100262
2.2.9. Prognosis
Prognosis penderita penyakit Coats sangat ditentukan oleh kondisi atau
stadium dari kelainan yang ditemukan. Stadium 1 dan 2 pada umumnya memiliki
prognosis yang baik bila eksudasi tidak terlalu meluas meskipun pada stadium
2B terdapat eksudat di daerah fovea. Stadium 3 hingga stadium 5 mempunyai
prognosis yang buruk karena sudah terjadi ablasio retina dan komplikasi lain
seperti glaukoma sekunder. Prognosis pada penderita penyakit Coats tergantung
pada luasnya jaringan retina perifer yang terlibat dan ada tidaknya ablasio
retina.3,5,8,9
18
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Miranty Sasmita
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100262
BAB 3
KESIMPULAN
19
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Miranty Sasmita
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100262
DAFTAR PUSTAKA
20
PAPER
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NAMA : Miranty Sasmita
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/RSUP H. ADAM MALIK MEDAN NIM : 130100262
17. Smithen LM, Brown GC, Brucker AJ, Yannuzzi LA, Klais CM, Spaide RF.
Coats' disease diagnosed in adulthood. Ophthalmology. 2005;112:1072-8.
18. Ray R, Barañano DE, Hubbard GB. Treatment of Coats' disease with
intravitreal bevacizumab. Br J Ophthalmol 2013;97(3):272-277.
19. Kodama et al.: Combined treatment for Coats’ disease: retinal laser
photocoagulation combined with intravitreal bevacizumab injection was
effective in two cases. BMC Ophthalmology 2014 14:36.
21