Diagnosis Retinopati
Oleh :
Fatmi Eka Putri 1210313091
Nur Sakinah 1010314015
Devi Miranda 1310312022
Preseptor:
dr. Fitratul Ilahi, Sp.M
PENDAHULUAN
diakibatkan oleh perdarahan, pasokan darah yang tidak adekuat, dan penyumbatan
pada pembuluh darah. Retinopati dapat menyebabkan kerusakan retina yang menetap
penting. Hal ini disebabkan karena insidennya yang cukup tinggi yaitu mencapai
sebanyak 40-50% dari penderita diabetes dan prognosisnya yang kurang baik
berkembang, lebih kurang 12% kebutaan terjadi akibat diabetes. Di United States,
pasien diabetes memiliki risiko 20 kali lebih besar untuk mengalami kebutaan akibat
pasien non-diabetes.2,3,4
mmHg dan tekanan sistolik > 140 mmHg. Jika kelainan dari hipertensi tersebut
hipertensi merupakan penyakit yang berjalan secara kronis sehingga gejala penyakit
awal sering tidak dirasakan. Penderita retinopati hipertensi biasanya akan
menandakan prognosis sistemik yang buruk pada pasien anak dengan leukemia akut.
pengenalan yang cepat terhadap manifestasi okular sangat penting karena prognosis
yang lebih buruk terkait dengan keterlibatan okular dan untuk mengidentifikasi
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui anatomi dan fisiologi retina dan
1.3.Batasan Masalah
dalam memberikan informasi dan pengetahuan mengenai anatomi dan fisiologi retina
berbagai literatur.
TINJAUAN PUSTAKA
Retina adalah struktur tipis transparan yang berkembang dari lapisan dalam dan
luar dari cawan optik. Retina berupa lembaran jaringan saraf berlapis yang tipis dan
semitransparan yang melapisi bagian dalam dua pertiga posterior dinding bola mata,
membentang ke anterior hampir sejauh corpus ciliare dan berakhir pada ora serrata.
Permukaan luar retina sensoris bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina
sehingga juga berhubungan dengan membran Bruch, koroid, dan sklera. Lapisan-
lapisan epitel pada permukaan dalam corpus ciliare dan permukaan posterior iris
merupakan perluasan retina dan epitel pigmen retina ke anterior. Permukaan dalam
retina berhadapan dengan vitreus. Penampang bola mata dapat dilihat pada gambar
2.1.1,6
Retina memiliki susunan yang kompleks, yaitu 10 lapisan yang terdiri dari
lapisan sel-sel yang berbeda. Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi dalam ke luar
adalah:
6. Lapisan pleksiform luar, yang mengandung sambungan sel bipolar dan sel
9. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar yang terdiri dari sel batang dan
sel kerucut.
pembuluh darah retina temporal. Fovea merupakan zona avaskular retina pada
mengalami penipisan lapisan inti luar tanpa disertai lapisan parenkim Iain. Hal ini
Henle) dan lapisan-lapisan retina yang lebih dekat dengan permukaan dalam
listrik yang akan diteruskan ke otak oleh nervus optikus. Sel kerucut bertanggung
jawab untuk penglihatan siang hari. Subgrup dari sel kerucut responsif terhadap
panjang gelombang, yaitu pendek, menengah, dan panjang (biru, hijau, merah).
Sel-sel ini terkonsentrasi di fovea, yang bertanggung jawab untuk penglihatan detil
seperti membaca huruf kecil. Sel batang berfungsi untuk penglihatan malam. Sel-sel
ini sensitif terhadap cahaya dan tidak memberikan sinyal informasi panjang
bagian lainnya.7
luar retina termasuk lapisan pleksiform luar dan lapisan inti luar, fotoreseptor,
dan lapisan epitel pigmen retina. Cabang-cabang dari arteria centralis retinae
yang tak dapat diperbaiki bila retina mengalami ablasi. Pembuluh darah retina
mempunyai lapisan endotel yang tidak berlubang, yang membentuk sawar darah-
retina. Lapisan endotel pembuluh koroid memiliki lubang-lubang. Sawar darah retina
darah karena penuaan, stres, atau proses dari penyakit, pembuluh darah menjadi
sirkulasi retina merupakan petunjuk utama untuk melihat disfungsi dan penyakit
yang paling dini adalah penebalan membran basal endotel kapiler dan penurunan
jumlah perisit.1
penting. Hal ini disebabkan karena insidennya yang cukup tinggi yaitu mencapai
40-50% penderita diabetes dan prognosisnya yang kurang baik terutama bagi
penglihatan.9
kurang 12% kebutaan terjadi akibat diabetes. Di United States, pasien diabetes
memiliki risiko 20 kali lebih besar untuk mengalami kebutaan akibat pasien non-
Prevalensi penyakit proliferasi lebih kecil pada diabetes tipe II dengan waktu
lamanya paparan terhadap tingginya level gula darah. Kedua, retinopati diabetes
terjadi pada pasien muda dengan diabetes tipe I dibandingkan dengan dibetes tipe
II.10
terjadi pada 10% pasien anak, 38% pasien dewasa dengan diabetes insulin-
meningkat seiring dengan lamanya diabetes dan usia pasien. Retinopati diabetes
jarang terjadi pada anak-anak <10 tahun. Risiko retinopati ini meningkat setelah
pubertas.11
hal ini. Manifestasi klinis yang terjadi dapat dijelaskan dari proses oklusi
kunci. Terjadi perubahan pada dinding pembuluh darah dan hilangnya perisit.
pengamatan bahwa tidak terjadi retinopati pada orang muda dengan diabetes
tipe I (insulin dependent) paling sedikit 3-5 tahun stelah awitan penyakit
sistemik ini. Hasil-hasil serupa telah diperoleh pada diabetes tipe II (non insulin
dependent), tetapi pada para pasien ini onset dan lama penyakit lebih sulit
darah baru pada diskus atau pada permukaan retina. Pembuluh darah baru ini
dari jel vitreus yang akan mengakibatkan perdarahan pada ruang vitreus.
vitreus dan menyebabkan perdarahan lebih hebat, dan ini akan menciptakan
penglihatan.3
baru pada iris dan trabekular meshwork, yang dapat menghambat kanalis
(neovascular glaucoma).3
Aldhose reduktase merupakan enzim yang berasal dari jalur polyol dan
kerusakan dari perisit, apoptosis endotel, dan penebalan dari endotel vaskular
yaitu pada membran basal yang secara umum diketahui berperan pada kapiler
retina.12
(VEGF)
proliferasi dari pembuluh darah retina. VEGF adalah suatu sitokin yang
tinggi.12
prevalensi edema makula sebagai fungsi dari lama penyakit sistemik adalah sama
Jika gambaran fundus mata kiri tidak sama beratnya dengan mata kanan
dan berkelok-kelok.1
titik atau bercak terletak di lapisan retina yang lebih dalam, tempat sel-sel
difus dan secara klinis tampak sebagai retina yang menebal dan keruh
lebih jelek dengan atau tanpa laser daripada mata dengan edema dan
3. Retinopati Proliferatif
diabetes. Pada tingkat ini terjadi abnormalitas vaskular yang tampak pada
terjadi dapat berat. Pembuluh darah baru tumbuh pada permukaan retina
(Gambar 2.7) dan perdarahan korpus vitreus. Pada mata dengan retinopati
menimbulkan kontraksi terus menerus pada korpus vitreus. Hal ini dapat
4. Makulopati
Edema macula
Mikroaneurisma
b. Difus
bunga.
c. Iskemik
Perdarahan kecil yang dicurigai dalam vitreus menyebabkan noda bintik pada
penglihatan.9
kapiler, terutama daerah vena dengan bentuk berupa bintik merah kecil
2. Perdarahan (Gambar 2.13) dapat dalam bentuk titik, garis, dan bercak
pecahnya kapiler.4
hal ini tidaklah demikian. Hal ini terjadi karena kelainan sirkulasi dan
eksudat pungtata membesar dan bergabung. Eksudat ini dapat muncul dan
darah. Kelainan ini terutama terdiri atas bahan-bahan lipid dan terutama
5. Soft exudates (Gambar 2.16) yang sering disebut cotton wool patches
bercak bewarna kuning bersifat difus dan bewarna putih. Biasanya terletak
perdarahan.4
pasien.4
8. Hiperlipidemia suatu keadaan yang sangat jarang, tanda ini akan segera
relatif yang sesuai dengan daerah-daerah edema dan nonperfusi retina, dan
zat warna fluoresens yang berkaitan dengan edema retina dapat mengambil
5 tahun, regresi spontan dapat pula terjadi. Gejala umumnya bergantung pada
2.3.6.1 Pencegahan
warna dan adanya floaters. Kontrol terhadap diabetes juga penting dilakukan.
dan 58% pada pasien diabetes non-insulin dependent. Kontrol medis secara
sedikit sekali setahun. Pasien diabetes mellitus tipe II harus dirujuk ke ahli
oftalmologi pada saat diagnosis dan diperiksa ulang sedikitnya sekali setahun.
wanita diabetes yang hamil harus diperiksa oleh ahli oftalmologi pada
persalinan.1
retina pada pasien retinopati diabetes, dan beberapa bukti menunjukan bahwa
terapi dengan penurunan kadar lipid dapat mengurangi hard exudates dan
mikroaneurisma.1
2.3.6.2 Terapi
meyakinkan bahwa terapi laser argon fokal tehadap titik-titik kebocoran retina
penglihatan. Mata dengan edema makula diabetes yang secara klinis tidak
bermakna biasanya hanya dipantau secara ketat tanpa terapi laser. Karena adanya
edema makula dapat hanya sedikit atau bahkan tidak berkaitan dengan gangguan
pentingnya rujukan yang segera dan dini pasien diabetes ke ahli oftamologi.12
1. Terapi Medikamentosa
sekitar 50%.3
VEGF.12
regresi dan pada beberapa kasus hilangnya pembuluh pembuluh baru tersebut.
Teknikya berupa pembentukkan luka bakar laser dalam jumlah sampai ribuan
yang tersebar berjarak teratur di seluruh retina, dengan tidak mengenai bagian
sentral yang dibatasi oleh diskus dan pembuluh vaskular temporal utama.
3. Terapi bedah
suatu penelitian 4 tahun yang dirancang untuk menilai peran vitrektomi dini
untuk perdarahan korpus vitreus yang parah dan retinopati diabetes proliferatif
keadaan dengan penarikan dari lapisan retina atau perdarahan vitreus yang
2.7 Prognosis
memperburuk prognosis.
kelainan hemobiologik.
mendadak.9
mmHg dan tekanan sistolik > 140 mmHg. Jika kelainan dari hipertensi tersebut
Klasifikasi retinopati hipertensi pertama kali dibuat pada tahun 1939 oleh
Keith Wagener Barker. Klasifikasi dan modifikasi yang dibuat didasarkan pada
hubungan antara temuan klinis dan prognosis yaitu tediri atas empat kelompok
retinopati hipertensi.2,4,13
asimptomatis.
nicking arteriovenous
Tabel 2.3. Klasifikasi Retinopati Hipertensi tergantung dari berat ringannya tanda –
tanda yang terlihat pada retina.13
Retinopati Deskripsi Asosiasi sistemik
darah. Hasil penelitian wallow diketahui sel-sel perisit yang ada didinding pembuluh
secara merata (difus) di seluruh pembuluh darah retina, tetapi bisa juga ditemukan
pada sebagian pembuluh darah (segmental). Hipertensi yang berlangsung lama atau
secara histologik terlihat menebal, karena pada tunika media terjadi hipertrofi
jaringan otot. Tunika intima mengalami proses hialinisasi, dan endotel kapiler
lapis seperti kulit bawang (union skin). Proses yang terjadi diatas menyebabkan
vena (arteriovenous crossing). Dinding arteri yang kaku akan menekan dinding vena
yang lebih lembut. Dalam keadaan normal tidak terjadi penekanan dan elevasi pada
persilangan arteri dan vena. Penekanan pada vena oleh arteri yang sklerosis dapat
terjadi dalam beberapa tahap, vena yang berada di bawah arteri tidak terlihat karena
arteri yang sklerosis maka vena seolah terputus dan akan muncul lagi secara perlahan
setelah melewati persilangan arteri (arteriovenous nicking). Hal ini dikenal dengan
bila sklerosis lebih berat menyebabkan vena menjadi defleksi pada daerah
persilangan, yang terlihat seperti huruf S atau Z (salus sign). Pada keadaan tertentu
vena berada di atas arteri, sehingga akan terlihat elevasi vena di atas arteri. Tahap
selanjutnya akan terjadi stenosis vena di bagian distal persilangan karena proses
Lumen vena yang menyempit karena penekanan oleh arteri yang sklerosis,
aliran darah, sehingga akan menyebabkan timbulnya tanda-tanda oklusi vena retina
sel darah merah di dalam lumen. Bertambahnya ketebalan dinding arteriol karena
cahaya dari permukaan dinding arteriol yang konveks terlihat seperti garis tipis yang
mengkilat di tengah kolom darah (refleks cahaya normal). Pada pembuluh darah yang
menebal, pantulan refleks cahaya normal hilang dan cahaya terlihat lebih luas dan
kemudian terjadi perubahan pada refleks cahaya arteriol. Bila proses sklerosis
berlanjut, dinding arteri semakin menebal dan lumen mengecil yang akhirnya hampir
tidak terlihat sehingga waktu penyinaran hanya berbentuk garis putih saja, yang
Perdarahan akan terjadi bila hipertensi berlangsung lama dan tidak terkontrol.
Proses yang kronik ini akan menyebabkan kerusak inner blood barrier, sehingga
terjadi ekstravasasi plasam dan sel darah merah ke retina (hard exudates). Perdarahan
biasanya terjadi pada lapisan serabut saraf retina, distribusinya mengikuti alur serabut
saraf, sehingga terlihat seperti lidah api (flame shape). Kerusakan ditingkat kapiler
maka perdarahan terjadi pada lapisan inti dalam atau pleksiform dalam, bentuknya
Iskemik fokal atau area non perfusi yang terjadi pada lapisan serabut saraf
retina, maka serabut saraf akan berdegenerasi menjadi bengkak dan secara histologi
tampak seperti suatu kelompok cystoid bodies. Kelainan ini dikenal dengan cotton
Papil edema disebabkan oleh adanya iskemia didaerah papil yang akan
retina yang lebih besar. Pada ateroskelrosis sering ditemukan fibrosis dan kalsifikasi
pada tunika intima. Pada keadaan hipertensi accelerated terjadi pembentukan plak
yang besar di intra lumen yang akan menyumbat pembuluh darah besar sehingga
akan timbul komplikasi dalam bentuk oklusi cabang retina sentralis (BRAO) atau
sehingga gejala penyakit awal sering tidak dirasakan. Penderita retinopati hipertensi
biasanya akan mengeluhkan sakit kepala dan nyeri pada mata.1 Penurunan
penglihatan atau penglihatan kabur hanya terjadi pada stadium III atau stadium IV
oleh karena perubahan vaskularisasi akibat hipertensi seperti perdarahan, cotton wool
melihat sesuatu. Penglihatan biasanya turun secara perlahan sehingga tidak disadari.
Pemeriksaan tekanan darah didapatkan tekanan diastol > 90 mmHg dan tekanan sistol
> 140 mmHg , sudah mulai terjadi perubahan pada pembuluh darah retina.2
(panah hitam) dan gambaran copper wiring pada arteriol (panah putih).
cotton wool spot (panah hitam). Gambar B memperlihatkan perdarahan retina (panah
Pada Gambar 2.24, panah biru adalah Cotton wool spot, panah putih
dan macular star (star figure), dan panah hitam merupakan papil edema.
vena di lengan. Ketika kontras sudah mencapai pembuluh darah retina, gambaran
pembuluh darah tersebut difoto dengan kamera khusus yang menggunakan sinar biru.
Komplikasi dari retinopati hipertensi yaitu berupa oklusi arteri retina sentralis
(CRAO), oklusi arteri retina cabang (BRAO), oklusi vena retina cabang (BRVO) .2
Penyebab dari oklusi arteri retina paling umum akibat adanya emboli. Arteri
oftalmika merupakan cabang pertama dari arteri karotis interna. Embolus bisa berasal
dari jantung atau arteri karotis yang secara jelas mengarah langsung ke mata. Emboli
dari jantung terdiri dari empat tipe, antara lain emboli terkalsifikasi dari katup aorta
atau mitral, vegetasi dari endokarditis bakterial, trombus yang berasal dari jantung
arteri karotis terdiri dari tiga tipe yaitu emboli kolesterol (plak Hollenhorst), emboli
Gambaran klinis dari oklusi arteri retina dapat berupa oklusi arteri retina
sentral, dan oklusi arteri retina cabang. CRAO (oklusi arteri retina sentral) biasanya
diakibatkan oleh ateroma, meskipun hal ini dapat disebabkan akibat emboli
terkalsifikasi. Keluhan yang dialami pasien biasanya bersifat akut dan hilangnya
lapang pandang. Tanda-tanda yang dapat ditemukan berupa pupil Marcus Gunn atau
amaurotik, retina tampak putih akibat pembengkakan dan terdapat cherry-red spot.
BRAO (oklusi arteri retina cabang) paling sering diakibatkan oleh karena
emboli. Pasien dapat mengeluh hilangnya lapang pandang secara melintang atau
sektoral dan terjadi mendadak. Tanda yang dapat ditemukan berupa retina menjadi
putih di area yang dialiri arteri, pembengkakan berkabut perlahan menjernih, tetapi
bagian dalam retina menjadi atrofi dan berhubungan dengan hilangnya lapang
pandang sektoral yang permanen, dan pada beberapa kasus juga dapat ditemukan
BRVO (oklusi vena retina cabang) akut tidak terlihat pada gambaran
funduskopi, dalam beberapa waktu dapat menimbulkan edema yang bersifat putih
pada retina akibat infark pada pembuluh darah retina. Seiring waktu, vena yang
pembuluh darah. Oklusi yang terjadi merupakan akibat dari emboli. 2,13
1. Retinopati Diabetik
dan edema retina. Selain itu juga didapatkan gula darah yang tidak terkontrol
2. Katarak
yang terjadi secara berangsur. Pada funduskopi direk didapatkan refleks fundus
yang hitam.4
3. Glaukoma
pandang, atrofi papil saraf optik. Tekanan intraokular > 20mmHg, dan pada
pemeriksaan funduskopi terlihat atrofi papil saraf optik yang terlihat warnanya
dari merah kekuningan menjadi pucat, selain itu dapat ditemukan pula edema
papil.4
4. Kelainan refraksi
menyebabkan visus turun. Pada miopia panjang bola mata anteroposterior yang
bayangan dari benda jatuh didepan retina pada mata yang tidak berakomodasi,.
Astigmatisme jika berkas sinar tidak difokuskan pada satu titik dengan tajam
pada retina akan tetapi pada dua garis titik yang saling tegak lurus yang terjadi
yang sudah terjadi serta menghindari terjadinya komplikasi, Mengobati faktor primer
adalah sangat penting jika ditemukan perubahan pada fundus akibat retinopati
arterial. Tekanan darah harus diturunkan dibawah 140/90 mmHg. Jika telah terjadi
perubahan pada fundus akibat arteriosklerosis, maka kelainan klinis yang terjadi tidak
tanda retinopati hipertensi dapat berkurang dengan mengontrol kadar tekanan darah.
kerja
inhibitor)
adrenergik)
Perubahan pola dan gaya hidup juga harus dilakukan. Kontrol berat badan dan
diturunkan jika sudah melewati standar berat badan seharusnya. Konsumsi makanan
dengan kadar lemak jenuh harus dikurangi sementara intake lemak tak jenuh dapat
menurunkan tekanan darah. Konsumsi alkohol dan garam perlu dibatasi dan olahraga
yang teratur.2,13
retinopati hipertensi dan komplikasinya. Komplikasi yang dapat terjadi seperti oklusi
arteri retina sentralis dan oklusi cabang vena retina merupakan perburukan dari
retinopati hipertensi yang tidak terkontrol secara baik. Jika sudah terjadi eksudat di
dapat dipertimbangkan.1
komplikasi tersebut. Terapi laser retina terbukti memperbaiki oksigenasi retina bagian
retina dan menyebabkan oksigen lebih mudah berdifusi dari koroid ke bagian dalam
menurunkan tekanan hidrostatik di kapiler dan venula. Menurut hukum Starling, hal
ini akan menurunkan aliran cairan dari kompartemen intravaskular ke dalam jaringan
dan menurunkan edema jaringan, bila berasumsi tekanan onkotik konstan. Penurunan
tekanan hidrostatik pada saat yang bersamaan menyebabkan venula konstriksi dan
yang serius biasanya tidak terjadi sebagai dampak langsung dari proses hipertensi
kecuali terdapat oklusi vena atau arteri lokal. Namun, pada beberapa kasus,
komplikasi tetap tidak dapat di hindari walaupun dengan kontrol tekanan darah yang
2,5
baik. Keith Wagener Barker menentukan 5 year survival rate berdasarkan tidak
diberikan terapi medikamentosa yaitu antara lain grade I : 4%, grade II : 20%, grade
kelainan leukosit. Leukemia disebabkan oleh kelainan klonal didapat dari stem cell
leukemia biasanya memiliki gejala klasik berupa kelelahan, demam, dan perdarahan,
Retina dapat diinfiltrasi tidak hanya oleh sel neoplastik, tetapi juga dapat
hematologi yang timbul dari sel myeloid (AML, CML) sel limfoid (ALL, ACL).
dapat muncul dari setiap tahap maturitas sel darah putih, dan dapat terjadi karena
penyusunan ulang DNA dari faktor lingkungan atau dari faktor internal karena
kelainan kromosom.15
Leukemia akut ditandai dengan penggantian sumsum tulang dengan sel darah putih
dengan cepat. Leukemia kronis terjadi dari deregulasi leukosit matur. Leukemia
kronis biasanya berkembang perlahan meskipun dapat berubah menjadi tipe agresif.
AML adalah bentuk leukemia yang paling umum pada orang dewasa, yang
terhitung hampir 40% dari seluruh kasus leukemia. Individu yang terkena sering
paparan petrokimia (bensin), radiasi pengion dan kemoterapi adalah faktor risiko.
Tidak seperti ALL, keterlibatan sistem saraf pusat (SSP) jarang terjadi.15
ALL terjadi dari proliferasi ledakan limfoid yang menyalip sumsum tulang dan
menyebabkan penurunan leukosit matur, sel darah merah, dan trombosit. ALL terjadi
hingga 12% dari kasus leukemia. Pasien dengan ALL hadir dengan gejala
konstitusional seperti demam, menggigil dan penurunan berat badan. ALL juga dapat
menginfiltrasi hati, limpa dan CNS. ALL adalah leukemia paling umum pada anak-
anak. Prognosis untuk pasien dewasa dengan ALL jauh lebih buruk daripada pasien
anak.15
CLL adalah leukemia yang paling umum di Barat dengan sebanyak 27% dari
kasus leukemia. CLL ditandai dengan ekspansi monoclonal limfosit sel B yang
mempermudah pasien terkena infeksi akibat limfosit yang tidak kompeten secara
imunologis. Seringkali, penyakit ini secara tidak sengaja ditemukan dan dapat
CML ditandai oleh proliferasi klonal dari sel stem myeloid, yang mengarah ke
peningkatan sel darah merah dan platelet. CML merupakan 12% dari seluruh kasus
leukemia. CML terjadi akibat translokasi timbal balik dari kromosom Philadelphia.15
Leukemia sering terjadi pada usia kurang dari 5 tahun atau di atas 50 tahun.
Berdasarkan penelitian oleh Koshy et al. pada tahun 2015, keterlibatan retina
sekunder atau tidak langsung adalah perubahan mata yang paling umum pada
leukemia. Keterlibatan okuler lebih sering terlihat pada leukemia akut dan leukemia
signifikan lebih besar dengan manifestasi okular dibandingkan dengan kronis (25%).
Pada kelompok leukemia akut, ada perbedaan yang signifikan antara orang dewasa
hubungan yang lebih signifikan dengan manifestasi okular. Semua infiltrasi leukemia
oleh infiltrasi langsung pada orbit dan jaringan lain (iris, koroid, saraf optik) atau
penyumbatan aliran axoplasmic dalam lapisan serat saraf retina, yang selanjutnya
mungkin terkait dengan iskemia sekunder akibat anemia, penyumbatan langsung oleh
sel leukemia, ataupun oklusi oleh agregat platelet fibrin, atau pengendapan yang
trombositopenia lebih terkait erat dengan leukemia akut, hiperviscositas lebih sering
terjadi pada leukemia kronis. Hal ini dapat terlihat sebagai oklusi vena retina sentral
bilateral.4,16,17
untuk melihat jumlah sel darah putih dan platelet pada pasien.
Jika dicurigai terdapat leukemia, tes yang paling penting adalah hitung darah
setidaknya 20% blast atau lebih terlihat pada apusan darah tepi, hal ini adalah
leukemia akut yang merupakan keadaan gawat darurat dan pasien harus segera
dikirim ke IGD. Namun, jika pemeriksaan darah lengka[ lebih sugestif terhadap
leukemia kronis (tidak ada blast, dominasi limfosit dengan sel yang matur dan
Retinopati leukemia dapat terjadi akibat leukemia bentuk apapun seperti akut
- kronik, limfoid - mieloid, dengan tanda yang khusus seperti vena yang melebar,
berkelok-kelok, dan memberi refleks yang mengkilat sehingga sukar dibedakan arteri
dengan vena, karena arteri bisa memberikan gambaran yang normal. Pada pembuluh
darah vena juga dapat terlihat adanya mikroaneurismata. Kelainan ini disusul
retina pada retinopati leukemia cenderung terjadi paling sering pada kutub posterior,
mungkin pada setiap tingkat retina dan dapat meluas ke ruang subretinal atau
vitreous. Perdarahan retina telah digambarkan sebagai titik dan noda, atau berbentuk
putih ini merupakan akumulasi sel leukemia, atau agregat platelet fibrin.4,16
akibat penimbunan leukosit, dapat terjadi eksudat kecil, mikroaneurisma dan pada
stadium lanjut fundus berwarna pucat dan jingga. Sel darah putih menyebuki retina
subretina dan edema papil. Retinopati ini memberikan gambaran yang sama, baik
pada leukemia mieloid, limfoid dan monositik atau pada bentuk akut dan kronik.4
Pada retina juga dapat terlihat eksudat cotton wool dan waxy hard, yang juga
terjadinya bergantung pada beratnya anemia. Mikroaneurisma dan exudat soft cotton
pada leukemia akut dan biasanya disusul oleh pelebaran arteri retina.4,16
Leukemia akut biasanya hadir dengan perdarahan retina dan pre-retina karena
Gambar 2.27 Funduskopi pada mata kanan (a) dan kiri (b) penderita retinopati
leukemia (CML) dengan infiltrat foveal pada mata kiri.17
retinopati diabetik. Pada retinopati diabetik, didapatkan gula darah yang tidak
terkontrol yaitu > 200 mg/dl. Sedangkan pada retinopati hipertensi, terdapat tekanan
segera rujuk ke ahli hematologi/onkologi untuk evaluasi lebih lanjut dan pengujian
tambahan. Tidak ada perawatan khusus mata untuk leukemia. Dengan diagnosis dini,
tindak lanjut yang tepat, dan manajemen yang cermat dengan prosedur/obat sistemik
dan molekuler yang mendasarinya. Fase induksi mengurangi beban tumor dengan
menginfiltrasi SSP, oleh karena itu profilaksis intratekal sangat penting. Pada fase
hidup. Dalam fase pemeliharaan, kemoterapi dan steroid diberikan untuk membantu
mendasari dan fitur molekuler. Seperti ALL, pengobatan dibagi menjadi fase induksi
dan konsolidasi. Para pasien yang kemungkinan akan menjalani transplantasi sel
induk untuk terapi konsolidasi termasuk mereka yang membawa fitur sitogenetik atau
merupakan pengobatan lini pertama, ada obat oral baru yang ditargetkan termasuk
lebih agresif. Munculnya inhibitor tirosin kinase telah secara dramatis meningkatkan
okular dikaitkan dengan prognosis buruk pada leukemia akut pada anak. Pada
leukemia myelogenous akut (AML) dan leukemia limfositik akut (ALL), keberadaan
lesi spesifik orbital dan okular dikaitkan dengan frekuensi relaps tulang sumsum
tulang yang lebih tinggi dan keterlibatan SSP, menyebabkan ke tingkat kelangsungan
hidup yang lebih rendah. Perkembangan infiltrat leukemia pada pasien dengan
dokter mata memiliki peran sekunder dalam pengobatan leukemia, pengenalan yang
cepat terhadap manifestasi okular sangat penting karena prognosis yang lebih buruk
ekstramedular.5
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
diakibatkan oleh perdarahan, pasokan darah yang tidak adekuat, dan penyumbatan
pada pembuluh darah. Retinopati dapat menyebabkan kerusakan retina yang menetap
Hal ini disebabkan karena insidennya yang cukup tinggi dan prognosisnya yang
kurang baik terutama bagi penglihatan. Ada beberapa jalur yang dihubungkan dengan
Glycation and Advanced glycation End product (AGE), Aktivasi Protein Kinase C
retinopati diabetes.
penderita hipertensi, yaitu orang dengan tekanan diastolik > 90 mmHg dan tekanan
dari berat ringannya tanda – tanda yang terlihat pada retina, yaitu mild, moderate, dan
sehingga gejala penyakit awal sering tidak dirasakan. Penurunan penglihatan atau
penglihatan kabur hanya terjadi pada stadium III atau stadium IV oleh karena
perubahan vaskularisasi akibat hipertensi seperti perdarahan, cotton wool spot, telah
leukemia itu sendiri. Leukemia dapat berkembang dengan cepat (akut) atau lambat
(kronis). Retinopati leukemia dapat terjadi akibat leukemia bentuk apapun dengan
tanda yang khusus seperti vena yang melebar, berkelok-kelok, dan memberi refleks
yang mengkilat sehingga sukar dibedakan arteri dengan vena. Pada pembuluh darah
vena juga dapat terlihat adanya mikroaneurismata. Kelainan ini disusul dengan
edema polus posterior yang mengenai retina dan papil. Leukemia akut biasanya
hadir dengan perdarahan retina dan pre-retina karena pansitopenia, leukemia kronik
hadir dengan retinopati stasis vena karena hiperviskositas. Meskipun dokter mata
terhadap manifestasi okular sangat penting karena prognosis yang lebih buruk terkait
ekstramedular.