Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS

OD CORPUS ALIENUM

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan


Melengkapi Salah Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter

Bagian Ilmu Penyakit Mata


RS Dr. R. Soedjati Purwodadi Grobogan

Disusun oleh :

Muhammad Faiz Haidar Rafi

30101607499

Pembimbing :

dr. Reza Satrio, Sp.M

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
1. LAPORAN KASUS

1.1. IDENTITAS PASIEN


Nama : Tn. H
Usia : 48 Tahun
Alamat : Kranggan 1/1 Krangganharjo Toroh
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Tukang Las
No RM : 505470
Tanggal Pemeriksaan : Senin, 26 Agustus 2019
1.2. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 26 Agustus 2019 di Poli
Mata RSUD Dr. R. Soedjati

Keluhan Utama : Mata kanan nyeri

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke poli mata RSUD Dr. R. Soedjati dengan keluhan mata kanan nyeri sejak 2
hari yang lalu (Sabtu), terasa mengganjal, cekot cekot, dan nerocos. Pasien mengeluh mata berair.
Pandangan pasien tidak kabur atau terganggu. Pasien mengaku terkena baja ringan saat bekerja 2
hari yang lalu. Pasien sudah menggunakan obat tetes mata (Insto) tapi tidak ada perbaikan.

Riwayat Penyakit Dahulu


 Riwayat penyakit hipertensi : ada
 Riwayat penyakit DM : disangkal

 Riwayat penggunaan obat tetes mata steroid : disangkal


 Riwayat trauma pada mata : disangkal
 Riwayat infeksi pada mata : disangkal

Riwayat Keluarga

 Keluhan sakit serupa : disangkal


Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien menggunakan BPJS PBI. Kesan ekonomi cukup.

1.3. PEMERIKSAAN FISIK


1.3.1. STATUS GENERALIS
 Keadaan Umum : Baik
 Kesadaran : Kompos mentis

1.3.2. STATUS OFTALMOLOGIS


 Senin, 26 Agustus 2019

OD OS

KETERANGAN OD OS
1. VISUS
Tajam penglihatan 5/5 5/5
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
Eksoftalmus (-) (-)
Endoftalmus (-) (-)
Strabismus (-) (-)
Gerak bola mata (+) baik kesegala arah (+) baik kesegala arah
SUPRA SILIA Hitam, distribusi merata, tidak Hitam, distribusi merata, tidak
rontok, sekret (-), Simatris. rontok, sekret (-), simetris.
3. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
Edema (-) (-)
Tanda radang (hiperemis) (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (-) (-)
Hordeolum (-) (-)
Kalazion (-) (-)
Massa (-) (-)
Dapat menutup mata (+) (+)
4. KONJUNGTIVA PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
Hiperemis (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
Anemi (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
Kemosis (-) (-)
5. KONJUNGTIVA BULBI
Injeksi konjungtiva (-) (-)
Injeksi perikorneal (+) (-)
Injeksi episklera (-) (-)
Perdarahan subkonjungtiva (-) (-)
Papil (-) (-)
Cobble stone (-) (-)
6. SKLERA
Warna Putih Putih
Ikterik (-) (-)
7. KORNEA
Kejernihan Terdapat serpihan baja ringan Jernih
Sikatrik (-) (-)
Infiltrate (-) (-)
8. BILIK MATA DEPAN
Kejernihan Jernih Jernih
Kedalaman Dalam Dalam
Hifema (-) (-)
Hipopion (-) (-)
9. IRIS
Warna Coklat Coklat
Bentuk Bulat Bulat
Kripte (+) (+)
Sinekia (-) (-)
PUPIL
Letak Sentral Sentral
Bentuk Bulat Bulat
Ukuran 2 mm 2 mm
Reflek cahaya direk (+) (+)
Reflex cahaya indirek (+) (+)
LENSA
Kejernihan Jernih Jernih

FUNDUSKOPI
Refleks fundus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Papil N.II Tidak dilakukan Tidak dilakukan
TENSI OKULI (DIGITAL) Tidak dilakukan Tidak dilakukan
1.4. RESUME

Pasien datang dengan keluhan mata kanan nyeri, berair, cekot cekot, terasa mengganjal,
dan berair. Pasien tidak mengeluhkan mata kabur dan penurunan penglihatan. Keluhan
dirasakan 2 hari yang lalu. Keluhan berawal saat pasien bekerja sebagai tukang las, pasien
tidak menggunakan pelindung mata dan mata pasien terkena serpihan baja ringan. Pasien
saat itu pasien hanya membilas dengan air saja. Keesokan harinya diberi obat tetes (insto)
namun tidak ada perbaikan. riwayat DM (-), riwayat hipertensi (+), riwayat penggunaan
steroid tetes (-), riwayat trauma (+)

1.5. DIAGNOSA BANDING & DIAGNOSA KERJA


DX BANDING:
OD Keratitis
OD Konjungtivitis
DX KERJA
OD Corpus Alienum
1.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Non contact tonometry (NCT) :
OD : mmHg
OS : mmHg
1.7. TERAPI
 Ekstraksi corpus alienum
Pantokain 2%
Spuit 1 cc
Spekulum mata
Cotton bud
 Bebat mata
Kassa dan plester
 Tetes mata antibiotik
Gentamycin
1.8. EDUKASI
 Memberi penjelasan kepada pasien bahwa mata kanan tidak boleh dikucek
 Memberi edukasi pada pasien untuk rutin menggunakan obat yang diberikan dan
memeriksakan mata
 Kontrol kembali untuk mengetahui adakah komplikasi
 Memberi penjelasan kepada pasien untuk selalu menggunakan pelindung mata saat
bekerja
1.9. PROGNOSA

Quo Ad Vitam Ad bonam

Quo Ad Functionam Dubia ad bonam

Quo Ad Sanationam dubia ad bonam


KORNEA
1.1. Anatomi dan Histologi Kornea

Gambar 1

Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput mata yang
tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri atas 5
lapis1,3 :

1. Epitel
Epitel kornea merupakan lapis paling luar kornea dengan tebal 50 µm dan berbentuk epitel gepeng
berlapis tanpa tanduk.Bagian terbesar ujung saraf kornea berakhir pada epitel ini.Setiap gangguan epitel
akan memberikan gangguan sensibilitas kornea berupa rasa sakit atau mengganjal. Daya regenerasi
epitel cukup besar, sehingga apabila terjadi kerusakan akan diperbaiki dalam beberapa hari tanpa
membentuk jaringan parut.
2. Membran Bowman
Membran bowman yang terletak di bawah epitel merupakan suatu membrane tipis yang homogen
terdiri atas susunan serat kolagen kuat yang mempertahankan bentuk kornea. Bila terjadi kerusakan
pada membrane bowman maka akan berakhir dengan terbentuknya jaringan parut.
3. Stroma
Merupakan lapisan yang paling tebal dari kornea dan terdiri atas jaringan kolagen yang tersusun
dalam lamel-lamel dan berjalan sejajar dengan permukaan kornea.Di antara serat-serat kolagen ini
terdapat matriks. Stroma bersifat higroskopis yang menarik air dari bilik mata depan. Kadar air di dalam
stroma kurang lebih 70%.Kadar air dalam stroma relative tetap yang diatur oleh fungsi pompa sel
endotel dan penguapan oleh epitel. Apabila fungsi sel endotel kurang baik maka akan terjadi kelebihan
kadar air, sehingga timbul sembab kornea (edema kornea). Serat di dalam stroma demikian teratur
sehingga memberikan gambaran kornea yang transparan atau jernih. Bila terjadi gangguan dari susunan
serat di dalam stroma seperti edema kornea dan sikatriks kornea akan mengakibatkan sinar yang melalui
kornea terpecah dan kornea terlihat keruh.

Gambar 2
4. Membran Descement
Merupakan suatu lapisan tipis yang bersifat kenyal, kuat, tidak berstruktur dan bening, terletak di
bawah stroma.Lapisan ini merupakan pelindung atau barrier infeksi dan masuknya pembuluh darah.

5. Endotel
Terdiri atas satu lapis sel yang merupakan jaringan terpenting untuk mempertahankan kejernihan
kornea.Sel endotel adalah sel yang mengatur cairan di dalam stroma kornea. Endotel tidak mempunyai
daya regenerasi sehingga bila terjadi kerusakan, endotel tidak akan normal lagi. Endotel dapat rusak
atau terganggu fungsinya akibat trauma bedah, penyakit intraocular.Usia lanjut akan mengakibatkan
jumlah endotel berkurang.Kornea tidak mengandung pembuluh darah, jernih dan bening, selain sebagai
dinding, juga berfugsi sebagai media penglihatan. Dipersarafi oleh nervus V1,3.

1.2. Fisiologi kornea


Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui berkas cahaya menuju
retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskuler dan deturgesensi.
Deturgesensi atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat
aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel.Dalam mekanisme dehidrasi ini, endotel
jauh lebih penting daripada epitel, dan kerusakan kimiawi atau fisis pada endotel berdampak jauh lebih
parah daripada kerusakan pada epitel.Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan
hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea
lokal sesaat yang akan meghilang bila sel-sel epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air
mata prekorneal menghasilkan hipertonisitas ringan lapisan air mata tersebut, yang mungkin merupakan
faktor lain dalam menarik air dari stroma kornea superfisial dan membantu mempertahankan keadaan
dehidrasi3.
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan
pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan tidak ada
pembuluh darah.Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea.Perubahan dalam
bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina.Oleh
karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat
terutama bila letaknya di daerah pupil3.

2. CORPUS ALIENUM
2.1. Definisi
Corpus alienum adalah benda asing, merupakan salah satu penyebab terjadinya cedera mata, sering
mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva.Meskipun kebanyakan bersifat ringan, beberapa cedera bisa
berakibat serius. Apabila suatu corpus alienum masuk ke dalam bola mata maka akan terjadi reaksi
infeksi yang hebat serta timbul kerusakan dari isi bola mata. Oleh karena itu, perlu cepat mengenali
benda tersebut dan menentukan lokasinya di dalam bola mata untuk kemudian mengeluarkannya2,4.
Benda yang masuk ke dalam bola mata dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu4 :
1) Benda logam, seperti emas, perak, platina, timah, besi tembaga
2) Benda bukan logam, seperti batu, kaca, bahan pakaian
3) Benda inert, adalah benda yang terbuat dari bahan-bahan yang tidak menimbulkan reaksi
jaringan mata, jika terjadi reaksinya hanya ringan dan tidak mengganggu fungsi mata. Contoh
: emas, platina, batu, kaca, dan porselin
4) Benda reaktif, terdiri dari benda-benda yang dapat menimbulkan reaksi jaringan mata sehingga
mengganggu fungsi mata. Contoh : timah hitam, seng, nikel, alumunium, tembaga

Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam bola mata tergantung dari4 :

a. Besarnya corpus alienum,


b. Kecepatan masuknya,
c. Ada atau tidaknya proses infeksi,
d. Jenis bendanya.
2.2. Patofisiologi
Benda asing di kornea secara umum masuk ke kategori trauma mata ringan. Benda asing dapat
bersarang (menetap) di epitel kornea atau stroma bila benda asing tersebut diproyeksikan ke arah mata
dengan kekuatan yang besar.4
Benda asing dapat merangsang timbulnya reaksi inflamasi, mengakibatkan dilatasi pembuluh darah
dan kemudian menyebabkan udem pada kelopak mata, konjungtiva dan kornea. Sel darah putih juga
dilepaskan, mengakibatkan reaksi pada kamera okuli anterior dan terdapat infiltrate kornea. Jika tidak
dihilangkan, benda asing dapat menyebabkan infeksi dan nekrosis jaringan.4

2.3. Penyebab
Penyebab cedera mata pada pemukaan mata adalah4 :
a. Percikan kaca, besi, keramik
b. Partikel yang terbawa angin
c. Ranting pohon
d. Dan sebagainya

2.4. Gambaran Klinik


Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri, sensasi benda asing, fotofobia, mata merah dan mata berair
banyak. Dalam pemeriksaan oftalmologi, ditemukan visus normal atau menurun, adanya injeksi
konjungtiva atau injeksi silar, terdapat benda asing pada bola mata, fluorescein (+)3,4.

2.5. Diagnosis
Diagnosis corpus alienum dapat ditegakkan dengan4 :
1) Anamnesis kejadian trauma
2) Pemeriksaan tajam penglihatan kedua mata
3) Pemeriksaan dengan oftalmoskop
4) Pemeriksaan keadaan mata yang terkena trauma
5) Bila ada perforasi, maka dilakukan pemeriksaan x-ray orbita

2.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaannya adalah dengan mengeluarkan benda asing tersebut dari bola mata.Bila lokasi
corpus alienum berada di palpebra dan konjungtiva, kornea maka dengan mudah dapat dilepaskan
setelah pemberian anatesi lokal.Untuk mengeluarkannya, diperlukan kapas lidi atau jarum suntik
tumpul atau tajam.Arah pengambilan, dari tengah ke tepi. Bila benda bersifat magnetik, maka dapat
dikeluarkan dengan magnet portable. Kemudian diberi antibiotik lokal, siklopegik, dan mata dibebat
dengan kassa steril dan diperban3.
Pecahan besi yang terletak di iris, dapat dikeluarkan dengan dibuat insisi di limbus, melalui insisi
tersebut ujung dari magnit dimasukkan untuk menarik benda asing, bila tidak berhasil dapat dilakukan
iridektomi dari iris yang mengandung benda asing tersebut3.
Pecahan besi yang terletak di dalam bilik mata depan dapat dikeluarkan dengan magnit sama seperti
pada iris. Bila letaknya di lensa juga dapat ditarik dengan magnit, sesudah insisi pada limbus kornea,
jika tidak berhasil dapat dilakukan pengeluaran lensa dengan ekstraksi linier untuk usia muda dan
ekstraksi ekstrakapsuler atau intrakapsuler untuk usia yang tua2,3.
Bila letak corpus alienum berada di dalam badan kaca dapat dikeluarkan dengan giant magnit setelah
insisi dari sklera.Bila tidak berhasil, dapat dilakukan dengan operasi vitrektomi3.

2.7. Pencegahan
Pencegahan agar tidak masuknya benda asing ke dalam mata, baik dalam bekerja atau berkendara,
maka perlu menggunakan kaca mata pelindung4.

2.8. Komplikasi
Komplikasi terjadi tergantung dari jumlah, ukuran, posisi, kedalaman, dan efek dari corpus alienum
tersebut. Jika ukurannya besar, terletak di bagian sentral dimana fokus cahaya pada kornea dijatuhkan,
maka akan dapat mempengaruhi visus. Reaksi inflamasi juga bisa terjadi jika corpus alienum yang
mengenai kornea merupakan benda inert dan reaktif. Sikatrik maupun perdarahan juga bisa timbul jika
menembus cukup dalam2,3,4.
Bila ukuran corpus alienum tidak besar, dapat diambil dan reaksi sekunder seperti inflamasi
ditangani secepatnya, serta tidak menimbulkan sikatrik pada media refraksi yang berarti, prognosis bagi
pasien adalah baik2,3,4.
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Ophtalmology. American Academic of Ophtalmology. San
Francisco, 2008.
2. American Academy Of Ophthalmology: Fundamental and Principles of
Ophthalmology in Basic and Clinical Science Course, Section 2, 2003-2004.
3. Riordan-eva P. 2018. Cunningham E. Vaughan & Asbury general ophthalmology.
189h ed. McGraw-Hill Professional.
4. Ilyas, S dan Yulianti, S. Ilmu Penyakit Mata. 2013. Badan Penerbit FKUI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai