Anda di halaman 1dari 16

Case Report Session

GLAUKOMA SEKUNDER

Oleh :

Satrina Yunita Putri : 191007073608803148

Pembimbing :
dr. Romi Yusardi, Sp.M

SMFMATA
RSUD Dr. ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan kasus ini dengan judul
“Glaukoma” yang merupakan salah satu tugas kepaniteraan klinik dari bagian mata.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada dr. Romi
Yusardi,Sp.M selaku pembimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan
kasus ini tepat waktu demi memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Senior.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari kata sempurna,
karena itu penulis mengharapkan masukan dan saran dari pembaca untuk penyempurnaan
laporan kasu sini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Bukittinggi, 30 Juli 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 LatarBelakang....................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan...................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................3


2.1 Definisi...................................................................................................3
2.2 Fisiologi Humor Aquos..........................................................................3
2.3 Patofisiologi..........................................................................................4
2.4 Klasifikasi.............................................................................................4
2.5 Gejala Klinik.........................................................................................6
2.6 Pemeriksaan...........................................................................................6
2.7 Penatalaksanaan.....................................................................................7
2.8 Diagnosis Banding.................................................................................11
2.9 Komplikasi.............................................................................................12
3.0 Prognosis................................................................................................12
BAB III LAPORAN KASUS..............................................................................13
BAB IV PENUTUP..............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................17

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Glaukoma merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena pencekungan
papil saraf optik yang ditandai dengan meningkatnya tekanan intraokular (TIO) dan disertai
dengan penyempitan lapangan pandang. Tekanan intraokular adalah tekanan yang dihasilkan
oleh isi bola mata terhadap dinding bola mata.1

Mekanisme peningkatan tekanan intraokular pada glaukoma adalah gangguan aliran


keluar aqueous humour akibat kelainan sistem drainase sudut balik mata depan (glaukoma
sudut terbuka), gangguan akses aqueous humour ke sistem drainase (glaukoma sudut
tertutup) tekanan intraokular diturunkan dengan cara mengurangi produksi aqueous humor
atau dengan meningkatkan aliran keluarnya mengunakan obat, laser, pembedahan . Satu-
satunya faktor risiko glaukoma yang dapat dikontrol dengan obat-obatan maupun
pembedahan adalah tekanan intraokular (TIO) .2

Hampir 60 juta orang di dunia menderita glaukoma. Diperkirakan 3 juta penduduk


amerika serikat terkena glaukoma, diantara kasus tersebut sekitar 50% tidak terdiagnosis.
Sekitar 6 juta orang mengalami kebutaan akibat glaukoma, termasuk 100.000 Penduduk
amerika menjadikan penyakit glaucoma sebagai penyebab utama kebutaan yang dapat
dicegah, setengah populasi dari penderita glaukoma tidak menyadari glaukoma merupakan
penyebab utama penurunan ketajaman penglihatan dan kebutaan.2

Kebutaan akibat Glaukoma disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan faktor risiko.
Sehingga berpengaruh terhadap kualitas hidup seperti berjalan, berkendara, berpergian,
membaca, dan pada Lansia terjadi peningkatan gangguan psikologi, depresi, ketakutan,
penarikan diri dari lingkungan sosial.2

1.2 Tujuan Penulisan


1. Mampu mengerti dan Memahami tentang Glaukoma
2. Melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Rumah Sakit Achmad
Mochtar Bukittinggi Tahun 2020
3. Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Bagian Mata Rumah
Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2020

i
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Glaukoma adalah suatu neuropati optic (kerusakan saraf mata) disebabkan oleh
tekanan intraokular (TIO) yang tinggi dan ditandai dengan penyempitan lapangan pandang
dan berkurangnya serabut saraf optik. Tekanan intraokular ditentukan oleh
kecepatanpembentukan humour aqueos dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata,
tekanan intraokular diangap normal bila <20mmhg pada pemeriksaan dengan Tonometer1

2.2 Etiologi
Glaucoma terjadi karena peningkatan tekanan intraokular yang menyebabkan
bertambahnya produksi humor aqueous oleh badan silier ataupun berkurangnya pengeluaran
humour aqueous didaerah sudut bilik mata atau dicelah pupil, tekanan intraokular adalah
keseimbangan antara produksi humour aqueous, hambatan terhadap aliran aqueous dan
tekanan vena episklera. Ketidak seimbangan antara ketigahal tersebut dapat menyebabkan
peningkatan tekanan intraokular. Peningkatan intraokular akan mendorong perbatasan antara
nervus optikus dan retina dibagian belakang mata akibatnya pasokan darah ke nervus optikus
mengalami kemunduran maka akan terbentuk bintik buta pada lapangan pandang mata, jika
tidak diobati glaukoma akan menyebabkan kebutaan 3

i
2.3 Patofisiologi Glaukoma
Penurunan penglihatan pada glaukoma terjadi karena adanya apoptosis sel ganglion
retina yang menyebabkan penipisan lapisan serat saraf dan lapisan inti dalam retina serta
berkurangnya akson di nervus optikus. Diskus optikus menjadi atrofi disertai pembesaran
cawan optik.Kerusakan saraf dapat dipengaruhi oleh peningkatan tekanan intraokuler.
Semakin tinggi tekanan intraokuler semakin besar kerusakan saraf pada bola mata. Pada bola
mata normal tekanan intraokuler memiliki kisaran 10-22 mmHg. Tekanan intraokuler pada
glaukoma sudut tertutup akut dapat mencapai 60-80 mmHg, sehingga dapat menimbulkan
kerusakan iskemik akut pada iris yang disertai dengan edema kornea dan kerusakan nervus
optikus.3

2.4 Klasifikasi Glaukoma


2.4.1 Glaukoma Primer
Pada glaukoma primer, penyebab timbulnya glaukoma tidak diketahui. Glaukoma
primer dibagi atas 2 bentuk yaitu glaukoma sudut tertutup atau glaukoma sudut sempit dan
glaukoma sudut terbuka, yang disebut juga sebagai glaukoma simpleks atau glaukoma
kronik.4
2.4.2 Glaukoma Sudut Terbuka Primer
Merupakan sebagian besar dari glaukoma (90-95%), yang meliputi kedua mata.
Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena
humor aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh
perubahan degenartif jaringan trabekular, saluran schleem, dan saluran saluran yang
berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan
diagnosa dengan peningkatan tekanan intra okular dan sudut ruang anterior normal.
Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata timbul.4
2.4.3 Glaukoma primer sudut tertutup
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris
terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous
mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan
vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua.
Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri
mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan
dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat.4

i
2.4.4 Glaukoma sekunder
Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang terjadi akibat penyakit mata yang lain
atau penyakit sistemik yang menyertainya, seperti :

a. Akibat perubahan lensa (dislokasi lensa, intumesensi lensa, glaukoma fakolitik  dan
fakotoksik pada katarak, glaukoma kapsularis / sindrom eksfoliasi).

b. Akibat perubahan uvea (uveitis anterior, tumor, rubeosis iridis)

c. Akibat trauma (hifema, kontusio bulbi, robeknya kornea atau limbus yang disertai prolaps
iris)

d. Akibat post operasi (pertumbuhan epitel konjungtiva, gagalnya pembentukan bilik mata
depan post-operasi katarak, blok pupil post operasi katarak).

e. Akibat pemakaian kortikosteroid sistemik atau topikal dalam jangka waktu yang lama.4

2.4.5 Glaukoma kongenital


Glaukoma yang ditemukan sejak dilahirkan, dan biasanya disebabkan oleh sistem
saluran pembuangan di dalam mata tidak berfungsi dengan baik sehingga menyebabkan
pembesaran bola mata yang disebut sebagai buftalmos. Gejala-gejala glaukoma kongenital
biasanya sudah dapat terlihta pada bulan pertama atau sebelum berumur 1 tahun. Kelainan
pada glaukoma kongenital terdapat pada kedua mata. Rasa silau dan sakit akan terlihat pada
bayi yang menderita glaukoma kongenital, hal ini terlihat pada suatu sikap seakan-akan ingin
menghindari sinar sehingga bayi tersebut akan selalu menyembunyikan kepala dan matanya.4

2.4.6 Glaukoma absolut


Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan
total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut
kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata
keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan
penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada
iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik.
Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol
retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan
memberikan rasa sakit.4

2.5 Gejala

i
-Sakit kepala ringan

-Sakit mata dengan penglihatan kabur

-Kehilangan bidang pandangan perifer.

-Gejala ini apabila diabaikan hingga pasien merasakan kehilangan pandangan tingkat berat,
yang mempengaruhi penglihatan pusat dan menandakan penyakit glaukoma stadium akhir,
glaukoma akut ditandai dengan mata merah yang tiba-tiba terasa sakit,penglihatan kabur,
5
sakit kepala parah, mual dan muntah

2.6 Pemeriksaan Glaukoma


2.6.1 Tonometri
Tonometri merupakan suatu pengukuran tekanan intraokuler menggunakan alat
berupa tonometer Goldman. Faktor yang dapat mempengaruhi biasnya penilaian tergantung
pada ketebalan kornea masing-masing individu. Semakin tebal kornea pasien maka tekanan
intraokuler yang di hasilkan cenderung tinggi, begitu pula sebaliknya, semakin tipis kornea
pasien tekanan intraokuler bola mata juga rendah.6
2.6.2 Oftalmoskopi
Oftalmoskopi yaitu pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan saraf optik
berdasarkan penilaian bentuk saraf opti. Rasio cekungan diskus digunakan untuk mencatat
ukuran diskus oticus pada penderita glaukoma. Apabila terdapat peninggian TIO yang
signifikan, rasio C/D yang lebih besar dari 0,5 atau adanya asimetris yang bermakna antara
kedua mata, mengidentifikasikan adanya atropi glaukomatosa.6
2.6.3 Perimetri
Alat ini berguna untuk melihat adanya kelainan lapang pandangan yang disebabkan
oleh kerusakan saraf optik. Beberapa perimetri yang digunakan antara lain :
a. Perimetri manual: Perimeter Lister, Tangent screen, Perimeter Goldmann
b. Perimetri otomatis
c. Perimeter Oktopus.6
2.6.4 Gonioskopi
Gonioskopi merupakan pemeriksaan dengan alat yang menggunakan lensa khusus
untuk melihat aliran keluarnya humor aquos. Fungsi dari gonioskopi secara diagnostik dapat
membantu mengidentifikasi sudut yang abnormal dan menilai lebar sudut kamera okuli
anterior.6
2.6.5 Biometri

i
Untuk menentukan kondisi segmen anterior mata, dengan pemeriksaan ini dapat
ditentukan apakah glaukomanya merupakan glaukoma primer atau sekunder.6

2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Terapi Medikamentosa
a. Supresi Pembentukan Humor Aqueus
1) Karbonik anhidrase inhibitor Asetazolamid, merupakan pilihan yang tepat untuk
pengobatan darurat pada glaukoma akut. Efeknya dapat menurunkan tekanan dengan
menghambat produksi humour akuos, sehingga sangat berguna untuk menurunkan tekanan
intraokular secara cepat. Asetazolamid dengan dosis inisial 2x250 mg oral, dapat diberikan
kepada pasien yang memiliki fungsi ginjal normal dan tidak terdapat kelainan lambung.
2) Beta bloker Merupakan terapi tambahan yang efektif untuk menangani serangan sudut
tertutup. Beta bloker dapat menurunkan tekanan intraokular dengan cara mengurangi
produksi humor akuos. Beta bloker tetes mata nonselektif sebagai inisial terapi dapat
diberikan 2 kali dengan interval setiap 20 menit dan dapat diulang dalam 4, 8, dan 12 jam
kemudian.
3) Agen osmotic efektif untuk menurunkan tekanan intra okular dengan cepat,
pemberiannya dianjurkan kepada pasien yang tidak mengalami emesis. ▪ Gliserin, dosis
efektif 1 - 1,5 gr/kg BB dalam 50% cairan. Dapat menurunkan tekanan intraokular dalam
waktu 30-90 menit setelah pemberian, dan durasi efek selama 5 - 6 jam.7

2.7.2 Tindakan Operatif


a. Laser iridektomi
Iridektomi diindikasikan pada keadaan glaukoma sudut tertutup. Laser iridotomy
melibatkan pembuatan suatu lubang pada bagian mata yang berwarna (iris) untuk
mengizinkan cairan mengalir secara normal pada mata dengan sudut sempit atau tertutup.7
b. Laser trabeculoplasty
Adalah suatu prosedur laser dilaksanakan hanya pada penderita glaukoma dengan
sudut terbuka (open angles). Laser trabeculoplasty tidak menyembuhkan glaukoma, namun
sering dilakukan daripada meningkatkan jumlah obat-obat tetes mata yang berbeda-beda.
Pada beberapa kasus, digunakan sebagai terapi permulaan atau terapi utama untuk open-
angle glaukoma. Prosedur ini adalah metode yang cepat, tidak sakit, dan relatif aman untuk
menurunkan tekanan intraocular. Dengan mata yang dibius dengan obat tetes bius, perawatan

i
laser dilaksanakan melalui lens kontak yang berkaca pada sudut mata (angle of the eye).
Microscopic laser yang membakar sudut
mengizinkan cairan keluar lebih leluasa dari kanal-kanal pengaliran.6
c. Trabeculectomy
Adalah suatu prosedur operasi mikro yang sulit digunakan untuk merawat glaukoma.
Pada operasi ini, suatu potongan kecil dari trabecular meshwork yang tersumbat dihilangkan
untuk menciptakan suatu pembukaan dan suatu jalan kecil penyaringan yang baru dibuat
untuk cairan keluar dari mata. Untk jalan-jalan kecil baru, penyaringan kecil diciptakan dari
jaringan conjunctiva (conjunctival tissue). Conjunctiva adalah penutup bening diatas putih
mata.7
2.8 Diagnosis Banding

1. Hipertensiokular
Pasien dengan hipertensi ocular memperlihatkan peningkatan tekanan intraocular
secara significan dalam beberapa tahun tanpa memperlihatkan tanda-tanda adanya kerusakan
nervus optic ataupun gangguan lapangan pandang. Diagnosis ini secara umum ditegakkan
jika didapatkan kenaikan TIO di atas 21 mmHg sesuai dengan rata-rata TIO dalam populasi.
Beberapa dari pasien ini akan menunjukan peningkatan tekanan intraocular tanpa lesi
glaukoma, tetapi beberapa dari mereka akan menderita glaucoma sudut terbuka.3
2. Glaukomatekanan normal (tekanan rendah)
Pasien dengan glaucoma tekanan rendah memperlihatkan peningkatan perubahan
glaukomatosa pada diskus optic dan defek lapangan pandang tanpa peningkatan tekanan
intraokular. Kamal dan Hitchings menetapkan beberapa kriteria yaitu:
 Tekanan intraocular rata-rata adalah 21 mmHg dan tidak pernah melebihi 24
mmHg.
 Pada pemeriksaan gonioskopi didapatkan sudut bilik mata depan terbuka.
 Gambaran kerusakan diskus optikus dengan cupping glaumatosa yang disertai
defek lapangan pandang.
 Kerusakan glaumatosa yang progressive.
Pasien-pasien ini susah diterapi karena penanganan terapinya tidak berfokus pada control
tekanan intraokular.3

2.9 Komplikasi

i
Kontrol tekanan intraokular yang jelek akan menyebabkan semakin rusaknya nervus
optic dan semakin menurunnya visus sampai terjadi kebutaan.3

3.0 Prognosis
Apabila terdeteksi dini, sebagian besar pasien glaucoma dapat ditangani dengan baik
secara medis. Tanpa pengobatan, glaucoma dapat berkembang secara perlahan sehingga
akhirnya menimbulkan kebutaan total. Apabila obat tetes antiglaukoma dapat mengontrol
tekanan intaokular pada mata yang belum mengalami kerusakan glaumatosa luas, prognosis
akan baik (walaupun penurunan lapangan pandang dapat terus berlanjut).3

BAB III

i
LAPORAN KASUS

3.1 IdentitasPasien
Nama : Tn.E

Usia : 59 tahun

JenisKelamin : Laki-Laki

3.2 Anamnesis
Keluhan utama : Pandangan kabur pada mata kanan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluhkan mata perih ketika terkena cahaya matahari. Mata merah (-), air mata
berlebih (-), kotoran mata berlebih (-), gatal (-), nyeri (-).
Riwayat penyakit dahulu :
- Diabetes
- Hipertensi
Riwayat penyakit keluarga
- Tidak ada
Riwayat pemakaian kaca mata
- Memakai kaca mata 2 bulan yang lalu
Riwayat pengobatan
- Pernah beli obat diapotik dengan resep dokter
3.3 Status Generalisata
Kesadaran : Composmentis cooperative
Tekanan darah: Tidak dilakukan pemeriksaan
Nadi : Tidak dilakukan pemeriksaan

3.4 Status Oftalmologis


OD OS

i
Palpebra superior Edema (-) hiperemis (-)
Edema (-)hiperemis (-)
Palpebra inferior Edema (-) hiperemis (-) Edema (-) hiperemi (-)
Konjungtiva Hiperemi (+) Hiperemis(-)
Kornea Jernih, sikatrik (-) ulkus Jernih, sikatrik (-)
(-) ulkus (-)
Iris Coklat Coklat
Pupil Bulat Bulat
Lensa Keruh Keruh
Kedudukan bola mata Normal Normal

Visus
OD : 20/150
OS : 20/30 F1

Tonometri

OD : 42 mmHg

OS : 19 mmHg

2.6 Diagnosis
- Glaukoma Sekunder OD

3.6 Medikamentosa
3.7 Prognosis
- Quo ad vitam : Bonam
- Quo ad functionam : Dubai et Bonam
- Quo ad sanam : Dubia et Malam
- Quo ad cosmesticam : Dubia et bonam

i
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Glaukoma merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena pencekungan papil


saraf optik yang ditandai dengan meningkatnya tekanan intraokular (TIO) dan disertai dengan
penyempitan lapangan pandang. Peningkatan intraokular akan mendorong perbatasan antara
nervus optikus dan retina dibagian belakang mata akibatnya pasokan darah ke nervus optikus

i
mengalami kemunduran maka akan terbentuk bintik buta pada lapangan pandang mata, jika
tidak diobati glaukoma akan menyebabkan kebutaan.

Daftar pustaka
1. Sinta.Definisi Glaucoma fakultas kedokteran universitas undayana,http://sinta.unud.ac.id
2. Asbury, Vaughan. Glaukoma. Dalam: Oftalmologi Umum. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran ECG; 2010.

3. James B, Chew C. Bron A lecture Notes ofthalmologi ed9.Jakarta EMS.2005

i
4. Ilyas, S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata Edisi Kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2003.

5. Khaw T, Shah P. ABC of Eyes 4 th Edition. London: BMJ Publishing Group; 2005. 52-59.

6. Kanski JJ. Clinical Ophthalmology 3th Ed. Oxford: Butterworth-Heinermann 1994. 234-
248.

7. Suryaningrum R. Gusti Ayu I. PENATALAKSANAAN GLAUKOMA AKUT


Bagian/SMF IK Mata FK Universitas Udayana, RSUP Sanglah Denpasar.2019

Anda mungkin juga menyukai