HIFEMA
Disusun oleh :
Hendy Pratamaputra
22010114210158
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trauma okuli merupakan trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang
dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan
rongga orbita, kerusakan ini akan memebrikan penyulit sehingga mengganggu
fungsi mata sebagai indra penglihat. Trauma okuli merupakan salah satu penyebab
yang sering menyebabkan kebutaan unilateral pada anak dan dewasa muda,
karena kelompok usia inilah yang sering mengalami trauma okuli yang parah.
Dewasa muda merupakan kelompok yang paling sering mengalami trauma okuli.
Penyebabnya dapat bermacam-macam, diantaranya kecelakaan di rumah,
kekerasan, ledakan, cedera olahraga dan kecelakaan lalu lintas.1,3
Prevalensi kebutaan akibat trauma okuli secara nasional belum diketahui
dengan pasti, namun pda Survey Kesehatan Penglihatan dan Pendengaran pada
tahun 1993-1996 didapatkan bahwa trauma okuli dimasukkan ke dalam penyebab
kebutaan lain-lain sebesar 0,15% dari jumlah total kebutaan nasional yang
berkisar 1,5%. 2
Secara umum trauma okuli dibagi menjadi dua yaitu trauma okuli perforans
dan trauma okuli non perforans. Sedangkan klasifikasi trauma okuli berdasarkan
mekanisme trauma terbagi atas trauma mekanik (trauma tumpul dan trauma
tajam), trauma radiasi (sinar inframerah,sinar ultraviolet dan sinar X) dan trauma
kimia (bahan asam dan basa). Trauma okuli merupakan kedaruratan mutlak di
bidang ocular emergency. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat trauma
okuli adalah erosi kornea, iridoplegia, hifema, iridosiklitis, subluksasi lensa,
luksasi lensa anterior, luksasi lensa posterior, edema reina dan koroid, ablasi
retina, ruptur koroid, serta avulsi papil saraf optik.3,4
Hifema merupakan keadaan dimana terjadi perdarahan pada bilik mata
depan dapat terjadi akibat trauma tumpul pada mata. Darah ini berasal dari iris
atau badan siliar yang robek. Hifema disebabkan oleh robekan pada segmen
anterior bola mata yang kemudian dengan cepat akan berhenti dan darah akan
diabsorbsi dengan cepat. Hal ini disebut hifema primer. Apabila karena suatu
sebab misalnya adanya gerakan badan yang berlebihan, maka akan timbul
perdarahan sekunder atau hifema sekunder yang pengaruhnya akan lebih hebat
karena perdarahan lebih sukar hilang.3
Adanya hifema memiliki beberapa konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan
intraokuler, kornea terkena darah, pembentukan sinekia posterior atau anterior,
dan katarak. Oleh karena hifema dapat menyebabnka penurunan penglihatan yang
signifikan maka setiap dokter harus memperhatikan diagnosis, evaluasi dan
tatalaksana yang tepat bagi hifema untuk mencegah komplikasi yang lebih
serius.1,4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi Mata
Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oelh tiga
lapisa. Dari luar ke dalam, lapisan-lapisan tersebut adalah; (1) sklera/kornea, (2)
koroid/badan siliar/iris, dan (3) retina. Sebagian besar mata dilapisi oleh jaringan
ikat yang protektif dan kuat disebelah luar, sklera yang membentuk bagian putih
mata.2,8
menonjol
ke
dalam
bola
mata
oleh
perbesaran
cavum
vena di dalam jaringan sclera dan episklera dan vena siliaris anterior di
badan siliar.
pasien
akan
sangat
menurun.
Kadang-kadang
terlihat
iridoplegia dan iridodialisis. Pasien akan mengeluh sakit disertai epifora dan
blefarospasme.1,4
Gaya-gaya kontusif sering merobek pembuluh darah iris dan merusak
sudaut bilik mata depan. Darah di dalam aqueous dapat membentuk suatu lapisan
yang dapat terlihat (hifema). Galukoma akut terjadi bila anyaman trabekular
tersumbat oleh fibrin dan sel atau bila pembentukan bekuan darah menimbulkan
blokade pupil.7
2.3. Etiologi3,4,8
Hifema biasanya disebabkan oleh trauma tumpul pada mata seperti terkena
bola, batu, peluru senapan angin dan lain-lain. Selain itu, hifema juga dapat terjadi
karena kesalahan prosedur operasi mata. Keadaan lain yang dapat menyebabkan
hifema namun jarang terjadi adalah adanya tumor mata (mis: retinoblastoma), dan
kelainan pembuluh darah (mis: juvenile xanthogranuloma).
Hifema yang terjadi karena trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan oleh
kerusakan jaringan bagian dalam bola mata, misalnya terjadi robekan-robekan
jaringan iris, korpus siliaris dan koroid. Jaringan tersebut mengandung banyak
pembuluh darah, sehingga akan menimbulkan perdarahan. Perdarahan yang
timbul dapat berasal dari kumpulan arteri utama dan cabang dari badan ciliar,
arteri koroid, vena badan siliar, pembuluh darah iris pada sisi pupil. Perdarahan di
dalam bola mata yang berada di COA akan tampak dari luar. Timbunan darah ini
karena gaya berat akan berada di bagian terendah.
2.4. Klasifikasi1,8
a) Berdasarkan penyebab hifema dibagi menjadi:
1. hifema traumatika adalah perdarahan pada bilik mata depan yang
disebabkan pecahnya pembuluh darah iris dan badan siliar akibat
trauma pada segmen anterior bola mata.
2. Hifema akibat tindakan medis (misalnya kesalahan prosedur operasi
mata)
3. Hifema akibat inflamasi yang parah pada iris dan badan siliar,
sehingga pembuluh darah pecah.
4. Hifema akibat kelainan sel darah merah atau pembuluh darah (mis:
juvenile xanthogranuloma)
5. Hifema akibat neoplasma (mis: retinoblastoma)
b) Berdasarkan waktu terjadinya, hifema dibagi atas 2, yaitu;
1.
2.
2.5. Patofisiologi1,3,4
Trauma tumpul menyebabkan kompresi bola mata, disertai peregangan
limbus, dan perubahan dari iris atau lensa. Hal ini dapat meningkatkan tekanan
intraokuler secara akut dan berhubungan dengan kerusakan jaringan pada bilik
mata. Perdarahan biasanya terjadi karena adanya robekan pembuluh darah, antara
lain arteri-arteri utama dan cabang dari badan siliar, arteri koroidalis, dan venavena badan siliar.
Penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari COA dala bentuk sel
darah merah melalui sudut COA menuju kanal schlemm sedangkan sisanya akan
diabsorbsi melalui permukaan iris. Penyerapan pada iris dipercepat dengan adanya
enzim fibrinolitik di daerah ini. Sebagian hifema dikeluarkan setelah terurai dalam
bentuk hemosiderin. Bila terdapat penumpukan dari hemosiderin ini, dapat masuk
ke dalam lapisan kornea, menyebabkan kornea menjadi berwarna kuning dan
disebut hemosiderosis atau imbibisi kornea, yang hanya dapat ditolong dengan
keratoplasti. Imbibisi kornea dapat dipercepat terjadinya oleh hifema yang penuh
disertai glaukoma.
Adanya darah pada bilik mata depan memiliki beberapa temuan klinis yang
berhubungan. Resesi sudut mata dapat ditemukan setelah trauma tumpul mata.
Hal ini menunjukkan terpisahnya serat longitudinal dan sirkular dari otot siliar.
Resesi sudut mata dapat terjadi pada 85% pasien hifema dan berkaitan dengan
timbulnya galukoma sekunder dikemudian hari. Iritis traumatik, dengan sel-sel
radang dengan bilik mata depan, dapat ditemukan pada pasien hifema. Pada
keadaan ini, terjadi perubahan pigmen iris walaupun darah sudah dikeluarkan.
Perubahan pada kornea dapat dijumpai mulai dari abrasi endotel kornea hingga
ruptur limbus. Kelainan pupil seperti miosis dan midriasis dapat ditemukan pada
10% kasus. Tanda lain yang dapt ditemukan adalah siklodialisis, iridodialisis,
robekan pupil, subluksasi lensa, dan ruptur zonula zinn. Kelainan pada segmen
posterior dapat meliputi perdarahan vitreus, jejas retina (edema, perdarahan dan
robekan), dan ruptur koroid. Atropi papil dapt terjadi akibat peninggian tekanan
intraokular.
2.6. Penegakan Diagnosis8
Adanya riwayat trauma, terutama mengenai matanya dapat memastikan
adanya hifema. Pada gambaran klinik ditemukan adanya perdarahan pada COA,
kadang-kadang ditemukan gangguan visus. Ditemukan adanya tanda-tanda iritasi
dari conjunctiva dan pericorneal, fotofobia (tidak tahan terhadap sinar),
penglihatan ganda, blefarospasme, edema palpebra, midriasis, dan sukar melihat
dekat, kemungkinan disertai gangguan umum yaitu letargic, disorientasi atau
somnolen.
Gambar 2.7 Hifema pada 1/3 bilik mata depan dan pada bilik mata depan
Pasien akan mengeluh nyeri pada mata disertai dengan mata yang berair.
Penglihatan pasien akan sangat menurun. Terdapat penumpukan darah yang
terlihat dengan mata telanjang bila jumlahnya cukup banyak. Bila pasien duduk,
hifema akan terlihat terkumpul di bagian bawah COA, dan hifema dapat
memenuhi seluruh ruang COA. Otot sfingter pupil mengalami kelumpuhan, pupil
tetap dilatasi (midriasis), dapat terjadi pewarnaan darah (blood staining) pada
kornea, anisokor pupil.
Akibat langsung terjadinya hifema adalah penurunan visus karena darah
mengganggu media refraksi. Darah yang mengisi kamera okuli ini secara
langsung
dapat
mengakibatkan
tekanan
intraokuler
meningkat
akibat
bertambahnya isi kamera anterior oleh darah. Kenaikan tekanan intraokuler ini
disebut glaukoma sekunder. Glaukoma sekunder juga dapat terjadi akibat massa
darah yang menyumbat jaringan trabekulum yang berfungsi membuang humor
aqueous yang berada di kamera anterior. Selain itu akibat darah yang lama berada
di kamera anterior akan mengakibatkan pewarnaan darah pada dinding kornea dan
kerusakan jaringan kornea.
2.7. Pemeriksaan Penunjang1,8
a
traumatik hifema pada prinsipnya dibagi dalam 2 golongan besar yaitu perawatan
dengan cara konservatif/tanpa operasi, dan perawatan yang disertai dengan
tindakan operasi.
Perawatan Konservatif/Tanpa Operasi
1. Tirah baring (bed rest total)
Hifema pada penderita yang tampak mengisi lebih darii 5% bilik mata
depan sebaiknay diistirahatkan, pemberian steroid tetes harus segera dimulai.
ditidurkan dalam keadaan terlentang dengan posisi kepala diangkat (diberi alas
bantal) dengan elevasi kepala 30 - 45o (posisi semi fowler). Hal ini akan
mengurangi tekanan darah pada pembuluh darah iris serta memudahkan kita
mengevaluasi jumlah perdarahannya. Ada banyak pendapat dari banyak ahli
mengenai tirah baring sempurna ini sebagai tindakan pertama yang harus
dikerjakan bila menemui kasus traumatik hifema. Bahkan beberapa penelitian
menunjukkan bahwa dengan tirah baring kesempurnaan absorbsi dari hifema
dipercepat dan sangat mengurangi timbulnya komplikasi perdarahan sekunder.
Istirahat total ini harus dipertahankan minimal 5 hari mengingat kemungkinan
perdarahan sekunder. Hal ini sering sukar dilakukan, terlebih-lebih pada anak-
anak, sehingga kalau perlu harus diikat tangan dan kakinya ke tempat tidur dan
pengawasan dilakukan dengan sabar.
2. Pemakaian obat-obatan
Penggunaan aminokaproat oral (100 mg/kgBB 4 jam sampai
maksimum 30 gr/hari selama 5 hari) untuk menstabilkan pembentukan bekuan
darah sehingga menurunkan risiko perdarahan ulang. Bisa diberikan
tatalaksana galukoma meliputi terapi topikal dengan penyekat- (mis: timolol
0,25% dua kali sehari), analog prostaglandin (mis: latanoprost 0,005% malam
hari), dorzolamide 2% dua atau tiga kali sehari, atau apraclonidine 0,5% tiga
kali sehari.7 untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan analgetik
asrtaminofen.
Terapi oral dengan acetazolamide, 250 mg per oral empat kali sehari,
dan obat hiperosmotik (manitol, gliserol dan sorbitol) dapat pula diberikan
bila terapi topikal tidak efektif. Pada hifema yang penuh dengan kenaikan
tekanan intra okular, berilah diamox, glyserin, nilai selama 24 jam.
Tindakan Operasi
Hifema harus dievakuasi secara bedah bila tekanan intraokular tetap
tinggi (>35 mmHg selama 7 hari atau 50 mmHg selama 5 hari) untuk
menghindari kerusakan nervus optikus dan pewarnaan kornea. Parasintesis
merupakan tindakan pembedahan dengan mengeluarkan darah atau nanah
dari bilik mata depan, dengan teknik sebagai berikut:5
Dibuat insisi 2 mm dari limbus ke arah kornea yang sejajar dengan
permukaan iris. Biasanya bila dilakukan penekanan pada bibir luka maka
koagulum dari bilik mata depan keluar. Bila darah tidak keluar seluruhnya
maka bilik mata depan dibilas dengan garam fisiologik. Biasanya luka insisi
kornea pada parasentesis tidak perlu dijahut. Parasentese dilakukan bila TIO
tidak turun dengan diamox atau jika darah masih tetap terdapat dalam COA
pada hari 5-9. Melakukan irigasi di bilik depan bola mata dengan larutan
fisiologik.
2.9.
Komplikasi 3,4
kembali jernih dalam waktu yang lama (2 tahun). Insidensinya 10%.3 Zat besi
di dalam bola mata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan akan
dapat menimbulkan ftisis bulbi dan kebutaan.
4. Sinekia Posterior
Sinekia posterior bisa timbul pada pasien traumatik hifema.Komplikasi ini
akibat dari iritis atau iridocyclitis.Komplikasi ini jarang pada pasien yang
mendapat terapi medikamentosa dan lebih sering terjadi pada pada pasien dengan
evakuasi bedah pada hifema.Peripheral anterior synechiae anterior synechiae
terjadi pada pasien dengan hifema pada COA dalam waktu yang lama, biasanya 9
hari atau lebih.Patogenesis dari sinekia anterior perifer berhubungan dengan iritis
yang lama akibat trauma atau dari darah pada COA. Bekuan darah pada sudut
COA kemudian bisa menyebabkan trabecular meshwork fibrosis yang
menyebabkan sudut bilik mata tertutup.
5. Atrofi optik
Atrofi optik disebabkan oleh peningkatan tekanan intra okular.
6. Uveitis
Penyulit yang harus diperhatikan adalah glaukoma, imbibisio kornea,
uveitis. Selain dari iris, darah pada hifema juga datang dari badan siliar yang
mungkin juga masuk ke dalam badan kaca (corpus vitreum) sehingga pada
funduskopi gambaran fundus tak tampak dan ketajaman penglihatan menurunnya
lebih banyak.Hifema dapat sedikit, dapat pula banyak. Bila sedikit ketajaman
penglihatan mungkin masih baik dan tekanan intraokular masih normal.
Perdarahan yang mengisi setengah COA dapat menyebabkan gangguan visus dan
kenaikan tekanan intra okular sehingga mata terasa sakit oleh karena glaukoma.
Jika hifemanya mengisi seluruh COA, rasa sakit bertambah karena tekanan intra
okular lebih meninggi dan penglihatan lebih menurun lagi.
2.10. Prognosis 3,7,8
Prognosis tergantung pada banyaknya darah yang tertimbun pada kamera
okuli anterior. Biasanya hifema dengan darah yang sedikit dan tanpa disertai
glaukoma, prognosisnya baik karena darah akan diserap kembali dan hilang
sempurna dalam beberapa hari. Sedangkan hifema yang telah mengalami
glaukoma, prognosisnya bergantung pada seberapa besar glaukoma tersebut
dan
kelainan
pembuluh
darah
(contohnya
juvenile
xanthogranuloma).
Penegakan diagnosis hifema berdsarkan adanya riwayat trauma, terutama
mengenai matanya dapat memastikan adanya hifema. Pada gambaran klinik
ditemukan adanya perdarahan pada COA, kadang-kadang ditemukan gangguan
visus. Ditemukan adanya tanda-tanda iritasi dari conjunctiva dan pericorneal,
fotofobia, penglihatan ganda, blefarospasme, edema palpebra, midriasis, dan sukar
melihat dekat, kemungkinan disertai gangguan umum yaitu letargic, disorientasi
atau somnolen.
Penatalaksanaan hifema pada prinsipnya dibagi dalam 2 golongan besar
yaitu perawatan dengan cara konservatif/tanpa operasi, dan perawatan yang
disertai dengan tindakan operasi. Tindakan ini bertujuan untuk : menghentikan
perdarahan, menghindarkan timbulnya perdarahan sekunder, mengeliminasi darah
dari bilik depan bola mata dengan mempercepat absorbsi, mengontrol glaukoma
sekunder dan menghindari komplikasi yang lain, dan berusaha mengobati
kelainan yang menyertainya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sumarsono,
Contusio
Oculi.
2005.
Available
at
http://www.portalkalbe/kalbe_ContusioOculi.html. (Diakses tanggal 2 Maret
2013).
2. Wijana, N. Ilmu Penyakit Mata. 1993. Jakarta : Abadi, hal : 314-315.
3. Sheppard
J,
Crouch
E.
Hyphema.
2008.
Available
at
http://emedicine.medscape.com/ophthalmology#anterior. (Diakses tanggal 2
Maret 2013).
4. Rahman A, 2009. Trauma Tumpul Okuli. Available at http://belibisa17.com/2009/10/11/trauma-tumpul-okuli/. (Diakses tanggal 2 Maret 2013).
5. Ilyas, Sidarta. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3, 2010. Jakarta : FKUI,
hal. 264-265.
6. Riordan-Eva P. Anatomi dan Embriologi Mata. Dalam Vaughan & Asbury
Oftalmologi Umum. Edisi 17. 2009. Jakarta: EGC..Hal: 7-19.
7. Ausburger, James. Trauma Mata dan orbita. Vaughan & Asbury Oftalmologi
Umum. Edisi 17. 2009. Jakarta: EGC..Hal: 377-378.
8. Nurwasis, dkk. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu Penyakit
Mata: Hifema pada Rudapaksa Tumpul. Surabaya : FK Unair. Hal:137-139.