PEMBAHASAN
2.1 Definisi
saraf perifer yang disebabkan oleh degenerasi saraf perifer akibat langsung dari
peningkatan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus. Istilah deskriptif
yang menunjukan adanya gangguan, baik klinis maupun subklinis, yang terjadi
pada diabetes melitus tanpa penyebab neuropati perifer yang lain. Distribusi
2.2 Epidemiologi
1
berkaitan dengan perkembangan dan progresivitas neuropati diabetik dan hal ini
melitus.2,15
66%. Sekitar 8% sudah menderita neuropati pada saat didiagnosa DM, 50%
setelah 25 tahun didiagnosa DM, 45% pada pasien NIDDM, 54% pada pasien
IDDM.1,15
Tipe 2. Hubungan lain yang juga berperan adalah usia, lama mengalami diabetes,
kualitas kontrol metabolik, berat badan, konsumsi rokok, kadar HDL dan temuan
penyakit kardiovaskular.15,16
A. PATOFISIOLOGI
Banyak teori yang dikemukan oleh para ahli tentang patofisiologi terjadinya
neuropati diabetika, namun semuanya sampai sekarang belum diketahui
sepenuhnya. Faktor-faktor etiologi neuropati diabetika diduga adalah
vaskular, berkenaan dengan metabolisme, neurotrofik dan imunologik. Studi
terbaru menunjukkan adanya kecenderungan suatu multifaktorial patogenesis
yang terjadi pada neuropati diabetika. Beberapa teori yang diterima adalah :
a. Teori vaskular (iskemia-hipoksia)
Pada pasien neuropati diabetika dapat terjadi penurunan aliran darah ke
endoneurium yang disebabkan oleh adanya resistensi pembuluh darah
akibat hiperglikemia. Biopsi nervus suralis pada pasien neuropati
diabetika ditemukan adanya penebalan pembuluh darah, agregasi platelet,
hiperplasi sel endotelial dan pembuluh darah, yang kesemuanya dapat
menyebabkan iskemia. Iskemia juga dapat menyebabkan terganggunya
2
transport aksonal, aktifitas NA+/K+ ATPase yang akhirnya menimbulkan
degenerasi akson.
b. Teori Metabolik
Teori Advanced Glycation End Product (AGEs)
Peningkatan glukosa intraseluler menyebabkan pembentukan advanced
glycosilation products (AGEs) melalui glikosilasi nonenzymatik pada
protein seluler. Glikosilasi dan protein jaringan menyebabkan
pembentukan AGEs. Glikosilasi non enzimatik ini merupakan hasil
interaksi glukosa dengan kelompok amino pada protein. Pada
hiperglikemia kronis beberapa kelebihan glukosa berkombinasi dengan
asam amino pada sirkulasi atau protein jaringan. Proses ini pada awalnya
membentuk produk glikosilasi awal yang reversibel dan selanjutnya
membentuk AGEs yang ireversibel. Konsentrasi AGEs meningkat pada
penderita DM. Pada endotel mikrovaskular manusia , AGEs menghambat
produksi prostasiklin dan menginduksi PAI-1(Plasminogen Activator
Inhibitor-1) dan akibatnya terjadi agregasi trombosit dan stabilisasi fibrin,
memudahkan trombosis. Mikrotrombus yang dirangsang oleh AGEs
berakibat hipoksia lokal dan meningkatkan angiogenesis dan akhirnya
mikroangiopati.
3
awal, melibatkan serabut saraf yang kecil. 3,17 Pada pasien dengan DM
terjadi penurunan NGF sehingga transport aksonal yang retrograde ( dari
organ target menuju badan sel) terganggu. Penurunan kadar NGF pada
kulit pasien DM berkorelasi positif dengan adanya gejala awal small
fibers sensory neuropathy.
d. Stres Oksidatif pada Patogenesis Neuropati Diabetika
Stres oksidatif terjadi dalam sebuah sistem seluler saat produksi dari
radikal bebas melampaui kapasitas antioksidan dari sistem tersebut. Jika
antioksidan seluler tidak memindahkan radikal bebas, radikal bebas
tersebut menyerang dan merusak protein, lipid dan asam nukleat. Oksidasi
produk radikal bebas menurunkan aktifitas biologi, membuat hilangnya
energi metabolisme, sinyal sel, transport, dan fungsi fungsi utama lainnya.
Hasil produknya juga membuat degradasi proteosome, kemudian dapat
menurunkan fungsi seluler. Akumulasi dari beberapa kerusakan membuat
sel mati melalui nekrotisasi atau mekanisme apoptosis. Hiperglikemik
kronis menyebabkan stres oksidatif pada jaringan cenderung pada
komplikasi pasien dengan diabetes. Metabolisme glukosa yang berlebihan
menghasilkan radikal bebas. Beberapa jenis radikal bebas di produksi
secara normal di dalam tubuh untuk menjalankan beberapa fungsi spesifik.
Superoxide (O2), hydrogen peroxide (H2O2), dan nitric oxide (NO) adalah
tiga diantara radikal bebas ROS yang penting untuk fisiologi normal,
tetapi juga dipercaya mempercepat proses penuaan dan memediasi
degenerasi selular pada keadaan sakit.
Glukosa dapat bereaksi dengan Reactive Oxygen Species (ROS) dan akan
membentuk karbonil. Karbonil bereaksi dengan protein atau lemak akan
menyebabkan pembentukan glikosidasi atau liposidasi. Selain itu glukosa
dapat juga membentuk karbonil secara langsung dengan protein dan
membentuk Advanced glycation end products(AGEs) yang berperan dalam
stress oksidatif dan dapat menyebabkan kerusakan sel.
4
2.4 Patofisiologi
Saraf perifer (saraf spinalis dan kranialis) untuk memelihara otot, kulit, dan
pembuluh darah terdiri dari sejumlah saraf campuran yaitu saraf motorik,
sensorik, dan vegetatif. Dari segi fisiologis, ketiga jenis saraf tadi dibedakan
5
berdasarkan ukuran penampangnya, yaitu saraf tipe A (5-12 mikron), tipe B (3-4
mikron), dan tipe C (1-2 mikron). Saraf tipe A aksonnya bermielin tebal, tipe b
bermielin tipis dan tipe C aksonnya tidak bermielin. Akson bermielin tebal adalah
akson saraf motorik pada umumnya dan sebagian saraf sensorik untuk jenis
protopatik. Akson bermielin tipis adalah sebagian akson saraf motorik dan
sebagian saraf sensorik. Akson yang tidak bermielin adalah akson sensorik dan
autonom.2
karena interaksi beberapa faktor, seperti faktor metabolik, vaskular dan mekanik.
1) Faktor metabolik
Proses kejadian neuropati berawal dari hiperglikemia berkepanjangan yang
bebas dan aktivasi Protein Kinase C (PKC), sintesis advance glycosilation end
6
dalam sel saraf merusak sel saraf melalui mekanisme yang belum jelas.
Salah satu kemungkinannya ialah akibat akumulasi sorbitol dalam sel saraf
Reaksi jalur poliol ini juga menyebabkan turunnya persediaan nadph saraf
saraf untuk mengurangi radikal bebas dan penurunan produksi nitric oxide
(NO).
c. Sintesis advance glycosilation end products (AGEs).
Disamping meningkatkan aktivitas jalur poliol, hiperglikemia
end products (AGEs). Ages ini sangat toksik dan merusak semua protein
tubuh, termasuk sel saraf. Dengan terbentuknya AGEs dan sorbitol, maka
7
aksonal metabolik awal masih dapat kembali pulih dengan kendali
disebut reactive oxygen species (ROS). Radikal bebas ini membuat kerusakan
neuropati yang didasari oleh kelainan vaskular masih bisa dicegah dengan
tipe 2 memperlihatkan hasil yang positif. Hal ini menunjukan bahwa antibody
yang beredar ini secara langsung dapat merusak struktur saraf motorik dan
8
sensorik yang bias dideteksi dengan imunofloresens indirek. Disamping itu
berhubungan dengan derajat neuropati. NGF juga berperan dalam regulasi gen
sudah mengalami neuropati subklinik. Pada kasus yang jarang, neuropati mungkin
9
Gambar 2-1 Perbedaan manifestasi klinis dari neuropati diabetes (Modified from Pickup J, Williams G [eds].
5
Textbook of Diabetes, Vol 1. Oxford, UK, Blackwell Scientific, 1997.)
keluhan dapat dimulai dari yang paling ringan sampai yang paling berat.
Gambar 2-2 Perbedaan manifestasi klinis neuropati serat besar dan kecil fibroneuropathy. ADL, activities of
daily living; QOL, quality of life. (Adapted from Vinik AI, Mehrabyan A. Diabetic neuropathies. Med Clin
5
North Am 2004;88:947-999.)
10
1) Tanda pertama muncul pada tungkai bawah.
2) Parestesia selalu terjadi pada jari kaki atau telapak kaki, terutama pada malam
hari. Ada rasa tebal atau kesemutan, terutama pada tungkai bawah
3) Sensasi sarung pada kaki seperti kaos kaki
4) Kehilangan refleks Achilles
5) Penyusutan atau kehilangan perasaan getar, dimulai dari distal.
6) Saat kondisi berkembang, terjadi paresis extensor jari kaki pada dorsum kaki.
7) Makin lama, paresis sepanjang extensor jari dan kaki.
8) Kedua kaki terkulai.
9) Sensasi seperti terbakar.
10) Gangguan sensoris dan kelemahan menyebar ke tungkai atas.
2.6 Diagnosis
2.6.1 Diagnosis Diabetes Melitus
perkeni dalam konsensus diabetes melitus tipe 2 Tahun 2011 ditegakkan atas dasar
pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar
adanya glukosuria.13,14
Untuk penentuan diagnosis, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan
adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena.
berdasarkan Perkeni Tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 2-1 seperti yang tertera
badan.
11
2) Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan
1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu 200 mg/dl (11,1 mmol/l). Glukosa plasma
sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan
waktu makan terakhir.
2. Gejala klasik DM + kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dl (7.0 mmol/l). Puasa diartikan
pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam.
Kadar gula plasma 2 jam pada TTGO 200 mg/dl (11,1 mmol/l). TTGO yang dilakukan
3. dengan standar who, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa
anhidrus yang dilarutkan ke dalam air.
* pemeriksaan HbA1c (>6.5%) oleh ada 2011 sudah dimasukkan menjadi salah satu kriteria diagnosis DM,
14
jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah terstandardisasi dengan baik.
Keterangan gambar :
GDP = glukosa darah puasa
GDS = glukosa darah sewaktu
GDPT = glukosa darah puasa terganggu
TGT = toleransi glukosa terganggu
12
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau dm,
kelompok toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu
(GDPT).13,14
glukosa plasma 2 jam setelah beban antara 140-199 mg/dl (7,8-11,0 mmol/l).
2) GDPT : diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma
puasa didapatkan antara 100 125 mg/dl (5,6-6,9 mmol/l) dan pemeriksaan
terjadi, ditandai dengan berkurangnya fungsi sensorik secara progresif dan fungsi
motorik (lebih jarang) berlangsung pada bagian distal yang berkembang ke arah
proksimal.1,2
dengan jawaban tidak ada keluhan neuropati saja tidak cukup mengeluarkan
pengkajian terhadap : 1). Refleks motorik, 2). Fungsi serabut saraf besar dengan
tes kuantifikasi sensasi kulit seperti tes rasa getar (biotesiometer) dan rasa tekan
13
kecil dengan sensasi suhu; 4). Untuk mengetahui dengan lebih awal adanya
komponen parasimpatis dan dilakukan dengan 1). Tes respons denyut jantung
terhadap maneuver vasalva; 2). Variasi denyut jantung selama napas dalam
dengan 1). Respons tekanan darah terhadap berdiri (penurunan sistolik); respons
2.7 Terapi
nd sedini mungkin, strategi kedua yaitu dengan kendali glikemik dan perawatan
1) Perawatan umum/kaki1
Jaga kebersihan kulit, hindari trauma kaki seperti sepatu yang sempit. Cegah
perlu dilakukan seperti hemoglobin, albumin, dan lipid sebagai komponen tak
14
terpisahkan juga perlu dilakukan. Pengendalian glukosa darah mampu
melitus termasuk neuropati, saat ini sedang diteliti penggunaan obat-obat yang
glutation.
e. Penghambat protein kinase c
f. Gangliodes, merupakan komponen utama membrane sel.
g. Gamma linoleic acid (GLA) suatu prekusor membrane fosfolipid.
h. Aminoguanidin, berfungsi menghambat pembentukan AGEs.
i. Human intravenous immunoglobulin, memperbaiki gangguan neurologik
post spinatik spinal cord dan pengeluaran substance p dari serabut saraf besar a
mekanisme nyeri penting agar dapat member terapi yang lebih rasional,
15
b. Antidepresan trisiklik (amitriptilin 50-150 mg malam hari, imipramin 100
x/hari).
d. Antiaritmia (mexilletin 150-450 mg/hari)
e. Topical : capsaicin 0,075 % 4x/hari, fluphenazine 1 mg 3x/hari,
Dalam praktek sehari-hari, jarang ada obat tunggal yang mampu mengatasi
efek samping. Dosis obat dapat ditingkatkan hingga dosis maksimum atau
anti-konvulsan cukup efektif. Bila dengan regimen ini belum atau kurang ada
perbaikan nyeri, dapat ditambahkan obat topikal. Bila tetap tidak atau kurang
2.8 Komplikasi
permanen (Charcot joint), ulser pada kaki dan amputasi. Dapat menyebabkan
usia tua. 19
16
diphtheria. Sedangkan nyeri pada neuropati perifer adalah neuropati alkoholik,
carcinoma.16
2.10 Edukasi
penjelasan tentang bahaya kurang atau hilangnya sensasi rasa di kaki, perlunya
2.11 Prognosis
memiliki prognosis yang lebih baik daripada tipe IDDM (insulin dependent
diabetes melitus atau DM Tipe 1). Lama dan beratnya diabetes melitus serta lama
dan beratnya keluhan neuropati yang dialami, dan apakah sudah mengenai saraf
17