Book Reading
Pembimbing:
Prof. Dr. dr. Irma D. Roesyanto, Sp.KK (K), FINSDV, FAADV
Penyaji:
dr. Widya Gabriella Manurung
MANAJEMEN
Bukti kualitas tertinggi yang mendasari manajemen PsA kemungkinan berdasarkan efikasi
intervensi terapeutik dalam uji coba randomized controlled PsA. Namun, PsA adalah penyakit
kompleks dengan manifestasi patofisiologi multipel dan dampak kehidupan yang luas, serta
perbedaan yang signifikan pada tiap individu.
Meskipun pada tulisan ini sulit untuk mendapatkan perbedaan pada tiap individu dalam uji
klinis, kemajuan dalam ilmu sains dalam hasil pengukuran membuat hal ini semakin mungkin untuk
dapat dicapai. Untuk tujuan ini, rangkaian hasil pokok (Core Domain Set) PsA yang akan diukur
dalam uji klinis PsA yang akan datang baru-baru ini diperbarui untuk menggambarkan
manifestasi PsA dan prioritas, baik pada pasien maupun dokter (Gbr. 65-10).74 Selain penilaian
yang komprehensif dari manifestasi patofisiologi seperti aktivitas muskuloskeletal dan penyakit
kulit, fatigue saat ini dimasukkan sebagai hasil yang wajib, sedangkan aspek bersangkutan pada
pasien lainnya seperti partisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (menurut International
Classification of Functioning definition, partisipasi adalah kemampuan untuk terlibat dalam
kehidupan, untuk melakukan tugas dan tanggung jawab sosial, untuk bekerja, dan untuk
mengambil bagian dalam acara sosial, waktu luang dan kehidupan keluarga) dan kesejahteraan
emosional sangat dianjurkan untuk diukur dalam uji klinis. Ketika hasil ini mulai diukur dan
dilaporkan secara sistematis, informasi tentang keberhasilan pengobatan untuk berbagai aspek PsA
akan menjadi lebih lengkap dan membantu dalam pengambilan keputusan dalam perawatan
klinis.
1
Gambar 65-10 Core Domain Set Psoriatic arthritis (PsA) untuk diukur dalam uji klinis PsA
dan observasional longitudinal
Rekomendasi pengobatan saat ini untuk tatalaksana wajib pada PsA awal berdasarkan fenotip
klinis dan menilai aktivitas penyakit setiap 3 bulan setidaknya diawal atau sampai target
pengobatan tercapai. Target terapi adalah untuk mencapai aktivitas penyakit yang minimal atau
rendah dan meningkatkan terapi sampai tujuan ini tercapai sebagai standar perawatan. 72 Namun,
dalam survei nasional AS terbaru mengenai psoriasis dan PsA, diantara pasien yang melaporkan
beban penyakit yang tinggi, hanya 10% dengan psoriasis dan hanya 25% dengan PsA yang diterapi
dengan agen biologik.75
Rangkaian pedoman pengobatan PsA telah diperbarui pada tahun 2015-2016.76 The
disease-modifying antirheumatic drugs (DMARDs), seperti methotrexate, sulfasalazine, dan
leflunomide (Tabel 65-4) umumnya direkomendasikan sebagai agen lini pertama. Antimalaria
(hydroxychloroquine) tidak digunakan pada PsA karena berpotensi memperburuk atau
mempercepat perkembangan psoriasis. Methotrexate disetujui untuk mengobati psoriasis dan
sedang digunakan di Amerika Serikat untuk mengobati PsA berdasarkan data yang di ambil dari
rheumatoid arthritis dan praktik klinis. Uji coba terkontrol acak MIPA (RCT) antara metotreksat
2
versus plasebo pada PsA77 menunjukkan manfaat numerik namun tidak ada perbedaan efek
pengobatan antara metotreksat dan kelompok plasebo yang signifikan; namun, RCT menggunakan
target dosis metotreksat yang rendah (15 mg/minggu) dan memiliki angka putus obat yang tinggi
(30%). Dalam studi kohort longitudinal Toronto, metotreksat >15 mg/minggu versus 15
mg/minggu atau lebih rendah meningkatkan aktivitas penyakit dan memperlambat perkembangan
penyakit, dan disarankan dosis metotreksat diatas 15 mg/minggu lebih memiliki keuntungan. 78
Namun, para ahli masih mempertanyakan kegunaan metotreksat sebagai disease- modifying drug
pada PsA karena belum secara konsisten dikaitkan dengan hasil jangka panjang yang
komprehensif pada manifestasi spesifik PsA atau memperlambat perkembangan penyakit,
meningkatkan kualitas hidup pasien, dan mengurangi komorbiditas. Sebagai tambahan untuk
terapi biologis , khususnya metotreksat dan infliximab, tidak hanya mencegah pembentukan
antibodi antiinfliximab, namun juga peningkatan kemanjuran. 79 Metotreksat dapat menyebabkan
ulserasi mukosa dan pemeriksaan oral harus menjadi bagian dari pemeriksaan reumatologi rutin.
Fungsi ginjal merupakan pertimbangan penting pada penggunaan dosis metotreksat. Suplementasi
asam folat harian direkomendasikan dengan sulfasalazine dan metotreksat.
Sulfasalazine telah terbukti memperbaiki pembengkakan sendi psoriasis tanpa efek pada
psoriasis atau entesitis. Sulfasalazine adalah DMARD pilihan pada spondyloarthritis perifer
dengan mempertimbangka risiko dan manfaat pada individu pasien.
TABEL 65-4
PENGOBATAN
Obat INDIKASI SPESIFIK PENYAKIT PSORIASIS Efek samping
Kutaneus Muskuloskeletal Lain dan
Kulit Kuku Artri Dakti- Entesitis Spondyloar- pertimbangan
-tis litis tritis aksial khusus
Metrotexate + + Risiko ulserasi
mukosa,
hepatotoksisitas
, teratogenik.
Tes fungsi hati,
jumlah darah
dan fungsi
3
ginjal perlu
dipantau.
Asam folat 1
mg setiap hari
wajib selama
terapi
metotreksat
Sulfalazine + Pantau fungsi
hati, jumlah
darah
Azoorspermia
reversibel
Suplementasi
asam folat
diindikasikan
Leflunomide + + Risiko
hepatotoksisitas
, teratogenik.
Pantau fungsi
hati, jumlah
darah.
Waktu paruh
panjang,
disimpan di
jaringan
adiposa.
Etanercept + + + + SLE yang
Infliximab + + + + + + +uveiti diinduksi obat,
s +IBD penyakit
Adalimumab + + + +d +d + +uveiti demielinasi,
s +IBD CHF, kanker
Certolizumab + + + + + + +IBD
[Penya
4
kit
Crohn]
Golimumab + + + + + + +IBD
[Kolitis
ulserati
f]
Apremilast + + + +d +d Penurunan
Berat (10%)
Depresi (1%)
Ustekinumab + + + +d +d +IBD Peningkatan
[Penya risiko
kit pneumonia
Crohn] eosinofilik,
kanker
Secukinumab + + + + + + Peningkatan
risiko
kandidiasis,
eksaserbasi IBD
Ixekizumab + + + + +d Peningkatan
risiko
kandidiasis,
eksaserbasi
IBD,
neutropenia
Tofacitinib + + + +d +d +IBD Peningkatan
[Kolitis risiko
ulserati peningkatan
f] LDL dan HDL
(10-19%),
emboli paru,
herpes zoster,
neutropenia,
limfopenia,
5
perforasi GI,
kanker
Abatacept + eksaserbasi
penyakit paru
obstruktif
kronik (PPOK),
kanker
a
Penyakit mata, penyakit radang usus.
b
Agen lini pertama dalam pengobatan PsA.
c
Agen biologis lini pertama; pengobatan lini pertama untuk enthesitis, spondyloarthritis PsA.
d
Khasiat tidak direproduksi dalam beberapa percobaan.
Leflunomide efektif untuk psoriasis dan PsA dengan perbaikan ringan sampai sedang. 80 Toksisitas
hati dan risiko anemia perlu dipertimbangkan selama penggunaan disease-modifying drugs dan
terapi dipantau dengan tes fungsi hati serial dan hitung darah lengkap, terutama pada awal terapi
dan setelahnya secara teratur.
Pada beberapa pasien, sulit untuk mencapai target pengobatan saat ini dengan DMARD sintetis
klasik atau dengan kombinasi, dan efek sampingnya dapat berat bagi pasien. 81 Namun, di era
dimana beberapa terapi ditargetkan untuk PsA dan psoriasis, kekambuhan penyakit lebih mungkin
terjadi daripada sebelumnya. Inhibitor TNF (adalimumab, certolizumab, golimumab, etanercept,
infliximab) umumnya merupakan agen biologis lini pertama dan telah digunakan untuk PsA
selama hampir 2 dekade. Inhibitor TNF memiliki efikasi yang sangat baik untuk semua manifestasi
patofisiologi PsA termasuk penyakit kulit, radang sendi, daktilitis, entesitis, spondilitis, dan
6
7
penyakit kuku. Adalimumab dan infliximab juga efektif untuk manifestasi uveitis dan penyakit
radang usus terkait PsA (perlu dicatat bahwa certolizumab juga efektif untuk penyakit Crohn,
sedangkan golimumab efektif untuk kolitis ulseratif). Agen-agen ini adalah pengobatan lini
pertama untuk entesitis dan PsA aksial, dimana disease-modifying drugs klasik tidak akan
membantu. Tidak ada uji coba langsung dari inhibitor TNF di PsA, dan inhibitor TNF ini
ditentukan dengan mempertimbangkan konteks pasien dan indikasi potensial atau risiko tambahan.
Ustekinumab, penghambat sub unit p40 umum dari IL12 dan IL23, disetujui untuk pengobatan
psoriasis dan PsA. Pada psoriasis, obat ini diberi untuk pasien yang akan mendapatkan fototerapi
atau terapi sistemik. Ustekinumab juga disetujui untuk penyakit Crohn pada pasien yang gagal
dengan penghambat TNF.
Inhibitor IL17 adalah kelas obat yang paling efektif yang disetujui pada tulisan ini untuk psoriasis.
Secukinumab dan ixekizumab keduanya merupakan inhibitor IL17. Secukinumab diberikan untuk
PsA dan AS, selain psoriasis. Ixekizumab disetujui untuk psoriasis dan arthritis psoriatik dan
sedang dievaluasi dalam uji klinis fase III bagi AS. Tofacitinib, inhibitor jak/stat baru-baru ini
diindikasikan untuk arthritis psoriatik dan kolitis ulserativa. Abatacept, terapi sel anti-T/CTLA4
inhibitor diindikasikan untuk arthritis psoriatik. Untuk kedua terapi ini, kemanjuran untuk
psoriasis belum memenuhi titik akhir primer dalam uji klinis.
MOLEKUL-MOLEKUL BARU
Molekul-molekul tambahan sedang dipelajari dengan 3 IL23 inhibitor, yang saat ini dalam
berbagai tahap uji klinis. Guselkumab adalah antibodi IgG1 yang mengikat subunit p19 khusus
untuk IL23. Uji ini sedang dievaluasi dalam 3 studi Fase III untuk psoriasis, dan hasilnya masih
ditunggu. Tildrakizumab adalah antibodi monoklonal IL23 lain yang saat ini dalam studi psoriasis
Fase III. Risankizumab adalah senyawa ketiga dalam keluarga inhibitor IL23/p19 dan juga saat ini
dalam uji klinis psoriasis Fase III. Penghambat jalur JAK tambahan sedang dikembangkan.
Upadacitinib adalah inhibitor JAK dalam uji klinis fase III pada arthritis psoriatik. Terdapat pula
inhibitor IL17 tambahan, yang sedang dikembangkan dengan salah satunya, Bimekizumab, yang
saat ini dalam uji klinis fase III. Target imunologi tambahan yang dievaluasi pada psoriasis/PSA
adalah RORγt, faktor transkripsi yang bergantung pada produksi IL17.
8
ALGORITME TATALAKSANA
The European League against Rheumatism (EULAR) dan Group for Research and Assessment
of Psoriasis and PsA (GRAPPA) telah merancang pedoman pengobatan untuk PsA (Gbr. 65 -11). 76
Prinsip yang mendasari pedoman ini adalah kontrol ketat inflamasi PsA sampai status dari aktivitas
penyakit PsA minimal atau remisi PsA tercapai. Penilaian rutin diperlukan idealnya setiap 3 bulan
dan setidaknya setiap 6 bulan untuk menilai aktivitas penyakit PsA dan menyesuaikan terapi
dengan target.
Algoritme pengobatan dimulai dengan inisiasi DMARD diikuti oleh obat biologis dengan inhibitor
TNF sebagai lini pertama biologis. Perlu dicatat bahwa dalam kasus enthesitis atau spondylitis,
obat lini pertama menjadi penghambat TNF karena DMARDs tidak efektif untuk manifestasi ini.
Agen biologis lini kedua adalah penghambat interleukin 12/23 (IL12/23i, ustekinumab), yang
sangat efektif untuk penyakit kulit, diikuti oleh arthritis, enthesitis, dactylitis, dan gejala nyeri
punggung inflamatori. Ustekinumab juga disetujui FDA AS untuk penyakit radang usus Crohn.
Interleukin 17 (IL17) inhibitor memiliki kemanjuran tertinggi dari semua obat PsA yang
disetujui pada tulisan ini untuk psoriasis, dan juga disetujui untuk AS. Penghambat IL17 juga efektif
untuk radang sendi, daktilitis, entesitis, dan penyakit kuku psoriatik. Terdapat kekhawatiran akan
terjadinya perburukan penyakit radang usus (IBD) dengan inhibitor IL17 dan hal tersebut saat
ini sedang dipelajari. Tidak ada data tentang efikasi atau keberhasilan IL12/23 dan IL17
inhibitor untuk uveitis.
Pedoman pengobatan GRAPPA memerlukan penilaian PsA sistematis untuk semua domain
patofisiologis yang berpotensi terkena, termasuk radang sendi, daktilitis, entesitis, spondilitis,
psoriasis kulit, dan psoriasis kuku. Perawatan disesuaikan pada setiap penilaian untuk mencakup
semua manifestasi penyakit dengan paling efisien, dengan mempertimbangkan konteks kesehatan
individu setiap pasien.
PENCEGAHAN/SKRINING
9
Pencegahan PsA layak untuk dieksplorasi lebih lanjut. Populasi berisiko, serta orang dengan
psoriasis
*Apabila entesitis atau spondylitis dilompati menuju lini ke-2, catat bahwa csDMARDs
dan tsDMARD tidak berlaku pada spondilitis
Gambar 65-11 Ringkasan pedoman pengelolaan PSA 2015-2016 dari EULAR dan GRAPPA. NSAID, obat anti inflamasi nonsteroid; PT,
terapi fisik; CS, suntikan kortikosteroid direkomendasikan dengan hati-hati; DMARD, obat antirematik pemodifikasi penyakit; TNFi,
penghambat faktor nekrosis tumor; IL12/23i, penghambat interleukin 12/23; IL17i, penghambat interleukin 17. aJika enthesitis atau spondylitis
melompat ke baris kedua, perhatikan csDMARDs tidak berlaku untuk enthesitis dan tsDMARD tidak berlaku untuk spondylitis. bDMARD
sintetis klasik (methotrexate, sulfasalazine, atau leflunomide).cDMARD sintetis yang ditargetkan (apremilast). Panah putus-putus
menunjukkan konsep agen lini pertama dan kedua yang tidak terlalu ketat, dengan algoritme yang disesuaikan dengan sebanyak mungkin
domain patofisiologi yang terpengaruh dengan regimen paling sederhana dan konteks kesehatan pasien individu.
memiliki batasan yang jelas, dan terdapat banyak tumpang tindih antara pengobatan psoriasis
dan PsA. Namun, tidak diketahui apakah perawatan biologis pada psoriasis mencegah timbulnya
PsA. Hal ini sepertinya tidak mungkin, mengingat kebutuhan untuk pengobatan kronis dan
tingkat kekambuhan PsA yang tinggi dengan penghentian terapi bahkan untuk pasien dalam
remisi. Karena penyakit kulit dan sendi memerlukan pemantauan untuk memastikan pencapaian
target pengobatan, sangat direkomendasikan bahwa gejala muskuloskeletal dinilai dan dipantau
oleh rheumatologist untuk prognosis pasien. Pencegahan dan modifikasi faktor risiko pribadi
dan lingkungan pada PsA (merokok, obesitas, dan Trauma fisik) memiliki peran yang penting
dalam mencegah atau menunda timbulnya PsA.
1
Terdapat peningkatan fokus pada pentingnya diagnosis dini PsA. 13 Hal tersebut baru-baru ini
dijelaskan bahwa nyeri muskuloskeletal, kelelahan, dan kekakuan mendahului onset PsA. Oleh
karena itu, penting bagi pasien psoriasis risiko tinggi untuk segera dirujuk ke ahli reumatologi
untuk evaluasi diagnostik PsA16 sehingga mereka dapat memulai pengobatan dan pemantauan.
Kuesioner screening PsA untuk menilai orang-orang dengan psoriasis dan pasien yang
kemungkinan tinggi memiliki penyakit inflamasi muskuloskeletal. Hal ini mudah dilakukan di
ruang tunggu (Tabel 65-3). Penilaian gejala muskuloskeletal saat kunjungan dermatologi dapat
membantu menurunkan resiko terjadinya PsA yang tidak terdiagnosis pada orang dengan psoriasis.
ARTRITIS REAKTIF
Sekilas
PENDAHULUAN
1
Artritis reaktif (ReA), sebelumnya disebut sebagai Reiteratau atau sindrom Fiessinger-Leroy,
bersama dengan PsA, adalah radang sendi yang diklasifikasikan dalam famili spondyloarthritis
(SpA).82,83 SpA juga termasuk AS dan artritis dari penyakit radang usus (IBD). Trias klasik gejala
pada ReA, yang tidak berkembang pada sebagian besar pasien, meliputi peradangan uretra, okular,
dan artikular. Peradangan ini terjadi sebagai reaksi terhadap infeksi sebelumnya dan umumnya
sembuh sendiri. Dalam struktur artikular, hal ini adalah suatu entitas yang terpisah dari artritis
septik karena ketidakmampuan untuk memulihkan agen infeksi secara langsung dari sendi yang
telah mengalami inflamasi. Manifestasi kulit termasuk keratoderma blenorrhagicum, balanitis
circinata, ulkus aphthous, dan perubahan kuku. Agen infeksi yang paling sering berperan dalam
artritis reaktif termasuk patogen GI (Yersinia,Shigella, Salmonella, Campylobacter,dan
Clostridium difficile) serta infeksi kelamin urogenital (Chlamydia trachomatis).
EPIDEMIOLOGI
Kurangnya konsensus dan standarisasi kriteria diagnostik untuk artritis reaktif membuat studi
epidemiologis epidemik menantang. Tipe pasca infeksi kelamin urogenital biasanya muncul
pada orang dewasa yang berumur lebih muda, yaitu di dekade ketiga sampai kelima kehidupan
mereka dan didominasi oleh laki-laki. Penelitian menunjukkan bahwa hingga 8% pasien dengan
infeksi klamidia, berikutnya dapat berkembang menjadi artritis reaktif . 84 Tidak seperti infeksi
enterik yang hampir selalu bergejala, infeksi urogenital mungkin asimtomatik pada sebagian besar
pasien. Sebagian besar studi epidemiologi arthritis reaktif berada dalam kondisi infeksi oleh
patogen enterik. Dalam wabah infeksi enterik karena kontaminasi makanan, hingga 20% pasien
mengalami gejala artikular yang berkembang. Prevalensi keseluruhan diperkirakan 20 hingga 40 per
100.000, dengan insiden tahunan 25 per 100.000.85
TAMPILAN KLINIS
Satu sampai empat minggu setelah infeksi pemicu, paten tersebut akan berkembang menjadi
oligoarthritis (2 hingga 4 sendi) yang asimetris. 86 Gejala yang dominan pada pasien dengan infeksi
enterik adalah diare, yang dapat mengalami pendarahan. Dengan infeksi urogenital, pasien
melaporkan disuria dengan sekret uretra purulen atau mungkin tanpa gejala. Trias klasik inflamasi
1
uretra, okular, dan artikular jarang terjadi secara bersamaan. Meskipun dirasakan bahwa
sebagian besar pasien dengan artritis reaktif memiliki perjalanan klinis yang terbatas, sebagian
besar dapat memiliki gejala yang melampaui 6 bulan dimana pasien dianggap memiliki ReA
kronis.
KUTANEUS
Beberapa manifestasi kulit terlihat pada ReA. Balanitis circinata adalah lesi kulit inflamasi
yang berkembang pada batang atau kelenjar penis dan lebih banyak jarang pada skrotum (Gbr.
65-12 dan 65-13).
Lesi eritematosa ini dapat berupa papula dan pustular dan berkembang menjadi tepi yang meninggi
di sekitar meatus. Pada pasien yang tidak disirkumsisi, identifikasi lesi akan memerlukan
1
penarikan/ kulup dimana lesi lembab dan umumnya tidak nyeri. Pada pasien yang telah
1
disirkumsisi, lesi dapat mengeras menjadi kerak kering hiperkeratosis yang menyerupai plak
psoriasis yang dapat menimbulkan nyeri dengan jaringan parut berikutnya. Pasien wanita bisa
mengembangkan lesi ulserasi vulva eritematosa, namun kasus ini jarang.
Keratoderma blenorrhagicum menyerupai psoriasis pustula dan umumnya ditemukan pada telapak
tangan dan telapak kaki. Awalnya merupakan lesi vesikular eritematosa yang berkembang menjadi
lesi keratotik pustular sebelum bergabung menjadi plak seperti psoriasis. Lesi kulit ini terjadi pada
10% sampai 30% kasus dan kadang-kadang terlihat di bagian tubuh lainnya (Gbr. 65-14).
Stomatitis yang biasanya sembuh sendiri mungkin jarang berkembang. Hal ini ditandai dengan
ulserasi superfisial atau plak eritematosa keabu-abuan yang melibatkan mukosa bukal, langit-
langit mulut, dan lidah. Stomatitis tidak menimbulkan rasa sakit, meskipun mungkin dapat
berdarah. Lesi kuku seperti psoriasis dapat berkembang dengan akumulasi subungual dermis dan
pembentukan abses potensial. Onycholysis, nail pitting, transversal ridge, atau periungual scaling
dapat terlihat pada sebagian kecil pasien.
MUSKULOSKELETAL
Pola khas keterlibatan sendi adalah oligoarthritis perifer asimetris yang mungkin juga
melibatkan kerangka aksial dengan gejala nyeri punggung dan bokong yang meradang. 87 Gejala
aksial ini bermanifestasi dengan kekakuan dan nyeri tulang belakang di pagi hari dan
setelah periode
1
istirahat yang lama, sebagai akibat dari peradangan yang melibatkan tulang belakang dan sendi
sakroiliaka. Tulang belakang lumbar lebih sering terkena daripada tulang servikal dan thorakalis.
Meskipun oligoarthritis pada ekstremitas bawah adalah pola yang paling umum dari keterlibatan
sendi perifer, dan mungkin juga terdapat presentasi monoartikular atau poliartikular.
ENTESITIS
Seperti yang telah dijelaskan dalam PsA, entesitis mencakup inflamasi pada tendon, fasia, dan
ligamen dengan predileksi dimana tempat struktur ini berinsersi ke tulang. Ini adalah temuan
umum pada semua bentuk spondyloarthritis. Pada ReA, pembengkakan dan ketidaknyamanan
pada tumit (“Lover’s heel”) diakibatkan oleh keterlibatan tendon Achilles (Gbr. 65-15). Dengan
inflamasi pada tempat penyisipan plantar fascia, pasien akan menunjukkan nyeri kaki bagian
posterior pada pagi hari ketika pertama kali bangun dari tempat tidur.
DAKTILITIS
Seperti dijelaskan di atas, daktilitis adalah hasil dari entesitis yang melibatkan jari kaki dan jari
tangan yang menyebabkan pembengkakan difus di seluruh jari, kadang-kadang disebut sebagai
“jari sosis.” Terlihat dominan di SpA, hal ini juga telah dijelaskan pada sarkoidosis dan asam
urat poliartikular.
OKULAR
Meskipun deskripsi asli dari ReA termasuk konjungtivitis, bentuk lain dari penyakit mata inflamasi
dapat berkembang, termasuk keratitis, skleritis, episkleritis, dan iritis. Gejala yang muncul
biasanya meliputi fotofobia dan kekeruhan visual dari sel-sel inflamasi di bilik mata depan, dan
bisa menjadi kondisi kambuh yang mengarah ke uveitis kronis dengan hilangnya penglihatan.
KARDIAK
Keterlibatan jantung dengan inflamasi katup aorta jarang terjadi. Kondisi ini dapat menyebabkan
insufisiensi aorta dan telah dijelaskan baik pada keadaan akut maupun kronis. 89 Blok jantung juga
dapat terjadi jika terdapat keterlibatan nodus atrioventrikular atau jalur konduksi.
1
GENETIK
Kerentanan genetik tampaknya berperan dalam ReA.90 Serupa dengan bentuk lain dari
spondyloarthritis, HLA-B27 dipandang sebagai faktor risiko dengan penelitian menunjukkan,
sebagian berdasarkan pada latar belakang prevalensi genetik HLA-B27, bahwa hingga 30% hingga
40% pasien dengan ReA positif terhadap antigen ini. Mengingat bahwa haplotipe ini terlihat pada
7% hingga 9% dari populasi kulit putih, terdapat prevalensi ReA yang lebih besar pada
kelompok ini dibandingkan dengan populasi etnis lain seperti orang Asia dengan prevalensi
HLA-B27 yang lebih rendah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pasien positif HLA-B27
memiliki gejala yang lebih berat dan lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit kronis.
FAKTOR RISIKO
Selain kerentanan genetik, penyakit menular agen yang paling sering berperan dalam ReA adalah
patogen GI (Yersinia, Shigella, Salmonella, Campylobacter, dan C. difficile) serta infeksi kelamin
urogenital dengan C. trachomatis.91,92 Selain itu Chlamydia pneumoniae, Ureaplasma
urealyticum, dan Bacille Calmette-Guérin intravesikular juga menjadi faktor risiko seperti yang
terlah dijelaskan.
DIAGNOSIS
Tidak ada kriteria standar untuk ReA yang telah divalidasi. Pada tahun 1995, The Third
International Workshop on Reactive Arthritis menetapkan kriteria untuk mendiagnosis ReA. 93
Kriteria ini adalah:
Arthritis terutama harus melibatkan ekstremitas bawah, melibatkan satu atau hanya
beberapa sendi, dan tidak sama-sama melibatkan kedua sisi tubuh (asimetris).
Harus ada bukti atau riwayat infeksi sebelumnya. Meskipun ideal untuk memiliki kultur
yang positif untuk agen infeksi yang diakui terkait dengan kondisi ini, jika pasien telah
mendokumentasikan diare atau uretritis dalam 4 minggu sebelumnya, konfirmasi
laboratorium tidak diperlukan.
1
Pasien tidak boleh menyatakan bahwa hanya sendi itu sendiri yang terinfeksi (yaitu,
artritis septik). Juga, penyebab lain dari monoarthritis (seperti gout) atau oligo arthritis
(seperti rheumatoid arthritis) harus disingkirkan.
TEMUAN LABORATORIUM
Tidak ada tes laboratorium definitif yang tersedia untuk mendiagnosis ReA. Meskipun reaktan
fase akut nonspesifik (misalnya, LED, CRP, jumlah trombosit) dapat meningkat, tidak ada
hubungan dengan autoantibodi yang diketahui seperti faktor rheumatoid atau antibodi antinuklear.
Ditemukan adanya haplotipe HLA-B27 dapat dilihat pada hingga setengah dari pasien yang
mengembangkan sakroiliitis. Presensi haplotipe ini lebih membantu dalam menyarankan
prognosis kronisitas yang lebih berat daripada dalam menegakkan diagnosis, mengingat latar
belakang prevalensi hingga 8% HLA-B27 positif pada individu tanpa gejala.
Analisis cairan sinovial dari sendi yang terkena biasanya menunjukkan bukti peradangan steril
dengan 4.000 hingga 50.000 sel darah putih per mikroliter dengan dominasi sel polimorfonuklear.
Hasil analasis kristal negatif seperti pewarnaan Gram dan kultur mikroba. Mengingat hubungan
dengan preseden GI dan infeksi urogenital, penting untuk menentukan apakah terdapat infeksi
yang sedang berlangsung. Dengan gejala urethritis, kultur yang tepat harus diperoleh untuk C.
trachomatis.94 Untuk gastroenteritis, biakan untuk penyakit aktif atau uji serologi dapat
diperoleh untuk Shigella, Salmonella, Yersinia, Campylobacter, dan C. difficile. Tes serologi untuk
antibodi terhadap organisme penyebab ini tidak dapat diandalkan.
RADIOLOGI
Temuan radiografi polos berkembang pada sebagian kecil pasien dengan ReA, biasanya hanya
setelah inflamasi berlangsung berbulan-bulan. Gambaran aksial dapat mendemonstrasikan erosi
sakroliliaka yang sering unilateral. 95 Mirip dengan bentuk lain dari spondyloarthritis, dapat juga
terbentuk syndesmophytes dimana ligamen tulang belakang longitudinal mengalami kalsifikasi,
menyebabkan ankilosa dan perkembangan "bamboo spine". Inflamasi periosteal dapat
1
berkembang pada sendi perifer yang terlibat, yang mengarah ke penampilan "whiskering" bersama
dengan erosi tulang.
DIAGNOSIS BANDING
Etiologi infeksi lainnya juga harus dipertimbangkan. Dalam hal ini termasuk infeksi gonokokal
diseminata, penyakit Lyme, dan endokarditis bakteri subakut. Kondisi ini sering hadir dengan
oligoarthritis dan manifestasi kulit yang berbeda. Infeksi virus seperti HIV dan parvovirus B19
akan muncul sebagai poliartritis. Septik arthritis umumnya merupakan monoarthritis dimana agen
infeksi dapat dibiakkan langsung dari sendi.
Arthrocentesis menunjukkan cairan synovial yang sangat mengalami inflamasi, biasanya lebih
besar dari 50.000 leukosit/μL dengan dominasi neutrofilik. Pewarnaan Gram dapat
memvisualisasikan organisme, dan kultur akan positif. Dengan ReA, cairan sinovial memiliki
jumlah leukosit yang lebih rendah dengan kultur steril.
Penyakit mikrokristalin dalam bentuk gout atau pseudogout umumnya muncul dengan
monoarthritis yang berat atau lebih jarang sebagai oligoarthritis. Arthrocentesis menunjukkan
cairan sinovial yang mengalami inflamasi tinggi dengan temuan diagnostik kristal monosodium
urat pada gout dan kristal kalsium pirofosfat yang dehidrasi pada pseudogout.
Manifestasi artikular dari lupus eritematosus sistemik dan artritis reumatoid secara umum cukup
berbeda dari ReA karena kondisi ini biasanya muncul dengan gejala poliartritis sendi kecil simetris
dan progresif. Karakteristik serologis, faktor rheumatoid dan peptida sitrulinasi antisiklik pada
rheumatoid arthritis dan antibodi antinuklear pada lupus, biasanya tidak terlihat pada ReA. Bentuk
lain SpA (PsA, arthritis dari IBD dan AS) dapat meniru ReA dengan adanya oligoarthritis,
entesitis, daktilitis, dan adanya HLA-B27.
TATALASKANA
ANTIBIOTIK
1
Mengingat korelasi infeksi spesifik dengan perkembangan selanjutnya dari ReA, dapat dipahami
bahwa mengobati infeksi yang mendasarinya sering dicoba. Dalam sebagian besar kasus, infeksi
yang mendasarinya bersifat terbatas dan tidak dapat lagi diidentifikasi. Jika agen infeksi pemicu
dapat ditentukan, maka harus diobati secara agresif dengan antibiotik. Dalam kasus infeksi C.
trachomatis, pasangan pasien juga harus diobati. Tidak ada bukti yang meyakinkan untuk
mendukung penggunaan jangka panjang dari antibiotik pada pasien dengan sinovitis yang
sedang berlangsung.
Dalam pengaturan akut, pendekatan simtomatik dengan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS)
adalah terapi awal yang tepat untuk efek antiinflamasi dan analgesik, terutama mengingat bahwa
riwayat alami dari banyak gejala ReA akut sifatnya terbatas. Berbagai persiapan telah dipelajari,
yaitu pada resep obat.90 Perhatian yang tepat harus digunakan pada pasien dengan insufisiensi
ginjal atau hati yang mendasari dan pada pasien dengan efek samping GI.
KORTIKOSTEROID
Ketika ReA hanya melibatkan beberapa sendi, injeksi kortikosteroid intraartikular dapat diberikan
untuk meredakan inflamasi sendi jangka pendek. Untuk inflamasi artikular yang lebih berat,
pemberian steroid sistemik dapat dipertimbangkan, meskipun terapi ini jarang memberikan efikasi
yang cukup untuk gejala inflamasi aksial.
Kortikosteroid topikal juga digunakan sebagai pengobatan awal dari banyak fitur ekstraartikular
dari ReA, termasuk penyakit inflamasi mata bersama dengan manifestasi kulit dari keratoderma
blenorhagicum dan balanitis circinata. Perawatan lain untuk manifestasi kulit ini mirip dengan
terapi yang telah digunakan untuk psoriasis kulit termasuk keratolitik, tar batubara, dan fototerapi,
dengan etretinat dan metotreksat oral disediakan untuk kasus yang lebih berat.
Pada pasien yang tidak berespon terhadap OAINS dan kortikosteroid, beberapa DMARDs telah
digunakan dalam pengobatan ReA. Obat-obat ini termasuk sulfasalazine, metotreksat,
azathioprine, dan siklosporin. Pada ReA kronis, sulfasalazine juga telah ditunjukkan dalam uji
klinis memberikan manfaat marginal dalam respons keseluruhan.97 Belum ada percobaan seperti
2
demikian yang dilakukan untuk metotreksat, azathioprin, dan siklosporin meskipun terdapat
banyak laporan kasus yang menunjukkan manfaat dengan artritis perifer. Dengan keberhasilan
yang luar biasa dari terapi biologis, terutama inhibitor TNF, dalam bentuk lain dari
spondyloarthritis (yaitu AS dan PsA) penggunaannya telah dilaporkan. Beberapa laporan kasus
bersama dengan penelitian label terbuka menunjukkan kemungkinan terdapat manfaat klinis
dengan obat ini dalam pengobatan ReA, meskipun tidak ada penelitian terkontrol secara acak yang
dilakukan.98,99
PROGNOSIS
Meskipun sebagian besar pasien dengan ReA memiliki perjalanan penyakit yang terbatas dalam
kondisi onset beberapa bulan, kekambuhan dapat berkembang menjadi perjalanan kronis yang
dimanifestasikan oleh uveitis berulang, uretritis, atau artritis erosif.
KESIMPULAN
Berbeda dengan bentuk lain dari SpA, pemicu etiologi dari ReA dijelaskan dengan baik. Sementara
hubungan dengan agen infeksi tertentu tidak dapat disangkal, juga jelas bahwa jaringan artikular
dan ekstraartikular yang terkena tetap bebas kultur. Diagnosis, dengan tidak adanya pengujian
definitif yang tersedia, masih harus ditegakkan berdasarkan klinis. Untungnya, riwayat natural
pada sebagian besar kasus dapat sembuh sendiri. Landasan terapi tetap kepada pengobatan
inflamasi dengan cara yang mendukung.
2
0
Psoriatic arthritis diagnostic algorithm
Psoriatic arthritis criteria are met in the presence of active psoriasis AND any one box designated with*
Nail psoriasis*
Part 10
Active psoriasis
Family history of
Helpful if there is no current psoriasis
psoriasis and/or psoriatis arthritis
Arthritis
Chapter 65 :: Psoriatic Arthritis and Reactive
Systemic inflammation
Research agenda
Figure 65-10 Psoriatic arthritis (PsA) Core Domain Set to be measured in PsA clinical trials and longitudinal observational
studies. Blue font represents patient reported outcomes. (Reproduced with permission from BMJ Publishing Group
Ltd: Orbai AM, et al. Ann Rheum Dis. 2017;76(4):673-680, Fig. 3.)
Sulfasalazine +
::
Autoimmune Connective Tissue and Rheumatologic Disorders
Leflunomide + +
Etanercept + + + +
Infliximab + + + + + + +uveitis
+IBD
+uveitis
Adalimumab + + + + d + d + +IBD
+IBD
[Crohn
Certolizumab + + + + + + disease]
+IBD
[Ulcerative colitis]
Golimumab + + + + + +
Tofacitinib + + + + d +d +IBD
[Ulcerative colitis]
Abatacept
Abatacept + Chronic obstructive pulmo
nary disease exacerbation,
a
Eye disease, Inflammatory bowel disease.
b
First line agents in the treatment of PsA.
c
First line biologic agents; first line treatments for enthesitis, spondyloarthritis PsA.
d
Efficacy not reproduced in some trials.
1136 PsA, psoriatic arthritis; IBD, inflammatory bowel disease.
Leflunomide is effective for both psoriasis and PsA
with mild to moderate improvements. 80 Hepatic toxic-
Guselkumab is an IgG1 antibody binding the p19
0
sub- unit specific to IL23. This is being evaluated in 3
ity and the risk of anemia need to be considered during
Phase III studies for psoriasis, and results are
use of traditional synthetic disease-modifying drugs
awaited. Til- drakizumab is another IL23 monoclonal
and therapy monitored with serial liver function tests
antibody cur- rently in Phase III psoriasis studies.
and complete blood counts, particularly in the begin-
Risankizumab is a third compound in the IL23/p19
ning of therapy and regularly thereafter.
inhibitor family and also currently in Phase III
Apremilast, a selective inhibitor of the enzyme psoriasis clinical trials.
phos- phodiesterase 4 (PDE4), is a targeted synthetic
Additional JAK pathway inhibitors are being
disease- modifying medication with moderate effects
developed. Upadacitinib is a JAK inhibitor in phase
for PsA for skin, nails, arthritis, enthesitis, dactylitis,
III clinical trials in psoriatic arthritis.
as well as patient-reported outcomes including
There are also additional IL17 inhibitors being
physical function. Long-term structural damage data
developed with one of them, bimekizumab, currently
are currently lack- ing for this medication. Side-effect
in phase III clinical trials.
profile is favorable; however, a 1% risk of depression
Arthritis
Chapter 65 :: Psoriatic Arthritis and Reactive
An additional immunologic target being evaluated
has been observed and needs to be considered in this
in psoriasis/PsA is RORt, a transcription factor on
patient population.
which IL17 production is dependent.
In some patients, it is difficult to achieve current
treat- ment targets with classical synthetic DMARDs
even in combination, and side effects can be severe for TREATMENT ALGORITHM
patients.81 However, in the era of multiple targeted
therapies for PsA and psoriasis, disease remission is The European League against Rheumatism (EULAR)
possible more than ever before. TNF inhibitors and the Group for Research and Assessment of Pso-
(adalimumab, certoli- zumab, golimumab, etanercept, riasis and PsA (GRAPPA) have both designed treat-
infliximab) are gener- ally the first-line biologic agents ment guidelines for PsA (Fig. 65-11).76 The underlying
and have been used for PsA for almost 2 decades. They principles of these guidelines are tight control of PsA
have excellent efficacy for all PsA pathophysiologic inflammation until a status of PsA minimal disease
manifestations including skin disease, arthritis, activity or PsA remission is reached. Regular assess-
dactylitis, enthesitis, spondylitis, and nail disease. ment is required ideally every 3 months and at least
Adalimumab and infliximab are also effective for every 6 months to assess PsA disease activity and tailor
PsA-associated manifestations of uveitis and therapy to target.
inflammatory bowel disease (it should be noted that The treatment algorithm starts with initiation of
certolizumab is also effective for Crohn disease, DMARDs followed by biologic medications with TNF
whereas golimumab is effective for ulcerative colitis). inhibitors as first-line biologics. It should be noted
These agents are first-line treatment for enthesitis and that in the case of enthesitis or spondylitis, the first-
axial PsA, where classical synthetic disease- line medication becomes a TNF inhibitor as DMARDs
modifying drugs will not help. There are no head-to- are not effective for these manifestations. Second-line
head trials of TNF inhibitors in PsA, and these are biologics are interleukin 12/23 inhibitors (IL12/23i,
prescribed taking into account the patient’s context ustekinumab), which are highly effective for skin dis-
and potential addi- tional indications or risks. ease, followed by arthritis, enthesitis, dactylitis, and
Ustekinumab, an inhibitor of the common p40 sub- inflammatory back pain symptoms. Ustekinumab is
unit of both IL12 and IL23, is approved for the treat- also U.S. FDA–approved for Crohn inflammatory
ment of psoriasis and PsA. In psoriasis, it is labeled bowel disease. Interleukin 17 (IL17) inhibitors have
for people who are candidates for phototherapy or the high- est efficacy of any approved PsA medication
systemic therapy. Ustekinumab is also approved for as of this writing for psoriasis, and one is approved
Crohn disease in people who failed TNF inhibitors. for AS. IL17i are also effective for arthritis, dactylitis,
IL17 inhibitors are the most efficacious medica- enthesitis, and psoriatic nail disease. There is a
tion class approved as of this writing for psoriasis. concern for worsening inflammatory bowel disease
Secukinumab and ixekizumab are both IL17 with IL17 inhibitors and that aspect is currently
inhibitors. Secukinumab is labeled for PsA and AS, in under study. There are no data on efficacy of IL12/23
addition to psoriasis. Ixekizumab is approved for and IL17 inhibitors for uveitis.
psoriasis and psoriatic arthritis and is being The GRAPPA treatment guideline requires system-
evaluated in phase III clinical trials for AS. atic PsA assessments for all pathophysiologic domains
Tofacitinib, a jak/stat inhibitor was recently labeled potentially affected, including arthritis, dactylitis,
for psoriatic arthritis and ulcer- ative colitis. enthesitis, spondylitis, skin psoriasis, and nail psoria-
Abatacept, an anti-T cell therapy/CTLA4 inhibitor sis. Treatment is adjusted at every assessment to
was labeled for psoriatic arthritis. For both these cover most efficiently all disease manifestations,
therapies, efficacy for psoriasis has not met pri- mary considering each patient’s individual health context.72
endpoints in clinical trials.
PREVENTION/SCREENING
NEW MOLECULES
Prevention of PsA is an area worthy of further explo-
Additional molecules are under study with 3 IL23 ration. The population at risk, people with psoriasis, 1137
inhibitors currently in various clinical trial stages.
0 Summary of 2015–2016 PsA management guidelines from
EULAR and GRAPPA
Conservative
1st* 2nd 3rd
• csDMARDs** • TNFi
• NSAIDs EULAR • csDMARDs • Switch TNFi
• PT combination • IL12/23i
• (CS) • IL17i
• Topical RX • tsDMARD
• csDMARDs • TNFi
(for psoriasis)
• tsDMARDs** • IL12/23i
* • IL17i
Part 10
GRAPPA • tsDMARD
Figure 65-11 Summary of 2015-2016 PsA management guidelines from EULAR and GRAPPA. NSAIDs, Nonsteroidal anti-
inflammatory drugs; PT, physical therapy; CS, corticosteroid injections recommended with caution; DMARD, disease-
modifying antirheumatic drug; TNFi, tumor necrosis factor inhibitor; IL12/23i, interleukin 12/23 inhibitor; IL17i,
interleukin 17 inhibitor. aIf enthesitis or spondylitis skip to second line, note csDMARDs not applicable for enthesitis
and tsDMARD not applicable for spondylitis. bClassical synthetic DMARDs (methotrexate, sulfasalazine, or leflunomide).
c
Targeted synthetic DMARD (apremilast). Dashed arrows designate less stringent concept of first- and second-line agents,
with the algorithm being tailored to as many affected pathophysiologic domains as possible with the simplest regimen
and the patients’ individual health context.
Arthritis
Chapter 65 :: Psoriatic Arthritis and Reactive
arthritis due to the inability to recover any infectious
agent directly from the inflamed joints. Cutaneous
manifestations include keratoderma blenorrhagicum,
circinate balanitis, aphthous ulcers, and nail changes.
The infectious agents most com- monly implicated in
reactive arthritis include the GI pathogens (Yersinia,
Shigella, Salmonella, Campylobacter, and Clostridium
difficile) as well as venereal urogenital infection
(Chlamydia trachomatis).
PIDEMIOLOGY
The lack of consensus and standardization of the Figure 65-12 Circinate balanitis.
diagnostic criteria for reactive arthritis makes epide-
miologic studies challenging. The post-venereal uro-
genital type typically presents in younger adults in
their third to fifth decade of life where there is a male CUTANEOUS
predominance. Studies have suggested that up to 8%
of patients with chlamydial infections may develop Several cutaneous manifestations are seen in ReA.
a subsequent reactive arthritis. 84 Unlike enteric infec- Circinate balanitis is the inflammatory skin lesion that
tions that are nearly always symptomatic, urogeni- develops on the shaft or glans of the penis and more
tal infections may be asymptomatic in the majority rarely on the scrotum (Figs. 65-12 and 65-13). This
of patients. Most epidemiologic studies of reactive ery- thematous lesion can be both papular and
arthritis are in the setting of infection by enteric pustular and develop raised borders around the
pathogens. In outbreaks of enteric infection due to meatus. In an uncircumcised patient, identification of
food contamination, up to 20% of patients have devel- the lesion will require retraction of the foreskin where
oped articular symptoms. The overall prevalence is the lesions are moist and generally painless. In a
estimated at 20 to 40 per 100,000, with a yearly inci- circumcised patient, the lesions may harden to a
hyperkeratotic dry crust resembling a psoriatic
dence of 25 per 100,000.85
plaque that can be painful
CLINICAL FEATURES
One to 4 weeks following the triggering infection, the
patent will develop an oligoarthritis (2 to 4 joints) that
is asymmetric.86 The predominant symptom in
patients with enteric infection is diarrhea, which can
be bloody. With urogenital infections, the patient may
describe dysuria with a purulent urethral
discharge or may be without symptoms. The classic
triad of urethral, ocular, and articular inflammation is
rarely present together. Although it is felt that the
majority of patients with reactive arthritis have a self-
limited course, a sig- nificant portion can have
symptoms extending beyond 6 months at which
point they are considered as having chronic ReA. 1139
Figure 65-13 Scrotal involvement.
0
with subsequent scarring. Rarely, female patients can Figure 65-15 Enthesitis of left Achilles tendon (“Lover’s
develop erythematous vulvar ulcerative lesions. heel”).
::
Arthritis
Chapter 65 :: Psoriatic Arthritis and Reactive
of patients with ReA, typically only after months of
been described with Chlamydia pneumoniae, ongo- ing inflammation. Axial imaging can
Ureaplasma urealyticum, and intravesicular Bacille demonstrate sac- roiliac erosions that are frequently
Calmette-Guérin. unilateral.95 Similar to other forms of
spondyloarthritis, there also can be formation of
syndesmophytes where the longitudinal spinal
DIAGNOSIS ligaments calcify, leading to ankyloses and the
development of a “bamboo spine.” Periosteal inflam-
mation may develop in the involved peripheral joints,
There are no standardized criteria for ReA that have
leading to a “whiskering” appearance along with
been validated. In 1995, the Third International Work-
bone erosions.
shop on Reactive Arthritis established criteria for diag-
nosing ReA.93 These criteria are:
■
The arthritis should predominantly involve
the lower limb, involve one or only a few DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
joints, and not equally involve both sides of
the body (asymmetric). Other infectious etiologies must be considered. These
■
There should be evidence or a history of preceding include disseminated gonococcal infection, Lyme
infection. Although it is ideal to have a culture that disease, and subacute bacterial endocarditis. These
is positive for an infectious agent that is present frequently with an oligoarthritis and different
recognized to be associated with this condition, if skin manifestations. Viral infections such as HIV and
the patient has documented diarrhea or urethritis parvovirus B19 will present as a polyarthritis. Septic
in the prior 4 weeks, laboratory confirmation is not arthritis is generally a monoarthritis in which the
required. infectious agent can be cultured directly from the
■
The patient should not have evidence that the joint. Arthrocentesis demonstrates highly inflamed
joint itself is infected (ie, septic arthritis). Also, syno- vial fluid, typically greater than 50,000
other causes of monoarthritis (such as gout) or leukocytes/µL with neutrophilic predominance. A
oligo- arthritis (such as rheumatoid arthritis) Gram stain may visualize the organism, and the
should be ruled out. culture will be posi- tive. With ReA, the synovial fluid
has a lower leuko- cyte count with a sterile culture.
Microcrystalline disease in the form of gout or
LABORATORY FINDINGS pseu- dogout generally presents with a severe
monoarthri- tis or more rarely as an oligoarthritis.
There are no definitive laboratory tests available to
diagnosis ReA. Although nonspecific acute-phase reac- Arthrocentesis demonstrates highly inflammatory
tants (eg, erythrocyte sedimentation rate, C-reactive synovial fluid with the diagnostic findings of
protein, platelet count) may be elevated, there is no monosodium urate crystals in gout and calcium
association with known autoantibodies such as rheu- pyrophosphate dehydrate crystals in pseudogout.
matoid factor or antinuclear antibody. The presence The articular manifestation of systemic lupus
of the HLA-B27 haplotype can be seen in up to half of erythematosus and rheumatoid arthritis is gener-
the patients who develop sacroiliitis. Its presence is ally quite distinct from ReA in that these conditions
more helpful in suggesting a prognosis of greater usually present with a symmetric and progressive
chronic- ity than in establishing the diagnosis, given small joint polyarthritis. The characteristic serolo-
the back- ground prevalence of up to 8% HLA-B27 gies, rheumatoid factor and anticyclic citrullinated
positivity in asymptomatic individuals. peptide in rheumatoid arthritis and antinuclear anti-
body in lupus, are typically not seen in ReA. Other
Synovial fluid analysis of an involved joint typi-
forms of SpA (PsA, arthritis of inflammatory bowel
cally show evidence of sterile inflammation with
disease and AS) may mimic ReA with the presence of
4,000 to 50,000 white blood cells per microliter with
oligoarthritis, enthesitis, dactylitis, and the presence
a polymorphonuclear cell predominance. Crystal
of HLA-B27.
analysis is negative as is Gram stain and microbial
culture. 1141
0 TREATMENT
are numerous case reports suggesting benefit with
peripheral arthritis.
With the remarkable success of biologic therapies,
especially TNF inhibitors, in other forms of spondy-
ANTIBIOTICS loarthritis (namely AS and PsA) their use has been
Given the correlation of specific infections with the reported. Several case reports along with an open-
sub- sequent development of ReA, it is label study indicate there may be clinical benefit with
understandable that treating any underlying infection these drugs in the treatment of ReA, though no
is often attempted. In most cases the underlying randomized controlled studies have been
infection is self-limited and can no longer be conducted.98,99
identified. If the inciting infectious agent can be
determined, it must be treated aggressively with
antibiotics. In the case of infection with C. trachomatis,
the appropriate partners should be treated as well. PROGNOSIS
There is no convincing evidence to support the long-
Part 10
term use of antibiotics in patients with ongoing Although the majority of patients with ReA have a
synovitis.96 self-limited course within a few months of onset of
the condition, relapses can develop leading to a
::
ANTIINFLAMMATORY DRUGS
In the acute setting, a symptomatic approach with
nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAIDs) is
appropriate initial therapy for both antiinflammatory
CONCLUSION
and analgesic effects, especially given that the natu- Unlike the other forms of SpA, the etiologic triggers
ral history of many of the symptoms of acute ReA is of ReA are well described. While the association with
self-limiting. Various preparations have been studied specific infectious agents is undeniable, it is also clear
at prescription strength.90 Appropriate caution should that the involved articular and extraarticular tissues
be used in patients with underlying renal or hepatic remain culture-free. The diagnosis, in the absence of
insufficiency and in those with GI side effects. any available definitive testing, remains to be estab-
lished on clinical grounds. Fortunately, the natural
history in the majority of cases is self-limited. The cor-
CORTICOSTEROIDS nerstone of therapy remains suppression of
When ReA involves only a few joints, intraarticular inflamma- tion in a supportive fashion.
injection of corticosteroids can be administered to
pro- vide short-term relief of joint inflammation. For
more involved articular inflammation, systemic
steroid administration can be considered, though this REFERENCES
rarely provides sufficient benefit to the symptoms of
1. Moll JM. Psoriatic arthritis. Br J Rheumatol. 1984; 23(4):
axial inflammation.
241-244.
Topical corticosteroids are also used as initial treat- 2. Pasero G, Marson P. The antiquity of psoriatic arthritis.
ment of many of the extraarticular features of ReA, Clin Exp Rheumatol. 2006;24(4):351-353.
including inflammatory eye disease along with the 3. Moll JM, Wright V. Psoriatic arthritis. Semin Arthritis
cutaneous manifestations of keratoderma blenor- Rheum. 1973;3(1):55-78.
rhagicum and circinate balanitis. Other treatments 4. Taylor W, Gladman D, Helliwell P, et al. Classification
for these cutaneous manifestations are similar to criteria for psoriatic arthritis: development of new cri-
what has been used for cutaneous psoriasis including teria from a large international study. Arthritis
keratolytics, coal tar, and phototherapy, with etreti- Rheum. 2006;54(8):2665-2673.
nate and oral methotrexate being reserved for more 5. Ogdie A, Weiss P. The epidemiology of psoriatic
severe cases. arthritis. Rheum Dis Clin North Am. 2015;41(4):545-568.
6. Spelman L, Su JC, Fernandez-Penas P, et al.
Frequency of undiagnosed psoriatic arthritis
DISEASE!MODIFYING among psoriasis patients in Australian dermatology
practice. J Eur Acad Dermatol Venereol.
ANTIRHEUMATIC DRUGS 2015;29(11):2184-2191.
7. Yang Q, Qu L, Tian H, et al. Prevalence and character-
In patients who do not respond to NSAIDs and cor- istics of psoriatic arthritis in Chinese patients with
ticosteroids, several DMARDs have been used in the psoriasis. J Eur Acad Dermatol Venereol. 2011;25(12):
treatments of ReA. These include sulfasalazine, meth- 1409-1414.
otrexate, azathioprine, and cyclosporine. In chronic 8. Mease PJ, Gladman DD, Papp KA, et al. Prevalence
1142 ReA, sulfasalazine also has been shown in clinical tri- of rheumatologist-diagnosed psoriatic arthritis in
als to provide marginal benefit in overall response. 97 patients with psoriasis in European/North American
There have been no such trials conducted for metho- dermatology clinics. J Am Acad Dermatol. 2013;69(5):
trexate, azathioprine, and cyclosporine though there 729-735.